Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

INTERPROFESIONAL EDUCATION
KASUS MATERNITAS/ KETIDAKEFEKTIFAN IBU POST PARTUM
DALAM PEMBERIAN ASI

TIM PENYUSUN:
KELOMPOK 5 INTERPROFESIONAL EDUCATION

D3 KEPERAWATAN
D3 KEBIDANAN
D3 SANITASI
D3 ANALIS KESEHATAN
D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK
D3 KESEHATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURABAYA
2021
KELOMPOK 5 INTERPROFESIONAL
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

Wahyu Indah Fitriyani P27820............


Juli Astianti P27820118041
Hikmatus Saniyah Arsabani P27820118051
Yordan Abdillah Firdaus P27820118065
Arvina Lita P27820118056
Afifah Zery Afrilia P27820118039
Lailul Fitriyani P27820118049
Dwiasto Lintang Setiawan P27820............
Wildan Arief Hidayatulloh P27820............
Dera Ilham Melia Oktavani P27820............
Laras Dwi Sekar Taji P27820............
Tri Mirda Mar’atus Sholicha P27820............
Fitriatun Ulfa P27820............
Arizah Hanani P27820318016
Imamatun Nisak P27820............
Triantih Safitri P27820............
Rima Andini P27820............
Muslikhal Hasanah Amanah P27820............
Husnul Hotimah P27820............
Musfiroh P27820............
Jamilah P27820............
Fheby Cahyati N P27833218073
Sisi Alifinna Aldrianti P27833118019
Rifka Anggraeni P27833118020
Ahlun Najaa Nazzun Priyono Putri P27833118021
Dwi Haslinda Rohmini P27833118022
Mertantio Galih Lucky Sugiyanto P27833118023
Farida Dwi Risma Ningrum P27833118024
Winda Putri Wibisono P27833118025
Fitria Yulfirda Arini P27834018009
Erda Fitri Ardila P27834018014
Isthifaiyatul Mahmudah P27838018016
Ulil Albhi Ramadhani P27838018011
Riska Safitri Suhardi P27825018005
Hikmatun Ariany Mabruroh P27825018007
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH INTERPROFESIONAL EDUCATION
KASUS MATERNITAS/ KETIDAKEFEKTIFAN IBU POST PARTUM
DALAM PEMBERIAN ASI

Oleh :
KELOMPOK V
INTERPROFESIONAL EDUCATION
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

Telah disahkan
Pada tanggal : ....... 2021

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Interprofesional Education
Dosen Pemimbing Interprofesional Education
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Interprofesional Education dengan Kasus maternitas “Ketidakefektifan Ibu Post
Partum Dalam Pemberian Asi”.
Makalah ini ditulis oleh tim penyusun sebagai salah satu laporan
penyelesaian kasus kesehatan secara kompleks dengan menilik diberbagai
bidangnya sehingga melibatkan berbagai profesi kesehatan juga sebagai
pembelajaran untuk kolaborasi kerjasama interprofesi kesehatan di Poltekkes
Kemenkes Surabaya. Dengan ini perkenankan kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, sebagai Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya.
2. Kharisma Kusumaningtyas,SsiT.,Mkeb. sebagai dosen pembimbing I
kelompok V Interprofesional Education.
3. Nikmatul Fadilah, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai dosen pembimbing II
kelompok V Interprofesional Education.
4. Dr. Dwi Ananto Wibrata SST., M.Kes. sebagai Koordinator PJMK Riset
Program Studi DIV Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
sekaligus pembimbing.
5. Seluruh dosen pengajar mata kuliah Interprofesional Education.
6. Civitas akademik yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
Interprofesional Education.
7. Kedua orangtua dan keluarga yang telah memberi semangat dan doa dalam
penyelesaian makalah Interprofesi.
8. Rekan-rekan mahasiswa seluruh Program Studi Poltekkes Kemenkes
Surabaya, atas motivasi dan kerjasama dalam menyusun makalah Interprofesi
ini.
Tim penyusun menyadari bahwal makalah ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Akhir kata kami berharap semogamakalahini dapat bermanfaat bagi
perkembangan seluruh profesi kesehatan, khususnya dalam lingkup akademik
Poltekkes Kemenkes Surabaya dan masyarakat.

Surabaya, Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Post partum (Puerperium) bisa disebut dengan masa nifas adalah masa
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung selama kurang lebih 6
minggu (Dwi Rahayu, 2017). Nifas sama halnya dengan haid yang merupakan
masa pembersihan rahim, darah nifas mengandung trombosit, sel-sel degeneratif,
sel-sel nekrosis atau sel-sel mati dan sel-sel endometrium sisa (Manuaba, 2010).
Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, dimulai
dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi
keluarga baru dengan kehadiran seorang buah hati yang sangat membutuhkan
perhatian. Permasalahan dalam pemberian ASI dapat ditemukan pada ibu dan
bayi, dimana pada ibu meliputi masalah pada payudara yang mengalami
pembengkakan, puting susu yang pendek atau terbenam, puting mengalami lecet
saat di hisap bayi pertama kali dimana hal tersebut dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui bayi yang benar (Sondakh,
2013). Sedangkan masalah pada bayi meliputi bayi bingung dengan puting
(Nipple Confusion), bayi premature, bayi tidak mau menyusu karena terdapat
masalah pada bayi seperti bayi sering menangis atau bayi sakit (Wiji, 2013).
Menurut WHO jumlah presentase pemberian ASI secara eksklusif pada
bayi (2016) hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Prevalensi pemberian
ASI di indonesia menurut Riskesdas (2018) masih berada di angka 37,3%, angka
tersebut masih berada jauh di bawah target WHO yaitu setidaknya 50% bayi
dibawah usia 6 bulan harus mendapatkan ASI eksklusif. Prevalensi pemberian
ASI eksklusif di Jawa Timur tidak jauh berbeda yaitu sekitar 40,05% dan di
Madura, pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 30% menurut data Riskesdas
(2018).
Kegagalan dalam menyusui pada ibu post partum primpara disebabkan
oleh teknik dalam pemberian ASI dan produksi ASI yang masih kurang baik.
Masalah menyusui pada masa pasca persalinan salah satunya adalah sindrom
ASI kurang, yang mengakibatkan bayi merasa tidak puas meskipun telah
menyusui. Bayi rewel atau bayi menolak untuk menyusu, dan tinja bayi menjadi
keras (Perinasia, 2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI
kurang adalah tidak dilakukannya persiapan puting terlebih dahulu dan
kurangnya reflek oksitosin pada ibu (Maryunani, 2012). Faktor psikologis ibu
pada saat menyusui mempunyai pengaruh besar terhadap proses menyusui dan
produksi ASI. Perasaan stress dan khawatir mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap produksi ASI sehingga dapat menyebabkan produksi ASI berkurang.
Ibu yang mempunyai rasa percaya diri dan yakin 100% akan benar-benar
mampu menghasilkan ASI normal serta dapat membantu mengembalikan
potongan badan seperti semula (Proeverawati, 2010). Masalah ketidakefektifan
pemberian ASI eksklusif jika tidak ditangani akan menimbulkan permasalahan
pada bayi ataupun ibunya, pada bayi berdampak menurunkan daya tahan tubuh,
perkembangan tubuh dan otak mengalami permasalahan, dan dapat
mengakibatkan meningkatnya angka kematian bayi (Setyo & Sri, 2011). Pada
ibu dapat timbul berbagai penyakit seperti mastritis, kanker payudara dan kanker
rahim, penyakit pada jantung, pendarahan post partum (Dewi & Sunarsi, 2011).
Mencegah terjadinya masalah tersebut tindakan yang tepat menurut
intervensi Nursing Intervention Clasification (NIC) adalah bantuan pemberian
ASI hal ini akan membantu seorang ibu baru untuk menyusui bayinya melalui
cara menyusui dan cara merawat payudara yang benar. Apabila seorang ibu
mengetahui cara menyusui yang benar dan waktu yang tepat untuk menyusui,
maka kecil kemungkinan bagi ibu untuk hamil on demand 6 bulan pertama
setelah melahirkan (Dewi dan Tri, 2014). Promosi kesehatan juga penting
dilakukan dalam hal menambah pengetahuan ibu. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Apriliani (2013) penggunaan media yang tepat akan berpengaruh
terhadap pemahaman audience. Dalam hal ini media promosi kesehatan yang
dapat digunakan dalam promosi kesehatan adalah lembar balik. Lembar balik
ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam
bentuk buku gambar dimana tiap halaman berisi gambar peragaan dan kalimat
sebagai pesan atau informasi yang berkaitan. Penggunaan media visual ini harus
sesuai dengan tujuan promosi kesehatan.
Kasus yang akan dikonsep sebagai masalah interprofesi kesehatan adalah
ketidakefektifan ibu post partum dalam pemberian ASI. Dengan begitu harapan
kami, pada setiap sisi masalah dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan
kode etik profesi kami masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1.Bagaimana Konsep Ketidakefektifan ibu post partum dalam pemberian
ASI?
1.2.2.Bagaimana Peta interprofesi yang terkaji dari simulasi kasus?
1.2.3.Bagaimana Asuhan kerja interprofesi untuk menyelesaikan kasus
ketidakefektifan ibu post partum dalam pemberian ASI?

1.3 Tujuan
1.3.1.Agar mengetahui konsep teori ketidakefektifan ibu post partum dalam
pemberian ASI.
1.3.2.Agar mengetahui cara dan data yang perlu dikaji dari kasus tersebut untuk
data kerja tiap profesi.
1.3.3.Agar mengetahui asuhan kerja setiap profesi pada setiap profesi.

1.4 Manfaat
1.4.1.Agar mahasiswa kesehatan disegala profesi mengetahui wawasan
mengenai konsep teori suatu penyakit atau kasus kesehatan untuk dapat
dianalisa masalah kesehatannya.
1.4.2.Agar mahasiswa kesehatan disegala profesi mengetahui tanggung jawab
dan kode etik profesi masing-masing dalam menyelesaikan suatu masalah
kesehatan.
1.4.3.Agar mahasiswa kesehatan mampu dan trampil berkolaborasi dalam
bekerja dengan profesi kesehatan yang lainnya.
1.4.4.Agar mahasiswa kesehatan mampu menyelesaikan masalah kesehatan
dilingkungannya secara optimal dan maksimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Menyusui Tidak Efektif Pada Ibu Post Partum


1. Definisi
a. Pengertian Post Partum
Masa nifas atau masa post partum yaitu dimulai ketika plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandung kemih seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira selama enam minggu atau 40 hari
(Ambarwati & Wulandari, 2010). Lamanya masa nifas tidak mempunyai
batasan, bahkan bisa terjadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Tujuan dari
pemberian asuhan masa nifas adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi
baik fisik maupun psikologis, untuk melaksanakan deteksi dini secara
komprehensif jika terjadi komplikasi baik pada ibu maupun bayi, dan untuk
memberikan pendidikan kesehatan pada ibu mengenai perawatan diri, KB,
menyusui, serta imunisasi dan perawatan bayi (Ambarwati & Wulandari,
2010).
b. Pengertian Menyusui Tidak Efektif
Menyusui tidak efektif merupakan suatu kondisi dimana ibu dan bayi
mengalami ketidakpuasan atau kesulitan pada saat menyusui (SDKI DPP
PPNI, 2016). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu ataupun pada bayinya.
Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering
dianggap masalah yang diakibatkan oleh anaknya saja. Masalah menyusui
dapat juga diakibatkan karena keadaan khusus, selain itu ibu sering mengeluh
bayi menangis atau menolak menyusu sehingga ibu beranggapan bahwa
ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik, sehingga sering
menyebabkan ibu mengambil keputusan untuk menghentikan menyusui
(Maryunani, 2015).
2. Etiologi
a. Ketidakadekuatan suplai ASI
b. Hambatan pada neonatus (misalnya, prematuritas, sumbing)
c. Anomali payudara ibu (misalnya, putting masuk ke dalam)
d. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
e. Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
f. Payudara ibu bengkak
g. Riwayat operasi payudara
h. Kelahiran kembar (SDKI DPP PPNI, 2016).
Menurut (Ambarwati & Wulandari, 2010) terdapat beberapa masalah yang
menyebabkan ibu enggan untuk menyusui bayinya yaitu :
a. Masalah menyusui pada masa antenatal
1) Kurang atau salah informasi.
Banyak ibu yang mengira bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan
lebih baik dari ASI sehingga ibu lebih cepat untuk memberikan susu
formula kepada bayinya jika dianggap produksi ASI yang dikeluarkan
kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang kurang memberikan
informasi pada saat pemeriksaan kehamilan ataupun saat pasien pulang,
seperti misalnya banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa :
a) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering
sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas
kesehatan menyuruh untuk menghentikan menyusui.
b) ASI tidak keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu
untuk diberikan minuman lain, padahal jika kondisi bayi yang lahir
cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang
dapat mempertahankannya tanpa minum selama beberapa hari.
Pemberian minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat
pengeluaran ASI karena bayi merasa kenyang sehingga malas untuk
menyusu.
c) Payudara yang berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI
padahal ukuran payudara tidak menentukan banyak atau sedikitnya
ASI yang keluar, hal tersebut disebabkan kerena banyaknya lemak
pada payudara.
2) Puting susu datar atau terbenam.
Jika puting susu ibu datar atau terbenam setelah bayi lahir maka dapat
dikeluarkan dengan cara sebagai berikut yaitu: susui bayi segera setelah
lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu, susui bayi sesering mungkin
setiap dua sampai dua setengah jam hal ini dapat menghindarkan
payudara terisi penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu, massage
payudara dan keluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat
membantu bila terdapa bendungan payudara dan putting susu masuk ke
dalam.
b. Masalah menyusui pada masa nifas dini
1) Puting susu nyeri.
Pada umumnya ibu akan merasakan nyeri pada waktu awal menyusui.
Nyeri yang dirasakan ibu akan berlangsung setelah ASI keluar, bila
posisi mulut bayi dengan puting susu ibu benar maka perasaan nyeri yang
dirasakan akan segera hilang. Cara menangani permasalaham tersebut
yaitu, memastikan apakah posisi ibu sudah benar, mulailah menyusui
pada putting susu yang tidak sakit guna membantu mengurangi rasa sakit
pada putting susu yang sakit, segera setelah bayi menyusu keluarkan
sedikit ASI lalu oleskan di putting susu dan biarkan payudara terbuka
untuk beberapa waktu hingga putting susu kering.
2) Puting susu lecet.
Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah
tetapi dapat juga disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis,
sehingga harus ditangani dengan benar. Cara yang dilakukan untuk
menangani masalah tersebut yaitu, ibu dapat memberikan ASInya pada
keadaan luka yang tidak begitu sakit, olesi putting susu dengan ASI akhir
(hind milk) serta jangan sekali-sekali memberikan obat lain (krim atau
salep), puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu
sekitar 2x24 jam, cuci payudara sekali sehari tetapi tidak dianjurkan
untuk menggunakan sabun, keluarkan ASI dari payudara yang sakit
dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan
kelancaran pembentukan ASI, berikan ASI perah dengan sendok atau
gelas jangan menggunakan dot, setelah terasa membaik mulai menyusui
secara perlahan-lahan dengan waktu yang lebih singkat, dan bila lecet
tidak sembuh dalam satu minggu rujuk ke puskesmas.
3) Payudara bengkak.
Pada hari pertama sekitar dua sampai empat jam, payudara sering terasa
penuh dan nyeri yang disebabkan karena bertambahnya aliran darah ke
payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah yang
cukup banyak. Penyebab dari payudara ibu menjadi bengkak diantaranya,
posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah, produksi ASI yang
berlebihan, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, serta
waktu menyusui terbatas. Perbedaan antara payudara penuh dengan
payudara bengkak yaitu jika payudara penuh, rasa berat pada payudara,
panas dan keras serta bila diperiksa ASI keluar dan tidak edema. Jika
payudara bengkak, payudara oedema, sakit putting susu serta terasa
kencang, kulit mengkilat tetapi tidak merah, dan bila diperiksa ASI tidak
keluar, serta badan bisa terasa demam setelah 24 jam.
4) Mastitis (abses payudara).
Mastitis yaitu peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,
bengkak dapat pula di sertai rasa nyeri atau panas, suhu tubuh meningkat,
serta pada bagian dalam terasa ada masa padat (lump). Hal ini terjadi
pada masa nifas sekitar satu sampai tiga minggu setelah persalinan yang
diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut, kurangnya ASI
yang dihisap atau dikeluarkan, serta kebiasaan menekan payudara dengan
jari atau karena tekanan baju atau BH. Cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut yaitu, lakukan kompres hangat atau dingin serta
lakukan pemijatan, rangsangan oksitosin dimulai pada payudara yang
tidak sakit yaitu dengan cara stimulasi putting susu, pijat pada bagian
leher dan punggung, bila perlu dapat dianjurkan untuk beristirahat total
dan obat untuk penghilang rasa nyeri, serta jika terjadi abses sebaiknya
tidak disusukan karena mungkin memerlukan tindakan pembedahan.
c. Masalah menyusui pada masa nifas lanjut
1) Sindrom ASI kurang
Tanda-tanda yang terjadi jika ASI kurang yaitu bayi tidak puas selesai
menyusu, seringkali menyusui dengan waktu yang sangat lama, bayi
sering menangis atau menolak menyusu, tinja bayi keras, kering atau
berwarna hijau, serta payudara tidak membesar selama kehamilan
(keadaan yang sangat jarang). Cara yang dapat dilakukan yaitu, ibu dan
bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus
memberikan hisapan efektifnya. Pada keadaan tertentu dimana produksi
ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih seperti
relaktasi, perlu dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu
dengan pipa nasogastric yang ditempelkan pada putting untuk dihisap
bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI.
2) Ibu yang bekerja.
Pekerjaan merupakan alasan seorang ibu untuk berhenti menyusui
bayinya, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan bagi seorang ibu
yang bekerja untuk tetap dapat menyusui diantaranya, susuilah bayi
sebelum ibu bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan dirumah sebelum
berangkat bekerja, pengosongan payudara ditempat kerja setiap tiga
sampai empat jam, ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat
diberikan pada saat ibu bekerja, pada saat ibu dirumah sesering mungkin
bayi untuk disusui serta ibu dapat mengganti jadwal menyusuinya
menjadi lebih banyak menyusui pada malam hari, serta mengonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi cukup selama bekerja dan selama
menyusui bayinya.
d. Masalah menyusui pada keadaan khusus
1) Ibu melahirkan dengan bedah sesar.
Segeralah lakukan rawat gabung antara ibu dengan bayi jika kondisi ibu
dan bayinya sudah membaik agar ibu dapat dengan segera menyusui
bayinya.
2) Ibu sakit
a) Ibu yang menderita penyakit hepatitis (HbsAg +) atau ADIS (HIV +)
Pada kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat, yang pertama
bahwa ibu yang menderita Hepatitis atau AIDS tidak diperkenakan
menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus kepada bayinya
melalui ASI. Pada kondisi negara berkembang, dimana kondisi
ekonomi masyarakat dan lingkungan yang buruk, keadaan pemberian
makanan pengganti ASI akan lebih membahayakan kesehatan dan
kehidupan bayi. WHO tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat
yang mungkin tidak akan sangup memberikan pendamping ASI
(PASI) yang adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka lebih
dianjurkan kepada ibu untuk meminta bantuan dari orang lain dengan
cara mencari pendonor ASI namun tetap harus diperhatikan kondisi
pendonor tersebut harus sehat.
b) Ibu dengan TBC.
Kuman TBC tidak menular melalui ASI, sehingga ibu dianjurkan
untuk menyusui bayinya. Ibu yang menderita TBC perlu diobati
secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan
menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberikan imunisasi BCG
karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian
obat antituberkulosis melalui bayi, bayi tetap diberi INH dengan dosis
penuh sebagai profilaksi. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat
biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi virusnya dan setelah itu
dapat dilakukan uji Mantoux pada bayi, bila hasilnya negative terapi
INH dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG.
c) Ibu dengan Diabetes.
Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes sebaiknya diberikan ASI,
namun perlu dimonitor kadar gula darahnya.
3) Ibu yang memerlukan pengobatan.
Biasanya ibu akan memilih untuk menghentikan pemberian ASI pada
bayinya bila meminum obat-obatan, karena takut jika obat tersebut
menganggu kesehatan bayinya. Kandungan obat dalam ASI tergantung
dari masa paruh obat dan rasio obat dalam plasma dan ASI. Padahal
kebanyakan obat hanya sebagian kecil yang dapat melalui ASI dan jarang
berakibat kepada bayinya, memang ada beberapa obat yang sebaiknya
tidak diberikan kepada ibu yang sedang menyusui dan bila ibu
memerlukan obat, pilihlah obat yang mempunyai masa paruh obat
pendek dan yang mempunyai rasio ASI plasma kecil atau dicari obat
alternatif yang tidak berakibat kepada bayinya. Anjurkan kepada ibu, bila
memerlukan obat maka sebaiknya diminum segera setelah menyusui.
4) Ibu hamil.
Biasanya ibu yang sudah hamil lagi tetapi masih memiliki bayi yang
harus disusui tidak memiliki bahaya baik bagi ibu ataupun janinnya bila
sang ibu masih tetap meneruskan menyusui bayinya, tetapi ibu tetap
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan dalam porsi
yang lebih banyak.
3. Pathway

4. Faktor Yang Mempengaruhi


Menurut (Kusumaningrum, Maliya, & Hudiyawati, 2016) faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi ibu mengalami menyusui tidak efektif yaitu :
a. Faktor internal
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari pengamatan seseorang melalui panca
indera terhadap suatu objek tertentu meliputi pengelihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, dan perasa (Notoatmodjo, 2007). Ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang biasanya akan kurang mengetahui
tentang manfaat serta pentingnya pemberian ASI sejak dini, sehingga
menyebabkan ibu untuk enggan menyusui bayinya. Pengetahuan seorang
ibu mengenai pemberian ASI merupakan salah satu faktor terpenting
dalam kesuksesan proses menyusui.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan untuk pemberian ASI kepada bayinya. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin besar peluang ibu untuk
menerima informasi mengenai pentingnyan manfaat pemberian ASI
kepada bayinya, sebaliknya jika pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap ibu terhadap pemberian ASI kepada
bayinya.
3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu alasan yang sering diungkapkan pada ibu
yang tidak menyusui bayinya. Pada zaman sekarang ini, banyak wanita
yang lebih memilih mengembangkan karirnya dalam bidang ekonomi
daripada mengurus rumah tangganya atau bekerja dirumah. Adanya
peran ganda seorang ibu baik sebagai ibu rumah tangga atau pekerja,
akan menimbulkan ketidakseimbangan hubungan antara ibu dengan
anaknya. Seorang ibu yang mempunyai bayi baru lahir memiliki
tanggung jawab besar terhadap bayinya, dimana kebutuhan bayi baru
lahir ini harus mendapatkan ASI sampai berusia enam bulan yang artinya
seorang ibu harus siap setiap saat dalam menyusui bayinya.
4) Kondisi
Kesehatan Ibu Kesehatan ibu dapat mempengaruhi dalam proses
menyusui. Seorang ibu tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya
ketika ibu dalam keadaan sakit, seperti misalnya ibu menderita penyakit
hepatitis, AIDS, dan TBC, maka ibu memerlukan bantuan dari orang lain
untuk membantu mengurus bayinya serta rumah tangganya, karena ibu
harus memerlukan lebih banyak waktu untuk beristirahat. Hal inilah yang
dapat mempengaruhi ibu tidak dapat menyusui secara efektif.
b. Faktor eksternal
1) Orang penting sebagai referensi keluarga Orang penting seperti suami
ataupun keluarga biasanya dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam
menyusui. Bila orang tersebut sangat dipercayai dalam kehidupannya
maka apapun yang orang tersebut katakan atau perbuat segera diikuti dan
dicontoh, seperti misalnya dalam pemberian ASI, maka dukungan dari
keluarga sangat diperlukan dalam proses kelancaran pemberian ASI pada
bayi.
2) Sosial ekonomi Sosial ekonomi dalam keluarga dapat memengaruhi
kemampuan keluarga untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Biasanya, keluarga yang memiliki penghasilan kurang akan lebih
memahami tentang pentingnya menyusui dan memberikan ASI kepada
bayinya dari baru lahir hingga berusia enam bulan, sebaliknya jika
keluarga tersebut berpenghasilan yang lebih akan memiliki peningkatan
daya tarik dalam pembelian sesuatu yang dianggapnya lebih praktis,
seperti misalnya pemberian susu formula.
3) Pengaruh iklan susu formula Semakin meningkatnya promosi terhadap
susu formula atau yang biasa disebut dengan pendamping ASI (PASI)
maka ibu akan lebih banyak mendapatkan informasi mengenai
keunggulan produk susu tersebut yang menyebabkan ibu berpikiran
bahwa pemberian susu formula dianggap sama bahkan lebih praktis dan
dapat membantu ibu mempermudah proses pemberian nutrisi kepada
bayinya, sehingga tidak menutup kemungkinan ibu enggan untuk
menyusui bayinya.
4) Budaya Nilai-nilai, kebiasaan, perilaku, serta penggunaan sumber-
sumber dalam masyarakat akan menghasilkan suatu kebudayaan pada
daerah setempat. Kebudayaan tersebut terbentuk dalam waktu yang
cukup lama. Kebudayaan tersebut selalu berubah baik cepat maupun
lambat sesuai dengan peradaban umat manusia (Notoatmodjo, 2007).
Kebudayaan yang berlaku pada suatu daerah akan mempengaruhi
keberhasilan dalam proses menyusui atau pemberian ASI. Adanya
budaya yang memberikan makanan atau minuman kepada bayi yang baru
lahir dapat menggagalkan keberhasilan dalam pemberian ASI secara
eksklusif dan dapat menganggu kesehatan bayi.
5. Manifestasi Klinis
Tanda- tanda yang terjadi apabila ibu menyusui tidak efektif ASI kurang
dari normal yaitu:
a. Bayi tidak puas saat selesai menyusu
b. Seringkali menyusu dengan waktu yang sangat lama
c. Bayi sering menangis atau menolak menyusu
d. Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau
e. Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang sangat jarang
terjadi).
6. Penatalaksanaan
Penanganan Berdasarkan Keputusan Kementerian Kesehatan RI No.
450/Menkes/SK/IV/2014 mengenai pemberian ASI pada bayi di Indonesia,
maka pemerintah menyelenggarakan upaya yang dapat mensukseskan
keberhasilan dalam proses menyusui yaitu melalui program “Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui” diantaranya :
a. Memilih kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI dikomunikasikan
secara rutin dengan staf pelayanan kesehatan.
b. Melatih semua staf pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menerapkan
kebijakan tersebut.
c. Memberitahukan keuntungan dan penatalaksanaan pemberian ASI pada
semua ibu hamil.
d. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam wakttu setengah jam setelah
kelahiran.
e. Memperlihatkan kepada ibu yang belum berpengalaman bagaimana cara
meneteki dan tetap memberikan ASI meskipun ibu terpisah dari neonatus.
f. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI kepada neonatus
kecuali diindikasikan secara medis.
g. Mempraktekkan rawat gabung, mengijinkan ibu dan neonatus untuk terus
bersama-sama 24 jam sehari
h. Mendorong pemberian ASI setiap neonatus memintanya.
i. Tidak memberikan dot atau empeng pada neonatus yang diberi ASI.
j. Mendorong dibentuknya kelompok pendukung ASI dan merujuk para ibu ke
kelompok tersebut ketika mereka sudah keluar dari rumah sakit atau klinik.
7. Komplikasi
Komplikasi yang akan ditimbulkan pada ibu post partum apbila tidak
menyusui bayinya, diantaranya:
a. Bertambahnya kerentanan terhadap penyakit baik bagi ibu maupun bayi.
Menyusui dapat mencegah sepertiga kejadian infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, penyakit usus pada
bayi premature dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu,
risiko kanker payudara juga menurun 6-10% (Fadhila et all, 2016). Apabila
air susu ibu tidak diberikan kepada bayi secara adekuat bersamaan dengan
bertambahnya sekresi air susu tersebut, maka akan terjadi penumpukan air
susu di dalam alveoli yang secara klinis payudara tampak membesar.
Payudara yang membesar dan berisi penumpukan air susu tersebut dapat
mengakibatkan abses, gagal menyusui dan rasa sakit. Apabila hal ini terjadi
secara terus menerus dengan tidak mengosongkan ASI sebagai
penatalaksanaan penyembuhan, maka akan terjadi keparahan dan
menyebabkan ibu mengalami penyakit kanker payudara.
b. Biaya kesehatan untuk pengobatan
Pemberian ASI dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia
sehingga biaya kesehatan dapt dikurangi hingga 256,4 juta USD atau 3
triliun rupiah setiap tahunnya.
c. Kerugian kognitif seperti hilangnya pendapatan bagi individual
Pemberian ASI ekslusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi untuk
mendapatkan pekerjaan kedepannya lebih baik, karena anak tersebut
memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal tersebut akan
meningkatkan potensi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih optimal
(Fadhila et all, 2016).
d. Biaya susu formula
Penghasilan seseorang rata-rata hampir habis digunakan untuk
membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Jika dari mereka
mampu memberikan ASI eksklusif selama bayi baru lahir hingga berusia 2
tahun, penghasilan orang tua dapat dihemat sebesar 14%.
2.2 Pengetahuan yang Diperoleh dari Kebidanan

2.3 Pengetahuan yang Diperoleh dari Keperawatan Gigi

Sebagai Tenaga Terapis Gigi dalam penanganan kasus ini, terapis gigi
melakukan tindakan pemeriksaan rongga mulut pada ibu dan bayi. Tindakan
– tindakan yang terapis gigi lakukan yaitu sebagai berikut :
A. Melakukan pemeriksaan rongga mulut pada bayi, dengan tujuan
mengetahui ada atau tidak kelaian pada rongga mulut bayi.
B. Melakukan pemeriksaan rongga mulut ibu dengan cara menghitung nilai
OHI-S dan indeks DMF-T.
C. Pemeriksaan data riwayat kehamilan ibu, dengan data tersebut terapis
gigi dapat mengetahui beberapa faktor atau pemicu yang menyebabkan
kelainan pada rongga mulut dan pertumbuhan gigi bayi.
D. Pemeriksaan data riwayat kesehatan gigi ibu saat hamil, dengan data
tersebut terapis gigi dapat mengetahui perilaku ibu saat hamil dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut diri sendiri.
E. Memberikan edukasi kepada ibu dengan tujuan seorang ibu dapat
menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut bayi dan dirinya sendiri,
edukasi yang diberikan meliputi :
1. Cara dan waktu menyikat gigi yang baik dan benar
2. Cara membersihkan rongga mulut bayi
3. Bad Habbit yang dapat mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan gigi bayi.
2.4 Pengetahuan yang Diperoleh dari Teknik Laboratorium Medik

Maternitas merupakan salah bentuk pelayanan profesional keperawatan


tentang asuhan keperawatan pada wanita pada usia subur (WUS), bayi baru
lahir, dan keluarga terkait dengan masalah kehamilan, persalinan, post partum
dan pelayanan keluarga berencana.

Dalam ilmu teknik laboratorium medik sangatlah penting dalam


melakukan medical check up atau pemeriksaan darah rutin yaitu pemeriksaan
darah lengkap untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit yang ada di dalam tubuh. Sehingga, kita dapat mengetahui kondisi
kesehatan dan batas kemampuan diri dalam melakukan kegiatan. Salah satu
bagian dari rangkaian pemeriksaan darah lengkap yaitu Hemoglobin atau Hb
yang dapat mengetahui perlu tidaknya perhatian khusus kondisi dalam tubuh
seperti Anemia karena seorang ibu yang mengalami anemia memiliki resiko
yang tinggi pada saluran ASI dan mastitis.

2.5 Pengetahuan yang Diperoleh dari Gizi

2.6 Pengetahuan yang Diperoleh dari Teknik Elektromedik


Bagi ibu menyusui, breast pump menjadi salah satu keperluan
paling esensial untuk memenuhi kebutuhan si kecil, terutama bagi para
ibu yang harus sering berjauhan dengan sang buah hati demi pekerjaan
atau alasan lainnya.
Memilih  breast pump yang baik dan berkualitas dapat membantu
memperlancar pemberian ASI kepada si kecil setiap saat. Namun
apapun alat pompa yang digunakan jika diimbangi dengan perawatan
dan penggunaan yang tepat dapat memperpanjang usia alat pompa ASI
tersebut. Untuk itu, beberapa hal berikut ini dapat membantu ibu
merawat dan menggunakan breast pump elektrik dengan baik dan benar.
Berikut ini merupakan cara merawat breast pump dengan baik dan
benar :
1. Baca aturan pakai
Sebelum user menggunakannya, bacalah aturan pakai, aturan
penyimpanan, dan perawatan yang tertera pada kemasan. Bentuk alat
pompa ASI berbeda-beda, sehingga kadang memerlukan perawatan
yang berbeda pula.Tanyakan dengan detail bagian-bagian yang user
kurang pahami kepada penjual, dan jika perlu mintalah untuk
menunjukkan cara pemakaian dan perawatan satu persatu sebelum
membawanya pulang.
2. Pisah bagian saat mencuci
Breast pump biasanya terdiri dari beberapa bagian yang
dihubungkan satu sama lain saat menggunakannya. Pastikan semua
bagian itu terpisah saat user mencucinya.Jangan mencuci alat pompa
ketika masih dalam keadaan tersambung supaya semua bagian dapat
dibersihkan dengan sempurna untuk memastikan tidak ada lagi sisa
air susu yang tertinggal sehingga tidak menimbulkan kuman atau
bakteri.
3. Bersihkan sisa air susu
Sebelum mencucinya dengan menggunakan sabun, bersihkan
dahulu sisa air susu yang masih ada dengan air dingin (bukan hangat)
supaya semua bagian dari breast pump tidak cepat rusak. Setelah
dibasuh dengan air dingin tadi barulah Moms bisa menggunakan
sabun pencuci.
4. Biarkan kering
Setelah dicuci, biarkan alat pompa tersebut sampai benar-benar
kering sebelum menggunakannya kembali karena air susu yang
tercampur dengan sisa air cucian dapat mengakibatkan tumbuhnya
bakteri.
5. Sterilisasi
Ada beberapa produk breast pump yang perlu disterilkan
dengan cara dimasak dengan air sampai mendidih.User juga bisa
memanfaatkan microwave untuk mensterilkan alat pompa tersebut
asalkan sudah menanyakan terlebih dahulu keamanan metode ini
pada penjual.
Beberapa hal yang secara umum perlu diperhatikan saat
menggunakan  breast pump elektrik adalah:
1. Periksa baterai
User perlu sering memeriksa baterai yang digunakan, pastikan
kondisinya sudah terisi penuh sebelum menggunakannya
untuk mencegah macetnya  breast pump  sebelum selesai memompa
ASI.
2. Gunakan kecepatan rendah
Jika alat pompa milik dilengkapi dengan pengaturan suhu atau
kecepatan, mulailah menggunakan kecepatan yang terendah.
Kerusakan pada alat pompa umumnya terjadi karena adanya
kesalahan pada penggunaan pertama.
3. Pompa secara berkala
Pada awal pemakaian, lakukan pemompaan secara berkala,
misalnya 2-5 menit sekali dan jika sudah terasa nyaman, pemompaan
bisa dilakukan 10-15 menit sekali, begitu seterusnya.
2.7 Pengetahuan yang Diperoleh dari Kesehatan Lingkungan
Maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan
system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan
dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus
pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan
psikososial untuk mencapai kesejahteraan.
Untuk itu dalam konsep kesehatan lingkungan, dapat dilakukan
pendekatan secara individu (konseling) dengan mengedukasi tentang
perilaku hidup bersih , personal hygiene dan semacamnya untuk
menjadikan kehamilan yang sehat untuk ibu dan anak.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Skenario

TAHAP I DISKUSI KELOMPOK V TF


PENULIS 1. Tim IPE-IPC Poltekkes
SKENARIO 2. Kelompok V

SASARAN 1. Memahami konsep teori ketidakefektifan ibu post


PEMBELAJARAN partum dalam pemberian ASI
2. Memahami konsep teori penatalaksanaan medis
ketidakefektifan ibu post partum dalam pemberian
ASI.
3. Interprofesi mampu bekerjasama menyelesaikan
masalah ketidakefektifan ibu post partum dalam
pemberian ASI.
LINGKUP 1. Konsep teori ketidakefektifan ibu post partum dalam
BAHASAN pemberian ASI (Definisi, Etiologi, Patofisiologi,
Manistasi Klinis, Penatalaksanaan Medis,
Komplikasi).
2. Pengembangan simulasi kasus oleh kelompok.
3. Peta Interprofesi.
4. Analisa/peranan kerja interprofesi.
PENGETAHUAN Konsep teori Ketidakefektifan ibu post partum dalam
AWAL pemberian ASI
PEMICU Seorang ibu pekerja berusia 27 tahun yang sedang
menyusui bayinya berusia 4 bulan cemas karena
khawatir tidak bisa memberikan ASI eksklusif pada
bayinya karena ibu telah dijadwalkan bekerja kembali
setelah cuti melahirkan selama 3 bulan. Ibu mengeluh
produksi ASI menurun setelah mulai bekerja. Lama ibu
bekerja selama 8 jam yang terbagi shift pagi, sore, dan
malam. Hasil pengkajian ditemukan hasil tanda-tanda
vital dengan TD 100/80mmHg, N 86x/menit, RR
20x/menit, S 360C, konjungtiva anemis, dan terdapat
caries gigi, TB 157cm dan BB 67kg.
KATA BARU - Post Partum
- ASI Eksklusif
IDENTIFIKASI 1. Ibu bayi berusia 27 tahun
FAKTA 2. Bayi baru lahir berusia 4 bulan
3. Ibu tampak cemas
4. Tanda vital Ibu: TD 100/80mmHg, nadi 86x/menit,
RR 20x/menit, suhu 36°C.
MASALAH Ibu mengeluh cemas produksi ASI menurun saat telah
UTAMA kembali bekerja
RUMUSAN Mengapa produksi ASI ibu menurun saat telah kembali
MASALAH bekerja?
DATA 1. Berat badan dan panjang badan bayi
TAMBAHAN 2. Berat badan dan tinggi badan ibu
3. Riwayat penyakit ibu
4. Riwayat makan ibu
5. Riwayat obat-obatan ibu
6. Sosial ekonomi keluarga
7. Apakah ibu bayi saat menyusui sedang aktif
bekerja?
8. Jenis pekerjaan dan lama waktu ibu bayi bekerja.
9. Riwayat kehamilan ibu
10. Riwayat kesehatan gigi ibu
LEARNING Jurusan Keperawatan
ISSUES YANG 1. Bagaimana assesment awal masalah tersebut?
MUNGKIN 2. Diagnosa keperawatan apa saja yang ditemukan
TERJADI pada masalah tersebut?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus
tersebut?
4. Apakah ASI keluar lancar?
5. Mengapa produksi ASI ibu menurun ketika
bekerja?
6. Apakah ibu sudah menyusui sesuai kebutuhan bayi?
7. Bagaimana penanganan ketidakefektifan ibu post
partum dalam pemberian ASI ?
Jurusan Kebidanan
Jurusan Keperawatan Gigi

1. Bagaimana kondisi rongga mulut bayi?


2. Apa saja yang dapat ibu lakukan untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut bayi sejak usia dini?
3. Bagaimana cara ibu memelihara kebersihan rongga
mulut bayi?

Jurusan Teknik Laboratorium Medik


1. Apakah ibu sudah rutin melakukan pemeriksaan
darah lengkap?
2. Apakah kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan
resiko tinggi pada ibu menyusui?

Jurusan Gizi
Jurusan Teknik Elektromedik
1. Apakah alat yang digunakan sudah terkalibrasi?
2. Apakah user sudah memahami SOP seblum
menggunakan alat?
3. Apakah alat sudah diperiksa keamanannya sebelum
digunakan user?
4. Apakah user melakukan maintenance sesuai dengan
manual book alat?
Jurusan Kesehatan Lingkungan
1. Apakah Ibu menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat ?
2. Apakah Ibu dan keluarga sudah menerapkan personal
hygiene ?

ANALISIS
MASALAH
HIPOTESIS
TINDAKAN Jurusan Keperawatan
YANG
DILAKUKAN 1. Melakukan pengkajian keperawatan
TIAP PROFESI a. Menanyakan biodata ibu
b. Menyakan keluhan ibu
c. Menanyakan riwayat kehamilan, riwayat
kehamilan, riwayat penyakit ibu sebelum dan
selama hamil.
2. Melakukan pengukuran TB dan BB
3. Melakukan pengecekan tanda – tanda vital meliputi
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan nadi,
pernapasan, dan suhu tubuh
4. Melakukan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kepala (konjungtiva)
b. Pemeriksaan ektremitas (akral)
c. Melakukan pemeriksaan payudara pada ibu
(keadaan puting dan pengeluaran ASI)
5. Memberikan Health Education tentang Asi Eksklusif
kepada Ibu karena adanya Ketidakefektifan ibu post
partum dalam pemberian ASI meliputi :
a. Apa pengertian Asi Ekslusif
b. Apa saja keunggulan ASI
c. Apa saja manfaat ASI
d. Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah
prduksi ASI
e. Kapan dan bagaimana ASI diberikan
f. Bagaimana pemberian ASI bagi ibu yang
bekerja
g. Bagaimana cara menyimpan ASI di rumah
6. Mengevaluasi pemahaman ibu tentang Asi
Eksklusif.
7. Penanganan ketidakefektifan ibu post partum dalam
pemberian ASI:
a. Mengajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan
perlekatan (lacth on) yang benar
b. Mengajarkan perawatan payudara antepartum
dengan mengompres dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
c. Mengajarkan perawatan payudara postpartum
(mis: memeras ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)

Jurusan Kebidanan
Jurusan Keperawatan Gigi

1. Melakukan pemeriksaan rongga mulut pada bayi,


untuk mengetahui masalah kesehatan gigi dan
mulut bayi sejak dini.
2. Memberikan edukasi mengenai hal-hal yang dapat
dilakukan ibu untuk menjaga kesehatan rongga
mulut bayi, seperti : edukasi mengenai perlunya
membersihkan rongga mulut bayi, kebiasaan buruk
yang harus dihindari untuk menjaga kesehatan gigi
bayi, pentingnya memeriksakan kesehatan gigi dan
mulut ke pelayanan kesehatan gigi dan asupan gizi
yang diperlukan untuk membantu dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan gigi bayi.
3. Memberikan edukasi mengenai cara dan waktu
yang tepat untuk membersihkan rongga mulut bayi.

Jurusan Teknik Laboratorium Medik


1. Memberikan pelayan laboratorium dalam
pemeriksaan darah lengkap.
2. Memberikan edukasi kepada ibu dalam menjaga
kesehatan tubuh agar kondisi darah dalam tubuh
tetap normal dan nutrisi anak tetap mencukupi seperti
ASI yang dibutuhkan bayi.
Jurusan Teknik Elektromedik
1. Memastikan alat mendapat supply sesuai
kebutuhannya
2. Melakukan pencatatan (nama alat, merk, tipe, nomor
seri)
3. Memastikan alat layak dipakai dengan cara
melakukan uji fungsi alat
4. Melakukan penyuluhan atau edukasi kepada user
cara pengoperasian alat yang baik dan benar sesuai
dengan SOP
5. Melakukan penyuluhan atau edukasi kepada user
dalam hal pemeliharan alat seperti selalu meletakkan
alat ditempat yang kering

Jurusan Kesehatan Lingkungan


1. Inspeksi Rumah Sehat
2. Edukasi tentang PHBS
3. Pengecekan Sumber Air bersih
4. Pemeriksaan MCK
5. Edukasi tentang Cuci tangan yang benar.
REFERENSI Konsep teori ketidakefektifan ibu post partum dalam
TERKAIT pemberian ASI
Etika, komunikasi, dan kolaborasi
PERTANYAAN 1. Apakah ada pengetahuan baru yang diperoleh?
REFLEKSI Jawab : Ada, setiap profesi mendapatkan pengetahuan
INTERPROFESI baru mengenai upaya penyelamatan pasien secara cepat
tanggap melalui kolaborasi dari beberapa profesi.
2. Apakah ada pengetahuan yang sudah saudara miliki dapat
digunakan/bermanfaat dalam penyelesaian kasus ini?
Jawab : Ada, semua jurusan saling memberikan
sumbangsih berupa penanganan yang cepat dan tepat
kepada pasien berdasarkan disiplin ilmunya masing-
masing.
3. Apakah ada informasi/ilmu yang tidak diketahui oleh
kelompok?
Jawab : Sejauh ini masih tidak ada, karena semua jurusan
saling memberikan informasi/ilmu.
4. Apakah semua anggota tim memahami keilmuan atau
profesi masing-masing?
Jawab : Ya, semua anggota tim saling memberikan solusi
penanganan sesuai bidangnya dengan tetap
mengutamakan keselamatan pasien.
5. Apakah ada tumpang tindih keilmuan/peran profesi?
Jawab : Ada, beberapa profesi memiliki perbedaan
pandangan mengenai langkah penanganan yang tepat bagi
pasien berdasarkan wewenang masing-masing profesi, namun
hal tersebut dapat diatasi dengan prinsip Patient Center Care
dimana semua profesi harus berpikir kritis dan bijak
mengenai upaya yang lebih didahulukan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dengan melaksanakan interprofesional collaboration, masing-masing
profesi saling berperan aktif dalam memberikan penanganan yang tepat pada
pasien. Hal tersebut didukung oleh penerapan prinsip Patient Center Care,
sehingga walaupun kasus pasien ditangani oleh profesi dengan latar belakang
disiplin ilmu yang berbeda, masalah kesehatan kompleks pada korban cidera
kepala tetap dapat ditangani dengan cepat tanggap.
4.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari sistematika dan teknik penulisan, gramatikal serta substansi materi yang
ada di dalamnya. Sehingga, kami mengharapkan adanya perbaikan yang
bersifat membangun dari Bapak/Ibu Dosen.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, W. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fadhila, e. a. (2016). Keluarga Berencana Pada Pasangan Usia Subur. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Andalas , 10(2) : 151-156.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). “Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
450/MENKES/ SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
Eksklusif pada Bayi Indonesia” (online), diakses tanggal 4 Februari 2021.

Kusumaningrum, T. M. (2016). Gambaran Faktor-Faktor Ibu Yang Tidak


Memberikan ASI Eksklusif DI DEsa Cepoksawit Kabupaten Boyolali.

Maryunani, A. (2015). Inisiasi Menyusu Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen


Laktasi.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Anda mungkin juga menyukai