Stages
Psychosocial – Erik Erikson
Apa yang akan
dipelajari?
Memahami tahap perkembangan psikososial berdasarkan
teori Erik Erikson dan mencoba merefleksikannya dalam
kehidupan pribadi.
Erik erikson (1902-
1994)
Salah satu tokoh psikologi yang melihat perkembangan kepribadian
manusia berdasarkan perspektif rentang kehidupan / life-span.
Lingkungan sosial dan budaya dilihat sebagai faktor yang memengaruhi
perkembangan diri individu.
Tahap Perkembangan
Psikososial
Setiap tahap perkembangan Perlu seimbang antara kiris
memiliki krisis yang perlu dihadapi. positif dan negatif.
Jika setiap krisis mampu dihadapi dengan Kesuksesan dalam menghadapi krisis dalam
sukses, maka individu akan mengembangkan masing-masing tahap perkembangan akan
sebuah virtue / kekuatan. memampukan individu menghadapi krisis
ditahap selanjutnya.
Trust vs.
SeorangMistrust
anak mengembangkan
rasa percaya / tidak
(trust/mistrust) tergantung dari
kualitas caregiver-nya
(pengasuh/orang tua)
Peduli Konsisten
Responsif Dapat diandalkan
Sementara itu bayi yang cenderung mistrust akan melihat dunia sebagai
tempat yang tidak aman dan harus ia hindari sehingga ia tumbuh menjadi
anak yang penuh dengan rasa takut dan menarik diri dari lingkungannya.
Autonomy Vs. Shame &
Doubt
Anak mulai belajar untuk melakukan
segala sesuatu secara mandiri, belajar
self-control (toilet training, body
coordination, decide things) dan
membangun rasa percaya diri
terhadap tubuh dan diri
Hasil :
The Hasil :
Anak menjadi lebih
Self-concept tidak
terbentuk dengan
baik.
berani mencoba hal
Menanamkan moral tentang benar/salah menjadi penting dimasa ini. Tapi jika
terlalu di dominasi dengan hukuman dan rasa bersalah, anak akan bertumbuh
menjadi pribadi yang sangat kaku terhadap aturan karena takut dihukum.
Industry vs. Inferiority
Usia sekolah anak-anak dimana mereka
memasuki lingkungan sosial yang baru selain
keluarga. Anak belajar menyelesaikan tugas
dan mempelajari berbagai keterampilan
maupun kemampuan untuk menjadi kompeten
baik dalam bidang akademik maupun
keterampilan sosial.
Anak mulai belajar melihat diri mereka Reaksi orang tua, guru, maupun
mampu menguasai suatu lingkungan terhadap keberhasilan
keterampilan dan dapat anak akan menentukan apakah anak
menyelesaikan tugas baik dibidang merasa dirinya berharga, dikasihi, dan
akademik maupun non-akademik diterima
esteem mengerjakan tugas Pencapaian akademik & non-akademik, relasi dengan teman
sebaya dan keluarga, menjadi segmen yang berkaitan dengan
pembentukan self-esteem dimasa ini.
Crisis Commitment
Merupakan proses untuk
mencari mengenai apa
Vulnerable Memberikan effort pada hal
yang ingin ia kerjakan atau
yang ingin ia percayai dan
mau menjadi apa.
moment ia percayai dalam
pencarian jati diri.
Individu yang gagal menemukan identitas diri dan tidak bisa mencapai fidelity akan tumbuh
menjadi individu yang tidak stabil, insecure, dan gagal untuk memiliki perencanaan bagi
masa depan mereka.
Intimacy vs. Isolation
Masa dewasa muda yang memiliki kebutuhan
untuk membentuk hubungan yang intim dan
saling mencintai dengan orang lain tanpa
takut kehilangan.
Sementara jika individu gagal menghadapi krisis dimasa ini akan membuat
mereka merasa stagnan dan merasa tidak terlibat dalam dunia.
Ego Integrity vs.
Despair
Orang lanjut usia mengevaluasi dan
menerima dirinya agar siap menghadapi
kematian. Mereka berjuang untuk mencapai
keutuhan, melihat kehidupan secara utuh dan
berusaha untuk merasa puas dengan
hidupnya tanpa ada rasa penyesalan.
Jika gagal menghadapi krisis dalam tahap ini, muncul rasa marah, tidak
berpengharapan, kecewa dan tidak puas dengan hidup, serta takut
menghadapi kematian.
Kesimpulan
Masing-masing dari kita memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
Pengalaman yang kita lewati seringkali membuat pertumbuhan
perkembangan kita menjadi tidak ideal dan membuat “lubang” dalam hidup
kita yang kemudian menjadi hambatan psikologis dalam diri kita.
Kita tidak dapat mengulang kembali kehidupan yang telah kita lewati dan
membuatnya menjadi seideal mungkin.