TERAPI LINTAH TEORI DAN PRAKTEK Pengalam-1
TERAPI LINTAH TEORI DAN PRAKTEK Pengalam-1
TERAPI LINTAH
TEORI DAN PRAKTEK
Pengalaman dan penelitian
Dokter, praktisi dan ahli biologi Jerman
Vita Sarasi
Bandung, 2011
Prakata
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah bersabda
dalam QS. An Nuur ayat 45 :
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian
dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan
dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki.
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.”
Sumber: C. Morkel
Rumah Sakit (Klinik) Essen-Mitte, Kota Essen di Jerman, Suasana di peternakan lintah ZAUG,
lokasi riset medis untuk terapi lintah kota Biebertal di Jerman
Vita Sarasi
PRAKATA .................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................ 6
1. PENDAHULUAN .............................................................. 11
Referensi Tambahan ..................................................................................12
2. SEJARAH TERAPI LINTAH ................................................ 13
Pendahuluan ..............................................................................................13
Terapi Lintah pada Masa Eropa Kuno ........................................................15
Terapi Lintah pada Abad Pertengahan dan Modern .................................21
Terapi Lintah pada Saat Ini ........................................................................29
Terapi Lintah pada Saat ini di Indonesia ....................................................34
Referensi Tambahan ..................................................................................35
3. BIOLOGI LINTAH ............................................................. 36
Pendahuluan ..............................................................................................36
Sejarah Lintah ............................................................................................39
Anatomi dan Fungsi ...................................................................................43
Anatomi dan Fungsi Mulut ........................................................................46
Kulit, Otot, Syaraf dan Indra ......................................................................51
Perilaku, Habitat, dan Pemeliharaan .........................................................62
Reproduksi .................................................................................................73
Memelihara lintah dan mengembangbiakkan di pusat pembiakan ..........75
Referensi Tambahan ..................................................................................80
4. TEKNIK TERAPI LINTAH ................................................... 81
Pengukuran Kesiapan Kulit ........................................................................83
Prosedur aplikasi terapi lintah ...................................................................83
Pemilihan lintah .................................................................................... 83
Pelaksanaan terapi lintah ...................................................................... 84
Proses Makan ........................................................................................ 87
Referensi Tambahan ..................................................................................91
5. INDIKASI TERAPI LINTAH ................................................ 92
Varises (Varicose Vein) ..............................................................................92
Prosedur praktek ................................................................................... 95
Gambar 1.1
Seorang wanita menggunakan lintah
untuk mengobati penyakitnya.
Ukiran kayu ini dibuat oleh William van
den Bossche, yang dipublikasikan dalam
Historia Medica di Brussel, tahun 1638.
Sumber: Courtesy of NLM
Referensi Tambahan
1. Andreas Michalsen, Manfred Roth, Gustav Dobos, “Medicinal Leech Therapy”, Thieme,
Stuttgart, Germany, 2007
2. I.S. Whitaker, J.Rao, D. Izadi, P.E. Butler, “Historical Article : Hirudo medicinalis : ancient
origin of, and trends in the use of medicinal leeches throughout history”, British Journal
of Oral and Maxillofacial Surgery, 2004, p.133-137
3. Müller IW. Blutegeltherapie zwischen Empirie und Wissenschaft. Erfahrungsheilkunde
2002: 51(7): 462-271
1
Pengeluaran darah dengan cara penyayatan vena
2
Penghancuran jaringan dengan instrumen panas atau dingin, arus listrik, zat kaustik atau agen lainnya
Gambar 2.2
Galen di antara
Hippocrates dan Ibnu
Sina, para dokter
terkenal di abad
pertengahan
Sumber : Ambassadors
3
Cairan atau setengah cair dalam tubuh berupa darah (blood), dahak (phlegm), empedu kuning (yellow
bile) dan empedu hitam (black bile)
Gambar 2.3.
Sumber : Wikipedia
4
Nyeri kronis yang umumnya menyerang sendi lutut, tumit dan jempol kaki
5
Berhubungan dengan penggunaan udara atau gas yang sejenis
6
Dekomposisi enzimatik, khususnya terhadap protein, dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang
berbau busuk, seperti hidrogen sulfida, amoniak, merkaptan
Scarifier,
Pisau bedah terbuat dari besi Tiga jenis pisau bedah
sekitar 1840-1880,
(Fleam) jaman dahulu (Fleam) Sumbangan : Mrs. D.
Sumber : Wikipedia Sumber : Wikipedia
O.Bovenmyer.
Gambar 2.6 Berbagai jenis pisau bedah untuk mengeluaran darah
7
Pisau yang dikokang dengan pegas seperti lancet (pisau bedah yang berujung kecil dan bermata dua).
8
Alat yang mempunyai satu atau lebih titik tajam untuk melakukan skarifikasi, yaitu membuat banyak
goresan atau tusukan kecil dan dangkal pada kulit seperti ketika memasukkan vaksin cacar
Gambar 2.7.
Kitab 'Canon of Medicine'
dari Ibnu Sina
9
Prinsip aktif dari tubuh dan mediator di antara tubuh dan jiwa
Gambar 2.9 Perbandingan pola warna dari Lintah Eropa dan Amerika
10
Mengekspresikan sesuatu dengan menganalogikannya dengan sesuatu lain yang sejenis
11
Pembekuan darah yang bersifat stasioner di sepanjang dinding pembuluh darah
12
Penyumbatan arteri secara mendadak oleh bekuan darah atau benda asing yang terbawa oleh aliran
darah ke tempat tersangkutnya
13
Jaringan, bersamaan dengan suplai darahnya, diambil dari donor kemudian ditransfer ke lokasi lain.
Berbagai tipe jaringan dapat ditransfer sebagai penutup kulit termasuk, kulit dan lemak, otot, syaraf,
tulang dan kombinasinya. Untuk semua jenis “free flap”, suplai darah dibentuk melalui bedah kecil
untuk menghubungkan kembali arteri (suplai darah ke dalam penutup kulit) dan vena (aliran darah
yang keluar dari penutup kulit). Free flap dapat menjadi sangat kompleks dan berlangsung lama,
sekitar 6 hingga 12 jam, atau lebih lama tergantung dari kompleksitasnya.
14
Pedicled flap melibatkan proses yang sama dengan free flap, namun pedicle (suplai darah) ke penutup
kulit tidak dipotong. Penutup kulit dapat dipindahkan secara langsung atau melalui kanal yang dibuat
di bawah kulit ke area yang rusak. Pedicled flap biasanya lebih cepat dilakukan dan lebih kuat, tetapi
tidak selalu dapat dilakukan, tergantung dari kerusakan dan anatomi.
15
Akumulasi cairan yang berlebihan atau abnormal seperti darah pada suatu bagian tubuh karena
obstruksi pengeluaran darah dari bagian tersebut. Disebut juga passive congesty
16
Suatu sistem perawatan kesehatan tanpa obat-obatan yang menggunakan banyak jenis terapi, seperti
hidroterapi, panas, pemijatan, dan herba yang tujuannya untuk mengobati seseorang seutuhnya
dengan merangsang dan membantu kapasitas penyembuhan dalam diri seseorang tersebut
17
Substansi cair yang telah melewati membran atau dikeluarkan dari darah sebagai akibat gaya
hidrodinamik. Transudate berbeda dari exudate yang ditandai dengan keadaan yang sangat encer dan
rendahnya kandungan protein, sel atau bahan padat yang berasal dari sel
18
Keluarnya cairan sel dan debris sel dari pembuluh darah dan pengendapannya di atau pada jaringan,
yang biasa terjadi akibat radang. Exudate berbeda dari transudate, ditandai oleh sejumlah besar
kandungan protein, sel atau bahan padat yang berasal dari sel
Baru-baru ini, para peneliti yang dipimpin oleh ahli bedah kepala
dan leher, Gregory Hartig, dari Universitas Wisconsin, Madison, AS,
mengembangkan “lintah mekanis” (Gambar 2.9). Alat tersebut
menyebarkan secara lebih baik anti pengentalan darah heparin
untuk jaringan berbahaya. Sudut berongga kecil pada alat yang
diimplantasi di bawah kulit tersebut berotasi untuk mencegah
terjadinya pengentalan darah. Tim berpikir keuntungan terbesar
dari lintah mekanis adalah bersifat psikologis, dimana pasien lebih
menyukai untuk ditempeli sebuah mesin dibandingkan dengan
seekor makhluk hidup.
19
Ilmu tentang hewan, klasifikasi dan ciri-cirinya
Sejarah Lintah
Lintah diasumsikan telah digunakan lebih awal dari yang
terdokumentasi, termasuk bukan oleh manusia. Karena lintah
adalah makhluk tanpa tulang belakang, penemuan Hirudinea
dalam fosil menjadi jarang.
Hanya ada dua penemuan pada periode Jurassic (sekitar 145 juta
tahun lalu), yaitu Epitrachys rugosus (Ehlers, 1869) dan
Palaeohirudo eichstaettensis (Kozur, 1970), yang membuktikan
struktur umum dari lintah pada jaman Jurassic sama dengan lintah
modern.
Calin adalah zat lain dalam air liur lintah. Fungsi utama dari protein
ini menimbulkan perdarahan lanjutan yang dapat berlangsung
hingga 12 jam. Sepintas, kita merasa heran mengapa lintah perlu
memproduksi cairan yang mengakibatkan perdarahan relatif lama.
20
Adanya mikroorganisme patogen (pembawa penyakit) atau toksin di dalam darah atau jaringan lain
yang dapat masuk melalui infeksi, misalnya Aeromonas, atau melalui kontaminasi kedua.
21
Pola bawaan berupa perilaku responsif terhadap rangsangan khusus
22
Kolam dangkal di padang rumput
Biasanya perubahan dari bagian (c) ke (a) terjadi sangat halus dan
perlahan.
Gambar 3.6
23
Atmosfer adalah satuan tekanan yang dihasilkan oleh atmosfer bumi pada permukaan laut, 1 atm
5
setara dengan 1,01325x10 pascal (sekitar 760 mm Hg)
Mulut lintah ada di penghisap depan. Dalam mulut ada tiga rahang
yang ketiga sisinya membentuk sudut 1200, mirip simbol mobil
Mercedes-Benz. Gambar 3.7.a menunjukkan penghisap mulut
lintah yang sedang melekat di kaca. Daerah cembung pada kedua
sisinya, berwarna oranye kuning, adalah bibirnya yang terdiri dari
gumpalan keras otot rahang. Rahangnya berbentuk seperti mata
pisau, dengan 60-100 gigi kecil pada setiap sudutnya, sehingga
total giginya berjumlah 180-300 (Gambar 3.7.b). Dengan mikroskop
elektron, pori-pori gigi tempat keluarnya air liur lintah dapat
diidentifikasi (Gambar 3.7.c).
Air liur lintah diproduksi dalam sel kelenjar yang terpancar dan
terpisah membentuk kelenjar besar. Pembukaan luar yang
bersilangan dengan pertemuan gigi di antara pasangan gigi adalah
pori-pori akhir saluran pusat, yaitu bagian akhir pembuluh
pengeluaran sel kelenjar. Otot yang berlawanan pada dasar rahang
bekerja bersama menggerakkan bagian belakang rahang dengan
gerakan setengah lingkaran. Melalui aktivitas otot ini, daerah
kontak relatif kecil dari rahang berbentuk lengkungan setengah
lingkaran menembus kulit semakin dalam dan dalam. Penembusan
yang berturutan ini memiliki dua keuntungan berbeda : pertama,
membutuhkan tenaga lebih sedikit dibandingkan dengan rahang
yang berbentuk lurus. Kedua, mangsanya merasa lebih nyaman
dan tidak merasakan gigitan, sehingga ada kesempatan lebih besar
bagi lintah untuk pergi tanpa terlihat. Air liur lintah juga
mengandung zat bius (anestetik). Secara mekanis, struktur anatomi
bekerjanya seperti pipet kecil efisien, mengijeksi zat kimia ke
dalam luka. Tidak ada alat bedah mikro dapat berfungsi kompleks
dengan presisi tinggi seperti ini.
Gambar 3.8
Pola kamuflase
dari Hirudo verbana.
Foto : M. Roth
Gambar 3.11
Diagram bagian tengah tubuh lintah medis
Kegagalan lintah untuk makan tidak selalu berarti lintah tidak lapar
(pusat pembiakan biasanya mengirimkan lintah yang lapar).
Keengganan ini dapat berhubungan dengan aroma menjijikkan
(parfum, nikotin, dll) atau tidak berselera makan (di musim panas,
biasanya lintah memilih untuk bereproduksi). Jika semua usaha
gagal, maka sebaiknya tidak memaksa lintah untuk makan tetapi
mencoba keberuntungan dengan lintah yang lain.
27
Kolam dengan kadar nutrisi yang normal/baik
28
Kolam dangkal di padang rumput
Karena berganti kulit beberapa kali sebulan (tiap 3--10 hari), lintah
memerlukan tanaman berdaun keras seperti alang-alang alang air
Kanada (Elodea canadiensis) atau benda keras lain (cabang, karang,
dll) di dasar kolam untuk membantu melepaskan kulitnya. Jika
proses ganti kulit tidak berhasil, cincin tajam cuticula
ula yang sudah
tua dapat mengencangkan tubuhnya seperti sabuk, mengoyak dan
mencekik, dan dapat mengancam kehidupan. Jika proses ini belum
terlalu jauh, kita dapat secara hati-hati
hati menarik keluar kulit tuanya
tua
dengan tangan dan kuku.
Gambar 3.14
Foto : M. Packer
Suasana yang aman dan tenang penting untuk daya tahan dan
reproduksi lintah. Jika dipelihara di akuarium bulat seperti bola,
lintah biasanya mencari tempat bersembunyi yang terlindung,
gelap, tenang di antara karang di dasar akuarium. Mereka juga
lebih menyukai tempat teduh ketika mencari mangsa. Pada
pandangan sekilas, kolam lintah kelihatan kosong hingga seseorang
membuat gelombang di air. Dalam beberapa detik, ratusan lintah
akan mulai berenang menuju sumber gangguan.
29
Aplikasi bedah lintah; praktek memotong lintah untuk mengosongkan darahnya ketika mereka sedang
terus menghisap
Gambar 3.15
Klaster lintah muda berusia kira-kira 4 minggu. Panjangnya 2 cm.
Mereka telah berkembang sempurna, walaupun belum memiliki organ seks.
Mereka tidak akan mengalami metamorphosis. Lintah muda dan tua membentuk klaster
berdasarkan kondisi yang berbeda. Foto : M.Roth
Air hujan adalah sumber air yang baik sekali, karena biasanya
memiliki pH rendah dan kurang kalsium. Mata air dan air sumur
mungkin memiliki konsentrasi kalsium tinggi, karena itu sebelum
digunakan, harus diuji kandungan kimia dan mikrobiologinya. Jika
air pancuran di rumah tidak sesuai untuk lintah, tanyalah pada
perusahaan pensuplai mengenai komposisi air. Kita dapat
membuat air yang kandungannya tepat untuk lintah sebagai
berikut : air yang dideionisasi atau disuling dapat digunakan,
namun perlu ditambah mineral. Tambahkan sekitar 0,3-0,5 gr
garam laut (di toko akuarium) pada setiap liter air suling.
Hasilnya akan sama dengan air kolam buatan. Jika tingkat
Jika lintah akan dipelihara untuk periode waktu yang lama, air
sebaiknya diganti tiap keesokan harinya. Bersihkan bejana
sebelum pengisian kembali agar mengurangi kepadatan bakteri.
Gunakan bejana lain (misalnya satu digunakan untuk mengisolasi
lintah sebelum digunakan) untuk memudahkan prosedur.
Gantilah air sekurang-kurangnya keesokan harinya untuk
meminimasi jumlah bakteri (khususnya Aeromonas). Untuk
penyimpanan lintah jangka panjang, awalnya cukup diganti
seminggu sekali, lalu setiap hari dan lakukan disinfeksi secara
teratur (sekali seminggu). Jika memungkinkan, gunakan air
mendidih untuk mensterilisasi bejana.
3. Makanan lintah
Referensi Tambahan
1. Arndt W., Die Rohstoffe des Tierreichts- Als Heilmittel gebrauchte Stoffe (Bd.2. Blutegel).
Berlin : 1940.
2. Kutschera U. Species concepts: leeches versus bacteria. Lauterbornia : 52 :1-5.
3. Müller IW. Handbuch der Blutegeltherapie. Heidelberg : Haug : 2000
Gambar 4.1.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk terapi lintah,
yang harus dikumpulkan sebelum terapi dimulai
Parfum, obat kimia dan obat luar sebaiknya tidak digunakan pada
kulit yang akan diterapi minimal dua hari sebelumnya. Bau
disinfektan (obat pembasmi kuman) dapat membuat lintah tidak
mau menggigit. Kondisi aseptik (steril) tidak mungkin dicapai tanpa
membunuh lintah. Rambut di tempat aplikasi perlu dicukur,
janggut sebaiknya dicukur bersih, karena rambut yang masih
pendek dan tajam dapat menghalangi lintah. Gosoklah kulit hingga
kering dan kemerah-merahan, kelebihan darah pada suatu organ
(hiperemisasi) membantu lintah cepat menggigit. Alat untuk
merangsang aliran darah dan memperlembut kulit (spons atau alas
kain panas, cahaya merah, merendam tangan atau kaki pada air
hangat atau panas) dapat membujuk lintah untuk menggigit, tetapi
jarang diperlukan kecuali jika terapi dilakukan pada tempat yang
jauh dari bagian tengah tubuh (peripheral) seperti pada
sambungan tangan atau kaki (misalnya nyeri tulang sendi tangan
rhizarthrosis30). Terapi bekam (cupping) juga tepat untuk
menstimulasi aliran darah sebelum terapi. Kulit yang basah
memudahkan lintah untuk menempelkan penghisapnya, dan
memfasilitasi proses makannya. Tidak perlu memakai air bergula
untuk memikat lintah.
Pemilihan lintah
30
Berkurangnya fungsi sambungan tulang sendi tangan, cirinya adalah goresan yang mengakibatkan
kemerosotan secara cepat permukaan sambungan dengan tulang baru di persambungan
Terapi lintah saat ini tidak terlalu berbeda dari metode yang
dijelaskan Ibnu Sina 1000 tahun yang lalu. Ibnu Sina bersikeras
tidak hanya pada kebersihan lintah, tapi juga tempat aplikasi dan
tangan terapis (Robert et al., 2000).
Catatan : Jika lintah telah ada kontak dengan darah pasien tetapi
gagal menggigit, maka sebaiknya, dengan alasan apapun, tidak
menggunakannya pada pasien lain dan juga jangan dikembalikan
pada bejana tempat penyimpanan lintah segar lainnya.
Setelah terapi
Tiga rahang lintah membuat bekas luka tiga gigitan. Setelah lintah
melepaskan diri, biasanya terjadi perdarahan akibat luka bekas
gigitan, yang akan berhenti sekitar 3-12 jam. Perdarahan lanjutan
dapat terjadi lebih dari 24 jam jika digunakan lintah yang lebih
besar. Pengeringan darah secara perlahan adalah bagian penting
dari terapi. Menurut pengalaman pada ahli, pemberhentian
perdarahan lebih dini biasanya akan membawa efek terapi yang
lebih buruk dan tingkat infeksi yang lebih tinggi. Aliran darah
mengurangi penyumbatan vena dan mencegah komplikasi dengan
mengeluarkan bakteri yang mungkin memasuki luka.
Jika aliran darah yang keluar lancar, maka terapis dapat menutup
luka secara longgar, dan memeriksa tingkat perdarahan 15-30
menit kemudian. Jika memuaskan, pasien dapat mengenakan
pembalut longgar. Pengurangan dan peningkatan gejala sebagai
respon terapi menyebabkan pasien bergerak berlebihan dan dapat
meningkatkan perdarahan. Sebagai pencegahan, pasien disarankan
agar tidak mengkonsumsi cairan, karena dapat merangsang aliran
darah, sehingga meningkatkan pengeluaran air. Pasien juga
diperingatkan bahwa tekanan darahnya akan sedikit lebih rendah
setelah terapi, karena pengaruh istirahat dan terjadinya
perdarahan pada luka.
31
Jaringan parut dengan bentuk tidak teratur yang jelas meninggi dan membesar secara progresif, akibat
pembentukan kolagen yang berlebihan dalam lapisan korium selama perbaikan jaringan ikat
32
Pembuangan atau hilangnya pigmen (zat pewarna yang normal atau abnormal pada tubuh)
Referensi Tambahan
1. Dr. Nurdeen Deuraseh, Health and Medicine in The Islamic Tradition based on the Book
of Medicine (Kitab al-Tibb) of Sahih al-Bukhari, UPM, Selangor, Malaysia
2. E. Wittke-Michalsen, “The Technique of Leech Therapy”, Medicinal Leech Therapy,
Thieme, Germany, 2007.
Sumber : Wikipedia
Gambar 5.1 Varises (Varicose Vein)
33
Varicose vein adalah vena yang bengkak dan berkenjal-kenjal, biasanya terjadi di kaki (paha dan betis),
pergelangan kaki dan telapak kaki. Penyebabnya adalah sirkulasi darah yang melalui anggota tubuh
yang lebih rendah tidak kembali lagi ke jantung dan berkumpul di vena yang menggelembung. Dialami
oleh 40% wanita dan 20% pria yang menderita kelelahan, nyeri dan bengkak di tubuh bawah.
34
Pembentukan thrombus (bekuan darah yang bersifat stasioner di sepanjang dinding pembuluh darah)
Gambar 5.2
Perbandingan hasil terapi lintah, laser dan bedah pada varises
35
Pelarutan fibrin oleh kerja enzimatik, menghilangkan gumpalan darah
36
Menghalangi pembuluh darah dengan bahan trombotik yang dibawa oleh aliran darah dari tempat
asalnya untuk menyumbat pembuluh darah lainnya
37
Aktivitas atau nasib obat di dalam tubuh dalam satu periode waktu, termasuk proses penyerapan,
distribusi, lokalisasi di dalam jaringan, perubahan kimia suatu senyawa dalam tubuh (biotransformasi)
dan pengeluaran.
38
Penggunaan air untuk meregenerasi, merawat, dan memulihkan kesehatan, meliputi sauna, mandi uap,
berendam sambil duduk, merendam kaki dan aplikasi kompres air panas dan air dingin. Father
Sebastian Kneipp, rahib Bavaria abad ke-19, disebut sebagai Bapak Hidroterapi. Kneipp percaya
penyakit dapat disembuhkan dengan air untuk mengeliminasi sampah tubuh. Hidroterapi populer di
Eropa dan Asia dimana orang mengambil air pada pemandian air panas dan mineral. Di Amerika Utara
direkomendasikan sebagai perawatan tubuh oleh dokter naturopatik
Prosedur praktek
Gambar 5.4
Phlebitis akut
CVI (Gambar 5.6) terjadi jika darah di vena kaki tidak dapat
mengalir kembali ke jantung. Gejalanya berupa perasaan berat,
nyeri, bengkak, dan gatal, biasanya terjadi setelah tekanan posisi
berdiri tegak (ortostatis). Kebutuhan terapi tergantung dari
menghebatnya gejala, kecuali penampilan kosmetik.
40
Ilmu yang mempelajari asal, sifat kimia, efek dan penggunaan obat
Gambar 5.7
Vena Spider-Burst
Sumber : Michael A.
Jazayeri, M.D. Plastic
and Reconstructive
Surgery
Injeksi zat kimia dalam air liur lintah pada jaringan yang nyeri di
sekeliling persendian meningkatkan efek anti peradangan lokal dan
sirkulasi air liur lintah pada jaringan yang nyeri dan proses
metabolisme. Sebagai tambahan, pengaliran darah dan limfe43 ke
pelebaran lokal adalah efek menguntungkan lainnya.
41
Garis-garis yang memancar pada kapiler-kapiler di ekstremitas bawah, disebabkan oleh dilatasi
(pelebaran) vena, namun tanpa varikositas (pembengkakan abnormal) yang tegas
42 0
Terapi penyakit menggunakan panas, biasanya dengan cara menaikkan suhu tubuh sampai di atas 45 C
43
Cairan bening dan sedikit kekuningan dalam pembuluh limfatik dan berasal dari cairan jaringan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 100
Model Pischinger dapat menjelaskan terapi lintah. Menurut
Pischinger, protein disimpan dalam bentuk dasar seperti collagen,
proteoglycan, glycosaminoglycan. Jika jumlah simpanan protein
melebihi kapasitas, alternatif pengangkutan ekstraselular harus
digunakan, dan penyakit pembuluh darah atau sistem limfatik di
pembuluh darah kecil (microangiopathy), pembuluh darah besar
(macroangiopathy), dan peradangan harus dikembangkan.
Penyimpanan tersebut meliputi metabolisme protein yang tidak
dapat dipecah lagi. Faktor ini berperan penting dalam penyakit
degeneratif kronis yang berhubungan dengan pemompaan cairan
ke dalam organ (perfusi) kapiler yang rusak dan pembuluh darah
(vaskular44) yang berkurang, yaitu fungsi endothelial45. Akibatnya,
pengaruh terapi lintah pada perubahan menjadi spekulatif. Namun,
kita dapat berasumsi bahwa efek kombinasi dari zat yang berbeda
dalam air liur lintah dan efek dekongesti lokal terapi lintah
berpengaruh positif pada lingkungan sel, dan air liur lintah berefek
positif pada aktivitas metabolisme di daerah sekitar sendi.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 101
satu atau dua kali, tidak lebih dari delapan minggu setelah terapi
pertama. Jika pasien tidak merespon pada usaha terapi ketiga,
terapi selanjutnya juga tidak akan direspon, maka sebaiknya tidak
dilakukan. Karena lintah dapat digunakan beberapa kali (dua atau
tiga kali, tapi tidak lebih) pada pasien yang merespon terapi, maka
terapi dapat digunakan untuk menangani gejala nyeri sendi jangka
panjang. Namun tidak ada studi klinis yang membandingkan
keefektifan terapi lintah dibandingkan dengan terapi konvensional.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 102
Gambar 5.8.a.b
Lintah medis diletakkan di “mata” lutut
Gambar 5.9
Palpasi dan menggulung
lipatan kulit
(tes lipatan kulit Kibbler)
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 103
(periartikular lateral) dan ketika terjadi “salah urat” (muscle
insertion), sehingga lebih banyak lintah diletakkan di titik ini. Pasien
dengan genu varum (berbentuk “O”) (Gambar 5.10.a) memiliki rasa
nyeri pada struktur sambungan dalam (medial), khususnya pes
anserinus46 (Gambar 5.10.b), karena itu bagian inilah yang menjadi
target. Jika di bagian mangkuk lutut terasa nyeri (retropatellar47),
lintah dapat digunakan di sepanjang ujung tempurung lutut
(patella48) (Gambar 5.10.c). Jaringan di bawah kulit epidermis, yaitu
subkutaneus, harus cukup tebal untuk keberhasilan terapi.
46
Disebut juga "kaki angsa" yaitu gabungan tiga otot dalam permukaan tibia (dua tulang kaki yang paling
dalam dan tebal di antara lutut dan pergelangan kaki)
47
Retro Patellar Knee Pain adalah nyeri fisik dan atau perubahan biomekanikal pada persambungan lutut,
area di belakang lutut dimana patella (tulang berbentuk segitiga di depan lutut) dan femur (tulang
paha) bertemu. Nyeri ini dapat memburuk dengan aktivitas fisik dan duduk terlalu lama.
48
Patella, juga dikenal dengan pelindung lutut (knee cap) atau (knee pan) adalah tulang tebal berbentuk
lingkaran segitiga yang bergabung dengan tulang paha (femur) dan menutupi serta melindungi di
sekitar permukaan depan dari persambungan lutut. Ini adalah tulang lingkaran terbesar dalam tubuh.
49
Otot berkepala empat yang terletak di paha
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 104
terbatas. Hilangnya rasa nyeri setelah terapi biasanya disertai
peningkatan fungsi sambungan, sehingga meningkatkan kondisi
umum untuk melakukan latihan. Pasien sebaiknya diingatkan
pentingnya meneruskan olah raga untuk kesuksesan jangka
panjang, namun tetap menahan diri agar tidak terlalu banyak
menggerakkan sambungan pada beberapa hari pertama setelah
terjadi peningkatan, karena mengurangi efektivitas pengobatan.
Gambar 5.11
Sumber : MendMeShop
50
Cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat radioaktif dan energi pancaran serta diagnosis dan
pengobatan dengan memakai radiasi pengion (mis sinar X) maupun bukan pengion (mis ultrasound)
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 105
khususnya trauma peradangan sendi lutut (traumatic
meniscopathy) kurang memberi respon.
Gambar 5.12
Sumber : Wikipedia
51
Juga dikenal dengan popliteal cyst, yaitu pembengkakan tidak kronis dari semi membran atau synovial
bursa yang terletak di belakang sambungan lutut. Ini diberi nama sesuai nama belakang seorang ahli
bedah yang pertama kali mengenalkannya, William Morran Baker (1838-1896)
52
Humerus : tulang yang memanjang dari bahu ke siku; scapula : tulang pipih berbentuk segitiga di
belakang bahu; periarthritis : peradangan jaringan di sekitar aorta (pembuluh darah yang keluar dari
ventrikel kiri jantung ke arteri cabang)
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 106
urat biseps depan. Lintah didistribusikan di depan dan belakang
bahu (Gambar 5.13). Ketika melakukan terapi pada pasien rawat
jalan, teknik baju yang tepat sulit dilakukan karena kompleksitas
persambungan bahu.
Gambar 5.13
Tempat terapi lintah pada bahu
Foto : Schünke M., dkk, Stutgart, Jerman, 2005
53
Salah satu dari kedua cuatan di bawah leher femur (tulang paha yang memanjang dari pelvis ke lutut)
merupakan tulang terpanjang dan terbesar dalam tubuh
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 107
Gambar 5.14
Titik terapi lintah pada pinggul
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 108
Nyeri sendi di sambungan kecil (small joint arthrosis)
Gambar 5.16
Titik terapi lintah pada saddle joint di jempol (untuk rhizarthrosis)
Foto : Schünke M., dkk, Stutgart, Jerman, 2005
54
Metacarpus : bagian tangan antara pergelangan tangan dan jari, yang kerangkanya berupa lima tulang
silindris (metacarpal) dari carpus (persendian antara lengan bawah dan tangan yang terbentuk dari
delapan buah tulang) hingga phalanges (setiap tulang jari tangan atau jari kaki)
55
Saddle : struktur berbentuk pelana; joint : sambungan antara dua atau lebih tulang rangka terutama
tempat sambungan yang memungkinkan pergerakan satu atau lebih tulang
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 109
Gambar 5.17
Sumber : Sasikhrisna
56
Metatarsus : bagian kaki antara tarsus (daerah persendian antara kaki dan tungkai bawah) dan jari kaki,
kerangkanya merupakan lima tulang panjang mulai dari tarsus sampai phalanges
57
Podagra atau gout (juga disebut “penyakit orang kaya” atau “penyakit raja” adalah penyakit yang
terjadi berhubungan dengan meningkatnya asam uric dalam darah yang ditandai serangan arthritis
kronis yang cirinya adalah berulang-ulangnya pembengkakan, halus dan merah. Biasanya menyerang
jempol kaki. Selain jari kaki, lutut, dan tumit, area lain yang diserang adalah jari dan pergelangan
tangan. Penyakit ini juga dapat terjadi dalam bentuk tophi (kristal asam uric yang keras dan tidak
menyakitkan), batu ginjal atau pembentukan batu asam urat kronis (urate nephropathy)
58
Pembengkakan pada persambungan interphalangeal, terdekat dengan ujung jari tangan dan kaki. Ini
merupakan tanda osteoarthritis dan disebabkan pembentukan osteophytes (tonjolan bertulang
berkapur) dari sambungan tulang rawan sebagai respon dari trauma sambungan yang berulang
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 110
Gambar 5.18
Polyarthrosis di jari
(Herbenden arthrosis)
di jari kedua tangan
kanan
Sumber : Wikipedia
Penyakit Rematik
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 111
Gejala nyeri dan kekakuan otot dan sendi (Fibromyalgia)
Gambar 5.19
59
Nyeri dan kekakuan otot dan sendi yang bersifat difus (menyebar luas melalui jaringan atau struktur)
atau mempunyai beberapa titik picu
60
Berkenaan dengan hubungan jiwa tubuh, memperlihatkan gejala-gejala jasmaniah yang berasal dari
psikis, emosional ataupun mental.
61
Ilium dan sacrum, tiga tulang yang membentuk tulang pinggul
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 112
Peradangan otot dan sarungnya (Tendovaginitis/
Lateral Epicondylitis) dan Radang sendi (Tendinitis)
Gambar 5.20
Terapi lintah di siku (untuk epicondylitis lateral)
Foto : Ulrich+Company, Rumah Sakit Essen-Mitte, Jerman
62
Radang pada tonjolan pada tulang di sebelas atas kondilusnya (tonjolan bulat pada tulang biasanya
untuk membentuk sambungan dengan tulang lainnya)
63
Tonjolan bundar tulang yang terbentuk dari gabungan dengan tulang lainnya
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 113
Jika nyeri siku samping menjadi kronis, pengencangan dapat
menyebarkan nyeri dan akhirnya melibatkan radang pada tonjolan
tengah tubuh (medial epicondyle), tulang bahu dan siku (humeral)
dan otot tulang lengan (ulnar). Jadi, daerah ini juga sebaiknya
diterapi untuk pasien dengan nyeri siku kronis (chronic tennis
elbow). Keefisienan terapi lintah tidak begitu jelas dalam nyeri siku
tengah murni (golver’s elbow)64. Terapi lintah adalah pengobatan
lokal yang efektif sederhana untuk radang sendi (insertion
tendopathies65) yang menyakitkan. Peradangan pada tulang paha
(trochanter) yang lebih besar, umum terjadi. Gejala ketegangan
pada otot paha (tensor fasciae latae66) (Gambar 5.21) juga secara
mudah diterapi dengan meletakkan beberapa lintah pada daerah
jaringan di bawah kulit (fascia67) yang nyeri hebat.
Gambar 5.21
Sumber : Wikipedia
64
Siku Golfer, atau medial epicondylitis, adalah kondisi peradangan siku yang mirip dengan tennis elbow.
Lateral epicondylitis, juga dikenal dengan tennis elbow, shooter's elbow dan archer's elbow, yaitu
kondisi dimana bagian luar dari siku menjadi nyeri dan rapuh. Biasanya berhubungan dengan
permainan tenis dan olah raga dengan raket lainnya, yang dapat terjadi pada setiap orang
65
Reaksi peradangan otot pada titik masuknya, dengan kerapuhan regional
66
Otot paha. Tensor : setiap otot yang meregangkan atau membuat tegang; Logat daerah menyebutnya
the coffee muscle (otot kopi) karena "latae" bunyinya seperti "latte”
67
Selembar atau sehelai jaringan fibrosa seperti yang membentang di bawah kulit atau membentuk
pembungkus bagi otot dan berbagai organ tubuh
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 114
Gejala nyeri tulang belakang (Vertebrogenic)
68
Timbul di dalam tulang belakang atau columna vertebralis, mulai dari cranium (tempurung kepala)
sampai coccyx (tulang ekor)
69
Kinesitherapy : pengobatan penyakit dengan gerakan pasif dan aktif seperti pengurutan dan olah raga,
juga disebut kinesiatric
70
Terapi panas, juga disebut thermotherapy, adalah penerapan panas pada tubuh untuk menghilangkan
nyeri dan meningkatkan kesehatan, dapat berbentuk kain panas, air panas, ultrasound, bantalan yang
dipanaskan, kemasan hydrocollator, pemandian pusaran air, dll
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 115
Gambar 5.22
Terapi lintah pada pinggang (lumbago)
Foto : Schünke M., dkk, Stutgart, Jerman,
2005
Dua hingga empat lintah diletakkan pada kedua sisi tubuh secara
identik (bilateral) pada sambungan tulang pinggul (iliosacral) yang
menyakitkan (biasanya pasien dalam keadaan berbaring).
71
Berlebihnya tonus otot rangka, sehingga terjadinya peningkatan tahanan otot terhadap peregangan
pasif dan seringkali timbul refleks yang berlebihan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 116
Gambar 5.23
Sumber : Quizlet
72
Rasa nyeri pada leher yang menyebar ke ekstremitas atas akibat penekanan akar syaraf pada medulla
spinalis cervicalis
73
Carpal tunnel syndrome adalah kondisi nyeri yang hebat pada lengan dan pergelangan tangan yang
disebabkan oleh syaraf terjepit. Sejumlah faktor dapat berkontribusi termasuk anatomi pergelangan
tangan seseorang, dan pola penggunaan tangan.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 117
Indikasi Umum Lanjutan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 118
sulit dilakukan dan penyebab penyakit yang tidak jelas. Banyak
terdengar laporan keberhasilan terapi lintah, namun, mekanisme
tindakan terapi tidak jelas, dan efek tidak spesifik (efek placebo)
juga sebaiknya dipertimbangkan. Dengan pertimbangan adanya
fakta kemungkinan pengobatan gangguan suara bising di telinga
(tinnitus74) terbatas, maka terapi dapat dilakukan pada beberapa
kasus. Tempat aplikasi terapi sama dengan pada terapi kehilangan
pendengaran tiba-tiba. Terapi dapat dilakukan dengan enam lintah
dan interval satu hingga dua minggu.
Gambar 5.28
Kebanyakan tinnitus
berkaitan
dengan kerusakan
cochlea (nomer 9)
Sumber : Timothy C. Hain,
M.D
Praktek terapi lintah untuk otitis dan media otitis (Gambar 5.29)
khususnya tersebar di Eropa Timur dan sebagian didukung data
penelitian. Aplikasi untuk peradangan telinga tengah sama dengan
pada gangguan kehilangan pendengaran dan suara bising (tinnitus).
Terapi dilakukan dua kali yang diselingi tiga sampai empat hari.
74
Suara bising di telinga seperti deringan, dengung, raungan atau bunyi klik, biasanya bersifat subjektif
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 119
Gambar 5.29 Gambar 5.29.b
Perbandingan antara bagian tengah telinga yang Telinga bagian tengah
normal dan yang terkena infeksi (otititis media)
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 120
Gangguan sirkulasi (peripheral circulation disorder) dan
terhambatnya arteri (peripheral occlusive arterial) di
persendian yang jauh dari struktur sentral tubuh
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 121
(proximal) daerah penyakit. Terapis harus berhati-hati pada obat
kimia sintetis, seperti clopidogrel, phenprocoumon (Marcumar),
yang sering diresepkan untuk penyakit ini (Gambar 5.31).
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 122
Pembengkakan berisi darah (Hematoma)
Jika luka memar besar tidak hilang dalam beberapa minggu dan
menyebabkan ketidaknyamanan, maka terapi lintah dapat
dipertimbangkan.
Gambar 5.33
Hematoma
Sumber :
Graphicshunt
81
Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular, cacar api) adalah penyakit yang disebabkan virus
varicella-zoster. Setelah menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi
dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf) posterior (belakang). jika
imunitas seluler menurun, maka virus aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit . Di kulit,
virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi
cairan, dan menggembung pada daerah sekitar kulit yang dilalui virus. Herper zoster cenderung
menyerang orang lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti
penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 123
depan. Pengobatan dilakukan empat hingga lima kali secara
berurutan dengan interval tiga hingga empat hari, di bagian yang
jauh dari tengah tubuh (dorsal) atau dekat tengah tubuh (ventral).
Gambar 5.33.b
Gambar 5.33.a Perkembangan herpes zoster. Kelompok
Herpes zoster benjolan kecil (1) berubah melepuh
melepuh (2).Lepuhan yang berisi limfe pecah (3),
di leher dan bahu berkerak (4), dan akhirnya hilang
Sumber : Wikipedia
Postherpetic neuralgia kadang terjadi yang
berhubungan dengan kerusakan syaraf (5)
82
Cutis : kulit; viscus : berbagai organ dalam besar pada salah satu di antara tiga rongga tubuh khususnya
abdomen (perut)
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 124
Kebotakan (Alopecia)
Alopecia (Gambar 5.34), atau kebotakan, tidak berkaitan dengan usia, tapi karena
infeksi jamur atau ketombe. Sekitar 100 rambut secara alami hilang dari kepala
setiap hari, meskipun kulit kepala manusia rata-rata berisi antara 100.000 dan
150.000 rambut. Kebotakan genetik disebabkan kegagalan tubuh menghasilkan
rambut yang memadai. Penyakit ini umumnya lebih mempengaruhi pria
dibandingkan wanita, meskipun wanita juga dapat memiliki pola karakteristik
rambut rontok. Sekitar seperempat pria telah mengalami kerontokan saat berusia
30 tahun, sekitar dua pertiganya menjadi gundul atau botak.
Terapi lintah dapat memperbaiki sirkulasi darah pada titik botak (bald
spot), karena perkembangbiakan jamur di daerah tersebut. Terapi lintah
secara umum tidak terkait dengan perawatan terhadap alopecia, tetapi
tetap sangat efektif untuk meningkatkan sirkulasi darah sebagai hasil dan
pertahanan alami tubuh terhadap infeksi jamur.
Sumber : Klinik Multi Hirudo, Jakarta
Referensi Tambahan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 125
6. Terapi Lintah untuk Penyakit Rematik
Terapi lintah juga direkomendasikan untuk pengobatan penyakit
rematik dan gejala nyeri kronis pada sistem pergerakan organ
melalui otot dan rangka (musculoskeletal83), sebagaimana
pengalaman selama 35 tahun dengan terapi ini.
Ketegangan Otot
83
Sistem musculoskeletal (juga dikenal sebagai sistem lokomotor) adalah sistem organ yang memberikan
kemampuan untuk bergerak melalui sistem rangka dan otot. Sistem musculoskeletal menyediakan
bentuk, dukungan, kestabilan, dan pergerakan pada tubuh
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 126
sebenarnya, dimana kelompok otot atau tali otot menunjukkan
tingkat ketegangan otot yang bervariasi. Ketegangan otot
diklasifikasikan menurut otot utama, dekat permukaan tubuh yang
terkena penyakit. Kekerasan ketegangan otot biasanya
berhubungan dengan respon terhadap terapi lintah lokal.
84
Myofascial pain syndrome (MPS), juga dikenal sebagai Chronic myofascial pain (CMP), adalah kondisi
yang ditandai dengan kronis, pada beberapa kasus, nyeri yang sangat hebat. Ini berhubungan dengan
benjolan “titik pemicu” yang terlokalisasi dan kadang-kadang sangat nyeri dalam otot tubuh atau
jaringan penghubung yang dikenal dengan fascia. Gejala lain termasuk yang berkaitan dengan nyeri,
gerakan yang terbatas, dan gangguan tidur
85
Yang bersifat seperti koloid, berupa zat yang terdiri partikel yang kecil dan tak larut
86
Salah satu dari tali yang berkontraksi membentuk karakter otot
87
Otot tonic lebih lambat dari otot kejang sejak dimulai rangsangan hingga terjadinya tindakan, waktu
oto untuk beristirahat penuh akan menghentikan rangsangan dan kecepatan perpendekan maksimal
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 127
dan metabolisme yang berhubungan dengannya. Nyeri, tidak aktif,
terlalu aktif, penggunaan tidak tepat, gaya tidak teratur, trauma
dapat menyebabkan pemendekan otot tonik dan pelemahan otot
phasik. Ketegangan otot yang mengalami perangsangan tapi tanpa
gerakan maksimum (isometrik89) dalam kelompok serabut otot
tonik lebih besar dibandingkan dengan otot phasik. Namun,
peningkatan ketegangan lebih cepat pada otot phasik. Kehilangan
elastisitas seringkali terjadi pada kelompok otot tonik, sedangkan
otot phasik lebih cepat lelah.
88
Otot phasic bekerja pada panggul (menggerakkan kaki bagian bawah dari bagian tengah ke sisi) dan
pemutaran bagian dalam. Otot phasic terdiri dari serabut otot kejang-cepat, dan lebih sesuai untuk
bergerak. Namun mudah mengalami hambatan dan cepat merasa lelah
89
Otot terangsang, tapi tidak ada pergerakan pada persambungan. Pada tipe konstraksi otot ini, tidak ada
perubahan panjang otot, dan tidak ada gerakan pada persambungan tetapi serabut otot terangsang.
Contoh dari gerakan isometric adalah mendorong dinding.
90
Iliopsoas adalah kombinasi dari tiga tulang: psoas major, psoas minor, iliacus. Otot ini berbeda dalam
abdomen (perut) tapi tidak berbeda pada paha. Kadang disebut “otot pinggul belakang" atau"otot
pinggul dalam "
91
Berhubungan dengan sistem pengeluaran (air seni) dari tubuh
92
Lumbar hyperlordosis adalah kondisi yang terjadi jika punggung mengalami stres atau berat ekstra dan
ditahan di titik nyeri atau kejang otot. Lumbar lordosis adalah posisi postur tubuh yang biasa dimana
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 128
karena tulang memendek (facet93) dan penyakit Baastrup94
(pembesaran tulang bokong) pada orang yang sudah tua. Nyeri
lokal pada daerah pinggul umum terjadi. Pada pengamatan lebih
detail, beberapa kasus berubah menjadi nyeri pinggul depan
(iliopectineal bursitis95).
kurva alami dari daerah pinggang tertekan secara sedikit atau dramatis. Biasanya dikenal sebagai
swayback (berayun ke belakang) yang umum pada penari balet
93
Tulang bagian depan biasanya mulai mengalami penurunan fungsi. Tinggi tulang yang semakin
berkurang menempatkan persambungan tidak pada tempatnya, sehingga menyebabkan peradangan
tambahan dan rasa sakit jika bergerak
94
Gejala Baastrup, atau mencium tulang belakang “kissing spine”, adalah gangguan ortopedis dan
radiografis pada orang tua, dicirikan dengan pembesaran proyeksi tulang belakang bagian bokong
95
Iliopsoas atau iliopectineal bursitis adalah nyeri pinggul depan atau celah kangkang. Penyebab nyeri
adalah iritasi dari otot iliopsoas pada iliopectineal eminence.
96
Cervicobrahial syndrome biasanya ditunjukkan dengan nyeri, kaku, bengkak di daerah leher dan bahu.
Ini dapat disebabkan oleh tekanan pembuluh darah, atau tekanan serabut.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 129
Jika sistem otot rusak, maka postur pasif dan mekanisme dukungan
harus mengarah pada penanggungan sepenuhnya tindakan
pengungkit tersebut. Pada semua gejala nyeri, tujuan utama terapi
adalah memutuskan lingkaran setan dari gejala yang terus
memburuk (Gambar 6.4).
Penghindaran gerakan
Merangsang
yang menambah nyeri
ketegangan otot
Reaksi otomatis
jaringan segmental
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 130
metabolisme lokal sering dianggap sebagai penyebab terjadinya
pengerasan otot (myogelosis), gejala khas yang sering menemani.
Proses nyeri kronis tidak hanya mempengaruhi otot, tapi juga
jaringan penghubung di bawah kulit epidermis (subkutaneus) dan
jaringan lemak. Gejala nyeri syaraf yang mendalam dan
ketegangan (karena misalnya penyakit organ perut) juga dapat
mengakibatkan perubahan rasa nyeri (indurasi) dalam jaringan
penghubung, sebagaimana dalam otot. Penyebab dari nyeri karena
pengerasan jaringan penghubung dan peran dari gerakan spontan
pembuluh darah (vasomosi97) yang dikendalikan oleh ketegangan
elastis dari sistem syaraf yang meningkat (simpatikotonik98) belum
sepenuhnya dimengerti. Perubahan trophik dalam jaringan
menghasilkan gejala klinis kurangnya suplai cairan (perfusi) kapiler.
97
Gerakan berkontraksi dan melebar yang spontan dari pembuluh darah, tidak tergantung dari detak
jantung, syaraf atau pernafasan. Vasomosi pertama kali diteliti oleh Jones tahun 1852
98
Kondisi dimana ketegangan elastis dari sistem syaraf simpatetik (pusat) meningkat, ditandai dengan
ketegangan pembuluh darah
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 131
Suatu hal yang mengejutkan ketika banyak pasien dengan nyeri
pinggul (coxarthrosis) satu sisi tidak mengalami nyeri hebat di sisi
pinggul yang sakit, tapi di sisi “salah” sebaliknya. Ini
mengkonfirmasi asumsi bahwa nyeri yang berhubungan, tidak
terlalu banyak disebabkan oleh perubahan morfologi dalam
sambungan sebagaimana elemen aktif dan pasif pergerakan pada
sisi yang menyebabkan ketegangan tambahan. Perubahan penyakit
spesifik dalam jaringan penghubung, khususnya pada daerah di
samping tulang belakang (paravertebral), adalah indikasi tepat
untuk terapi lintah.
1. Pemeriksaan warna kulit dan vasomosi (gerakan syaraf dan otot yang menyebabkan
pembuluh darah berkontraksi atau membesar) : penampakan biru kehitaman,
pucat, penyumbatan, pembengkakan (edema) atau pengecilan jaringan (atrophy)
2. Palpasi (misalnya tes lipatan kulit Kibler)
• Cek apakah ada pelekatan jaringan yang memisahkan otot/organ
• Bandingkan volume lipatan kulit dari kedua sisi tubuh
• Penilaian konsistensi lipatan kulit
3. Penilaian nyeri
• Nyeri cubitan (keras, epikritis), kadang-kadang “nyeri yang nyaman/menyenangkan”
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 132
ada penambahan keenceran atau pelebaran pembuluh darah
(vasodilator) di tempat pengisian pembuluh darah.
99
Periarthropathia humeroscapularis (PHS) adalah malfungsi (gagal berfungsi normal) dari sabuk bahu
karena penyakit pada jaringan periartikular dan kapsul sambungan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 133
diterapi dengan kombinasi pengurutan, terapi fisik dan pengukuran
yang meningkatkan sirkulasi. Terapi lintah juga dapat digabungkan
dengan konsep terapi dan keefektifannya minimal sama.
Titik sensitif dalam insersi nyeri otot yang melingkar pada bahu
(deltoid100) (Gambar 6.2.a) disebut sebagai gejala fibromialgia. Otot
pectoral (Gambar 6.2.b) berkembang dari scapula (tulang pipih
berbentuk segitiga di belakang bahu) melintasi persambungan
bahu, dan struktur tubuh membentuk pelindung lembut dari
persambungan bahu. Gangguan biomekanis dari persambungan
bahu menyebabkan struktur tubuh pektoral dan rotator (Gambar
6.2.c) sensitif terhadap peradangan. Terapi lintah dapat
direkomendasikan untuk terapi peradangan seperti ini jika otot
yang nyeri dapat dicapai oleh lintah.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 134
ortostatis (karena proses berdiri tegak) selama dan hingga 24 jam
penting dilakukan setelah terapi lintah. Ini dapat dicapai dengan
menempelkan plester elastis pada atau dengan mengangkat kaki.
Pasien diinstruksikan untuk mengaktifkan pompa otot dengan
mengkontraksi dan merelaksasikan otot betis dan paha selama 10
menit setiap jam ketika kaki diangkat. Daerah indurasi terlihat lebih
lembut dan berwarna ungu kehitaman yang gelap serta menjadi
lebih pucat setelah tiga hingga empat kali terapi dengan paling
banyak enam lintah. Efek analgesik (penghilang rasa nyeri)
sebaiknya diperhatikan setelah sesi pertama.
Referensi Tambahan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 135
7. Terapi Lintah dalam Bedah Plastik
Teori
Pada pengobatan modern, bedah plastik adalah indikasi utama
untuk merekonstruksi kerusakan kulit akibat kecelakaan, terbakar,
reseksi tumor atau gangguan penyembuhan luka pasca operasi.
Dalam sejarah, kesuksesan penggunaan lintah, khususnya Hirudo
medicinalis untuk menerapi terhambatnya aliran darah pada kulit
yang ditransplantasi (flap) setelah operasi plastik, terutama pada
bedah wajah, telah dikenal selama lebih dari satu abad. Laporan
pertama mengenai keberhasilan penerapan lintah adalah untuk
memperbaiki sirkulasi darah dalam tranplantasi kulit hidung (nasal
skin graft) (Blandin, 1836) dan kulit yang ditransplantasi (skin flap)
karena penyumbatan vena (Derganc, 1960). Dieffenbach (1792-
1847) ahli bedah Berlin, Jerman dipercaya sebagai salah satu bapak
ahli bedah wajah modern, menjelaskan 17 kasus keberhasilan
penggunaan lintah setelah bedah plastik.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 136
Studi Kasus
Kasus 1
Seorang pasien wanita menderita tumor ganas (carcinoma) dekat
ujung hidung. Terapi yang dilakukan terdiri dari pembedahan dan
perbaikan lokasi kulit yang ditransplantasi (flap island). Setelah
pembedahan, terdapat tanda-tanda penyumbatan vena. Dua ekor
lintah diletakkan pada ujung hidung yang ditransplantasi untuk
mengalirkan kelebihan darah. Sirkulasi darah segera meningkat
secara signifikan dan pasien sembuh total tanpa ada komplikasi
lebih lanjut (Gambar 7.1-7.3).
Gambar 7.1-7.3.
Dua lintah diletakkan pada ujung hidung yang ditransplantasi (Kiri). Pada tahap
penyembuhan, bekas di daerah terapi masih terlihat, situasi sirkulasi dinormalkan dan
transplantasi dijalankan secara penuh (tengah). Setelah enam bulan proses penyatuan
berjalan sempurna (kanan) Foto : University Hospital Eppendorf, Hamburg, Jerman.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 137
Kasus 2
Seorang gadis pipi kanannya terluka karena digigit kuda. Gigi depan
kuda mengoyak penuh kekuatan penutup jaringan kulit di pipi
kanan dan meremukkan jaringan di daerah penutup tengah. Luka
langsung diterapi dan dijahit. Namun, penyumbatan vena
berkembang, menjadi ungu kehitaman, karena kekurangan darah
pada jaringan yang remuk. Terapi dengan satu gigitan lintah segera
dilakukan dan situasi sirkulasi menjadi normal kembali (Gambar
7.4-7.7). Setelah beberapa tahun, syaraf muka berfungsi normal
dan tidak ada kontraksi luka pada saat gadis itu tersenyum.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 138
Kasus 3
Kulit penutup bertangkai (flap pedicle) digunakan untuk
memperbaiki bagian tubuh pasien yang cacat. Penyumbatan vena
dapat terjadi bahkan sebelum dilakukan penggantian kulit. Setelah
terapi lintah dilakukan beberapa kali, sirkulasi darah meningkat
dan kondisi transplantasi menjadi terkendali. Teknik transplantasi
jaringan kulit bertangkai (flap pedicled tubed), dimana jaringan
suplai darah tidak dipotong tapi dibiarkan tetap melekat di tubuh
donor, dijelaskan oleh dokter gigi asal Berlin, Hugo Ganzer, pada
tahun 1917. Teknik ini saat ini jarang digunakan, tapi masih
berguna dalam sejumlah kecil indikasi (Gambar 7.8).
Gambar 7.8
Setelah terjadi perubahan warna ungu
kehitaman, dua lintah diletakkan di daerah
terjauh dari jaringan kulit penutup
Kasus 4
Seorang pasien yang terkena kanker ganas (sarcoma) dibedah kaki
kanannya. Kerusakan pada kaki kanan ditutupi oleh kulit penutup
yang dirotasi secara lokal. Kekurangan suplai darah menuju luka
(hypoperfusion) terjadi setelah operasi dalam daerah kritis
transplantasi. Terapi lintah segera dilakukan, menghasilkan
sirkulasi yang kembali normal. Keseluruhan organ yang
ditransplantasi berada dalam kondisi terkendali (Gambar 7.9 dan
7.10).
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 139
Gambar 7.9 Gambar 7.10
Pemompaan darah yang buruk di daerah Terapi lintah menghentikan
kulit sepanjang batas transplantasi pembatasan progresif karena proses
transplantasi dan menghindarkan
kematian jaringan (flap necrosis).
Kasus 5
101
Lipatan nasolabial, biasanya dikenal dengan "garis senyum" atau "garis tawa ", adalah bagian wajah.
Terdisi dari dua lipatan kulit yang ada di masing-masing sisi hidung menuju ke sudut mulut. Lipatan itu
memisahkan pipi dari bibir atas. Istilah nasolabial diturunkan dari bahasa Latin nasus yang berarti
"hidung" dan labium yang berarti "bibir"
102
Nasal alar adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan daerah dekat lubang hidung dimana pipi
bertemu dengan ujung hidung. Biasanya itu ditempat garis senyum atau tawa (nasolabial) dimulai
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 140
Gambar 7.11
Seekor Lintah medis diletakkan di bekas operasi jaringan flap
Foto : University hospital Eppendorf, Hamburg, Jerman
Kasus 6
Pasien yang sedang dimasukkan pipa ke dalam saluran rongga
tubuhnya (intubasi), atau tracheostoma (Gambar 7.12) menjalani
pembedahan tumor besar di daerah kepala dan leher. Kekurangan
suplai darah menuju lidah terjadi setelah pembedahan, yang
berhasil diatasi dengan meletakkan seekor lintah pada lidah.
Lubang mulut dihalangi dengan sebuah tampon untuk
menghindarkan lintah masuk ke dalam perut dan usus. Seorang
petugas mengawasi secara kontinu tempat diletakkannya lintah.
Gambar 7.12
Hipoperfusi (kurangnya sulai darah) dengan
perubahan warna biru kehitaman pada
lidah. Lintah diletakkan dekat dengan ujung
lidah.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 141
Referensi Tambahan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 142
8. Kontraindikasi
Pengetahuan mengenai kontraindikasi, atau jika pada pasien
ditemukan ada indikasi atau gejala penyakit berikut ini, maka
terapi lintah tidak dianjurkan, untuk menghindarkan terjadinya
kesalahan praktek yang dapat berakibat negatif.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 143
Jika pasien mengkonsumsi minyak ikan dosis tinggi (Gambar 8.1.a)
atau produk gingko biloba103 (Gambar 8.1.b), perdarahan setelah
terapi lintah dapat sangat signifikan lamanya. Pasien tersebut
untuk sementara waktu sebaiknya menghentikan konsumsi obat-
obatan ini sebelum menjalani terapi lintah.
103
Ginkgo (Gingko Biloba) merupakan spesies tunggal dari salah satu divisio anggota tumbuhan berbiji
terbuka yang pernah tersebar luas di dunia. Pada masa kini tumbuhan ini diketahui hanya tumbuh liar
di Asia Timur Laut, namun telah tersebar luas di berbagai tempat beriklim sedang lainnya sebagai
pohon penghias taman atau pekarangan. Bentuk tumbuhan modern ini tidak banyak berubah dari
fosil-fosilnya yang ditemukan.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 144
Radang lambung (gastritis) yang parah dan
perdarahan potensial pada lambung dan usus
(gastrointestinal)
Perdarahan pada lambung dan usus bagian atas terjadi pada pasien
keesokan hari setelah menjalani terapi lintah di sebuah rumah
sakit di Jerman, dimana pasien tersebut menderita radang
lambung parah. Kejadian merugikan ini juga dilaporkan pada
pasien lain dengan penyakit coronary artery104, yang mengelilingi
jantung. Pasien tersebut mengkonsumsi aspirin untuk mencegah
pengumpulan trombosit. Terapi lintah sebaiknya tidak dilakukan
pada pasien yang menderita peradangan lambung yang parah
karena efek sistemik dari hirudin pada air liur lintah berpotensi
meningkatkan risiko perdarahan pada lambung dan usus.
Gambar 8.2
Infeksi akut
104
Coronary artery disease (CAD); atau penyakit jantung atherosclerotic adalah hasil akhir dari akumulasi
bercak karena pengumpulan lemak secara tidak normal di selaput arteri (atheromatous plaques) yang
mensuplai myocardium (otot jantung) dengan oksigen dan nutrisi. Kadang-kadang disebut juga dengan
coronary heart disease (CHD), walaupun CAD adalah penyebab utama CHD dan bukan satu-satunya
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 145
pengobatan naturopatik dan patologi humoral, setiap pengobatan
yang mengeluarkan darah pada pasien yang menderita infeksi
biasanya bersifat kontraproduktif dan tidak direkomendasikan.
Pada bedah plastik dan rekonstruktif, dimana terapi lintah
dilakukan pada pasien dengan beberapa infeksi, maka pasien juga
dianjurkan untuk menggunakan antibiotik bersamaan dengan
terapi lintah.
105
Chemotherapy (kadang disebut cancer chemotherapy) adalah penanganan kanker dengan obat
antineoplastic atau dengan kombinasi obat ke dalam regimen penanganan yang terstandarisasi.
Umumnya chemotherapy membunuh sel yang berkembang sangat cepat, salah satu ciri kebanyakan
sel kanker. Ini berarti juga sel yang merugikan dan berkembang di dalam lingkungan normal yaitu sel
tulang belakang, saluran pencernaan dan kantung rambut. Efek samping berupa myelosuppression
(produksi sel darah berkurang), saat ini juga berkurangnya kekebalan tubuh (immunosuppression),
mucositis (peradangan dalam jalur pencernaan) dan alopecia (kerontokan rambut).
106
Sirosis hati adalah jenjang akhir dari proses fibrosis hati yang merupakan konsekuensi dari penyakit
kronis hati yang ditandai dengan adanya penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrous,
sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh minuman
keras, hepatitis B dan C dan gemuk penyakit hati tetapi telah banyak kemungkinan penyebab lain.
107
Dalam dunia pengobatan, dialysis (dari bahasa Latin "dialusis", berarti disolusi, "dia", artinya melalui,
and "lysis" artinya membebaskan, adalah proses untuk membuang sampah dan kelebihan air dalam
darah, dan digunakan untuk penggantian buatan dari fungsi ginjal pada orang yang gagal ginjal.
Dialysis dapat digunakan pada orang yang mengalami gangguan ginjal akut stadium 5. Bentuk
selanjutnya dapat berkembang selama bulanan atau tahunan hingga transplantasi ginjal dapat
dilaksanakan atau kadang-kadang ini adalah satu-satunya dukungan pengukuran bagi orang yang tidak
dapat menerima transplantasi ginjal
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 146
Terapi lintah dapat dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik
jika pasien memiliki kekentalan darah yang normal, kecuali jika
pasien menderita anemia atau kurangnya respon imunitas pada
tubuhnya, jika ada indikasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Terapi lintah adalah kontraindikasi untuk penderita infeksi HIV,
cachexia108, yaitu kelainan kesehatan karena keadaan malnutrisi
yang buruk. Terapi lintah dapat dilakukan pada pasien yang sedang
mengkonsumsi corticosteroid dosis rendah dan sedang, dan jika
pasien tidak memiliki sejarah gangguan pada penyembuhan luka
atau perubahan kulit yang berhubungan dengan cortisone, dikenal
dengan “cortisone skin”.109
Gambar 8.3
Kulit cortisone
Sumber : Dermaclub
108
Cachexia berasal dari bahasa Yunani κακός kakos "buruk" and ἕξις hexis "kondisi")[1] atau gejalanya
adalah kehilangan berat badan, pengecilan otot, kelelahan, kelemahan dan kehilangan nafsu makan.
109
Cortisone adalah hormon steroid. Salah satu dari hormon utama yang dilepaskan oleh kelenjar
adrenalin sebagai respon terhadap stres
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 147
Alergi
Alergi merupakan gangguan kepekaan atau reaksi yang berlebihan dari tubuh
terhadap benda-benda tertentu (alergen). Alergi sering menyerang orang yang
tubuhnya sensitif terhadap rangsangan-rangsangan dari luar ataupun dari dalam
tubuh. Reaksi yang berlebihan tersebut terulang kembali jika tubuh kemasukan
lagi benda asing (alergen) yang sama.
Penyebab
Alergen berupa bahan makan tertentu, debu, serbuk sari bunga, bulu binatang,
bantal kapuk, atau obat-obatan tertentu. Bahan allergen masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, suntikan atau terpapar kulit.
Perawatan :
Hindari benda-benda yang dapat menyebabkan alergi. Jika disebabkan oleh
makanan atau obat-obatan tertentu, hentikan pemakaiannya
Pengobatan herba:
Untuk diminum : 15 g sambiloto, 30 g temulawak, kupas, potong-potong, 30 g
meniran, cuci bersih rebus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc lalu saring,
minum dua kali sehari. Atau 100 cc cuka beras hitam (rice vinegar), 30 g jahe
ditumbuh, gula merah secukupnya. Rebus semua bahan dengan 300 cc air hingga
mendidih, minum hangat-hangat.
Pemakaian luar : 60 g patikan Cina, 10 lembar daun sirih, cuci bersih, lalu rebus
dengan 600 cc air hingga mendidih, setelah dingin, gunakan untuk mencuci ruam
kulit yang gatal karena alergi. Atau 25 g kunyit yang tua, kupas, 30 g sambiloto
segar, cuci kunyit dan sambiloto hingga bersih, haluskan. Oleskan pada bagian
kulit yang gatal karena alergi.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 148
Kehamilan (pregnancy)
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 149
Binahong :
Obat luka super ampuh !!
Cara pemakaian : daun dan batang
ditumbuk halus kemudian dioleskan
pada bagian yang sakit. Bahan ini dapat
digunakan untuk menyembuhkan
memar karena terpukul, kena api
(panas), rheumatik, pegal linu, nyeri
urat, perawatan kulit.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 150
9. Keamanan dan efek samping dari
terapi lintah
Komplikasi yang serius jarang ditemukan pada terapi lintah. Jika
prosedur terapi dijalankan secara tepat dan memperhatikan
kontraindikasi, maka efek sampingnya akan minimal. Efek samping
yang biasanya terjadi adalah rasa nyeri lokal dan rasa gatal
sementara. Karena itu sebelum diterapi, pasien sebaiknya
menandatangani formulir perijinan yang menjelaskan efek samping
terapi. Analisis berikut disusun berdasarkan dokumentasi
keberhasilan, laporan kasus dan pengamatan pribadi, termasuk
data pengendalian kualitas beberapa efek samping terapi pada
penyakit persendian karena menurunnya fungsi organ tubuh.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 151
Apakah gigitan dirasakan sebagai “nyeri” atau “tidak dirasakan
sama sekali” tergantung dari kepribadian masing-masing, namun
juga konsentrasi pada gigitan atau pendapat mengenai terapi
lintah. Ukuran rahang, kuatnya gigitan dan hisapan, volume dan
komposisi air liur lintah, semua sangat berperan. Kebanyakan
orang bahkan tidak memperhatikan gigitan lintah, misalnya ketika
digigit di dalam air dan perhatiannya terfokus pada sesuatu yang
lain. Seringkali, semakin pasien terfokus pada kekuatiran terhadap
gigitan lintah, semakin tinggi persepsi nyerinya. Terapis sebaiknya
mengingat hal ini selama tahap persiapan dan selama terapi.
Pengalihan terhadap sesuatu yang lain kadang-kadang dapat
membantu atau dapat juga membiarkan pasien mengenal lintah
terlebih dulu dan diyakinkan pada kehandalan terapi.
Gatal-gatal lokal
Gatal-gatal sementara pada bekas gigitan lintah dalam beberapa
hari pertama setelah terapi adalah biasa dan jangan dianggap
sebagai reaksi alergi. Pada penelitian mengenai keberhasilan terapi
lintah terhadap pasien penderita nyeri karena menurunnya fungsi
sendi (osteoarthritis110) lutut, kira-kira 70% pasien yang diterapi
merasakan gatal-gatal lokal yang berakhir rata-rata dua hari
setelah terapi. Frekuensi gatal-gatal lebih kuat terjadi pada
persendian yang jauh dari struktur sentral atau bagian tengah
tubuh (peripheral), misalnya jempol. Berdasarkan penilaian
empiris, terjadinya gatal-gatal ini lebih berkurang pada persendian
besar dan daerah tulang belakang (vertebrogenik).
110
Kerusakan tulang rawan yang kronis pada persambungan terjadi biasanya di usia pertengahan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 152
awal, karena sering dapat menunda penyembuhan. Para ahli
merekomendasikan obat lokal yang mendinginkan (seperti diberi
dadih (bagian kental susu untuk dibuat keju), pembalut lembab
yang dingin, atau cuka. Untuk beberapa rasa gatal, produk
antigatal atau obat antihistamin dapat digunakan. Beberapa
terapis memberi resep antihistamin untuk pasien dengan sejarah
reaksi gatal dan kulit merah. Laporan terpisah menjelaskan adanya
pengulangan gatal-gatal ringan pada situasi tertentu (misalnya
temperatur tinggi) dalam beberapa bulan setelah rangkaian terapi.
Manfaat Habbatussauda:
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 153
Darah rendah (hypotension) dan serangan pingsan
(vasovagal)
Pasien dengan sejarah serangan vasovagal111 atau sinkop (pingsan)
sebelum dilakukan metode terapi pelukaan (invasif) lainnya
mungkin juga akan bereaksi sama di awal atau selama terapi lintah.
Sebuah survei menunjukkan serangan vasovagal terjadi pada satu
dari 1000 terapi lintah yang dilakukan di sebuah rumah sakit di
Jerman. Jadi, terapis sebaiknya selalu bertanya mengenai sejarah
serangan pingsan sebelumnya pada pasien sebelum prosedur
seperti pengambilan sampel darah atau akupunktur. Untuk
mencegah terjadinya serangan pingsan, pasien sebaiknya minum
banyak cairan sebelum dan selama terapi, dan terapi sebaiknya
dilakukan pada situasi yang tenang ketika pasien sedang berbaring.
Kasus dua pasien rawat jalan yang memiliki tekanan darah rendah
dan kehilangan kesadaran sementara waktu (vasodepresor
sinkop112) setelah terapi lintah juga diteliti. Kedua pasien diketahui
memiliki tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan
penyumbatan arteri, dan minum obat antihipertensi tiga buah,
dimana mereka meminumnya seperti biasa. Beberapa jam setelah
terapi, kedua pasien mengalami serangan pingsan ringan. Penting
untuk diingat, terapi lintah memiliki efek antihipertensi. Pasien
sebaiknya minum banyak cairan. Jika arus darah yang keluar dari
bekas gigitan lintah kuat, tekanan darah pasien sebaiknya
dimonitor dan obat antihipertensi dikonsumsi sesuai dengan
kebutuhan.
111
Vasovagal episode atau vasovagal response atau vasovagal attack (juga disebut neurocardiogenic
syncope) adalah ketidaknyamanan fisik karena adanya pengaruh syaraf campuran (vagus nerve). Jika
mengarah pada syncope (pingsan) dinamakan vasovagal syncope, tipe pingsan paling umum terjadi
112
Vasodepressor syncope: kehilangan kesadaran sementara waktu dalam jenis situasi yang khusus.
Situasi yang memicu terjadinya reaksi ini adalah berbeda-beda termasuk ketika diambil darah,
ketegangan sampai membuang air seni (urinating), gerakan usus atau batuk. Reaksi ini dapat juga
berhubungan dengan stres emosional atau nyeri
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 154
Kehilangan darah
Terapi lintah selalu berhubungan dengan tingkat kehilangan darah
tertentu, dimana secara medis tidak berbahaya dalam banyak
kasus. Pada percobaan klinis oleh Michelsen dkk, rata-rata
kehilangan hemoglobin adalah 0,7 mg/dL. Namun, pengamatan
yang diteliti secara terpisah berupa terjadinya perdarahan lanjutan
(afterbleeding) yang kuat dan turunnya hemoglobin113, karena
lintah secara tidak sengaja diletakkan langsung di vena permukaan.
113
Senyawa protein yang terdiri dari heme dan globin yang memberikan karakteristik warna ada sel darah
merah, berfungsi utama mentransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 155
Lemahnya penyembuhan luka, superinfeksi dan
alergi
Setelah lintah menjatuhkan diri, luka berbentuk tiga gigitan
biasanya akan membengkak selama 24-48 jam disertai dengan
perasaan ketegangan lokal, panas, dan memerah. Noda darah kecil
(ecchymoses)114 berkembang di bawah kulit di sekeliling gigitan
lintah. Pengumpulan darah yang lebih besar biasanya jarang
terjadi. Seperti pada luka memar di permukaan, noda darah diawali
dengan ungu kemerahan, lalu berubah menjadi kuning dan
akhirnya hilang dalam waktu sekitar dua minggu. Peradangan lokal
kadang-kadang disertai adanya puncak jerawat pada gigitan,
biasanya merupakan masalah yang relatif umum terjadi disertai
dengan rasa gatal. Peradangan ini biasanya reda secara cepat
ketika didinginkan dan tidak diganggu. Penyebab gangguan
penyembuhan luka ini tidak diketahui. Penanganan tidak tepat,
khususnya pemberhentian dini perdarahan luka lanjutan, pemijitan
kepala lintah dengan tang penjepit, pemindahan lintah dengan
kekerasan sebelum selesai makan, dan pemeliharaan lintah di air
yang tidak segar, seringkali menjadi penyebab potensial. Namun,
ini telah diteliti terjadi setelah penanganan lintah secara tepat
dalam kasus terpisah.
114
Istilah medis untuk perdarahan di subkutaneus lebih besar 1 cm atau hematoma, biasanya disebut luka
memar, dapat berlokasi di kulit atau dalam jaringan lendir
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 156
bakteri terhadap kulit epidermis (erysipelas115) (Gambar 9.1.a) dan
dua pasien menderita peradangan saluran limfatik
116
(lymphangitis ) (Gambar 9.1.b) menengah. Semua kasus
diselesaikan dengan cepat dengan terapi antibiotik cephalosporin
dan atau anti gyrase.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 157
(urticarial dermographism118) (9.1.d) pada individu yang memiliki
emosi abnormal (psychovegetative119) atau labil telah diteliti lebih
sering terjadi. Kasus yang lebih lama menjelaskan kejadian alergi
yang hipersensitif (shock anaphylastic120) (Gambar 9.1.e) jangka
pendek setelah aplikasi enam lintah pada pelipis.
118
Dermatographic urticaria juga dikenal dengan dermographism, dermatographism, atau "skin writing"
adalah gangguan kulit pada 4–5% dari populasi dan salah satu tipe urticaria (kulit gatal) paling umum,
dimana kulit menjadi naik dan meradang jika dipukul, digores, digosok dan kadang ditampar
119
Menurut beberapa peneliti penderita gangguan psikovegetatif adalah 10-20% dari populasi. Gejala
yang umum adalah gelisah, tegang, gangguan tidur, lekas marah, dan reaksi emosi yang tidak normal.
120
Anaphylaxis adalah multisistem yang akut, reaksi alergi hipersensitif tipe I. Istilah berasal dari bahasa
Yunani ἀνά ana, melawan, dan φύλαξις phylaxis, perlindungan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 158
Beberapa terapis lintah memberikan antihistamin secara sistemik
untuk mengatasi reaksi alergi lokal (secara empiris) dan berhasil
dengan baik. Namun, tingkat respon keberhasilan antihistamin
tidak terbukti pada setiap penyebab alergi, tingkat tertentu dari
respon placebo pada antihistamin juga perlu dipertimbangkan.
Kemungkinan adanya pujian (hanya iklan) terhadap antibiotik
alergi pada terapi lintah juga dinyatakan dalam sebuah kasus.
Infeksi (sepsis)
Sepsis yang disebabkan oleh infeksi sistemik dari Aeromonas
hydrophila telah berulang-ulang diteliti yang terjadi setelah
penerapan terapi lintah dalam indikasi bedah rekonstruktif, tetapi
tidak dalam masalah terkait lain. Hal ini mendukung kesimpulan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 159
bahwa risiko infeksi Aeromonas hydrophila meningkat hanya pada
pasien dengan beberapa penyakit yang dideritanya atau tekanan
terhadap imunitas tubuh, yang biasanya merupakan kasus dalam
kandidat pembedahan. Para ahli merekomendasikan penggunaan
antibiotik secara bersamaan pada semua pasien bedah yang
menerima terapi lintah. Pada bidang penggunaan lain, terapi
antibiotik utama tidak diperlukan berdasarkan status pengetahuan
saat ini tetapi kontraindikasi yang relevan harus diteliti.
121
Dalam dunia pengobatan, comorbidity adalah kehadiran satu atau lebih gangguan (penyakit) sebagai
tambahan pada penyakit atau gangguan primer, atau efek dari gangguan atau penyakit tambahan
122
DNA gyrase, sering disebut gyrase saja, adalah enzim yang membebaskan dari ketegangan ketika DNA
strip ganda dibebaskan oleh kelompok enzim
123
Phlegmonous abscess berhubungan dengan peradangan jaringan penghubung subkutaneus akut
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 160
pencegahan infeksi (prophylaxis124). Transmisi dari bakteri lain atau
penyakit vital pada manusia dalam terapi lintah belum diteliti
sampai sejauh ini. Terapis sebaiknya membeli lintah dari pensuplai
yang membiakkan lintah pada kondisi tertentu (misalnya
perusahaan ZAUG di Jerman).
Luka
Jika luka akibat gigitan lintah tidak diganggu, maka biasanya cepat
mengering hingga sulit dilihat atau hanya berupa tanda bekas tiga
gigitan yang tidak terlihat dan akan hilang sama sekali dalam satu
hingga tiga minggu. Namun, jika penyembuhan luka terganggu
karena garukan atau infeksi luka lanjutan, maka luka akan tetap
terlihat untuk periode waktu yang lama. Perubahan kulit
berjerawat untuk beberapa bulan juga telah dilaporkan dalam
kasus terpisah. Pada suatu kasus, reaksi arthropod125 (Gambar 9.2)
permanen juga dilaporkan terjadi setelah terapi lintah.
Gambar 9.2
Reaksi gigitan serangga
Sumber : Skinsight
124
Bahasa Yunani "προφυλάσσω" artinya menjaga atau melindungi sebelum terjadi adalah prosedur
medis atau kesehatan publik dimana tujuannya adalah untuk mencegah daripada mengobati penyakit
125
Reaksi seperti gigitan atau sengatan serangga (arthropods)
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 161
setelah terapi, misalnya di sekitar lutut, juga dapat menghasilkan
luka.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 162
10. Dasar ilmiah terapi lintah
Pada bab ini, indikasi klinis akan dikelompokkan berdasarkan
mekanisme utama yang terlibat. Tipe klasifikasinya murni teoritis.
Lebih jauh, data terkini menunjukkan tindakan simultan dari
mekanisme ganda mungkin bertanggung jawab pada keefektifan
terapi lintah secara klinis dalam indikasi non bedah.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 163
Dengan mempertimbangkan daur kehidupan plasma yang singkat
dari hirudin, para ahli menyarankan rangsangan yang berbeda
dilakukan pada pembuatan eritrosit di sum-sum tulang
(erythropoiesis) yang bertanggungjawab sebagai parameter
modulasi jangka panjang dari terjadinya perdarahan
(hemoreoligis). Namun, efek sistemik seperti ini tidak begitu
penting dalam indikasi bedah terapi lintah.
127
Timbulnya bayangan dua dimensi distribusi radioaktivitas dalam jaringan setelah pemberian
radionuklida internal, bayangan diperoleh dengan kamera skintilasi
128
Cairan kental transparan alkalis yang menyerupai putih telur, disekresi oleh membran sinovial dan
terdapat di dalam rongga-rongga sendi, bursa, dan selubung tendo
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 164
menghambat sejumlah cytokine129 pro peradangan pada cairan
synovial. Pada terapi lintah, penting untuk diingat gigitan lintah
merepresentasikan hanya sekali injeksi hirudin dan separuh masa
hidup hirudin alami lebih pendek dari kombinasi ulang hirudin PEG.
Seperti telah dijelaskan, hirudin normal bekerja dalam kombinasi
dengan banyak zat anti peradangan lain dalam air liur lintah. Efek
aditif ini diasumsikan sangat sifnifikan.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 165
karena menurunnya fungsi organ (osteoarthritis). Efek anti
peradangan sistemik pada terapi lintah kurang masuk akal,
terutama pada efek perdarahan yang lama dari satu gigitan lintah.
132
Menghalangi atau menurunkan sensitivitas terhadap stimulus nyeri
133
Edema unilateral atau bilateral kronis pada ekstremitas yang disebabkan oleh penimbunan cairan
interstisial statis pada limfe sekunder, obstruksi pembuluh limfe atau gangguan kelenjar getah bening
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 166
zona jaringan penghubung lokal dan kemanjuran klinis dari terapi.
Berdasarkan tingkat pengetahuan terkini, efek terapi lintah pada
aliran limfe dan jaringan penghubung kelihatannya sedikit relevan
dibandingkan rasa nyeri, tetapi perangsangan pada aliran limfe
mungkin lebih penting pada terapi gejala varises. Penelitian klinis
lanjutan dibutuhkan untuk menilai efek ini secara handal.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 167
menunjuk pada yang lain (metaforikal), lebih banyak yang tidak
memenuhi konsep gangguan fungsi (patofiologis) modern dan
prinsip tindakan, fakta bahwa pasien dilayani sebagai basis untuk
terapi lintah yang lebih tepat dan sukses selama berabad-abad
perlu ditekankan. Analisis ilmiah yang komprehensif untuk terapi
lintah sebaiknya mempertimbangkan aspek tersebut jika
memungkinkan.
134
Singkatan dari Light amplification by stimulated emission of radiation, suatu alat yang memancarkan
cahaya dengan frekuensi berbeda—beda menjadi sinar yang sangat kuat, kecil dan hampir tidak
berpencar dari radiasi monokromatik pada daerah yang dapat dilihat dengan semua gelombangnya
dalam satu fase. Digunakan sebagai alat pada tindakan pembedahan, diagnosis dan penelitian fisiologi
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 168
digunakan untuk menyediakan suplai darah normal dan
pengalirannya. Namun, studi klinis yang dikontrol masih kurang.
Kemungkinan untuk menyediakan percobaan yang terkontrol
terbatas, karena sulit menstandarisasi indikasi dan prosedur terapi
untuk penyumbatan vena pasca operasi. Karena terapi lintah saat
ini adalah bentuk yang valid untuk indikasi ini, kelihatannya secara
etis tidak dapat dipertahankan untuk tidak menginformasikan
terapi dari pasien dalam kelompok kontrol suatu studi. Akibatnya,
tidak dapat dipercaya bahwa studi seperti ini pernah dilaksanakan.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 169
gejala varises dan peradangan vena akibat pembentukan
thrombosis permukaan dalam praktek medis.
Karena terapi lintah tidak memiliki efek kosmetik pada varises dan
karena metode fisik efektif untuk edema telah tersedia, studi ini
sebaiknya terfokus pada kemujaraban dari terapi lintah untuk
menghindari gejala varises dan mengobati bisul vena. Namun, studi
ini tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan finansial. Pendanaan
penelitian yang cukup adalah penting untuk mencapai bukti ilmiah
dari kemujaraban terapi lintah.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 170
Nyeri persendian (Arthrosis), radang sendi (Arthritis), dan
gejala nyeri kronis
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 171
kira 60%) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan
dalam pengurangan rasa sakit secara statistik signifikan tiga hari
setelah terapi dan bahkan lebih tegas dinyatakan terjadi empat
minggu setelah terapi. Pada akhir studi, intensitas nyeri dari
kelompok terapi lintah diberi nilai “1” dari skala 0-10. Rangkaian
nyeri pada daerah sambungan yang diteliti sepanjang waktu dapat
dilihat pada Gambar 10.1.
Gambar 10.1
Hasil dari studi awal terkontrol
dari pasien dengan osteoarthritis pada lutut.
Rangkaian nilai nyeri pasien yang diterapi dengan lintah
dibandingkan dengan terapi standar
Sumber : Rumah Sakit Essen-Mitte, Jerman
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 172
selama total empat minggu. Pasien menjalaninya selama total tiga
bulan. Gejala didokumentasi secara detail dan menggunakan
kuesioner yang telah disusun dan divalidasi, menggunakan skala
analog visual WOMAC (the Western Ontario and McMaster
Universities Osteoarthritis Index), sebuah indeks nyeri sendi di
Universitas McMaster dan Ontario bagian barat. Kuesioner
WOMAC diselesaikan pada hari ketiga, ketujuh, 28 dan 90. Nilai
total WOMAC juga dianalisis.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 173
Gambar 10.2 Gambar 10.3.
Studi mengenai keberhasilan terapi lintah Studi mengenai keberhasilan terapi lintah
pada 51 pasien dengan osteoarthritis pada pada 51 pasien dengan osteoarthritis pada
lutut. Penilaian nyeri dari WOMAC lutut. Penilaian fungsi sambungan WOMAC
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 174
Studi intervensi ketiga dengan perbandingan desain studi yang
dikontrol dan diacak dilakukan peneliti di Universitas Free di Berlin,
Jerman. Sejumlah total 52 pasien (umur rata-rata : 68 tahun)
terlibat dalam studi ini. Pasien dalam kelompok terapi lintah (n=26)
menerima terapi lintah, sedangkan pada kelompok kontrol (n=26)
menerima terapi Transcutaneous Electrical Neuromuscular
Stimulation (TENS) (stimulasi otot dan syaraf dengan alat listrik
yang ditempelkan pada kulit). Peneliti menggunakan desain studi
silang dimana periode dua-tiga minggu terapi dipisahkan dari
periode tiga minggu berikutnya yang meletihkan. Gejala dievaluasi
dengan menggunakan indek Lequesne yang telah divalidasi,
dibandingkan dengan indeks WOMAC. Studi Universitas Free juga
mendemonstrasikan bahwa terapi lintah menyebabkan
pengurangan nyeri yang signifikan dan peningkatan pada fungsi
sambungan dan efek terapi lintah masih diukur sembilan bulan
setelah terapi.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 175
rasa nyeri (analgesik) menurun pada 72% dari keseluruhan pasien,
dan menurun untuk durasi lebih dari satu tahun sebesar 32%.
Di samping rasa gatal secara lokal yang sering terjadi dan kulit yang
kadang-kadang memerah, efek samping lain jarang terjadi. Saat ini
dapat disimpulkan terapi lintah berguna dan merupakan metode
yang aman untuk menerapi gejala nyeri sendi lutut (gonarthrosis).
Keterkaitan klinis dari terapi lintah menjadi yang terpenting dalam
efek samping yang telah dikenal yang berhubungan dengan
penggunaan jangka panjang dari obat anti radang nonsteroid
(NSAIDs) dan anti COX-2.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 176
(periartikular)/titik pemicu, nyeri sendi (arthralgia), kualitas
sambungan, kekakuan pagi hari pada 51 pasien dengan nyeri
karena penurunan fungsi sambungan di berbagai lokasi dan pada
51 pasien dengan radang (arthritis) karena rematik. Terapi lintah
mencapai peningkatan signifikan pada fungsi, nyeri sendi
(arthralgia), dan kekakuan pagi hari pada hampir semua pasien
dalam kedua kelompok diagnosis.
Gout (Arthritis urica) adalah satu dari indikasi utama terapi lintah
yang ditentukan pada literatur tua. Bottenberg menjelaskan
sejumlah kasus berhasil yang mendukung penggunaan lintah untuk
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 177
indikasi ini. Pada saat itu obat seperti ibuprofen dan allopurinol,
yang jadi standar pengobatan saat ini, belum tersedia. Di sisi lain,
studi klinis modern mengenai keefektifan terapi lintah untuk
radang sendi (arthritis) adalah kurang. Akibatnya, penggunaan
lintah hanya untuk kasus kronis dan penyakit yang sulit diatasi.
Artikel pada literatur tua dan yang lebih baru bertentangan satu
sama lain dalam hubungan dengan penggunaan terapi untuk
polyarthritis kronis (cP) dan arthritis rematik (rA). Sebuah pusat
penyakit rematik yang mengkhususkan pada terapi lintah
mengambil pendekatan yang tepat dalam menggunakan lintah
untuk menerapi cP. Pada studi yang telah disebutkan sebelumnya
terapi lintah menghasilkan peningkatan signifikan pada penyakit
pada daerah sambungan karena rematik dan pengurangan yang
menyertainya dalam parameter peradangan. Pada saat ini, data
dalam literatur tidak menyediakan bukti yang cukup dari
kemujaraban terapi. Para dokter di Rumah Sakit Essen-Mitte
menyarankan untuk menggunakan lintah langsung pada daerah
sambungan yang terkena peradangan akut, tetapi terapi lintah
dapat dicoba dengan tahap berselang setelah peradangan akut
mereda.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 178
273 pasien yang memiliki penyakit radang telinga tengah (media
otitis), radang telinga (otitis) luar, gangguan suara bising di telinga
(tinnitus) dibagi dalam tiga kelompok terapi. Kelompok 1 diterapi
dengan lintah saja. Kelompok 2 menerima injeksi lokal dari ekstrak
air liur lintah segar. Kelompok 3 menerima terapi standar normal
(antibiotik untuk infeksi telinga, hemodilusi135 untuk tinnitus).
135
Peningkatan kandungan cairan darah sehingga menurunkan konsentrasi eritrositnya
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 179
trombosit, arti penting dari terapi lintah secara cepat menurun.
Kombinasi ulang hirudin kemudian digunakan dan diinvestigasi
dalam terapi pembentukan area berhentinya pembekuan jaringan
(infarksi) pada jaringan otot tengah dinding jantung (myocardial)
modern. Tidak seperti heparin, anti thrombin langsung seperti
hirudin tidak memerlukan antitrombin III sebagai kofaktor. Hirudin
juga dapat menonaktifkan thrombin yang terikat pada fibrin.
Karena potensi anti pengentalan yang kuat dari zat biokimia ini,
peristiwa berjangkitnya efek samping perdarahan terjadi pada
studi awal yang menggunakan analog kombinasi ulang hirudin yang
pertama (desidurin, lepidurin). Hirudin oleh sebab itu pada
mulanya tidak dapat menjadi obat primer yang ditentukan untuk
menerapi myocardial infarction. Hirudin asing (bivalirudin)
sementara itu mencapai hasil yang sangat menjanjikan dalam
percobaan klinis. Thrombocytopenia tipe II (HIT-2) yang
ditimbulkan oleh heparin adalah indikasi untuk hirudin saat ini. Anti
thrombin untuk menerapi dan mencegah pembekuan darah
(thrombosis) pada vena dan arteri (ximelagatran, melagatran) juga
merupakan turunan hirudin.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 180
Di masa lalu, terapi lintah umumnya digunakan untuk menerapi
hipertensi arteri. Efek antihipertensi akut jangka menengah dari
veneseksi menengah yang berulang diketahui dan didokumentasi
dalam berbagai studi. Terapi antihipertensi modern meliputi
sejumlah obat antihipertensi yang handal dan efektif, juga
perubahan gaya hidup. Akibatnya, terapi lintah saat ini dianggap
sebagai terapi tambahan daripada terapi utama.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 181
dari metode terapi. Untuk mendefinisikan efek placebo, pasien
sebaiknya ditanyakan mengenai ekspektasinya sebelum terapi.
“Ekspektasi hasil” kemudian dapat dimasukkan dalam analisis
statistik mengenai efek terapi. Hal itu juga berguna untuk
membandingkan intensitas terapi lintah dalam studi yang berbeda.
Ini akan menghasilkan data dosis yang lebih presisi dan berguna
untuk menilai efek spesifik dan tidak spesifik dari terapi lintah.
Referensi Tambahan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 182
11. Biokimia air liur lintah
Ketika melakukan atau menjalani terapi lintah, tentunya kita perlu
mengetahui secara ilmu pengobatan (farmakologi) mengenai zat
aktif yang terkandung dalam air liur lintah. Efek paling jelas dari
gigitan lintah adalah penyayatan vena (veneseksi). Namun,
dibandingkan dengan efek pengobatan (farmakologi), maka
pengeluaran darah adalah kepentingan sekunder.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 183
Tabel 11.1 Komponen dalam air liur lintah medis
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 184
(10) (10) Hyaluronidase berfungsi sebagai “faktor penyebar”. Zat ini memfasilitasi
perpindahan mucopolysaccharides dari struktur antar jaringan/organ, sehingga
membuka pintu untuk biokemikal. Hyaluronidase juga memiliki efek antibiotik.
(11) Carboxypeptidase, sebuah zat anti seperti histamine melebarkan kapiler
di sekitar gigitan, sehingga meningkatkan aliran darah ke dalam daerah gigian
(12) Zat anti peradangan, eglins dan bdellins turut mendukung penyembuhan
(5) Kerongkongan (Ph) berkontraksi (9) Air liur lintah mengandung hirudin,
secara ritmis (peristalsis) memompa zat kimia pencegah pengentalan darah.
darah melalui tiga luka gigi ke dalam Juga mengandung calin, zat yang menjaga
perut. Zat kimia dalam air liur lintah luka terbuka sekitar 12 jam dengan
diproduksi sel air liur yang mengikat faktor Willebrand (membuat
memancar (Sz) berlokasi di jaringan tidak aktif). Rembesan darah dari luka
penghubung. Pembuluh berbentuk (efek veneseksi), mengeluarkan efek
tabung dari air liur menghubung- pembersihan luka tambahan.
kannya dengan rahang (9) (8)
(5) (7) Gigi lintah adalah
struktur kalsium
tertanam dalam otot
(7)
keras dari rahang
lintah. Mereka
menunjukkan bentuk
hati dalam sisi
melintang seperti
tetesan air mata
yang memanjang
(6)
(8) Pori-pori di antara pasangan gigi
individu membentuk pembukaan
(4) pembuluh pengeluaran sel air liur, dilalui
(4) Rahang 3 bagian berbagai zat kimia air liur yang dikeluarkan
dari lintah dilihat ke dalam luka gigitan.
(3)
dari atas, pusat
mekanisme terapi
(6) Sel air liur tidak
(2)
bersatu membentuk
(3) Dalam waktu 2 tahun, sel kelenjar lain. Sel Darah mamalia dipercaya penting untuk
darah telah dicerna dan lintah tersebut bebas kuman memproduksi keturunan dan kepompong
mulai mengkonsumsi cairan (1) lintah. Lintah meletakkan kepompongnya di
dalam tubuhnya. Koloni tanah basah pada pinggir air. Setiap
Aeromonas sebagian besar kepompong terdiri dari 10 hingga 30 lintah
hilang dan bakteri lain muda, yang tidak lagi mengalami
mungkin membuat koloni di metamorfosis
perut dan usus lintah
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 185
Komponen air liur lintah medis
Hirudin
Hirudin adalah zat terkenal yang terkandung dalam air liur lintah.
Zat ini diberi nama oleh Jakobj sekitar tahun 1903-1904 (Müller,
200). Hirudin kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan
semua zat aktif dalam air liur lintah. Pada kenyataannya, hirudin
hanya menunjuk pada satu zat aktif spesifik (Gambar 11.1).
Kemampuan air liur lintah untuk mencegah pengentalan darah
ditemukan hampir satu abad yang lalu (Kraemer, 1988). Pertama
kali diisolasi dan diidentifikasi oleh Markwardt (Graf, 2000) pada
pertengahan 1950-an. Molekul hirudin terdiri dari rantai 65 asam
amino dengan proporsi tinggi dari asam aspartik dan asam
glutamik, keduanya adalah asam aminodikarbonik. Zat ini
mencegah pengentalan darah dengan cara pengikatan secara
selektif pada trombin (Markwardt, 1985).
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 186
Komponen lain dari air liur lintah
136
Protoplasma dalam tubuh makhluk bertulang belakang yang berguna untuk penggumpalan darah
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 187
melindungi pasien dari potensi terjadinya sepsis (infeksi) yang
mematikan.
137
Protein putih berbentuk selaput yang tidak mudah larut dibentuk oleh aktivitas thrombin pada
fibrinogen ketika darah menggumpal, ia membentuk jaringan yang memerangkap sel darah merah dan
trombosit.
138
Setiap enzim yang mengkatalisasi (percepatan reaksi kimia yang ditimbulkan keberadaan material yang
secara kimiawi tidak berubah pada akhir reaksi) pemisahan protein ke dalam fraksi peptide dan asam
amino yang lebih kecil dengan proses proteolisis
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 188
Anti Triptase juga diisolasi dari ekstrak lintah medis. Triptase
berfungsi sebagai sumber dan pengembangan penyakit berupa
reaksi peradangan dan alergi yang berhubungan dengan fungsi sel
yang rusak. Triptase juga terlibat dalam penyakit asma, arthritis
rematik, dan sakit kulit kronis (psoriasis).
Anti Faktor Xa adalah komponen air liur lintah yang bereaksi pada
pengentalan. Faktor Xa merubah konversi protrombin menjadi
trombin selama proses pengentalan darah. Faktor Za membentuk
kompleks ekuimolar stabil dengan Faktor Xa, sehingga
menghentikan aktivitasnya.
Anti komplemen juga diisolasi dari air liur lintah. Zat ini berguna
untuk pasien dengan kekurangan zat anti (inhibitor) alami. Juga
bisa menghalangi aktivasi komplemen yang tidak diinginkan seperti
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 189
terjadi dalam reaksi alergi hipersensitif (shock anafilastis),
peradangan kronis dan infeksi (sepsis).
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 190
diharapkan dapat identik fungsinya dengan hirudin alami, memiliki
karakteristik biokimia dan farmakologi yang diharapkan sama
dengan hirudin dari Hirudo medicinalis.. Modifikasi komposisi asam
amono dari hirudin yang dikombinasi ulang meningkatkan
karakteristik farmakologikanya. Enzim protein
rotein dari air liur lintah
lain juga direkayasa, misalnya dari jenis Haementeria ghillianii.
ghillianii
Gambar 11.3
Ekstrak hirudin dan industri pengguna
Foto : Agrotek BK Enterprise
Referensi Tambahan
1. Baskova IP, Zavalova II. Proteinase inhibitors from the medicinal leech Hirudo
medicinalis. Biochemistry 2001: 66 : 703-714.
2. Kraemer BA, et.al. Use of leeches in plastic and reconstructive surgery : a review:
J. Reconstr Mocrosurg 1988 : 4: 381-386
3. Markwardt F. Pharmacology of hirudin : One hundred years after the first report
of the anticoagulant agent in medicinal leeches. Biomed Biochim Acta 1985:
44:1007-1013.
4. Müller IW. Handbuch der Blutegeltherapie.. Heidelberg: Haug:2000
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1]] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 191
12. Bakteri yang tumbuh dalam tubuh
lintah medis (Hirudo medicinalis)
Kemujaraban dan keamanan terapi lintah pada berbagai penyakit
yang berbeda merupakan isu penting. Pengalaman klinis dan studi
ilmiah menunjukkan, rasa nyeri terapi umumnya ringan dan efek
samping dari air liur lintah jarang terjadi. Demikian juga,
kemungkinan transfer bakteri atau infeksi virus saat ini merupakan
pertimbangan klinis yang relevan. Kewajiban untuk membuang
lintah setelah digunakan, efektif untuk mengurangi kemungkinan
pasien terkena penyakit yang disebabkan transfer mikroba dari
satu pasien ke pasien lainnya. Namun, bakteri normal yang ada di
dalam pencernaan lintah juga dapat ditransfer ke pasien dan
mungkin mengakibatkan risiko potensial dari infeksi bakteri.
Karena itu pada bab ini akan dijelaskan mengenai mikrobiologi
lintah medis dan didiskusikan diagnosis dan pengaruh
penyembuhan dari mikrooganisme ini.
139
Hubungan di antara dua makhluk yang saling bergantungan, dimana satu sama lain saling memberikan
keuntungan
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 192
dipisahkan dari usus manusia berdasarkan metode yang
tergantung pengembangan kuman dan metode yang tidak
tergantung dari pengembangan kuman, menunjukkan jumlah
kelompok bakteri yang ada dalam usus dua kali lipat lebih banyak
(Hayashi, 2002; Hooper, 2001). Usus lintah medis juga dikolonisasi
oleh bakteri tetapi dengan keragaman yang sangat kecil
dibandingkan dengan hewan lainnya (Graf, 2000). Dalam bab ini
akan dijelaskan perkembangan ilmu bakteri dan mekanisme anti
mikroba dari usus Hirudo medicinalis.
Hal yang mengejutkan adalah hanya ada satu jenis bakteri yang
diisolasi dari perut lintah pada studi mikrobiologi pertama yang
dilaporkan. Bakteri simbiosis ini dinamakan Bacterium
hirudinicolum oleh Lehmensick dan Hornborstel pada tahun 1941
(Lehmensick, 1941). Sepuluh tahun kemudian, Büssing, dkk.
memberi nama bakteri itu dengan Pseudomonas hirudinis (Büssing,
1951, 1953). Keberadaan hanya satu jenis bakteri dalam perut
lintah sangat kontras dengan keberagaman bakteri dalam
pencernaan sebagian besar hewan lainnya. Bakteri yang diisolasi
dari lintah diuji dengan hemolisis140-beta dan hasilnya positif, serta
140
Peleburan dari eritrosit dengan pelepasan hemoglobin
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 193
ditemukan lintah memproduksi enzim protease dan lipase di luar
sel. Karena pengembangan yang murni dari enzim ini, yang
diperlukan untuk pencernaan darah, maka bakteri ini
diklasifikasikan sebagai simbion (saling menguntungkan).
Peran yang tepat dari bakteri simbiotis dalam simbiosis ini belum
sepenuhnya dipahami, tetapi ada tiga fungsi potensial yang telah
pasti (Büssing, 1953; Graf, 2000, 2002) yaitu:
1. Bakteri tersebut membantu pencernaan darah yang dihisap
2. Bakteri tersebut memproduksi nutrisi penting untuk lintah
3. Bakteri tersebut mencegah tumbuhnya bakteri lain
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 194
sehingga efeknya lebih kecil pada hewan (Graf, 2002). Penemuan
ini setidaknya menyimpulkan bahwa simbion141 mempengaruhi
metabolime dan psikologi dari lintah medis.
141
Makhluk yang hidup dalam keadaan simbiosis
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 195
adalah Aeromonas hydrophila, tetapi urutan gen 16S rRNA identik
dengan Aeromonas veronii biovar sobria. Penelitian lain baru-baru
ini melaporkan kesulitan yang sama dalam identifikasi biokimia dari
kelompok Aeromonas. Lebih jauh, lintah dari tempat pembiakan
lain atau dari daerah lain mungkin dikolonisasi jenis bakteri lain.
Jika suplai darah pada bagian yang diterapi kurang, maka risiko
infeksi luka meningkat, namun dapat dihindari dengan penerapan
antibiotik yaitu prophyilastic. Antibiotik quinolone seperti
ciprofloxacin dan ofloxacin atau cephalosporin generasi ketiga
seperti ceftriaxone sebaiknya digunakan untuk tujuan ini. Generasi
pertama penicillin dan cephalosporin tidak direkomendasikan
karena kekebalan terhadap antibiotik ini merupakan masalah yang
luas. Kekebalan dari antibiotik yang direkomendasikan dapat juga
berkembang. Pembedaan akurat antara kedua jenis Aeromonas
penting untuk ahli mikrobiologi karena investigator belum berhasil
membedakan mana jenis Aeromonas yang mematikan dan mana
jenis yang tidak membahayakan. Kedua jenis Aeromonas tersebar
luas. Keduanya berkembang di dalam air dan endapan sungai dan
danau. Keduanya dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 196
2. Aeromonas media
3. Aeromonas veronii biovar sobria (sering dikelirukan dengan
Aeromans sobria).
Mikrobiologi Lintah
Bakteri dalam usus Hirudo medicinalis dapat dinilai dengan
mengembangkan bakteri atau analisis DNA dari sampel yang
diambil dari usus lintah. Pada sebagian besar studi yang dijelaskan
dalam literatur, alat tes komersial digunakan untuk
mengidentifikasi aspek biokimia dari bakteri yang dikembangkan.
Aeromonas diisolasi dari lintah medis pada semua studi yang
relevan. Jenis yang diisolasi biasanya diidentifikasi sebagai
Aeromonas hydrophila kemudian diikuti oleh Aeromonas veronii
biovar sobria.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 197
pada jumlah yang diisolasi, sulit untuk menilai peran bakteri ini
bagi lintah. Untuk menentukan apakah risiko infeksi disebabkan
oleh bakteri potensial, maka perlu diketahui apakah bakteri ini
berkoloni di usus lintah, permukaan tubuh, atau organ lain. Untuk
itu perlu dikumpulkan data kuantitatif bakteri.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 198
pembuluh darah kecil (microvascular) yang telah dipublikasikan
sejak awal 1980an. Konsekuensi utama dari aliran darah yang
terganggu adalah pelemahan sistem imun lokal dari pasien. Karena
tekanan imun lokal, bakteri dapat dengan mudah mengkolonisasi
luka bedah dan menyebabkan infeksi. Infeksi bakteri yang
mengikuti terapi lintah pada jaringan yang pemompaan cairannya
lemah telah dilaporkan dalam beberapa kasus. Infeksi ini dapat
dihindari dengan pemakaian antibiotik secara bersamaan. Dua hal
penting perlu diingat :
1. Gangguan pada peredaran darah membuat pasien peka
terhadap infeksi luka.
2. Banyak lintah perlu diterapkan pada banyak sesi
pengobatan.
Pada indikasi ini, tidak ada pengobatan yang seefisien terapi lintah.
Ini membuat perfusi jaringan yang rusak secara jelas dibedakan
dari banyak indikasi lainnya dari terapi lintah. Tes mikrobiologi
mengidentifikasi A. hydrophyla atau A.veronii biovar sobria adalah
penyebab dari infeksi luka yang ada hubungannya dengan lintah
pada hampir semua kasus yang dilaporkan. Vibrio fluvialis dan
Serratia marcescens dipertimbangkan sebagai penyebab dalam
masing-masing kasus.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 199
itu sendiri atau simbionnya. Sebagai alternatif, zat anti bakteri
mungkin juga telah ada dalam darah yang dihisap.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 200
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dua jenis
bakteri lain diinvestigasi oleh Indergand dan Graf, dapat bertahan
dalam usus lintah tetapi perkembangannya dihambat secara
signifikan. Penemuan ini membuktikan darah yang dihisap harus
dimodifikasi oleh lintah, simbion usus lintah, atau keduanya dan
modifikasi ini mencegah pertumbuhan bakteri, setidaknya bakteri
yang diinvestigasi. Segera setelah penghisapan, pengeluaran air
dan garam dari darah yang dihisap terjadi dalam pencernaan
lintah, porsi yang diambil kemudian dikeluarkan melalui nephridia
(organ pengeluaran). Secara teoritis, semua proses dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang diinvestigasi. Sebagai
alternatif, atau penambahan, lintah atau simbionnya dapat
memproduksi zat yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 201
tidak dapat mengatasinya. Jenis bakteri lain dapat mengkolonisasi
usus lintah dengan kondisi tertentu, misalnya jika darah yang
dihisap tidak segar atau lintahnya sedang lemah, karena periode
kelaparan yang diperpanjang. Penelitian ini disponsori oleh Swiss
National Fund, The National Science Foundation dan Sandoz
Foundation.
Referensi Tambahan
1. Buiting AG, Horbach JM, Petit PL, An unusual hospital infection : Aeromonas
hydrophila due to the use of leeches. Ned Tijdschr Geneeskd 1990; 134 : 2103-
2105.
2. Büssing KH. Pseudomonas hirudinis ein bakterieller Darmsymbiont des Blutegels
(Hirudo officinalis). Zentralbi Bakteriol 1951: 157:478-585.
3. Eroglu C et.al. Bacterial flora of Hirudo medicinalis and their antibiotic
sensitivities in the middle Black Sea region, Turkey. Ann Plast Surg 2001”47:70-
73.
4. Graf J. The effect of the symbionts on the physiology of Hirudo medicinalis,the
medicinal leech, Int J. Reprod Biol 2002; 41:269-275
5. Hayashi H, Sakamoto M, Benno Y Phylogenetic analysis 16S rDNA clon libraries
and strictly anerobic culture-based methods. Microbiol Immunol 2002; 46:535-
548
6. Indergand S, Graf J. Ingested blood contributes to the specificity of the symbiosis
of Aeromonas veronii biovar sobria and Hirudo medicinalis, the medicinal leech.
Appl Environ Microbiol 2000: 66:4735-4741.
7. Lehmensick R. Ueber einen neuen bakteriellen Symbionten im Darm von Hirudo
officinalis L. Zentralbi Bakteriol 1941 : 317-321.
8. Mackay DR et.al. Aeromonas species isolated from medicinal leeches. Ann Plas
Surg 1990; 42:275-279.
9. Sawyer RT : Leech biology and behavior. Oxford : Clarendon Press; 1986.
10. Zebe E. Roters FJ, Kaiping B, Metabolic changes in the medicinal leech Hirudo
medicinalis following feeding Comp Biochem Physiol 1986; 84A:49-55.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 202
13. Aspek hukum terapi lintah di Eropa
dan Amerika
Sebagaimana kita ketahui ada perbedaan antara klasifikasi lintah di
Amerika dan Eropa. Di Amerika lintah dianggap sebagai “alat
medis” sedangkan di Eropa dikategorikan sebagai “obat/produk
medis”. Standar kedua sistem terhadap hukum pengobatan
memang berbeda. Sistem medis di Amerika dan Eropa dibentuk
secara berbeda, demikian juga di berbagai negara di Eropa. Aturan
khusus hanya dapat diterapkan di negara tertentu. Untuk itu
terapis harus mempertimbangkan aspek hukum tertentu yang
penting dari terapi, karena terapis dapat dihadapkan pada masalah
tanggung jawab, peraturan, hukum kriminal, yang mengemukakan
risiko hukum pada profesi. Di sisi lain, pasien mengharapkan
menerima terapi yang terbaik dengan keamanan dan keefektifan
pengobatan. Untuk melindungi pasien dan terapis dari akibat tidak
langsung dari hukum, beberapa pertanyaan berikut sebaiknya
dijawab sebelum memulai terapi lintah:
Amerika
Pada tahun 2004 lintah medis disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration) sebagai “tambahan dalam pengobatan jaringan
transplantasi jika masalah penyumbatan vena akan menunda
penyembuhan atau mengatasi masalah penyumbatan vena karena
perdarahan lokal yang berlangsung lama”. Keputusan untuk
mengklasifikasi lintah medis sebagai alat medis didasarkan pada
penggunaan lintah medis pada tahun sebelum tahun 1976, pada
percobaan klinis, proses manufaktur, dan penggunaan klinis di
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 203
masa lalu. Penggunaan lintah untuk penelitian, pendidikan atau
ekstraksi dari zat aktif tidak diatur oleh FDA. Lintah dapat dibeli
dari Amerika berdasarkan alasan ilmiah atau pensuplai medis
seperti Leeches USA. Karena Hirudo medicinalis termasuk jenis
yang langka, proses import tidak hanya berada di bawah kekuasaan
hukum Amerika tapi juga US Fish and Wildlife Service (Jasa
pengurusan ikan dan hewan liar). Kedua agen harus dikontak
sebelumnya untuk mengimpor hewan agar dapat dijamin
keselamatannya.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 204
semakin berkembangnya minat terhadap terapi lintah dan
potensial lintah sebagai terapi alami yang efektif, maka
harmonisasi pandangan internasional diharapkan pada beberapa
tahun ke depan.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 205
Apakah pasien telah diberikan informasi yang tepat
mengenai risiko potensial yang dapat terjadi oleh
terapis?
Terapi lintah dihubungkan dengan risiko tertentu, dan terapis
diwajibkan secara komprehensif menginformasikan pasien
mengenai potensi terjadinya risiko kerugian. Semua pasien harus
diinformasikan mengenai risiko umum yang berkaitan dengan
terapi lintah (reaksi alergi, peradangan primer dan sekunder, bekas
luka) sebelum menyelenggarakan terapi. Risiko spesifik harus
dijelaskan kasus demi kasus jika memungkinkan, khususnya jika
lintah diletakkan di tempat kritis di daerah wajah atau leher.
Terapis harus mendapatkan ijin secara jelas pada terapi yang
diusulkan dengan bukti bahwa pasien telah diinformasikan
mengenai risiko potensial terapi (lihat Lampiran “Informasi untuk
Pasien”).
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 206
Apakah telah dilaksanakan perlindungan terhadap
hewan dan lingkungan?
Lintah medis adalah alat medis (Amerika) dan produk medis
(Eropa). Walaupun hukum perlindungan terhadap hewan berada
pada posisi lebih rendah, namun tidak dapat dilalaikan atau
diabaikan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perlindungan lingkungan, kebersihan dan pengendalian penyakit.
Melepaskan lintah medis ke daerah liar merupakan pelanggaran
dalam hukum obat, hukum perlindungan lingkungan dan peraturan
pembuangan sampah yang berbahaya (hukum Jerman).
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 207
Lampiran
Daftar-1: Peralatan untuk Terapi Lintah
• Lintah yang segar, belum pernah dipakai dan bersih (dikirim
sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya)
• Bejana kecil dengan penutup untuk lintah yang telah digunakan;
sebaiknya sebagian diisi air
• Handuk dan kapas tahan air
• Alas dari kain, gulungan pembalut dengan daya serap cairan
tinggi
• Plester yang melekat
• Air panas dan dingin
• Gunting, pisau cukur sekali pakai
• Sarung tangan bedah
• Pipa dari kaca, mangkuk kecil atau alat penyemprot sekali pakai
jika dibutuhkan
• Alat pengukur tekanan darah
• Obat-obatan alergi, alat injeksi, pisau bedah/lanset, atau jarum
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 208
Daftar-2: Prosedur Terapi Lintah
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 209
Catatan Rasa Nyeri untuk Dokumentasi Hasil Terapi
Lintah
Alamat praktek medis :……………………………………………………………….
Nama pasien : ………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………
Jenis penyakit yang diderita: …………………………………………………………….
Jumlah dan lokasi lintah : ………………………………………………………………
Hasil Terapi:
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 210
Kuesioner Intensitas Rasa Nyeri
Contoh :
Tidak ada rasa nyeri Nyeri sekali
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CATATAN :
Angka 0 = tidak ada rasa nyeri;
Angka 10 = rasa nyeri maksimum atau nyeri sekali
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 211
Informasi untuk Pasien dan Formulir Perijinan
Bapak, Ibu yang terhormat,
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 212
Kontraindikasi
Setelah Terapi
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 213
Formulir Perijinan
………………………………………………………………………………….
Tempat dan tanggal penandatanganan
…………………………………………………………………………………..
Tanda tangan pasien
…………………………………………………………………………………..
Tempat dan tanggal penandatanganan
…………………………………………………………………………………..
Tanda tangan dokter/terapis
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 214
Informasi sebelum Terapi Lintah untuk Pasien
Bapak, Ibu yang terhormat,
Anda telah dijadualkan untuk melakukan Terapi Lintah pada hari/
tanggal …………………… jam ………
Salam,
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 215
Prosedur Terapi Lintah
Bapak/Ibu yang terhormat,
Anda telah mempercayai kami untuk melakukan Terapi Lintah pada
Anda, dan dokter/terapis yang akan melakukannya telah
menjelaskan pada Anda mengenai efek samping dan
kontraindikasi. Informasi berikut ini akan memberikan Anda data
penting mengenai penanganan lebih lanjut.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 216
Kontaklah kami atau terapi lainnya segera ketika efek samping
semakin memburuk (demam, kedinginan, masalah sirkulasi, dll).
Hormat kami,
Terapis
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 217
Tentang Penulis
Ibu dari dua anak ini sejak 2002 hingga saat ini mengajar ilmu-ilmu
manajemen dan ekonomi syariah di Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Padjadjaran, Bandung. Penulis
menekuni bidang pengobatan cara Islam (Thibbun Nabawi) sejak
Februari 2011 ketika mengikuti Pelatihan Bijak Cemerlang (PBC)
yang dilaksanakan oleh Herba Penawar Alwahida (HPA) di Hotel
Poster Mice, Bandung. Berbagai pelatihan dan seminar pengobatan
Islam telah diikutinya. Penulis juga aktif menjadi anggota ABI
(Asosiasi Bekam Indonesia) untuk wilayah Jawa Barat mulai tahun
2011. Terapi lintah termasuk salah satu jenis pengobatan yang
dijalankannya di “Warung Sehat Konstitusi”, Jalan Konstitusi no 2,
Bandung, yang Alhamdulillah, dengan ijin Allah cukup berhasil
menangani beberapa pasien dengan berbagai keluhan, mulai dari
nyeri persendian hingga stroke.
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 218
Terapi Lintah telah mengalami jaman keemasan selama beberapa
tahun, dan hingga kini kemujaraban dari air liurnya dalam
mengobati berbagai macam penyakit terus digali dan diteliti oleh
para ahli.
Ibnu Sina, dokter Arab yang sangat terkenal pada periode 978-
1037 M, percaya lintah dapat mengeluarkan darah dari bagian
tubuh yang lebih dalam dibandingkan dengan bekam basah (wet
cupping) yang ditulis dalam bukunya “The Canon of Medicine”
(Alqanoon-fi-Tibb). Terapi lintah pada saat ini tidak terlalu berbeda
dari metode yang dijelaskan Ibnu Sina 1000 tahun yang lalu. Ibnu
Sina bersikeras tidak hanya pada kebersihan lintah tapi juga
tempat aplikasi dan tangan terapis (Robert dkk, 2000).
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 219
HERBA JAWI
Herba akar kunyit (Coscinium blumeanum) hidup menjalar dan tinggi tidak melebihi 10 kaki.
Kandungan flavanoid yang tinggi menjadikan herba ini sebagai antioksidan yang mengurangi
pengeluaran histamin dan zat-zat alergi lainnya, membantu meningkatkan kadar vitamin C
dalam tubuh untuk melindungi kerusakan sel akibat radikal bebas serta menguatkan sendi.
Bagi penderita alergi, hindari sementara makanan sumber alergi seperti: cumi, ayam, udang,
terasi, kepiting, dan lain-lain.
Madu asli memiliki aroma khas dan tingkat kekentalan yang sangat tinggi, kaya akan protein
dan karbohidrat. Khasiat madu : sebagai antibiotik alami, meningkatkan stamina dan vitalitas,
pencegahan penyakit, mempercepat penyembuhan penyakit, mengeluarkan racun tubuh,
sumber energi, sumber vitamin dan mineral yang lengkap
Omega 3 dihasilkan dari ikan yang memiliki kadar Omega 3 tinggi. Fungsi utama adalah nutrisi
otak dan pembersih darah. Manfaat lain : mencegah radang sendi (rhematoid arthritis), asma,
serangan kanker penyakit kulit, migren, kesemutan, dingin di kaki dan tangan, mencegah
serangan jantung akibat penyumbatan (artherosklerosis) dan darah tinggi, menjaga
penglihatan, meningkatkan kandungan oksigen dalam darah, sehingga metobolisme optimal
Teh herba mengandung Hydrocotyle asiatica dan Hydrocotyle sibthorpiodes, keduanya dari
keluarga pegagan. Khasiatnya antara lain : meredakan peradangan sendi (arthritis),
menurunkan asam urat (gout), membuang racun terutama di hati, ampasnya jika ditempelkan
di kulit dapat menyembuhkan gangren, kandungan glycosidesnya berfungsi sebagai penawar
luka, kandungan asiaticoside (triterpene glycoside) dalam pegagan dapat merangsang
pembentukan lipid dan protein yang amat berfungsi untuk kesehatan kulit, Asiaticosides
diklasifikasikan sebagai antibiotik, anti radang, mengandung seponin yang menghambat keloid
pada jaringan bekas luka, mencegah varises dan salah urat.
Rimpang kunyit secara umum mengandung minyak atsiri, zat damar, dan pati serta tannin,
yang berkhasiat menjaga kesehatan kulit, antiseptik. Ini adalah agen antiseptik dan antibakteri
alami, berguna dalam desinfektan luka dan luka bakar, mengurangi resiko leukemia, racun hati
alami, mencegah dan memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer dengan
menghilangkan penumpukan plak amyloyd di otak, mencegah metastasis dari terjadi dalam
berbagai bentuk kanker, anti-inflamasi tanpa efek samping, menghambat multiple sclerosis,
penghilang rasa sakit alami dan cox-2 inhibitor, membantu dalam metabolisme lemak,
pengobatan alami untuk arthritis dan rheumatoid arthritis, meningkatkan efek paclitaxel
kemoterapi obat dan mengurangi efek samping, menghentikan pertumbuhan pembuluh darah
baru pada tumor,mempercepat penyembuhan luka dan membantu dalam perbaikan kulit
rusak,membantu dalam pengobatan psoriasis dan kondisi kulit inflamasi.
Rosella mengandung Hibiscus sabdariffa, vitamin C dosis tinggi. Rosella berkhasiat sebagai
antibodi alami dari kuman atau virus. Khasiat lain : pencegah penyakit kardiovaskular, kanker,
alergi, demam, masalah kulit.
Sumber: Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad, Jawi Medicinal Herbs. HPA Industries SDN. BHD, 2009
Vita Sarasi, 2011. [Draft-1] Terapi Lintah: Teori dan Praktek - 220