Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN

Dosen pembimbing : Marcella Mariska Aryono, S.Psi, M.A

DISUSUN OLEH:

RISKY BAYU SAPUTRA

BOBBY NIKI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

KAMPUS MADIUN

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGHNATAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------3


1.2 Tujuan---------------------------------------------------------------------------------3

BAB II ISI

A. BELL – MEGENDIE LAW------------------------------------------------------------4


1. Sir Charles Bell ----------------------------------------------------------------------4
2. François Magendie ------------------------------------------------------------------5
B. Hermann Von Helmholtz---------------------------------------------------------------6
C. Ernst Weber -------------------------------------------------------------------------------8

BAB III PENUTUP


1.3 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------10
1.4 Saran---------------------------------------------------------------------------------------10

2
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Makalah ini, kami buat dengan sepenuh hati untuk memenuhi tugas dari mata kuliah sejarah
dan aliran psikologi dan demi membantu teman-teman untuk mendapat bahan ajar yang
efisien dengan cara, kami merangkum dan mencari dari berbagai sumber mengenai tokoh-
tokoh ilmu faal yang berpengaruh pada psikologi. Tokoh tokoh yang akan kami bahas di
makalah ini ialah bell dan megendie law, Hermann helmholzt, Ernst weber. Dan tujuan dari
seluruh penulisan ini adalah menyampaikan kepada teman mahasiswa kami apa yang telah
kami cari dan kami rangkum dari berbagai sumber dalam internet.

Tujuan

Yaitu untuk mengetahui tentang berbagai tokoh dari Sir Charles Bell , François
Magendie , Hermann Von Helmholtz , Ernst Weber

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. BELL – MEGENDIE LAW


1. Sir Charles Bell 

Sir Charles Bell adalah seorang tokoh psikologi yang terkenal sebagai ahli bedah, ahli
anatomi dan ilmu faal. Ia juga dikenal di kalangan pemikir psikologi sebagai pemikir
mengenai susunan saraf. Karya awal yang lari di kalangan seniman adalah uraian-uraian
anatomi yang diekspresikan ke dalam lukisan. Karyanya ini ditujukan kepada pengajaran bagi
para seniman, tetapi tetap berdasarkan pada anatominya. Ia adalah seorang yang agak tertutup
meskipun sangat bersemangat dalam melakukan penelitian-penelitiannya, sehingga ia tidak
mempublikasi seluruh hasil penelitiannya. Oleh karena itu, penemuan-penemuan Bell tidak
diketahui orang lain, sehingga suatu saat terdapat seorang Francois Magendie yang
menemukan teori yang serupa dengan Bell.

Kehidupan dan karier

Charles Bell lahir di Edinburgh pada 12 November 1774. Pendidikan Charles Bell diawali


di Universitas Edinburgh tahun 1800, setelah lulus dari sana ia kemudian melanjutkan
pendidikannya dengan pergi ke salah satu universitas di London tahun 1804 untuk mengajar,
dan di situ pula ia memperoleh jabatan sebagai seorang ahli bedah. Pada tahun 1829 ia
memperoleh penghargaan dari Royal Society dan memperoleh gelar bangsawan tahun 1831
dari Raja William IV. Ia kembali ke Edinburgh tahun 1836 dan menjadi profesor bedah di
universitas tersebut, sekaligus mengabdi untuk universitas Edinburgh. Charles Bell
mengakhiri karier sekaligus kehidupannya pada 28 April 1842, enam tahun setelah
kembalinya ia ke Universitas Edinburgh.

Pemikiran

Adapun penemuan Bell-Magendie adalah bahwa dalam tubuh manusia terdapat dua macam
saraf, yakni saraf sensorik dan saraf motorik. Saraf sensorik adalah saraf yang menghantarkan
impuls-impuls yang diperoleh dari reseptor (jaringan penerima rangsang) ke susunan saraf
pusat, sedangkan saraf motorik adalah saraf yang menghantarkan impuls-impuls yang berasal
dari susunan saraf pusat ke efektor (jaringan-jaringan penggerak pada otot-otot atau kelenjar-
kelenjar). Secara skematis jalannya impuls dari reseptor ke sebuah ruas tulang belakang

4
(columna vertebralis) dan dari ruas tulang belakang terus ke efektor dapat digambarkan
sebagai tertera pada gambar di bawah.

2. François Magendie 

François Magendie adalah seorang psikolog yang sangat dipengaruhi oleh Charles Bell,


karena dia menemukan sesuatu mengenai saraf motorik dan sensorik yang sama dengan
penemuan Bell, sehingga penemuan mereka yang dilakukan di dua tempat terpisah itu disebut
"Susunan Saraf Bell-Magendie". François Magendie juga terkenal dengan hukum satu arah
dalam susunan saraf. Hukum itu mengatakan bahwa konduksi dalam saraf secara normal
hanya berjalan searah, jadi tidak bolak-balik. Hukum ini kemudian didasarkan dari konsep
tentang aksi refleks. Ia juga disebut sebagai Bapak Farmakologi Eksperimental, karena
menggambarkan efek dari penggunaan morfin, emetine, kina, strychnine, dan
alkaloid. François Magendie mewarnai perkembangan psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
pada abad ke-19.

Kehidupan dan Karier

François Magendie lahir pada 6 Oktober 1783 di Bordeaux. Ia merupakan pioner studi
mengenai efek obat pada berbagai bagian tubuh. Pada 1831, ia diangkat sebagai seorang
profesor di Fakultas Kedokteran College de France. François Magendie adalah seorang yang
konservatif, pendiam, tidak banyak bicara, kurang banyak bergaul, berpribadi agak tertutup
tetapi sangat terbuka dalam tulisan-tulisan. Ia rajin menulis dalam majalah-majalah ilmiah,
tetapi ia sendiri kurang menyempatkan diri untuk membaca karya orang lain, sehingga ia
tidak membaca karya Charles Bell. Ia mengakhiri karier sekaligus kehidupannya pada 7
Oktober 1885 di Sannois.

Pemikiran

Pemikiran lain yang terkenal datang dari sosok François Magendie yakni perbedaan-
perbedaan karakter atau kepribadian antara dua sarjana yang secara terpisah menghasilkan
penemuan yang sama dengan Charles Bell. Ia membuktikan teori Charles Bell pada fungsi
motorik akar anterior dan fungsi sensorik dari akar dorsal saraf tulang belakang yang
sekarang dikenal sebagai Hukum Bell-Magendie. François Magendie juga menerbitkan
ikhtisar yang berjudul  Elementaire de physiologie, yang merupakan buku teks fisiologi
pertamanya

5
B. Hermann Von Helmholtz
Lahir di Postdam pada 31 Agustus 1821 dengan nama lengkap Herman Ludwig Ferdinand
von Helmholtz[1], Jerman, tempat dimana ayahnya mengajar di sebuah Gymnasium (di
Eropa, ini adalah tempat bagi para siswa SMA yang telah lulus untuk mempersiapkan diri
meneruskan ke Universitas). Helmholtz diajari di rumah karena kondisi kesehatannya yang
ringkih. Pada usia 17 tahun, dia mendaftar di sebuah institute kedokteran di Berlin, sebuah
sekolah yang tidak memungut biaya bagi mahasiswa yang bersedia bergabung ke dalam
satuan tugas ahli bedah setelah mereka lulus nanti. Helmholtz menjalani posisi tersebut
selama tujuh tahun, dimana yang pada saat yang bersamaan dia juga melanjutkan studinya
dalam bidang matematika dan fisika serta menerbitkan artikel dalam sebuah tulisan tentang
sifat energi yang tidak dapat dimusnahkan, secara matematis dia merumuskan hukum kekelan
energi. Setelah meninggalkan satuan tugas tersebut, Helmholtz menerima sebuah posisi
sebagai dosen fisiologi di Universitas Knigsberg. Selama 30 tahun selanjutnya, dia
menerima posisi mengajar fisiologi di beberapa universitas di Bonn dan Heiddelbberg,
serta mengajar fisika di universitas Berlin.
Helmholtz merupakan salah satu ilmuwan abad ke sembilan belas,
yang merupakan seorang periset dalam bidang fisika dan fisiologi. Dalam melakukan riset di
bidang optic fisiologis, dia berhasil menemukan ophthalmoscope (oftalmoskop), sebuah alat
yang masih digunakan untuk memeriksa retina mata. Alat yang
revolusioner ini memungkinkan orang untuk melakukan diagnosis
dan perawatan terhadap gangguan retina. Karena itu, nama Helmholtz
segera terkenal dalam dunia akademis maupun masyarakat umum.
Dengan satu gebrakan dia berhasil meraih kemajuan karir dan pengakuan dunia (Cahan,
1993, hal. 574). Semuanya pada usia 30  tahun.
Karyanya bersama dengan karya-karya Fechner dan Wundt, sangat penting dalam awal
terbentuknya psikologi baru. Dia menekankan pada pendekatan mekanistik dan deterministik,
berasumsi bahwa organ-organ indera manusia berfungsi seperti mesin. Dia juga menyukai
analogi-analogi teknis, misalnya membandingkan transmisi impuls-impuls syaraf dengan cara
kerja telegraf (Ash, 1995).
Kontribusi Helmholtz: Impuls Neural, Penglihatan, dan Pendengaran.
Yang terpenting bagi ilmu psikologi adalah investigasi-investigasi Helmholtz
mengenai kecepatan impuls neural dan risetnya mengenai penglihatan dan pendengaran. Para
ilmuwan pada waktu itu bahwa impuls syaraf itu bersifat instan,
atau setidaknya ia berjalan terlalu cepat untuk bisa diukur. Helmholtz adalah orang pertama

6
yang
memberikan pengukuran empiris terhadap tingkat konduksi dengan menstimulasi sebuah syar
af motorik dan otot lekat pada kaki seekor katak. Dia
mengatur pendemonstrasiannya supaya mendapatkan momen stimulasi yang tepat dan
gerakan yang dihasilkan dapat direkam. Bekerja dengan syaraf-syaraf dengan lama waktu
yang berbeda, dia mencatat penundaan antara stimulasi syaraf yang terletak di dekat otot dan
respon otot, dan memberikan stimulasi yang sama pada lokasi yang agak jauh dari otot.
Pengukuran ini berhasil mencatat kecepatan konduksi impuls neural: 90 kaki perdetik.
Helmholtz juga bereksperimen dengan reaksi-reaksi waktu pada syaraf-syaraf
pendengaran dan subyek manusia, mempelajari rangkaian lengkap mulai dari stimulasi
sebuah organ indera sampai respon motorik yang dihasilkannya. Penemuan-penemuan ini
menunjukkan begitu banyak perbedaan individual, demikian juga dengan perbedaan yang
ditunjukkan oleh orang yang sama pada percobaan yang satu dengan percobaan lain yang
membuatnya tidak berminat lagi melanjutkan riset itu.
Helmholtz menunjukkan bahwa kecepatan konduksi itu ternyata tidak instan dimana
pikiran dan gerakan saling mengikuti dalam interval waktu yang dapat diukur dan tidak
muncul secara simultan, seperti yang diperkirakan sebelumnya. Tetapi Helmholtz hanya
tertarik pada pengukuran itu sendiri dan bukan pada signifikan psikologisnya. Di kemudian
hari, implikasi dari risetnya ini bagi psikologi baru ditemukan oleh orang lain, yang
melakukan eksperimen reaksi waktu yang menjadi rangkaian riset yang membuahkan hasil.
Karya Hemlotz adalah salah satu dari contoh-contoh paling awal penggunaan eksperimentasi
dan pengukuran dalam sebuah proses psikofisiologis.
Studi-studinya tentang penglihatan juga berpengaruh terhadap psikologi baru.
Helmholtz menginvestigasi otot-otot mata bagian luar dan mekanisme yang berperan ketika
otot-otot mata bagian dalam memfokuskan lensa. Dia merevisi dan memperluas sebuah teori
tentang penglihatan warna yang pada 1802 pernah diterbitkan oleh Thomas Young; karya ini
sekarang dikenal dengan teori penglihatan warna Young-Helmholtz. Yang tak kalah
pentingnya adalah riset Helmholtz terhadap pendengaran, khususnya mengenai persepsi nada,
hakikat keselarasan dan ketidakselarasan, dan masalah resonansi. Pengaruh gagasan dan
eksperimennya yang masih bertahan dalam bidang ini masih sangat jelas karena sampai kini
masih dikutip di dalam buku-buku teks psikologi modern.
Dia memfokuskan energy dan perhatian pada manfaat-manfaat terapan atau praktis dari
riset ilmiah. Dia tidak percaya pada pemikiran melakukan eksperimen hanya untuk
mengumpulkan data. Dalam pandangannya, misi seorang ilmuwan adalah mengumpulkan

7
informasi dan memperluas atau mengaplikasikan kumpulan pengetahuan tersebut untuk
menyelesaikan masalah-masalah praktis. Kita melihat perkembangan lebih jauh dari
pendekatan ini di dalam aliran fungsional psikologi yang berakar di Amerika Serikat .
Helmholtz bukan seorang psikolog, dan psikologi juga bukan merupakan minat utama
baginya, tetapi ia telah menyumbangkan sangat banyak pengetahuan penting bagi studi
tentang indera manusia, dan ini berarti dia telah membantu memperkuat pendekatan
eksperimental terhadap studi mengenai masalah-masalah psikologis. Ia meninggal pada 8
September 1894 di Charlottenburg, German Empire.

C. Ernst Weber
     Ernst Heinrich Weber lahir pada tanggal 24 Juni 1795 di Wittenberg, Saxony, Holy
Roman Empire. Dia adalah putra Michael Weber, seorang profesor teologi di Universitas
Wittenberg. Di usia muda, Weber menjadi tertarik pada fisika dan sains setelah sangat
dipengaruhi oleh Ernst Chladni, seorang fisikawan yang sering disebut sebagai "bapak
akustik". Weber menyelesaikan sekolah menengah di Meissen dan mulai belajar kedokteran
di Universitas Wittenberg pada tahun 1811. Dia kemudian menerima MD- nya pada tahun
1815 dari Universitas Leipzig. Pertarungan dan akibat perang Napoleon memaksa Weber
untuk pindah dari Wittenberg. Dia menjadi asisten di klinik medis JC Clarus di Leipzig pada
tahun 1817 dan kemudian seorang profesor di anatomi komparatif pada tahun 1818 di
Universitas Leipzig. Dia menjadi ketua anatomi manusia di universitas pada tahun 1821.
Kontribusi langsung pertama Ernst Weber terhadap psikologi terjadi pada tahun 1834 ketika
mencoba untuk menggambarkan sensasi sentuhan.
     Sumbangan Weber dalam psikologi adalah hasil eksperimen yang mengenai ambang dua
titik pada kulit, yaitu bagaimana atau sejauh mana subjek dapat merasakan atau mempersepsi
dua buah titik atau stimulus yang dikenakan pada bagaian kulitnya. Apabila subjek antara
titik itu relative pendek subjek merasa adanya satu stimulus. Tetapi pada jarak tertentu (jarak
kedua titik agak renggang), subjek merasa adanya dua stimulus. Eksperimen ini
mendemostrasikan tentang ambang dua titik (the two-point threshold), yaitu dimana dua titik
stimulus dapat diraskan oleh subjek.
     Sebuah kontribusi signifikan terhadap psikologi baru melibatkan penemuan eksperimental
Weber mengenai akurasi pembedaan antara dua titik pada kulit yakni, jarak yang harus dibuat
antara dua titik sebelum subyek melaporkan merasakan dua sensasi berbeda. Tanpa melihat
pada peralatannya, yang menyerupai sebuah jangka, subyek diminta untuk melaporkan

8
apakah mereka merasakan satu atau dua titik yang menyentuh kulit mereka. Ketika kedua
titik stimulasi didekatkan, para subyek melaporkan merasakan sentuhan hanya pada satu titik.
Ketika jarak kedua sumber stimulasi dijauhkan, para subyek melaporkan mengenai ketidak
jelasan apakah mereka merasakan sensasi pada satu atau dua titik. Akhimya, berhasil dicapai
suatu jarak dimana para subyek melaporkan merasakan dua titik sentuhan berbeda.
     Prosedur ini memperlihatkan tentang ambang dua-titik, titik di mana dua sumber stimulasi
berbeda dapat dibedakan. Riset Weber ini menandai demonstrasi eksperimental sistematis
terhadap konsep ambang (titik di mana efek~efek psikologi mulai dihasilkan), sebuah
gagasan yang digunakan secara luas didalam psikologi sejak awal terbentuknya sampai hari
ini, konsep ambang yang diaplikasikan pada kesadaran pada titik dimana ide-ide tak sadar
yang ada didalam pikiran menjadi sadar.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

yaitu

10
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia François Magendie ,7 Februari 2019.

https://id.wikipedia.org/wiki/Fran%C3%A7ois_Magendie

Wilkipedia Charles Bell ,7 Juni 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Bell

Wilkipedia Ernst Heinrich Weber 20 january 2019

https://en.wikipedia.org/wiki/Ernst_Heinrich_Weber

Wilkipedia Hermann von Helmholtz 20 september 2019

https://en.wikipedia.org/wiki/Hermann_von_Helmholtz

11

Anda mungkin juga menyukai