Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
ALYATUL SYUHADAH
NIM(12030125521)
LAELA RAHMADANI
NIM(12030126863)
FAKULTAS USHULUDDIN
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt karena atas rahmat dan karunia-Nya kami telah dapat
menyusun makalah ini, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita
Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa atau membimbing kita dari zaman yang sama
sekali tidak mempunyai moral dan etika sehingga sampai ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang ada pada saat sekarang ini.
Tugas makalah dengan bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat yang diberikan
pada mata kuliah Filsafat Barat II, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Dr. Rina Rehayati, M.Ag yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
Karl Theodor Jaspers, salah seorang filsuf eksistensialisme, menegaskan bahwa manusia
tidak memiliki dasar untuk bereksistensi. Manusia diliputi oleh keterbatasan, baik pikiran
maupun situasi, yang membuatnya tidak dapat mencapai kondisi hidup yang optimal.
Menurut Jaspers, eksistensi manusia hanya dapat dicapai dalam relasi dengan Transendensi.
Karena itu, pencarian eksistensi, harus menjadi perjuangan membangun relasi dengan
Transendensi. Munculnya eksistensialisme dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat pada
masa perang dunia pertama. Banyak terjadi peperangan antar negara yang menyebabkan
banyak korban jiwa. Dengan semangan kebebasan, eksistensialisme ingin menghapuskan
kolonialsime dan hidup sebagai individu yang bebas tanpa adanya tekanan dari manapun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi singkat Karl Jaspers
Karl Theodor Jaspers lahir di Oldenburg, Jerman Utara pada tanggal 23 Februari ia
adalah salah seorang filsuf eksistensialis terkemuka abad 20. Karl Jaspers terlahir dari
pasangan Carl Wilhelm Jaspers dan Henriette Tantzen. Ayahnya mempunyai beberapa
pekerjaan yang antara lain sebagai Direktur Bank dan pemimpin Dewan Kota. Karl Theodor
Jaspers dilahirkan dari keluarga protestan liberal, tetapi keluarga Karl Jaspers bukanlah
keluarga yang taat beragama, praktis Jaspers mendapatkan pelajaran agama hanya dari
sekolahan saja. Pada dasarnya pemikiran Jaspers dipengaruhi oleh agama kristen, tetapi ia
tidak mengakui dirinya sebagai seorang kristen yang percaya.
Karl Theodor Jaspers sekolah di Gymnasium di Oldenberg dari tahun 1892 sampai
tahun 1902. Masa muda Karl Jaspers sudah terlihat mempunyai garis pemikiran tersendiri,
mulai dari penolakannya terhadap peraturan– peraturan yang ada di Gymnasium yang bersifat
hirarkis. Selain alasan diatas, Karl Jaspers juga sering sakit-sakitan yang menyebabkan ia
menjauhi kegiatan sosial dan lingkungannya, pada akhirnya mengakibatkan Karl Theodor
Jaspers mengalami kesendirian. lalu ia memutuskan untuk menjadikan kesendiriannya
produktiv kemudian ia mulai mendalami sastra,ilmu seni dan alam. Karl Jaspers melanjutkan
pendidikan ilmu hukum di Universitas Heidelberg, tetapi kemudian ia belajar ilmu
kedokteran di Munchen, dengan pilihan spesialisasi psikiatri.
Mulanya ia merupakan seorang psikiater di rumah sakit dan Mengajar psikologi di
Universitas Heidelberg. Pada tahun 1919 ia mempublikasikan karyanya yaitu Psychologie de
Weltanschauung (psikologi pandangan hidup), Dalam buku ini terlihat apa yang kemudian
mencirikan filsafat eksistensial. Kendati berlatar belakang psikopatologi, ia diberi
kesempatan untuk mengajar filsafat dan mengepalai departemen filsafat di beberapa
universitas di jerman, hingga pengangkatannya menjadi profesor di Universitas Heidelberg
pada tahun 1921.
Penganugrahan profesor ini justru membuat ia mulai menggeluti persoalan-persoalan
filsafat, hingga pada tahun 1923 ia menghasilkan karya besar dalam 3 jilid yang berjudul
philosophie. Jilid I adalah Philosophie Weltorientierung (orientasi filisofis dalamm dunia),
Jilid I Existenzerhellung (penerangan eksistensi), Jilid III Metaphysik (Metafisik). Dalam
karya philosophie ini tema tentang filsafat eksistensi untuk pertama kali dimuat. Ia kemudian
mengajar diuniversitas Basel sampai tahun 1961. Kematiannya pada tanggal 26 Februari
1969, dalam usia 86 tahun.1
1
Charles F.Wallraff,Karl Jaspers: An Introduction Of Philosophy, Princenton University Press, New
Jersey,1970,hlm.3-6
2.2 Pemikiran filsafat Karl Jaspers
Karl Jaspers adalah salah seorang filsuf eksistensialisme di samping Søren Kierkegaard, Friedrich
Nietzsche, Edmund Husserl, Martin Buber, dan filsuf eksistensialis lainnya. Sebagai seorang
eksistensialis, Jaspers secara spesifik telah menuangkan pokok pikirannya melalui karya-karyanya,
antara lain: Philosophical World Orientation (volume I), The Illumination of Existence (volume II), dan
Metaphysics (volume III). Eksistensi manusia menurut Jaspers yaitu: pertama, bersifat unik dan tidak
dapat diobjekkan. Kedua, bersifat terbuka atas segala posibilitas. Ketiga, tergantung pada
hubungannya terhadap eksistensi-eksistensi lainnya. Keempat, memiliki kebebasan. 2
Pemikiran filsafat Jaspers berakar kuat pada Kierkegaard, namun banyak juga dipengaruhi
oleh para filsuf lain, seperti Plotinos, Spinoza, Kant, Schelling, dan Nietzsche. Bila
dibandingkan dengan para filsuf eksistensialisme lain, Jaspers adalah filsuf yang
pemikirannya memperlihatkan suatu sistem yang rapi. Karya Jaspers yang paling penting
sebagai mengetahui pemikirannya adalah "Filosofi" yang ditulis pada tahun 1932. 3 Pemikiran
Jaspers yang paling dikenal adalah tentang "chiffer-chiffer" dan "situasi batas".Telah tersedia
empat "situasi batas" yang menantang manusia sebagai mewujudkan dirinya dengan semakin
penuh:
1. Kematian.
2. Penderitaan.
3. Perjuangan.
4. Kesalahan.
"Situasi batas" ini bersifat mendua, karena eksistensi seseorang dapat mengembang maju atau
malah mundur ketika berhadapan dengan "situasi batas" tersebut. Hal itu tergantung dari
pilihan yang diambil oleh orang tersebut.4
2
Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Volume 10 Nomor 1 2022
3
Simon Petrus L. Tjahjadi. 2007. Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan: Dari Descartes sampai Whitehead.
Yogyakarta: Kanisius. Hal.119-129.
4
Harun Hadiwijono. 1983. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 164-165.
BAB III
PENUTUP
Salah satu kontribusi penting Jaspers dalam filsafat adalah pengembangan konsep
filosofis mengenai eksistensialisme, psikopatologi, dan filsafat sejarah. Dalam pandangan
Jaspers, eksistensi manusia merupakan fenomena yang sangat kompleks dan misterius.
Menurutnya, manusia tidak dapat dianalisis sepenuhnya melalui metode ilmiah atau
logika formal, karena eksistensi manusia terlalu kompleks dan terlalu banyak faktor yang
mempengaruhi. Oleh karena itu, Jaspers mengembangkan konsep eksistensialisme
sebagai alternatif dalam memahami fenomena manusia.
Jaspers juga mengembangkan konsep psikopatologi, yaitu studi mengenai penyakit jiwa
dan cara-cara untuk mengobatinya. Dia berpendapat bahwa setiap manusia memiliki
potensi untuk mengalami masalah psikologis, dan bahwa setiap individu memiliki
keunikan dalam cara mereka berpikir dan merasakan. Oleh karena itu, dalam memahami
masalah psikologis, Jaspers menekankan pentingnya memahami individu sebagai suatu
keseluruhan, dan tidak hanya fokus pada gejala atau simptom yang muncul.
Terakhir, Jaspers juga dikenal sebagai filsuf sejarah. Dia berpendapat bahwa sejarah
memiliki peran penting dalam memahami fenomena manusia, dan bahwa pemahaman
tentang sejarah dapat membantu kita memahami situasi saat ini. Dia menekankan
pentingnya mempelajari sejarah sebagai suatu keseluruhan, bukan hanya sebagai
kumpulan fakta-fakta yang terpisah.
DAFTAR PUSTAKA