Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Filsafat Ilmu Muhammad Iqbal, Ph.D

“Realisme Metafisika dan Falsifikasi Karl Popper”

Disusun Oleh:
Fahmi Ali Basa
210211030065

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

PROGRAM PASCASARJANA

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

BANJARMASIN

2021 M/1443 H

1
KATA PENGANTAR

Puji & syukur, Kita panjatkan pada Allah SWT. berkat rahmat karunia-Nya saya
bisa menuntaskan makalah ini. Shalawat salam tercurahkan pada junjungan kita
Rasulullah SAW bersama keluarganya, para sahabatnya, dan kita seluruh para penganut
ajarannya sampai akhir zaman. Di samping itu juga, pada pembuatan makalah ini
penyusun tidak lupa mengungkapkan terima kasih pada bapak Dr. Muhammad Iqbal,
Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu Makalah ini mengungkapkan
tentang “Realisme Metafisika dan Falsifikasi Karl Popper”.

Semoga makalah ini bisa berguna bagi pembacanya, & para pendengarnya, baik
itu dosen pembimbing, juga mahasiswa/(i). Dengan keterbatasan waktu, referensi, &
kemampuan, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada penyusunan
makalah ini, segala kritik & saran yg membentuk berdasarkan para pendengar sangat
saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini dimasa akan datang.

Banjarmasin, 23 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................... ................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
A. Latar Belakang ....................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5
A. Biografi Karl Popper………………………………………………………5
B. Realisme Metafisika Karl Popper…………………………………………7
C. Falsifikasi Karl Popper…………………………………………………….10

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12


Simpulan .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Realisme adalah lawan dari Idealisme Realisme ialah pandangan bahwa objek-
objek indera adalah real dan berada sendiri tanpa di sandarkan, tanpa pengetahuan
lain atau kesadaran akal.1 Sedangkan Metafisika adalah proses analitis keberadaan
dan realitas yang mencakup Eksetensi , keberadaan actual,dan Karakteristik.
Metafisika terdiri dari 3 aliran ; 1) Aliran Idealisme berpendapat beraneka ragam
berasal dari Ruh tak berbentuk dan bertempat 2) Aliran Materialisme berpendapat
segala sesuatu hanyalah sebuah materi sama tidak ada bedanya,antara manusia dan
hewan 3) Aliran Dualisme berpendapat realitas itu berasal dari dua hal yang
berbeda tidak bisa di samakan, berdiri sendiri, tapi saling berkaitan. Contohnya
seperti otak dan pikiran dua hal yang berbeda tapi keduanya saling berkaitan.2
Falsifikasi adalah pembuktian atau pembeberan bahwa suatu pandangan atau
teori itu salah dan pada Prinsipnya falsifikasi ini bertentangan dengan prinsip-
prinsip kaum Positivisme, dimana kebenaran suatu pengetahuan haruslah
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut; observable (teramati), repeatable
(terulang), measurable (terukur), testable (teruji), dan predictable (teramalkan).3
Salah-satu filsuf modern-kontemporer Barat ternama, Karl Raimund Popper,
yang akan pemakalah bahas tentang Realisme Metafisika dan Falsifikasi nya ,
dengan judul makalah “ Realisme Metafisika dan Falsifikasi Karl Popper “
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Karl Popper ?
2. Bagaimana Realisme Metafisika Karl Popper ?
3. Bagaimana Falsifikasi Karl Popper ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Karl Popper ?
2. Untuk mengetahui Realisme Metafisika Karl Popper ?
3. Untuk mengetahui Falsifikasi Karl Popper ?

1
https://www.kompasiana.com/ekaayupujilestari/5e8bd8ded541df53ca070f32/pengertian-filsafat-
realisme-dan-tokoh-aliran-realisme
2
https://www.kompasiana.com/am53404/5bed397712ae943e805c1377/metafisika-dalam-filsafat-
ilmu
3
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-falsifikasi-atau-falsification/120606/2

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Karl Popper
Karl Raimund Popper lahir di kota Wina, Austria, 28 Juli 1902 M.
Ayahnya Dr. Simon S. Carl Popper, seorang sarjana hukum dan pengacara
yang sangat mencintai buku dan berminat pada filsafat. Ibunya amat
berbakat dalam musik dan pandai main piano. Jadi dalam refleksi filosofis
Popper musik juga mendapat perhatian. Popper dikenal sebagai filosof yang
sangat berpengaruh dibidang sains dan politik. Ia juga dikenal sebagai ahli
matematika dan astronomi teoretis.4
Popper meraih gelar “doktor filsafat” Pada 1928 dengan disertasi Zur
Methodenfrage der Denkpsychologie (Masalah Metode dalam Psikologi
Pemikiran). Pada tahun berikutnya Popper memperoleh lagi gelar diploma
yang mengizinkan dia mengajar matematika dan ilmu pengetahuan alam di
sekolah menengah. Popper tidak pernah menjadi anggota Lingkungan Wina,
namun sendiri menyebut dirinya sebagai kritikus yang paling tajam terhadap
Lingkungan Wina.Gagasan Popper tentang hakikat prosedur ilmiah
dikembangkan dalam Logic of Scientific Discovery (Jerman 1934,
terjemahan 1959)
Karir filsuf Popper dilirik sejak Logic of Scientific Discovery. Pada
1935 Popper mendapat banyak undangan untuk memberi ceramah atau
kuliah di luar negeri. Tahun 1937 ia mencari tempat kerja di luar negeri, ia
bekerja pada universitas di Christchurch, Selandia Baru. Sebagai hasil
pekerjaannya di Selandia Baru, pada tahun 1945 Popper menerbitkan dua
karangan dalam bahasa Inggris yang menyangkut filsafat sosial dan politik.

4
Sulhatul habibah, PARADIGMA POPPERIAN:MENINJAU RASIONALISME KRITIS KARL RAIMUND
POPPER, unisda lamongan hal 304

5
Yang pertama berjudul The Poverty of Historicism, yang kedua meliputi dua
jilid berjudul The Open Society and Its Enemies.5
Popper diangkat menjadi professor di London School of Echonomics
usai Perang Dunia II.5 Sepanjang hidupnya Popper bekerja keras dan
merasa senang sekali dalam pekerjaannya. Popper juga sudah lama
memperoleh kewarganegaraan Inggris. Pada 1946 ia diangkat dalam kaum
bangsawan Inggris, sehingga berhak menggunakan gelar Sir. Popper
meninggal dunia pada 17 September 1994 di Croydon, London Selatan,
dalam usia 92 tahun, akibat komplikasi penyakit kanker.
Karya dasar Popper ialah Logik der Forschung (1934), diterjemahkan
menjadi The Logic of Scientific Discovery (1959). Selama pengungsiannya
di Selandia Baru, ia mengarang The Open Society and Its Enemies, I dan II
(1945), yang merupakan refleksi historis dan falsafi atas pemaksaan yang
terjadi dalam pemerintahan totaliter. Sementara The Poverty of Historicism
(1957) dimaksudkan sebagai teori di belakang The Open Society. Pemikiran
filsafat ilmu pengetahuan dimulai Logic der Forschung ada dalam dua
kumpulan karangan yang berjudul Conjectures and Refutations, The Growth
of Scientific Knowledge (1963), dan Objective Knowledge, An
Evolutionary Approach (1972), Postscript to The Logic of Scientific
Discovery, terdiri dari tiga jilid.6
Pengaruh marxisme dan perkembangan teori Einstein menentukan
pemikiran Popper. Saat Popper masih muda di Austria mengalami
kegoncangan; Kemaharajaan Austria ambruk dan akibat Perang Dunia I
masih terasa. Di Wina terjadi kelaparan yang mengakibatkan kerusuhan,
sementara inflasi pun menggila. Popper mendengar peluru berdesing ketika
pada kesempatan Deklarasi Republik Austria, tentara menembaki para
anggota Pemerintah Sementara yang berkumpul di puncak tangga menuju
gedung Parlemen. “pengalaman ini”, kata Popper, “menyebabkan saya
menulis sebuah karangan tentang kebebasan.”

5
K, Bertens, 2002, Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.
74
6
Mohammad, Muslih, 2005, Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori
Ilmu Pengetahuan, Belukar, Yogyakarta, hal. 105

6
Kendati kecewa terhadap komunis, Popper tetap optimis sosialisme
lebih baik. Menurutnya, meskipun revolusi menuntut beberapa korban,
tetapi kapitalisme lebih banyak menuntut korban dari pada seluruh revolusi
sosialis. Popper menulis: “itulah teori Marxis bagian apa yang disebut
„sosialisme ilmiah‟. aku kini bertanya kepada diriku sendiri apakah
perhitungan serupa itu akan pernah dapat didukung oleh ilmu. Seluruh
pengalaman itu, dan terutama pertanyaan ini, menyebabkan aku merasakan
suatu perubahan sikap (terhadap teori tersebut) selama hidupku.
Pada tahun 1919 Popper mendengar ceramah Einstein dan terpukau
oleh sikap Einstein terhadap teorinya sendiri yang mengatakan bahwa teori
tak dapat dipertahankan kalau gagal dalam tes tertentu. Kesesuaian teori
dalam eksperimen belum tentu meneguhkan keabsahan. Sikap ini berlainan
sekali dengan sikap kaum Marxis, yang dogmatis dan selalu mencari
verifikasi terhadap teori-teori kesayangannya. Akhir 1919 Popper
menyimpulkan sikap ilmiah adalah sikap kritis, yang tidak mencari
pembenaran-pembenaran melainkan tes krusial, atau pengujian yang dapat
menyangkal teori yang diuji.7
Selian Marxisme dan Einstein, Popper juga belajar banyak dari Karl
Buhler, Profesor Psikologi di Universitas Wina tentang tiga tingkat fungsi
bahasa, yaitu: fungsi ekspresif, stimulatif dan fungsi deskriptif. Menurut
Buhler, dua fungsi pertama selalu hadir pada bahasa manusia maupun
binatang, sementara fungsi ketiga khas pada bahasa manusia dan bahkan
tidak selalu hadir. Popper sendiri kelak menambahkan fungsi yang keempat
yaitu fungsi argumentatif yang dianggap terpenting karena merupakan basis
pemikiran kritis
B. Realisme Metafisika Karl Popper
Realisme metafisik adalah dalam koridor persoalan-persoalan
sumber, metode dan hakikat pengetahuan (disebut epistemologi)
aliran ini berbarengan dengan aliran rasionalisme, empirisme,
dan kritisisme. Sedangkan metaphisik, berarti sesuatu yang ada di balik

7
Alfons Taryadi,1989, Epistemologi Pemecahan Masalah Menurut Karl R. Popper, PT Gramedia,
Jakarta, hal. 3

7
atau di belakang benda-benda fisik. Persoalan metafisis umumnya terbagi
kepada tiga yaitu : ontologi, kosmologi, dan antropologi.
Popper melakukan uji falsifikasi, maksudnya adalah suatu pernyataan
atau teori besar yang telah ada dapat dibuktikan salah oleh kejadian baru
(can be falsified) Menurut Neong Muhajir “ Realisme metaphisik bertolak
dart asumsi dasar bahwa alam semesta ini teratur. Keteraturan itu bersifat
obyektif metaphisik; dalam makna bahwa keteraturan obyektif itu disebut
oleh Popper metaphisik, karena untestable. kalau diperbandingkan dengan
rasionalisme, dekat dalam makna yakni sarna-–sama berangkat dari grand
concept, bedanya adalah rasionalisme menguji hipotesis dengan dengan
teknik uji verifikasi, sedangkan bagi realisme metaphisik menguji grand
theory-nya dengan uji falsifikasi (uji kesalahan : sic.). Kemudian kalau
diperbandingkan dengan phenomenologik, maka sama-–sama bersifat
holistik. Dan mencari makna esensial, tetapi berbeda dalam cara
penyimpulan, yaitu phenomenologik terbatas pada penyinlpulan
ideognaphik, sedangkan realisme metaphisik berupaya membuat
penyimpulan nomothetik.
episteniologi popper berangkat dan dua asumsi yaitu : pertama,
keteraturan semesta dan kebenaran obyektif yang rasional dan metephisik;
kedua, teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotesis. tidak ada yang merupakan
kebenaran terakhir, terbuka kemungkinan salah dan untuk digantikan oleh
teori baru yang lebih tepat.
Pertama Popper memandang bahwa keteraturan alam semesta sebagai
kebenaran obyektif, berada pada dataran rasional dan metaphisik. Kejadian
universal dan penyebeb universal itulah yang disebut oleh Popper sebagai
kebenaran obyek metaphisik, yang untestable (yang tak dapat diverifikasi
secara empirik). Oleh karena itu diperlukan adanya uji falsifikasi untuk
membuktikannya. Dan di samping itu, bangunan teorinya tidak hanya
sampai menguji kebenaran tetapi juga berusaha mencari makna idealisasi
teoritik dari keteraturan semesta tersebut, yang menurut Popper hal itu
sangat penting bagi konsep idealisasi moralistik manusia.
kedua Popper menyimpulkan bahwa pandangan yang selama ini
diterima umum tentang cara bekerjanya ilmu pengetahuan dan sifat
pengetahuan ilmiah ternyata salah. Ia mencontohkan teori Albert Einstein
8
(1879-1955) tentang gravitasi yang merupakan tantangan terhadap teori
gravitasi Isaac Newton (1642-1727), bahkan dapat dikatakan
menyalahgunakannya. Lebih dari dua abad teori newton merupakan teori
ilmu alamn yang paling penting dan berhasil. Teori ini menjadi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi Barat. Namun, pada permulaan abad ini (abad
XX) muncullah Einstein dengan teorinya yang berbeda dan melampaui teori
Newton tadi. Itulah sebabnya popper berkesimpulan bahwa sifat ilmu hanya
berada pada dataran hipotesis, tidak final, la mengandung probabilistik.8
Kebenaran mutlak menurut popper berada pada dunia objektif
universal. Tugas kita dalam ilmu pengetahuan adalah berupaya mendekati
kebenaran mutlak itu, berangkat dari teori besar, diasumsikan menyatakan
dunia obyektif yang teratur, dan diuji dengan logika deduktif probabilistik
serta teknik uji falsifikasi. “ dijelaskan oleh Popper bahwa yang menjadi
kriteria ciri ilmiah adalah testabilitas dan refutabilitas (kemungkinan untuk
diuji dan kemungkinan untuk disangkal). Suatu pernyataan yang dianggap
benar, kemudian terbukti salah, bukannya tidak berguna, karena menurutnya
yang penting itu ialah `isi kebenaran’ (truth content). Penyataan yang benar
dapat muncul dari suatu kebenaran yang telah dibuktikan kesalahannya
epistemologi menurut Popper adalah menemukan teori dan
mengembangkannya. epistemologi Popper didukung oleh Talcot Parsons
bahwa ilmu, masyarakat dan kebudayaan harus saling mendukung untuk
perkembangan dan penerapan ilmu.
Jadi Realisme methaphisik popper berlawanan dengan paham
positivistik (kepastian) tetapi tidak sama dengan relativisme, sebab menurut
dia kebenaran itu ada, hanya saja kita tak pernah dapat merasa pasti bahwa
suatu pendapat atau teori adalah benar. Yang kita persoalkan adalah
kedekatannya kepada kebenaran dengan preferensi pilihan diberikan kepada
pendapat dengan kedekatan terbesar, dan oleh itu, perlu terus kita lakukan
uji falsifikasi agar nampak adanya usaha mendekati dan semakin mendekati
kebenaran.
Realisme metaphisik melakukan penyimpulan bukan dengan cara
ideografik tetapi nomothetik yang momot nilai (sarat nilai moral). Kriteria

8
https://azharighalib.wordpress.com/2008/06/07/chapter-report-filsafat-ilmu-realisme-metaphisik/

9
kebenaran (the truth) bagi realisme metaphisik adalah kebenaran obyektif
rasional dan universal. Artinya dibalik kebenaran empirik probabilistik itu
terdapat kebenaran universal vang untestable (yang disebut metaphisik).9

C. Falsifikasi Karl Popper


Lebih dari dua abad teori Newton tentang gravitasi merupakan teori
ilmu alam yang paling penting dan berhasil, serta menjadi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi barat. Segala kejadian dibumi seakan-akan
membenarkan berlakunya teori ini sehingga dapat ditarik implikasi-
implikasi yang kemudian terbukti benar dalam pengamatan ; misalnya
tentang adanya planet-planet, pergerakan pasang surut air, atau bekerjanya
peralatan teknis sehingga pengetahuan tersebut dianggap aman dan pasti.
Namun setelah itu muncul lah Einstein dengan teori yang berbeda, segala
bukti yang membenarkan teori Newton dapat pula membenarkan teori
Einstein bahkan melampauinya dengan kemampuan menerangkan hal-hal
yang tak dapat diterangkan oleh teori Newton.
Berdasarkan itulah Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori
dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya (diverifikasikan) atas dasar
bukti-bukti pengamatan empiris. Popper berpendapat bahwa teori-teori
ilmiah selalu bersifat hipotesis tak ada yang merupakan kebenaran terakhir.
Popper juga menolak pandangan tradisional tentang cara kerja ilmu
pengetahuan selama ini dan mengemukakan suatu cara kerja yang lain. Bila
cara kerja tradisional didasarkan pada “asas verifiabilitas” (bahwa suatu
pernyataan dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti pengamatan empiris),
maka dasar yang diajukan Popper adalah “asas Falsifiabilitas” (bahwa suatu
pernyataan dapat dibuktikan salah).
Untuk mencapai pandangan ini Popper menggunakan kebenaran logis
yang sebenarnya sederhana sekali. Dalam perkataan Popper sendiri: “
Dengan observasi terhadap angsa-angsa putih, betapapun jumlahnya, orang
tidak dapat sampai pada kesimpulan bahwa semua angsa berwarna putih,

9
https://azharighalib.wordpress.com/2008/06/07/chapter-report-filsafat-ilmu-realisme-metaphisik/

10
tetapi sementara itu cukup satu kali observasi terhadap angsa hitam untuk
menyangkal pendapat tadi”.
Dengan cara demikian menurut Popper, hukum-hukum ilmiah berlaku
bahwa bukannya dapat dibenarkan, melainkan dapat dibuktikan salah. Ini
berarti bahwa hukum-hukum ilmiah meskipun tak dapat dibuktikan benar
namun selalu dapat diuji (testable) oleh usaha usaha sistematis untuk
menyangkalnya (to refute).
Menurut Popper dengan cara ini pulalah ilmu pengetahuan
berkembang maju. Bila suatu hipotesa telah dibuktikan salah, maka
ditinggalkan dan diganti dengan hipotesa yang baru. Kemungkinan lain
adalah bahwa hanya salah satu unsur hipotesa yang dibuktikan salah,
sedangkan inti hipotesa tetap dapat dipertahankan. Maka unsur tadi
ditinggalkan, diganti dengan unsur baru. Dengan demikian hipotesa tersebut
di sempurnakan, walaupun tetap dibuka untuk dibuktikan salah. Bila suatu
hipotesa tetap dapat bertahan melawan segalan usaha penyangkalan sampai
sejauh ini maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (is corroborasted)
walaupun untuk sementara saja.

11
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Teori realisme metaphisik Popper dan metode falsifikasinya adalah
non sense (tidak berarti apa-apa) dipelajari jika tidak bisa terapkan pada
wilayah kajian studi (penelitian) nilai keislaman, sebab itu adalah niscaya
bagi kita untuk mencantumkannya.
upaya Popper untuk mengkombinasikan antara metaphisik dan realistik
adalah sebuah upaya yang mengagumkan, sebab coba saja bayangkan
metaphisik adalah sesuatu yang abstrak, non fisik, kemuadian realistik
adalah “apa yang nyata”, yang dapat kita cerap, sentuh dan rasakan; dua hal
yang seakan-akan kontradiktif ingin dikombinasikan. Tetapi dengan metode
falsifikasinya Popper telah memberikan jalan keluarnya sekaligus menjadi
ilmu pengetahuan agar terus berkembang.
Untuk lebih sederhananya, penulis akan menganologikan dengan
bahasa yang lebih mudah. Menurut pemahaman penulis, metaphisik bisa
disamakan dengan nilai-nilai universal seperti HAM (Hak Asasi Manusia).
Keadilan, persamaan dan nilai-nilai kebenaran lainnya yang sejenis. Nilai-
nilai ini dapat dikatakan universal sebab semua orang pasti menginginkan
diperlakukan secara adil, sama dan diberikan hak-hak kemanusiannya.
Sementara realisme adalah sesuatu yang saat ini terjadi, berlaku, dan saat ini
sedang dijalankan atau berlakunya suatu peraturan tertentu pada wilayah
tertentu yang dianggap sebagai kategori adil atau memenuhi nilai-nilai
kemanusiaan saat itu.
dalam konteks keislaman adalah sebagai berikut, bahwa secara
universal (metaphisik) Islam mengakui akan nilai-nilai persamaan, keadilan
12
dan lainya yang sejenis. Sementara yang dipraktekkan dan dipahami oleh
berbagai umat Islam yang tersebar di muka bumi dalam upaya
melaksanakan nilai-nilai tersebut adalah beragam; bahwa secara riil bisa
ditemukan adanya yang mempraktekkan potongan tangan bagi pencuri, dan
ada juga memberi sanksi berupa penjara atau sanksi-sanksi lainnya kepada
pencuri; dan lain sebagainya sesuai dengan konteks perkembangkan sosia-
kultural yang mempengaruhinya. Ada juga yang mempraktekkan pembagian
warisan dua banding satu, dan ada juga yang mengharuskan pembagian
warisan satu banding dua (sama rata), dan banyak lagi contoh lainnya. Inilah
realitas (kenyataan). Oleh Popper, semua realitas(kenyataan) ini meskipun
berbeda namun semuanya bisa diterima tetapi semuanya harus
difalsifikasi.28 Realitas yang mampu bertahan dari upaya falsifikasi
(penyalahan) akan semakin tajam dan semakin mendekat kepada nilai-nilai
universal, sementara realitas yang tidak dapat bertahan akan diperbaiki agar
mendekati kepada nilai-nilai universal dan absolut.
Bagi Popper memang benar idealitas memiliki nilai kebenaran tetapi
bukan berarti fenomena (pengalaman) diabaikan begitu saja tetapi fenomena
itu harus dihargai, diapresiasi, dan kemudian jika ia mampu bertahan dari
ujian itu maka ia pun pantas untuk disebut sebagai bagian kebenaran yang
berupaya mendekati kebenaran yang ideal tetapi ini semua tidak berhenti
bagitu saja bakhan berjalan secara terus menerus, atau tesis akan diuji oleh
falsifikasi sehingga muncul anti-tesis yang mana anti-tesis pun akan menjadi
tesis baru lagu yang perlu diuji dengan falsifikasi kembali dan begitulah
seterusnya, agar dapat terus mendekati kebenaran absolut. Beginilah
tawaran realisme metaphisik Popper dan metode falsifikasinya.10

DAFTAR PUSTAKA

10
Rahmi Rabiaty, EPISTEMOLOGI KARL RAYMOND POPPER
DAN KONSTRIBUSINYA PADA STUDI-STUDI KEISLAMAN, Dosen Prodi PAI STAI Al Falah Banjarbaru

13
Rahmi Rabiaty, EPISTEMOLOGI KARL RAYMOND POPPERDAN
KONSTRIBUSINYA PADA STUDI-STUDI KEISLAMAN, Dosen Prodi
PAI STAI Al Falah Banjarbaru
Alfons Taryadi,1989, Epistemologi Pemecahan Masalah Menurut Karl
R. Popper, PT Gramedia, Jakarta, hal. 3
Mohammad, Muslih, 2005, Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar
Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Belukar, Yogyakarta,
hal. 105
Sulhatul habibah, PARADIGMA POPPERIAN:MENINJAU
RASIONALISME KRITIS KARL RAIMUND POPPER, unisda lamongan
hal 304
K, Bertens, 2002, Filsafat Barat Kontemporer Inggris-
Jerman,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 74
https://azharighalib.wordpress.com/2008/06/07/chapter-report-filsafat-
ilmu-realisme-metaphisik/
https://www.kompasiana.com/ekaayupujilestari/5e8bd8ded541df53ca0
70f32/pengertian-filsafat-realisme-dan-tokoh-aliran-realisme
https://www.kompasiana.com/am53404/5bed397712ae943e805c1377/
metafisika-dalam-filsafat-ilmu
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-falsifikasi-atau-
falsification/120606/2

14

Anda mungkin juga menyukai