2, Desember 2017
Saifur Rahman
Pengamat Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: Caesar.romanc@gmail.com
Abstract
Abstrak
8
Karl R. Popper, Logika Penemuan Ilmiah
7
Ibid., 76. (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2008), 5.
13
Ibid., 264-265.
11
K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer.., 14
Ibid., 265.
80-81. 15
Karl R. Popper, Logika Penemuan Ilmiah…,
12
James Garvey, Dua Puluh Karya.., 264. 22.
Dala hal ini Popper mempunyai yang ada pada teori ilmiah.18 Pada
solusi yaitu prinsip falsifiabilitas. posisi ini pengalaman mempunyai
peran untuk mengeliminasi
3. Falsifikasi
kesalahan dalam sebuah teori.
Secara sederhana falsifikasi
dapat diartikan sebagai pengujian Mungkin ini yang dimaksud oleh
terhadap pengetahuan bukan Alfons Taryadi dengan rasionalisme
dengan menjabarkan kebenaran kritis bahwa rasionalisme yang
hipotesisnya, melainkan dengan diperjuangkan Popper ialah
melatakkan negasi-negasi.16 Di sini rasioanlisme dalam arti luas,
tampak jelas bahwa pengetahuan yang melibatkan sikap terbuka
akan berkembang bukan karena untuk diskusi kritis, sedia untuk
memberikan data-data atau belajar dari kesalahan dan terbuka
akumulasi pengetahuan, melainkan untuk mendekati kebenaran.19
lewat proses eleminasi terhadap Artinya bahwa pengalaman indera
kemungkinan kekeliruan dan merupakan komponen dari kerja
kesalahan. rasio. Tampaknya Popper sejalan
dengan Kant bahwa tak mungkin
Menurut Sumedi bahwa prinsip pengetahuan merupakan tiruan dari
falsifikasi tidak menolak rasionalitas realitas.
dan empirisme. Rasionalisme yang
bebas tetap terpelihara karena tidak Menurut Popper sebagaimana
mungkin melakukan falsifikasi dikutip oleh Sumedi bahwa teori
terhadap suatu teori yang dianggap adalah ciptaan sendiri. Ia merupakan
ilmiah tanpa berpikir kritis dan hasil kreativitas akal. Teori diciptakan
bebas.17 Disini rasio mempunyai ketika ada problem atau masalah lalu
posisi yang bebas untuk berbicara diakan observasi dan eksperimen
tentang segala kemungkinan. untuk mengeliminasi kekurangan-
kekurangan (error-elimination) yang
Lebih lanjut ia mengatakan ada pada suatu teori yang dianggap
bahwa Observasi dan eksperimen, ilmiah. Mungkin dapat dibuat skema
yang dipakai untuk mencirikan seperti berikut :
empirisme, juga tidak ditolak karena
kedua berperan untuk menguji dan P1 TT EE P2
membuang kesalahan-kesalahan
Ibid.,
18
16
James Garvey, Dua Puluh Karya..., 258. Masalah Menurut Karl R. Popper ( Jakarta:
17
Sumedi, Kritisisme Hikmah…, 200. Gramedia, 1991), 26.
bahwa hal ini berangkat dari sebuah penalaran kritis dan belajar dari
statemen yang kemudian difalsifikasi. pengalaman. Ini secara fundamental
Hal ini menegaskan metode yang suatu sikap yang mengakui bahwa
digunakan adalah deduktif. “mungkin saya salah dan Anda
boleh jadi benar dan dengan suatu
4. Validasi kebenaran
usaha kita bisa makin mendekati
Validasi kebenaran Popper kebenaran.23
adalah kebenaran koherensi yaitu
sesuatu yang koheran dengan Dengan sikap begini maka
sesuatu lain berarti ada kesesuaian telah membuka pemikiran kritis
atau keharmonisan dengan sesuatu bahwa klaim kebenaran tidak dapat
yang memiliki hirarki lebih tinggi. dipertahankan lagi. Ini membuka
Koherensi tersebut mungkin mindset berpikir secara pluralistik.
saja tetap pada dataran sesuai Dan dimungkinkan untuk
rasional, tetapi juga mungkin pula mengurangi ketegangan antara dua
menjangkau dataran transenden.22 kubu yang memiliki pemikiran yang
berbeda tentang Islam, misalnya
Itulah mungkin sekelumit Syi’ah dan Sunni. Karena kebenaran
tentang epistemologi Popper. Lalu yang dipegang oleh mereka hanya
bagaimana epistemologi Popper bersifat hipotesis. Sehingga dalam
dalam kaitannya dengan pemikiran mencapai suatu kebenaran harus
Islam. Di bawah ini akan dikemukan saling terbuka dan bekerjasama.
relevansinya dengan pemikiran Tak hanya itu, rasionalisme kritis ini
Islam. mengajak kita untuk selalu bersikap
kritis terhadap suatu pemikiran
D. Relevansi Epistemologi Karl
termasuk pada diri sendiri.
R. Popper dengan Pemikiran
Islam Selain itu, pemikiran Popper
tentang falsifikasi -sebagai jawaban
Rasionalisme kritis Popper
(ganti) atas persoalan induksi dan
sebagaimana dikemukakan oleh
verifikasi yang telah dijadikan syarat
Alfons Taryadi jika menyangkut
dalam pengetahuan ilmiah menurut
tingkah laku dan sikap praktis, maka
positivisme- dapat direkonstruksi
bersikap sedia selalu mendengarkan
bahwa tidak ada metode khusus
dalam suatu bidang tertentu,
22
Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu:
Positivisme, Post-Positivisme, dan Post-Modernisme Alfons Taryadi, Epistemologi Pemecahan
23