Anda di halaman 1dari 11

Tentang PUI

SEJARAH SINGKAT

PERSATUAN UMMAT ISLAM (PUI)

Persatuan ummat Islam (PUI) lahir pada tahun 1952 sebagai


anak zaman dalam mematri persatuan dan kesatuan bangsa,
khususnya persatuan dan kesatuan intern ummat Islam.
Dikatakan sebagai anak zaman karena pada waktu lahirnya,
yaitu pada tanggal 5 April 1952 bertepatan dengan 9 Rajab
1371 H di Bogor situasi dan kondisi keorganisasian sosial
masyarakat di Indonesia saat itu cenderung berpecah-belah.
Tetapi PUI lahir justru sebagai hasil fusi antara dua
organisasi besar, yaitu antara Perikatan Ummat
Islam (PUI), yang berpusat di Majalengka,
dengan Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII), yang
berpusat di Sukabumi. Sebagai salah satu organisasi
pergerakkan Islam, PUI begerak dan beramal di bidang
Pendidikan, Sosial dan Kesehatan Masyarakat, Ekonomi dan
Dakwah. Bahkan kini telah merintis dibidang Iptek (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi).

Perikatan Ummat Islam (PUI) merupakan organisasi yang


pada awal didirikannya oleh K.H.Abdul Halim di Majalengka,
Jawa Barat bernama Majlisul Ilmi (1911).
Organisasi Majelisul Ilmi tumbuh dan berkembang melalui
proses perjuangan yang penuh tantangan dan rintangan dari
penjajah Kolonial Belanda. Dalam mencapai tujuannya
organisasi ini terpaksa harus mengalami beberapa kali
penyempurnaan dan pergantian nama.

Dengan penyempurnaan dimaksudkan untuk mendewasakan


organisasi agar tahan uji terhadap tempaan zaman dan ujian
hidup, sedangkan dengan pergantian nama, dimaksudkan di
samping untuk menyesuaikan diri terhadap misi dan beban
tanggung jawab yang harus dipikul, juga untuk
menghindarkan diri dari intaian dan ancaman Pemerintah
Kolonial Belanda. Demikianlah pada tahun 1912 Majlisul
Ilmi menyempurnakan diri dan merubah nama organisasinya
menjadi Hayatul Qulub yang berarti menghidup-hidupkan
hati. Setelah peristiwa aksi pemogokan buruh pabrik gula di
Majalengka, dalam rangka melawan penindasan penguasa
Belanda, Hayatul Qulub makin diawasi dan dicurigai Belanda.
Kemudian, antara lain atas anjuran HOS Cokroaminoto,
perhimpunan Hayatul Qulub dirubah dan diganti, namanya
menjadi Persyarikatan Oelama (PO) pada tahun 1916.

Dengan sengaja ulah dan tipu daya Belanda Persyarikatan


Oelama (PO) pun mendapat rongrongan dari pihak penjajah,
bahkan dari teman seiring K.H.Abdul Halim sendiri yang
telah kena hasut dan pengaruh dari aparat pemerintah
Belanda.

Mereka menfitnah bahwa pendidikan/sekolah yang didirikan


PO itu adalah sekolah kafir, karena bentuk dan sistemnya
seperti sekolah yang diadakan oleh Belanda, yaitu
pendidikan dengan sistem kelas dengan duduk di bangku
dan menghadap meja serta papan tulis. Tidak hanya itu para
ulama yang tidak senang terhadap perkembangan PO juga
menyebarkan isu kepada masyarakat luas, bahwa organisasi
PO itu bukan untuk dan milik rakyat awam, tetapi khusus
untuk dan milik para ulama. Jadi bagi kita yang bukan ulama
tidak pantas dan tidak perlu ikut-ikutan masuk PO, kata
mereka. Mereka menghasut masyarakat muslim agar tidak
masuk PO. Terhadap fitnah tersebut KH.Abdul Halim tidak
pernah menyerah. Beliau tetap pada keyakinannya,
menerukan pembaharuan dalam bidang pendidikan.

Pada awal pendudukan Jepang organisasi-organisasi


pergerakan yang pada tahun 1938 bergabung dalam MIAI
(PO, AII, Muhamadiyah dan NU) dibubarkan oleh penguasa
Jepang. Para ulama/pimpinan organisasi tersebut kemudian
mendesak penguasa Jepang agar organisasi-organisasi
mereka dibolehkan bergerak lagi. Beberapa bulan kemudian
organisasi tersebut diizinkan oleh penguasa Jepang untuk
melakukan kembali kegiatan-kegiatannya. Federasi MIAI pun
diizinkan bergerak lagi dengan nama Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi). Sementara itu nama
organisasi Persyarikatan Oelama diganti lagi
menjadi Perikatan Oemmat Islam (POI), yang dengan
perubahan ejaan Bahasa Indonesia sistem Soewandi (1974)
menjadi Perikatan Ummat Islam (PUI).

Selanjutnya adalah sejarah Persatuan Ummat Islam


Indonesia (PUII) yang didirikan oleh KH.Ahmad Sanusi di
Sukabumi, Jawa Barat. Seperti halnya Perikatan Ummat
Islam, searah perjuangan PUI juga melalui proses
perkembangan dan pergantian nama. Semula pada awal
didirikannya organisasi perjuangan ini bernama “Al-
Ittihadiyatul Islamiyah” disingkat AII. Pada masa
pendudukan Jepang, AII sebagai anggota MIAI, mengalami
proses seperti PO. Pada saat itulah AII berganti nama
menjadi Persatuan Oemmat Islam Indonesia (POII) pada
tahun 1942, dan berubah namanya pada tahun 1947
menurut Ejaan Soewandi menjadi PUII. Perjuangan PUII
sejak awalnya secara prinsipil sama dengan PUI. Mengapa
demikian?.

Kiranya patut kita pahami bersama, bahwa antara pimpinan


PUI dan pimpinan PUII itu sebenarnya adalah satu guru dan
satu ilmu. Mereka yaitu KH.Abdul Halim
dan KH.Ahmad Sanusi, pada waktu yang bersamaan
menuntut ilmu di Mekah, Saudi Arabia pada tahun 1908-
1911. Mereka saling bersahabat dan saling bertukar pikiran,
baik di bidang pendalaman ilmu, maupun pengalaman
ilmunya kelak setelah kembali ke tanah air. Pada waktu di
Mekah, mereka juga bertemu dan menjalin persahabatan
karib dengan tokoh-tokoh pejuang Islam Indonesia lainnya,
seperti KH.Mas Mansyur (Muhammadiyah)
dan KH.Abdul Wahab (Nahdlatul Ulama).

Sekembalinya di tanah air, persahabatan mereka berlanjut.


Mereka saling berkunjung dalam rangka lebih memantapkan
cita-cita yang telah terukir dan digalang sejak di perantauan,
yaitu cita-cita untuk menggalang persatuan dan kesatuan
ummat Islam Indonesia, mereka anggap sebagai tulang
punggung wawasan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

Setelah mereka masing-masing memimpin PO dan AII,


frekuensi pertemuan mereka semakin tinggi dan efektif.
Sejak KH.Abdul Halim (PO) diundang oleh KH.Ahmad Sanusi
untuk memberikan ceramah pada Muktamar AII di Sukabumi
pada bulan Maret 1935, rencana realisasi cita-cita tentang
terciptanya persatuan dan kesatuan ummat Islam Indonesia
semakin kongkret. Kedua ulama beserta seluruh anggota
masing-masing bertekad bulat untuk saling melebur
organisasi mereka, guna mewujudkan cita-cita bersama.

Kemudian pada berbagai kesempatan, betapapun sibuknya


mereka sebagai wakil-wakil rakyat dalam Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
yang dalam bahasa Jepang nya disebut Dokuritsu Zyumbi
Choosakai, mereka menyempatkan diri untuk menyusun
rencana teknis pelaksanaan fusi dari kedua organisasi
mereka.

Rencana mengenai nama bentuk organisasi hasil fusi yaitu


Persatuan Ummat Islam, rancangan (konsep) kepengurusan,
waktu serta tempat diadakan fusi, dan lain-lain telah
disepakati bersama. Tetapi ditakdirkan sebelum upacara fusi
dilaksanakan, KH.Ahmad Sanusi dipanggil oleh Allah SWT.
Beliau wafat tahun 1950. sesuai dengan wasiat beliau
kepada keluarga dan pengurus PUII agar pelaksanaan fusi
secepatnya direalisasi, maka pada tanggal 5 April 1952
bertepatan dengan 9 Rajab 1371 H. PUI dan PUII berfusi
menjadi Persatuan Ummat Islam (PUI). Kemudian
dinyatakan sebagai “Hari Fusi PUI”.

Pendiri-pendiri PUI tersebut yaitu KH. Abdul Halim, KH.


Ahmad Sanusi dan Mr. Syamsuddin, berkat jasanya dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia, dianugerahi Bintang
Maha Putera Utama, berdasarkan No.048/TK/Tahun 1992
tanggal 12 Agustus 1992.
Dalam Muktamarnya terakhir ke-12, Desember 2009, PUI membuat keputusan penting
menyangkut struktur organisasinya. Beban kerja diupayakan dapat terdistribusikan ke unsur-
unsur struktur yang jumlahnya cukup banyak. Di Pimpinan Pusat, misalnya, terdapat puluhan
pengurus yang tersebar di Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan Syari'ah Pusat, Dewan Pakar
Pusat dan Dewan Pengurus Pusat. Maksudnya, Dewan Pengurus Pusat (DPP PUI) hanya
bagian dari Pimpinan Pusat (PP PUI).
Struktur organisasi PUI juga mampu menyerap beragam pengurus dari berbagai ketokohan,
keahlian dan kepakaran. Karena itu, PUI dapat menjadi pusat kegiatan bagi seluruh pengurus
yang datang dari beragam latar belakang dan umur atau senioritas. Penempatan mereka dalam
struktur organisasi diharapkan sesesuai mungkin dengan kapasitas dan kemampuan masing-
masing.
Struktur Organisasi disusun berjenjang terdiri dari:
Majelis Syura;
Pimpinan Pusat;
Pimpinan Wilayah;
Pimpinan Daerah;
Pimpinan Cabang;
Pimpinan Ranting; dan
Pimpinan Komisariat.
Susunan Pimpinan PUI secara vertikal adalah:
Majelis Syura yang dilengkapi dengan Badan Pekerja Majelis Syura.
Pimpinan Pusat yang terdiri dari: Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan Syari'ah Pusat, Dewan
Pakar Pusat dan Dewan Pengurus Pusat.
Pimpinan Wilayah yang terdiri dari: Dewan Pertimbangan Wilayah, Dewan Syari'ah Wilayah,
Dewan Pakar Wilayah dan Dewan Pengurus Wilayah.
Pimpinan Daerah yang terdiri dari: Dewan Pertimbangan Daerah, Dewan Syari'ah Daerah, dan
Dewan Pengurus Daerah.
Pimpinan Cabang yang terdiri dari: Dewan Pengurus Cabang.
Pimpinan Ranting yang terdiri dari: Dewan Pengurus Ranting.
Pimpinan Komisariat yang terdiri dari: Dewan Pengurus Komisariat.
Pimpinan Pusat
Pimpinan Pusat PUI terdiri dari unsur-unsur Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan Syari'ah Pusat,
Dewan Pakar Pusat, Dewan Pengurus Pusat;
Pimpinan Pusat PUI adalah forum koordinasi dan konsultasi berkenaan dengan keputusan
Muktamar, Putusan Majelis Syura, Badan Pekerja Majelis Syura serta pelaksanaan tugas, fungsi
dan kewenangan unsur-unsur Pimpinan Pusat.
Pimpinan Pusat menetapkan sikap PUI terhadap berbagai masalah penting yang berkembang
dalam kehidupan umat dan masyarakat pada umumnya;
Pimpinan Pusat menunjuk dan menetapkan fungsionaris/kader PUI, baik perorangan maupun
kelompok untuk menduduki jabatan-jabatan atau melaksanakan tugas-tugas eksternal, mewakili
PUI;
Rapat Pimpinan Pusat dipimpin secara bergilir oleh pimpinan dari unsur-unsur Pimpinan Pusat.
Hasil Rapat Pimpinan Pusat PUI ditindaklanjuti oleh masing-masing unsur Pimpinan Pusat.
Pimpinan Pusat PUI tidak dapat membatalkan Keputusan Dewan Syari'ah Pusat tentang Fatwa
dan Qadha.
Keputusan-keputusan Pimpinan Pusat PUI disosialisasikan sesuai dengan tingkat
kepentingannya melalui struktur Perhimpunan.
Rapat Pimpinan Pusat dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Majelis Syura dapat menghadiri rapat Pimpinan Pusat.
Dewan Pertimbangan Pusat
Kedudukan, fungsi dan masa bakti Dewan Pertimbangan Pusat:
Dewan Pertimbangan Pusat berkedudukan sejajar dengan Dewan Syari'ah Pusat, Dewan Pakar
Pusat, dan Dewan Pengurus Pusat dengan masa bakti 5 (lima) tahun;
Dewan Pertimbangan Pusat berada di bawah pengawasan dan koordinasi Pimpinan Pusat dan
Badan Pekerja Majelis Syura serta bertanggung jawab kepada Majelis Syura;
Tugas dan wewenang Dewan Pertimbangan Pusat adalah:
Memberikan pertimbangan, rekomendasi, konsultasi, koordinasi, dan supervisi kepada seluruh
jajaran Pimpinan Pusat PUI dalam hal perumusan peraturan, pelaksanaan kebijakan, dan
program PUI, berdasar ketetapan-ketetapan Majelis Syura;
Menyusun dan mengevaluasi rancangan-rancangan Pedoman Dasar dan Pedoman Kerja PUI;
Melaksanakan sosialisasi, dan pembinaan daerah dalam hal perumusan kebijakan PUI dan
implementasi Pedoman Dasar dan Pedoman Kerja PUI;
Menetapkan Pedoman kerja Dewan Pertimbangan disetiap tingkatan Pimpinan.
Menyusun Program Kegiatan dan Angggaran Tahunan Dewan Pertimbangan;
Untuk dan atas nama Majelis Syura membentuk dan menyusun keanggotaan: Badan
Kehormatan Pusat; dan Badan Pilihan Raya.
Menyampaikan laporan kerja dan pertanggungjawaban setiap 6 (enam) bulan kepada Badan
Pekerja Majelis Syura.
Susunan Horisontal (Struktur Kepengurusan) Dewan Pertimbangan Pusat terdiri dari: Ketua,
Sekretaris, dan Ketua-Ketua Komisi serta Anggota-Anggota.
Komisi-komisi Dewan Pertimbangan, antara lain adalah:
Komisi Organisasi dan Kewilayahan;
Komisi Legislasi;
Komisi Kaderisasi; dan
Komisi Masalah Pembinaan Keluarga.
Dewan Syari'ah Pusat
Kedudukan, fungsi dan masa bakti Dewan Syari'ah Pusat:
Dewan Syari'ah Pusat berkedudukan sejajar dengan Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan Pakar
Pusat dan Dewan Pengurus Pusat dengan masa bakti 5 (lima) tahun;
Dewan Syari'ah Pusat berada di bawah pengawasan dan koordinasi Pimpinan Pusat/Badan
Pekerja Majelis Syura serta bertanggung jawab kepada Majelis Syura;
Tugas dan Wewenang Dewan Syari'ah Pusat adalah:
Melakukan kajian keilmuan/syari'ah sebagai bahan-bahan fatwa atau hukum;
Menetapkan dan mensosialisasikan fatwa;
Menetapkan putusan atas masalah-masalah syar'i (qadha), baik yang berasal dari masukan
internal PUI maupun masukan eksternal;
Mengevaluasi kebijakan-kebijakan seluruh jajaran Pimpinan Pusat ditinjau dari ketentuan-
ketentuan syar'i;
Menyusun dan menetapkan Program Kerja dan Anggaran Tahunan Dewan Syari'ah Pusat;
Menetapkan Pedoman Kerja Dewan Syari'ah di setiap tingkatan pimpinan;
Merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus Dewan-dewan
Syari'ah Pusat, Wilayah dan Daerah;
Mengajukan susunan Dewan Syari'ah Wilayah untuk ditetapkan Dewan Pengurus Pusat;
Melakukan pembinaan langsung terhadap Dewan Syari'ah di bawahnya;
Melakukan kajian terhadap masalah-masalah syar'i yang diajukan oleh Dewan Syari'ah di
bawahnya; dan
Menyampaikan laporan kerja dan pertanggungjawaban setiap 6 (enam) bulan kepada Badan
Pekerja Majelis Syura.
Susunan/struktur kepengurusan Dewan Syari'ah Pusat terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, serta Anggota-Anggota Lajnah/komisi.
Lajnah Dewan Syariah Pusat terdiri atas:
Lajnah Buhuts adalah komisi yang melakukan kajian keilmuan sebagai bahan fatwa dan/atau
bayan Syari'ah dari Dewan Syari'ah Pusat;
Lajnah Tadrib adalah komisi yang merancang dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
bagi pengurus Dewan Syari'ah;
Lajnah Ifta adalah komisi yang menyiapkan draft fatwa yang akan dikeluarkan oleh Dewan
Syari'ah Pusat; dan
Lajnah-lajnah atau komisi lain yang dipandang perlu.
Dewan Pakar Pusat
Kedudukan, fungsi dan masa bakti Dewan Pakar Pusat:
Dewan Pakar Pusat berkedudukan sejajar dengan Dewan Syari'ah Pusat, Dewan Pertimbangan
Pusat dan Dewan Pengurus Pusat dengan masa bakti 5 (lima) tahun;
Dewan Pakar Pusat berada di bawah pengawasan dan koordinasi Pimpinan Pusat dan Badan
Pekerja Majelis Syura serta bertanggungjawab kepada Majelis Syura;
Tugas dan Wewenang Dewan Pakar Pusat adalah:
Menyusun dan mengembangkan gagasan, pemikiran dan konsep, untuk melaksanakan dan
meningkatkan amaliah PUI;
Melakukan kegiatan-kegiatan penelaahan, pengkajian, penelitian dan pengembangan berbagai
hal yang berhubungan dengan Pedoman Amaliah Ishlah ats-Tsamaniyah;
Menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar simposum, lokakarya, diskusi dan sebagainya;
Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan dan penelitian di dalam
maupun di luar negeri;
Mensosialisasikan hasil-hasil kegiatannya di lingkungan internal maupun eksternal melalui tatap-
muka dan media publikasi;
Menetapkan Pedoman Kerja Dewan Pakar di setiap tingkatan pimpinan;
Menyusun dan menetapkan Program Kerja dan Anggaran Tahunan Dewan Pakar; dan
Menyampaikan laporan kerja dan kinerja setiap 6 (enam) bulan kepada Badan Pekerja Majelis
Syura.
Susunan Horisontal/Struktur Dewan Pakar Pusat terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Ketua dan Anggota Bidang-bidang Kepakaran. Bidang-bidang Kepakaran terdiri antara lain:
Bidang Pendidikan;
Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Umat;
Bidang Da'wah dan Advokasi Sosial;
Bidang Kesehatan;
Bidang Politik dan Pemerintahan;
Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia;
Bidang Manajemen dan Good Governance;
Bidang Hubungan Internasional, Media dan Teknologi Informasi; dan
Bidang Pertanian, Perikanan, dan Lingkungan.
Dewan Pengurus Pusat
Kedudukan, fungsi dan masa bakti Dewan Pengurus Pusat:
Dewan Pengurus Pusat berkedudukan sejajar dengan Dewan Syari'ah Pusat, Dewan
Pertimbangan Pusat dan Dewan Pakar Pusat dengan masa bakti 5 (lima) tahun;
Dewan Pengurus Pusat berada di bawah pengawasan dan koordinasi Pimpinan Pusat dan
Badan Pekerja Majelis Syura serta bertanggung jawab kepada Majelis Syura;
Dewan Pengurus Pusat dipimpin oleh Ketua Umum;
Ketua Umum berhak bertindak untuk dan atas nama PUI sesuai dengan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga;
Tugas dan Wewenang Dewan Pengurus Pusat meliputi:
Bidang Struktural;
Bidang Konsepsional;
Bidang Manajerial; dan
Bidang Operasional.
Tugas dan Wewenang Struktural, meliputi:
Melaksanakan putusan Majelis Syura dan putusan Muktamar;
Mengelola iuran dan infak lainnya dari anggota Perhimpunan;
Membentuk dan menetapkan struktur dan kepengurusan Dewan Pertimbangan Wilayah, Dewan
Pakar Wilayah dan Dewan Pengurus Wilayah;
Menetapkan struktur dan kepengurusan Dewan Syari'ah Wilayah atas pembentukan yang
diajukan oleh Dewan Syari'ah Pusat;
Menerima dan mengelola waqaf, hibah dan sumbangan yang halal, sah dan tidak mengikat; dan
Menyampaikan laporan kekayaan dan keuangan secara berkala kepada Ketua Majelis Syura
melalui Pimpinan Pusat/Badan Pekerja Majelis Syura.
Tugas dan Wewenang Konsepsional meliputi:
Menetapkan Pedoman Kerja Dewan Pengurus di setiap tingkatan kepengurusan.;
Menyusun Program Kegiatan dan Anggaran Tahunan Dewan Pengurus Pusat;
Menetapkan tuntunan teknis pelaksanaan segala Ketentuan dan Kebijakan Majelis Syura,
Peraturan dan Ketetapan-ketetapan Pimpinan Pusat; dan
Merancang kebijakan dan sistem rekruitment pengkaderan, pembinaan serta pengembangan
Anggota PUI.
Tugas dan Wewenang Manajerial meliputi:
Membuat perencanaan, memimpin dan mengawasi pelaksanaan program-program PUI.
Melakukan koordinasi dan memantau kinerja semua lembaga pendukung usaha PUI, termasuk
Organisasi–organisasi Otonom dan Badan-Badan Khusus dan Lembaga-Lembaga.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja oleh seluruh jajaran di bawah
kepemimpinannya masing-masing.
Tugas dan Wewenang Operasional meliputi:
Mensosialisasikan segala Pedoman, Kebijakan dan Program PUI kepada seluruh jajaran
pengurus dan Anggota PUI.
Menampilkan citra positif PUI melalui berbagai kegiatan sosial dan media massa.
Mengarahkan seluruh kegiatan pelaksanaan program PUI sebagai upaya pembangunan dan
pengembangan sumber daya manusia (kaderisasi).
Dalam hubungan eksternal dapat bertindak untuk dan atas nama PUI, sesuai tingkatannya
masing-masing.
Menyampaikan laporan kerja dan kinerja setiap 6 (enam) bulan kepada Pimpinan Pusat/Badan
Pekerja Majelis Syura.
Atas persetujuan Badan Pekerja Majelis Syura, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dapat
melakukan pembekuan struktur organisasi dan/atau kepengurusan Perhimpunan suatu tingkat
provinsi dan/atau kabupaten/kota dalam hal terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan
kebijakan Perhimpunan, dengan memperhatikan ketentuan Pedoman Kerja Dewan Pengurus
Pusat.
Susunan Horisontal Dewan Pengurus Pusat adalah:
Pengurus Harian Pusat terdiri dari: Ketua Umum dan Ketua-Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal
dan Sekretaris-Sekretaris, Bendahara Umum dan Bendahara-Bendahara; dan
Pengurus Pleno Pusat terdiri dari: Pengurus Harian bersama Ketua-Ketua Bidang dan Ketua-
Ketua Departemen.

TUJUAN 1.
Menjadi organisasi Islam yang mengakar di masyarakat dan berorientasi keummatan.
Sasaran 1.1. :
Efektiivitas struktur organisasi PUI baik jumlah maupun mutu, dengan dukungan kader yang
loyal, militan dan berdedikasi.
Strategi 1.1. :
Memetakan sumberdaya, memberikan dukungan fasilitas manajemen, dan kaderisasi
Program 1.1. :
1.1.1. Pemetaan sumberdaya PUI berdasarkan kewilayahan dengan melihat keberadaan,
pengabdian dan statusnya di tengah-tengah masyarakat setempat selama lima tahun terakhir
1.1.2. Percepatan pertumbuhan struktur organisasi dan pembentukan kantor-kantor PUI di
wilayah-wilayah dan daerah-daerah potensial di seluruh Tanah Air
1.1.3. Pemberian dukungan fasilitas manajemen/pengelolaan organisasi.
1.1.4. Peningkatan jumlah jamaah/anggota PUI melalui perekrutan anggota bermutu secara
proaktif.
1.1.5. Melakukan kunjungan dan silaturahim pimpinan PUI di semua tingkatan secara lebih
teratur dan berbobot.
Sasaran 1.2. :
Meningkatnya peran dan kontribusi PUI secara proaktif dan responsif dalam kehidupan ummat,
berbangsa dan bernegara.
Strategi 1.2. :
Membentuk kelembagaan ekonomi dan sosial serta pemberdayaan jamaahnya.
Program 1.2. :
1.2.1. Peningkatan kepedulian dan pelayanan kepada masyarakat.
1.2.2. Peningkatan pemberdayaan jama'ah dan organisasi PUI dalam berpartisipasi diberbagai
bidang kehidupan.
1.2.3. Pemberdayaan ekonomi mikro dan usaha kecil.
1.2.4. Pembentukan dan pengembangan lembaga amil zakat, infaq sedekah dan wakaf (LAZIS &
WAKAF) PUI yang dikelola secara profesional.
1.2.5. Ikut serta PUI pada lembaga-lembaga yang bersifat kolektif diantaranya: MUI, DDII,
BAZNAS, Badan Hisab dan Rukyat, Komite Pendidikan, MES, dst.
1.2.6. Program peningkatan mutu pendidikan Islam di lingkungan madrasah-madrasah PUI,
terutama fokus pada peningkatan mutu guru-gurunya sehingga berdampak signifikan bagi
peningkatan mutu murid-muridnya.
1.2.7. Berpartisipasi dan berperan aktif dalam mengarahkan kebijakan publik.
Sasaran 1.3. :
Meningkatnya jejaring kerjasama nasional dan internasional.
Strategi 1.3. :
Meningkatkan akses dan kerja sama dengan sumberdaya nasional dan internasional.
Program 1.3. :
1.3.1. Peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak dan lembaga nasional maupun
internasional.
1.3.2. Peningkatan akses dan sumber daya nasional dan internasional untuk pengembangan
kapasitas kelembagaan PUI, meliputi: SDM, tatakelola, sistim informasi, dan pendanaan.
1.3.3. Memprakarsai upaya peningkatan kerjasama lembaga ormas Islam baik nasional maupun
internasional dalam pemberdayaan ummat.
Sasaran 1.4. :
Terjalinnya komunikasi efektif dengan berbagai kalangan.
Strategi 1.4. :
Membentuk dan meningkatkan informasi melalui media cetak dan elektronik.
Program 1.4. :
1.4.1. Membuat stasiun siaran radio dakwah
1.4.2. Menerbitkan media cetak, elektronik dan website.
1.4.3. Menjalankan silaturahim dengan tokoh-tokoh, ormas, orpol, lembaga legislatif, eksekutif,
dan lembaga lainnya yang bermanfaat untuk pengembangan organisasi.
TUJUAN 2.
Menjadi organisasi (jam'iyyah) gerakan Islam yang mandiri dan amanah.
Sasaran 2.1. :
Tuntasnya status dan transfer aset-tetap PUI terutama berupa wakaf.
Strategi 2.1. :
Mendata dan mendokumentasikan aset-aset PUI.
Program 2.1. :
2.1.1. Menuntaskan pendataan dan statuta aset-aset tetap PUI terutama berupa wakaf dengan
benar-benar mengecek kesesuaian data-data fisik aset-aset tersebut dengan data-data sertifikat
tanah dan/atau akte wakafnya
2.1.2. Menelusuri dan mendokumentasikan aset-aset PUI terutama yang berupa wakaf dengan
melibatkan seluruh stakeholders di PUI.
Sasaran 2.2. :
Tuntasnya penyiapan sistem manajemen organisasi dan manual pengelolaan kantor dan SDM
yang profesional.
Strategi 2.2. :
Menyiapkan dan mengelola instrumen kantor berikut SDM-nya
Program 2.2. :
2.2.1. Penyiapan instrumen manajemen perkantoran dan SDM berikut strategi pelaksanaannya.
2.2.2. Program pengelolaan kantor dan SDM dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen
profesionalisme.
Sasaran 2.3. :
Tersusunnya laporan keuangan sesuai standar akuntansi yang berlaku bagi organisasi yang
mandiri.
Strategi 2.3. :
Membuat sistem akuntansi yang profesional dan akuntable.
Program 2.3. :
2.3.1. Pembuatan sistem akuntansi yang dipakai sebagai standar yang berlaku untuk organisasi
kemasyarakatan Islam yang mandiri.
2.3.2. Program audit internal dan eksternal, diikuti dengan program penyelesaian semua
temuannya.
Sasaran 2.4. :
Tercapainya good governance dalam sistem manajemen.
Strategi 2.4. :
Menata-kelola organisasi PUI yang memenuhi standar good governance.
Program 2.4. :
2.4.1. Penataan organisasi PUI yang mandiri yang memenuhi standar good governance.
2.4.2. Penyempurnaan integrasi sistem informasi manajemen dan keuangan.
Sasaran 2.5. :
Terbentuknya sistem dan pengelolaan keanggotaan PUI yang baik.
Strategi 2.5. :
Menata keanggotaan PUI.
Program 2.5. :
2.5.1. Pembuatan Kartu tanda anggota Jama'ah PUI di seluruh Indonesia.
2.5.2. Klasifikasi jenjang keanggotaan
2.5.3. Digitalisasi database keanggotaan Jama'ah PUI.
Sasaran 2.6. :
Terbentuknya sistem dan pengelolaan lembaga pendidikan PUI yang baik.
Strategi 2.6. :
Menata lembaga pendidikan PUI.
Program 2.6. :
2.6.1. Tersusunannya kurikulum ke-PUI-an yang terpadu
2.6.2. Tersosialisasi dan terlaksananya kurikulum ke-PUI-an yang terpadu pada lembaga
pendidikan PUI
2.6.3. Menyusun dan menerbitkan peraturan khusus pengelolaan pendidikan PUI.
2.6.4. Pembuatan database lembaga pendidikan PUI
2.6.5. Inventarisasi dan penataan kembali status lembaga pendidikan PUI
2.6.6. Membentuk tim konsultan untuk akreditasi institusi sekolah-sekolah PUI di semua jenjang
pendidikan PUI.
2.6.7. Membentuk tim konsultan sertifikasi guru-guru sekolah PUI.
2.6.8. Membentuk tim asistensi untuk menangkap peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan oleh
PUI.
2.6.9. Meningkatkan kualitas guru-guru dan kepala sekolah pada lembaga pendidikan PUI.
2.6.10.Meningkatkan mutu dan manajemen lembaga pendidikan PUI.
TUJUAN 3.
Mewujudkan komunitas (jama'ah) gerakan Islam yang wasath dan mandiri.
Sasaran 3.1. :
Meningkatnya kaderisasi berbasis iman, ilmu dan amal.
Strategi 3.1. :
Membentuk lembaga dan sistem kaderisasi, serta perbaikan kurikulum
Program 3.1. : 
3.1.1. Peningkatan pengkaderan robbani yang terencana dan terstruktur melalui lembaga
organisasi, pendidikan dan pengajaran.
3.1.2. Peningkatan dan penjaminan mutu kurikulum sekolah-sekolah PUI.
3.1.3. Penyusunan dan penerapan silabi ke-PUI-an dan pengkaderan secara berkelanjutan
sebagai muatan lokal dan ekstrakurikuler yang berlaku di seluruh sekolah milik PUI dan sekolah
afiliasinya.
3.1.4. Peningkatan mutu SDM, sarana/prasarana dan manajemen pengkaderan di sekolah-
sekolah PUI dengan kebijakan perencanaan saksama dan terpadu.
Sasaran 3.2. : 
Tercapainya peningkatan kapasitas kerjasama di antara stakeholders PUI.
Strategi 3.2. :
Memperkuat dan memperbanyak jalinan silaturahim di antara stakeholder PUI dengan
mengedepankan prinsip mahabbah.
Program 3.2. :
3.2.1. Pengembangan jejaring kerjasama dengan anggota, kader, alumni, madrasah dan
stakeholders (khususnya stakeholders internal).
3.2.2. Pengembangan silaturahim di kalangan stakeholders PUI.
Sasaran 3.3. :
Mengembangkan amal usaha sosial PUI secara berkelanjutan berbasis komunitas (jama'ah).
Strategi 3.3. : 
Membentuk dan mengembangkan unit-unit usaha PUI yang mandiri dan berkelanjutan di bidang
dakwah, pendidikan dan sosial ekonomi.
Program 3.3. :
3.3.1. Penyelenggaraan pelatihan-pelatihan kewirausahaan.
3.3.2. Pentransformasian unit-unit usaha PUI di bidang dakwah, pendidikan dan sosial ekonomi
menjadi organisasi yang profesional sehingga mampu memberikan kontribusi yang meningkat
bagi pelaksanaan kegiatan pokok PUI, secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai