Anda di halaman 1dari 13

 Persatuan Ummat Islam (PUI) adalah organisasi

massa Islam di Indonesia yang lahir pada 5


April 1952 di Bogor sebagai hasil fusi
(penyatuan) dua organisasi besar, yaitu
Perikatan Ummat Islam (PUI) pimpinan K.H.
Abdul Halim Majalengka, yang berpusat di
Majalengka, dengan Persatuan Ummat Islam
Indonesia (PUII) pimpinan K.H. Ahmad Sanusi
yang berpusat di Sukabumi. Pimpinan pusat
PUI saat ini, Ketua Majelis Syuro Ustadz Dr. H.
Ahmad Heryawan, Lc, M.Si dan Ketua Dewan
Pengurus Pusat, H. Nazar Harits, MBA periode
kepengurusan 2014-2019.
 Persatuan ummat Islam (PUI) lahir pada tahun 1952
sebagai anak zaman dalam mematri persatuan dan
kesatuan bangsa, khususnya persatuan dan kesatuan
intern ummat Islam. Dikatakan sebagai anak zaman
karena pada waktu lahirnya, yaitu pada tanggal 5 April
1952 bertepatan dengan 9 Rajab 1371 H di Bogor situasi
dan kondisi keorganisasian sosial masyarakat di Indonesia
saat itu cenderung berpecah-belah. Tetapi PUI lahir justru
sebagai hasil fusi antara dua organisasi besar, yaitu
antara Perikatan Ummat Islam (PUI), yang berpusat di
Majalengka, dengan Persatuan Ummat Islam Indonesia
(PUII), yang berpusat di Sukabumi. Sebagai salah satu
organisasi pergerakkan Islam, PUI begerak dan beramal di
bidang Pendidikan, Sosial dan Kesehatan Masyarakat,
Ekonomi dan Dakwah. Bahkan kini telah merintis dibidang
Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
 Perikatan Ummat Islam (PUI) merupakan
organisasi yang pada awal didirikannya
oleh K.H.Abdul Halim di Majalengka, Jawa
Barat bernama Majlisul Ilmi (1911).
Organisasi Majelisul Ilmi tumbuh dan
berkembang melalui proses perjuangan
yang penuh tantangan dan rintangan dari
penjajah Kolonial Belanda. Dalam
mencapai tujuannya organisasi ini terpaksa
harus mengalami beberapa kali
penyempurnaan dan pergantian nama.
 Demikianlah pada tahun 1912 Majlisul Ilmi
menyempurnakan diri dan mengubah
nama organisasinya menjadi Hayatul Qulub
yang berarti menghidup-hidupkan hati.
Setelah peristiwa aksi pemogokan buruh
pabrik gula di Majalengka, dalam rangka
melawan penindasan penguasa Belanda,
Hayatul Qulub makin diawasi dan dicurigai
Belanda. Kemudian, antara lain atas
anjuran HOS Cokroaminoto, perhimpunan
Hayatul Qulub diubah dan diganti,
namanya menjadi Persyarikatan Oelama
(PO) pada tahun 1916.
 Dengan sengaja ulah dan tipu daya Belanda
Persyarikatan Oelama (PO) pun mendapat rongrongan
dari pihak penjajah, bahkan dari teman seiring K.H.Abdul
Halim sendiri yang telah kena hasut dan pengaruh dari
aparat pemerintah Belanda.
 Mereka menfitnah bahwa pendidikan/sekolah yang
didirikan PO itu adalah sekolah kafir, karena bentuk dan
sistemnya seperti sekolah yang diadakan oleh Belanda,
yaitu pendidikan dengan sistem kelas dengan duduk di
bangku dan menghadap meja serta papan tulis. Tidak
hanya itu para ulama yang tidak senang terhadap
perkembangan PO juga menyebarkan isu kepada
masyarakat luas, bahwa organisasi PO itu bukan untuk
dan milik rakyat awam, tetapi khusus untuk dan milik para
ulama. Jadi bagi kita yang bukan ulama tidak pantas dan
tidak perlu ikut-ikutan masuk PO, kata mereka. Mereka
menghasut masyarakat muslim agar tidak masuk PO
 Selanjutnya adalah sejarah Persatuan
Ummat Islam Indonesia (PUII) yang
didirikan oleh KH.Ahmad Sanusi di
Sukabumi, Jawa Barat. Seperti halnya
Perikatan Ummat Islam, searah
perjuangan PUI juga melalui proses
perkembangan dan pergantian nama.
Semula pada awal didirikannya
organisasi perjuangan ini bernama “Al-
Ittihadiyatul Islamiyah” disingkat AII.
 Pada masa pendudukan Jepang, AII
sebagai anggota MIAI, mengalami
proses seperti PO. Pada saat itulah AII
berganti nama menjadi Persatuan
Oemmat Islam Indonesia (POII) pada
tahun 1942, dan berubah namanya
pada tahun 1947 menurut Ejaan
Soewandi menjadi PUII. Perjuangan PUII
sejak awalnya secara prinsipil sama
dengan PUI. Mengapa demikian?
 Kiranya patut kita pahami bersama, bahwa antara
pimpinan PUI dan pimpinan PUII itu sebenarnya
adalah satu guru dan satu ilmu. Mereka yaitu
KH.Abdul Halim dan KH.Ahmad Sanusi, pada waktu
yang bersamaan menuntut ilmu di Mekah, Saudi
Arabia pada tahun 1908-1911. Mereka saling
bersahabat dan saling bertukar pikiran, baik di
bidang pendalaman ilmu, maupun pengalaman
ilmunya kelak setelah kembali ke tanah air. Pada
waktu di Mekah, mereka juga bertemu dan menjalin
persahabatan karib dengan tokoh-tokoh pejuang
Islam Indonesia lainnya, seperti KH.Mas Mansyur
(Muhammadiyah) dan KH.Abdul Wahab (Nahdlatul
Ulama).
 Setelah mereka masing-masing memimpin
PO dan AII, frekuensi pertemuan mereka
semakin tinggi dan efektif. Sejak KH.Abdul
Halim (PO) diundang oleh KH.Ahmad
Sanusi untuk memberikan ceramah pada
Muktamar AII di Sukabumi pada bulan
Maret 1935, rencana realisasi cita-cita
tentang terciptanya persatuan dan
kesatuan ummat Islam Indonesia semakin
konkret. Kedua ulama beserta seluruh
anggota masing-masing bertekad bulat
untuk saling melebur organisasi mereka,
guna mewujudkan cita-cita bersama.
 Kemudian pada berbagai kesempatan,
betapapun sibuknya mereka sebagai
wakil-wakil rakyat dalam Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang
dalam bahasa Jepang nya disebut
Dokuritsu Zyumbi Choosakai, mereka
menyempatkan diri untuk menyusun
rencana teknis pelaksanaan fusi dari
kedua organisasi mereka.
 Rencana mengenai nama bentuk organisasi
hasil fusi yaitu Persatuan Ummat Islam,
rancangan (konsep) kepengurusan, waktu
serta tempat diadakan fusi, dan lain-lain telah
disepakati bersama. Tetapi ditakdirkan
sebelum upacara fusi dilaksanakan, KH.Ahmad
Sanusi dipanggil oleh Allah SWT. Ia wafat tahun
1950. sesuai dengan wasiat ia kepada
keluarga dan pengurus PUII agar pelaksanaan
fusi secepatnya direalisasi, maka pada
tanggal 5 April 1952 bertepatan dengan 9
Rajab 1371 H. PUI dan PUII berfusi menjadi
Persatuan Ummat Islam (PUI). Kemudian
dinyatakan sebagai “Hari Fusi PUI”.
 Pendiri-pendiri PUI tersebut yaitu KH.
Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi dan Mr.
Syamsuddin, berkat jasanya dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia,
dianugerahi Bintang Maha Putera
Utama, berdasarkan No.048/TK/Tahun
1992 tanggal 12 Agustus 1992.

Anda mungkin juga menyukai