Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PEMANTAPAN PROFESI KEGURUAN ( P2K )

KEGIATAN KEMUHAMMADIYAAN

Oleh
WIDYA SUCIANA AKBAR
10540913814

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018

1
LAPORAN KEGIATAN KEMUHAMMADIYAAN

A. Lokasi Pimpinan Cabang dan atau Ranting

Desa/Kelurahan : Lembang
Kecamatan : Bantaeng
Kabupaten/Kota : Bantaeng

B. Pendahuluan

1. Deskripsi Sejarah Terbentuknya Cabang dan Ranting Muhammadiyah Di


Daerah Bantaeng
Maka di awal tahun 1927 Muhammadiyah mulai melangkah keluar kota
Makassar. Berturut-turut daerah yang menerima Muhammadiyah : Pangkajene-
Maros, Sengkang, Bantaeng, Labbakang, Belawa, Majene, Balangnipa Mandar.
Daeng paris, Osman alias Sammang, Tanawali dan Muhammad Osman adalah
pelopor berdirinya muhammadiyah groep Bantaeng pada tahun 1927 dengan
Daeng Paris sebagai ketua.
Adapun susunan pengurus Muhammadiyah :
a. Daeng Paris : sebagai voorzitter
b. Hambali : sebagai Vice Voorzitter
c. Abdullah : sebagai Secretaris
d. Loko Daeng Tompo : sebagai Penningmeester
e. Tanawali : sebagai Commisaris
f. Karaeng Abdul Wahid : sebagai Commisaris
g. Karaeng Abdul Wahid : sebagai Commisaris
h. Karaeng Opu : sebagai Commisaris
i. Haji Mahmud : sebagai Commisaris
Pada tahun 1931 telah dapat pula didirikan Aisyiyah groep bantaeng
dipimpin oleh Sitti Daeng Lebo. Serta didirikan Hizbul Wathan (HW) dengan
pimpinan Salamun. Pada tahun 1938 Muhammadiyah groep Bantaeng
ditingkatkan menjadi Cabang. Pada tahun 1939, usaha dibidang pendidikan di

2
tingkatkan dengan mengadakan madrasah Wustha Mu’allimin dan Neutrale
Hollandsche school (NHS).
Daerah Bantaeng, Bulukumba, Sinjai dan Selayar adalah wilayah
pemerintahan afdehng Bantaeng yang beribukota di Bantaeng. Pedagang-
pedagang di Bantaeng yang menjadi anggota tersiar dari Muhammadiyah Cabang
Makassar berusaha mendirikan Muhammadiyah di daerah itu, pada tahun 1927.
Setelah menjadikan cabang Muhammadiyah cabang Bantaeng mendirikan groep
Muhammadiyah di Pasorongi dan Batulabbu pada tahun yang sama.

2. Konverensi Sebelum Perang Pasific

Ditengah-tengah tantangan dan suka duka dalam perkembangannya,


Muhammadiyah melangsungkan konverensi tahunannya. Sejak berdirinya
Muhammadiyah di tahun 1926 sampai kedatangan tentara Jepang, konverensi
telah dilangsungkan di tempat-tempat seperti, tahun 1929 dilangsungkan di
Sengkang dan di Makassar, tahun 1929 dilangsungkan di Majene dan di
Bantaeng, tahun 1931 dilangsungkan di Labbakkang, tahun 1932 dilangsungkan
di Palopo dan di Maros, tahun 1933 dilangsungkan di Rappang, tahun 1934
dilangsungkan di Kajang, tahun 1935 dilangsungkan di Mejene, tahun1936
dilangsungkan di Bulukumba, tahun 1937 dilangsungkan di Makassar, tahun 1938
dilangsungkan di Benteng-Selayar, tahun 1939 dilangsungkan di Palopo, tahun
1940 dilangsungkan di Pare-pare dan tahun 1941 dilangsungkan di Sengkang.

3. Pengorbanan Warga Muhammadiyah dalam Membela dan Mempertahankan


Kemerdekaan Sulawesi Selatan

Memasuki semester kedua tahun 1946, perjuangan rakyat Sulawesi


Selatan menghadapi kolonial semakin meningkat tiap hari dan semakin menjadi
bulan-bulanan gempuran pasukan NICA, maka para pejuang menghimpun
kekuatan di daerah-daerah. Sejak bulan Februari 1947, terjadi pertempuran sekitar
57 kali. Dengan kelicikan pasukan NICA, mereka dapat mempengaruhi pasukan
sekutu yang terdiri dari tentara Australia dan Gurkha untuk menghadapi laskar-

3
laskar pembela kemerdekaan itu. Dalam bulan Desember 1946 merupakan bulan
perwujudan kebrutalan dan kebuasan Westerling dan pasukannya.
Puluhan ribu nyawa melayang dan ribuan pula rumah penduduk yang
musnah dibakar oleh mereka. Aksi biadab itu dimulai pada tanggal 11 Desember
1946 dengan menembak mati ratusan penduduk di kampong Kalukung dibagian
timur kota Makassar dan dilanjutkan aksi serupa terhadap ratusan penduduk di
Balangboddong, bagian selatan kota Makassar.
Aksi-aksi pembantaian Westerling dengan pasukannya dilanjutkan di
daerah-daerah lain seperti di Jeneponta dan Bantaeng, dengan kebuasan yang
sama. Tak kalah juga di Bulukumba, koban keganasan Westerling dan
pasukannya juga sangat banyak. Jatuhnya korban yang tidak sedikit dalam
mempertahankan kemerdekaan, tidaklah menyebabkan lemahnya semangat dan
keberanian warga Muhammadiyah terutama pemuda-pemudanya. Tanpa
menunggu insturksi secara hirarkis, masin-masing cabang dan ranting berupaya
membenahi kembali roda organisasi dan mengidupkan amal usahanya. Pemuda-
pemuda kembali menggerakkan Hizbul Wathan menurut kadar dan sarana-sarana
yang ada.
Para pejuang republik ini senantiasa dalam kewaspadaan yang tinggi
diwujudkan antara lain dengan menkoordinasikan diri dalam kesatuan Gerilya
Sulawesi Selatan (KGSS). Warga dan pemuda Muhammadiyah tampil dalam
badan perjuangan ini.

4. Penyelenggaraan Konverensi Daerah

Telah dikemukakan bahwa Muhammadiyah sangat mengutamakan


Musyawarah di samping tertib administrasi. Muhammadiyah senantiasa berupaya
melaksanakan konperensi-konperensi sesuai dan memenuhi ketentuan anggaran
dasar dan rumah tangganya.
Selama dasawarsa kelima telah diselenggarakan konperensi daerah, yaitu
 Tahun 1950 diselenggarakan di Bantaeng
 Tahun 1951 diselenggarakan di Makale
 Tahun 1952 diselenggarakan di Pare-Pare

4
 Tahun 1954 diselenggarakan di Rappang
 Tahun 1959 diselenggarakan di Watansoppeng
Konverensi daerah di Bantaeng adalah konverensi daerah yang pertama
diadakan dialam kemerdekaan. Gangguan keamanan yang memuncak 3 tahun
beturut-turut, yakni tahun 1954 sampai 1957 yang tidak memungkinkan
penyelenggaraan konverensi apalagi dipedalaman Sulawesi Selatan, maka barulah
pada tahun 1958 konperensi daerah itu dapat dilangsungkan di Watansoppeng.

5. Konperensi Daerah Menjadi Musyawarah Wilayah

Tahun 1960 sampai 1965, telah dilangsungkan konperensi daerah yang


kemudian diubah namanya menjadi musyawarah wilayah yaitu: (1961) di
Sengkang, (1962) di Bantaeng, (1964) di Pinrang, (1965) di Jeneponto.

C. Progran Kerja Cabang dan Ranting

Program kerja Pimpinan cabang Muhammadiyah Bantaeng Periode 2014-


2019:
1. Pembinaan anggota atau simpatisan
a. Pengkajian Al-Qur’an
b. Meningkatkan bacaan Al-Qur’an (tadarus, membaca Al-Qur’an,
penterjemahan) sekali seminggu yaitu pada hari Jum’at sore.
c. Pengajian bulanan, yaitu sekali sebulan pada hari ahad dengan pokok
bahasan :
 Pengorganisasian, ideologi Muhammadiyah.
 Pengkajian Putusan Tarjih
 Pedoman hidup Islam
2. Program pengembangan ranting.
a. Imventarisasi anggota simpatisan Muhammadiyah yang berdomisili di
Kecamatan Bisappu
b. Pendaftaran dan pengurusan kartu anggota Muhammadiyah bagi yang
telah memenuhi persyaratan.

5
3. Program pengembangan amal usaha meliputi:
a. Mengajak anggota atau simpatisan Muhammadiyah untuk berwakaf tanah
dalam wilayah cabang Bantaeng
b. Mengupayakan berdirinya lembaga pendidikan minimal TPA atau TK
Aisyiah.

D. Realisasi Program Kerja Cabang dan Ranting

Program kerja yang dilaksanakan oleh Pimpinan cabang dan atau ranting
di Kecamatan Bissappu berjalan dengan baik. Dimana pengajian dilakukan dalam
sebulan yaitu lebih dari dua kali, baik pengajiaan oleh anggota ranting maupun
pengajian umum. Dengan adanya berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para
pimpinan cabang atau ranting Muhammadiyah seperti pengajian rutin, ceramah
dan kegiatan Islami lainnya. Masyarakat sudah mampu merubah kebiasaannya
dari sifat musyrik/tahayyul selain itu, masyarakat juga mau mengadakan tausyiah.
Hal tersebut tentunya memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat.
Adapun realisasi program kerja Pimpinan Cabang Bantaeng sampai saat
ini baru lima (4) program kerja yang sementara terlaksana yaitu:
1. Pengkajian Al-Qur’an
2. Meningkatkan bacaan Al-Qur’an (tadarus, membaca Al-Qur’an,
penterjemahan) sekali seminggu yaitu pada hari Jum’at sore.
3. Pengajian bulanan, yaitu sekali sebulan pada hari ahad dengan pokok bahasan
a. Pengorganisasian, ideologi Muhammadiyah.
b. Pengkajian Putusan Tarjih
c. Pedoman hidup Islam
4. Pendaftaran dan pengurusan kartu anggota Muhammadiyah bagi yang telah
memenuhi persyaratan.

6
E. Hambatan dan Tantangan yang Dihadapi Cabang dan Ranting dalam
Melaksanakan Program Kerja

Selama terbentuknya cabang dan ranting, belum ada hambatan atau


tantangan yang berarti di Muhammadiyah Cabang Bantaeng ini. Karena Cabang
Bantaeng memiliki anggota yang sudah matang yang di bawa ke tempat ini.
Tetapi menurut Sekertaris PCM karena beliau orang asli Bantaeng, anggota atau
simpatisan dan masyarakat tradisional masih menentang Muhammadiyah karena
dianggap bertentangan dengan adat dan tradisi mereka. Sebagian juga relative
menerima termasuk keluarga karena mereka sangat dihargai, meskipun mungkin
tidak setuju dengan peniadaan atau penghapusan tradisi-tradisi lama itu, tetapi
mereka bisa memaklumi. Dalam menjalankan syiarnya, organisasi
Muhammadiyah PCM Bantaeng masih terkendala dengan konsep tradisi,
keterbatasan masyarakat dalam memahami makna tradisi serta masih rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat secara umum.
Adapun hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam merealisasikan
program kerja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Faktor Eksteren (Permasalahan ini yang sumbernya dari luar organisasi) yaitu:
a. Banyaknya Organisasi Islam diluar Muhammadiyah yang membawa
ideologi organisasi yang berbeda. Akan tetapi Muhammadiyah tidak
pernah bersebrangan dan menganggap keberagaman tersebut sebagai
perjuangan bersama dibawah kalimat tauhid guna menegakkan syariat
dan permadani-permadani Islam yang bersumber pada Al-quran dan As-
sunnah.
b. Ketakutan masyarakat untuk aktif melakukan pengajian dalam sebuah
kelompok karena banyaknya isu tentang radikalisme, liberalisme, dan
terorisme yang dilakukan oleh Kelompok Islam.
c. Pemahaman masyarakat mengenai Muhammadiyah yang masih kurang
sehingga Muhammadiyah sering dipandang sebagai sebuah aliran dalam
Islam padahal Muhammaiyah hanyalah sebuah Organisasi dakwah amar
makruf nahi mungkar.

7
2. Faktor Internal (Permasalahan ini yang sumbernya dari dalam (tubuh)
organisasi Muhammadiyah sendiri) yaitu:
a. Kurangnya kader yang dimiliki sehingga membutuhkan kerja ekstra
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaaan.
b. Keuangan yang masih terbatas.
c. Kekompakan yang harus dijaga oleh semua pimpinan.

Dari dua faktor yang disebutkan diatas, pimpinan cabang dan ranting
menganggap hal tersebut sebagai sebuah dinamika berlembaga dan proses
pembelajaran bagi semua warga Muhammadiyah dalam mengemban amanah dan
kita perjuangan. Semangat profetik (yang dicontohkan nabi) menjadi motivasi
bagi semua anggota untuk bergerak lebih cepat dan agresif dijalan dakwah
sehingga tantangan dan hambatan seperti tidak ada. Pembenahan sturktural dan
kaderisasi merupakan langkah strategis yang akan dilaksanakan oleh Pimpinan
Cabang guna penguatan kelembagaan. Dengan organisi yang kuat, maka
pergerakan yang dilakukan tentunya akan maksimal.

F. Deskripsi Kegiatan Ke-Mmuhammadiyahaan yang Dilaksanakan oleh


Mahasiswa P2K

Adapun program Kegiatan Kemuhammadiyaan yang direalisasikan oleh


Mahasiswa P2K telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali yaitu:
1. Mengadakan program Tabliq Akbar di Mesjid Raya Bantaeng
2. Kegiatan mengajar mengaji TPA ini dilaksanakan di Masjid Nurul Arfah
Kelurahan Lembang setiap 3 kali seminggu sesudah shalat magrib. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam mengajar TPA, yaitu mengajar dengan metode
Iqra, mengajar tadarrus, mengajarkan hafalan bacaan sholat serta praktek
sholat, mengajarkan materi hafalan doa harian, mengajarkan hafalan surah-
surah pendek, mengajarkan hafalan ayat-ayat pilihan, mengajarkan
pemahaman dinul islam. Kegiatan ini kami laksanakan selama kurang lebih
dua bulan. Jumlah pengajar dari mahasiswa P2K setiap harinya, yaitu 5-6
orang perhari.

8
G. Penutup

Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia.


Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya
merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam.
Oleh karena itu, maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya harus diaktualisasikan melalui serangkain ide dan langkah nyata
dalam sebuah program kerja. Cabang dan Ranting harus lebih progresif dalam
melakukan pergerakan demi kittah yang di cita-citakan. Kehadiran mahasiswa
P2K khususnya yang ada di Posko SDN 9 Lembang menjadi inspirasi bagi banyak
pihak dalam melakukan gerakan dakwah. Gerakan tak perlu dimulai dari hal besar
tapi hal kecil yang dilaksanakan secara konsisten dan penuh komitmen akan
menjadi besar

9
DOKUMENTASI

10
11

Anda mungkin juga menyukai