Pajak adalah iuran yang wajib dibayar oleh rakyat kepada negara tanpa mendapat balas
jasa secara langsung, dan digunakan untuk membiayai pengeluaran kolektif negara.
Fungsi pajak:
1. Fungsi budgeter, pajak sebagai sumber pendapatan negara.
2. Fungsi regulasi, pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur perekonomian.
3. Fungsi distribusi, pajak digunakan sebagai alat pemerataan pendapatan, karena pajak
digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan yang harus
dilaksanakan secara merata ke seluruh wilayah Indonesia.
4. Fungsi stabilisasi, pajak digunakan untuk menstabilkan keadaan perekonomian.
Tarif pajak
Merupakan dasar pembebanan besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak,
dinyatakan dalam bentuk persentase. Macam tarif pajak:
a. Tarif tetap, tarif pajak yang ditetapkan dalam nilai rupiah tertentu yang jumlahnya
tetap.
b. Tarif proporsional, tarif pajak yang menggunakan persentase tetap terhadap
berapapun jumlah objek pajak sehingga jika dihitung, besarnya pajak akan sebanding
dengan besarnya jumlah objek pajak.
c. Tarif progresif, tarif pajak yang persentasenya semakin meningkat jika jumlah objek
pajak semakin bertambah.
d. Tarif regresif, tarif pajak yang persentasenya semakin menurun jika jumlah objek
pajak semakin bertambah.
CTH SOAL
Pak Anton sudah menikah dan memiliki 4 orang anak. Istrinya adalah seorang ibu
rumah tangga. Maka besar penghasilan tidak kena pajaknya pada tahun 2013 sebesar
Besarnya PTKP 2013 adalah Rp24.300.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi,
tambahan Rp2.025.000,00 untuk wajib pajak menikah, tambahan Rp2.025.000,00
untuk tanggungan per anak, maksimal 3 anak. Maka total PTKP Pak Anton sebesar
Rp32.400.000,00.
Ardi seorang pegawai yang memiliki penghasilan bruto per bulan sebesar
Rp4.200.000,00. Iuran dana pensiun dan biaya jamsostek harus dibayar Ardi sebesar
5% dari penghasilan per bulannya. Ardi berencana untuk menikah pada tahun depan.
Pada tahun ini, jumlah pajak penghasilan yang harus dibayarkan pada tahun ini sebesar
….
Bondan memiliki tanah seluas 700 m2. Ketika ditaksir, nilai jual tanah tersebut sebesar
Rp425.000,00/m2. Diatas tanah tersebut dibangun rumah seluas 500 m2 dengan nilai
jual Rp500.000,00/m2. Dari keterangan di atas, maka PBB yang harus dibayar oleh
Bondan sebesar .…
Andre memiliki sebidang tanah di pusat kota seluas 600 m2 dengan nilai jual
Rp1.000.000,00/m2. Di atas tanah tersebut Andre membangun sebuah rumah seluas
500 m2 dengan nilai jual Rp1.400.000,00/m2. Total PBB yang harus dibayar Andre
sebesar ….
Ranu memiliki tanah seluas 600 m2. Ketika ditaksir, nijai jual tanah tersebut sebesar
Rp355.000,00/m2. Di atas tanah tersebut dibangun rumah seluas 450 m2 dengan nilai
jual Rp470.000,00/m2. Di tempat lain, Ranu memiliki tanah seluas 1000 m2 yang
dimanfaatkan sebagai perkebunan apel, dengan nilai jual Rp300.000,00/m 2 dan 1500
m2 yang dimanfaatkan sebagai perkebunan teh dengan nilai jual Rp250.000,00/m 2.
Dengan demikian, total PBB yang harus dibayar Ranu sebesar ….
Tempat tinggal
NJOP tanah = 600 ×× Rp355.000,00 = Rp213.000.000,00
NJOP rumah = 450 ×× Rp470.000,00= Rp211.500.000,00
NJOP dasar pengenaan PBB = Rp424.500.000,00 (NJOP tertinggi)
NJOP hitung = NJOP dasar - NJOPTKP = Rp424.500.000,00 - Rp12.000.000,00 =
Rp412.500.000,00
NJKP = 20% ×× Rp412.500.000,00 = Rp82.500.000,00
PBB = 0.5% ×× Rp82.500.000,00= Rp412.500,00
Kebun apel
NJOP tanah = 1000 ×× Rp300.000,00 = Rp300.000.000,00
NJKP = 40% ×× Rp300.000.000,00 = Rp120.000.000,00
PBB = 0.5% ×× Rp120.000.000,00 = Rp600.000,00
Kebun teh
NJOP tanah = 1500 ×× Rp250.000,00 = Rp375.000.000,00
NJKP = 40% ×× Rp375.000.000,00 = Rp150.000.000,00
PBB = 0.5% ×× Rp150.000.000,00 = Rp750.000,00
total PBB = Rp412.500,00 + Rp600.000,00 + Rp750.000,00 = Rp1.762.500,00
PPh
Penghasilan per tahun = 12 ×× Rp25.000.000,00 = Rp300.000.000,00
PTKP = Rp24.300.000,00 + Rp2.025.000,00 (tambahan WP menikah) +
(3 ×× Rp2.025.000,00) [tambahan anak, maksimal 3 anak] = Rp32.400.000,00
PKP = Rp300.000.000,00 - Rp32.400.000,00 = Rp267.600.000,00
PPh:
Sampai dengan Rp50juta = 5% ×× Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00
Rp50juta sampai dengan Rp250juta = 15% ×× Rp200.000.000,00 = Rp30.000.000,00
Di atas Rp250juta = 25% ×× Rp17.600.000,00 = Rp4.400.000
Total PPh = Rp36.900.000,00
Tempat tinggal
NJOP tanah = 1000 ×× Rp500.000,00= Rp500.000.000,00
NJOP rumah= 600 ×× Rp750.000,00 = Rp450.000.000,00
NJOP dasar pengenaan PBB = Rp950.000.000,00 (NJOP tertinggi)
NJOP hitung = NJOP dasar - NJOPTKP = Rp950.000.000,00 - Rp12.000.000,00 =
Rp938.000.000,00
NJKP = 20% ×× Rp938.000.000,00 = Rp187.600.000,00
PBB = 0.5% ×× Rp187.600.000,00 = Rp938.000,00
Villa
NJOP rumah= 600 ×× Rp300.000,00 = Rp180.000.000,00
NJOP tanah = 500 ×× Rp350.000,00 = Rp175.000.000,00
NJOP dasar pengenaan PBB = Rp355.000.000,00
NJKP = 20% ×× Rp355.000.000,00 = Rp71.000.000,00
PBB = 0.5% ×× Rp71.000.000,00 = Rp355.000,00
Kebun anggur
NJOP tanah = 1000 ×× Rp300.000,00 = Rp300.000.000,00
NJKP = 40% ×× Rp300.000.000,00 = Rp120.000.000,00
PBB = 0.5% ×× Rp120.000.000,00 = Rp600.000,00
Total pajak = Rp36.900.000,00 + Rp938.000,00 + Rp355.000,00 + Rp600.000,00 =
Rp1.762.500,00 = Rp38.793.000,00.
Pajak
Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, pajak didefinisikan sebagai kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada dasarnya pajak
merupakan sumbangan wajib kepada negara yang dipungut berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, pajak adalah peralihan dari pihak masyarakat
kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin. Surplusnya
digunakan untuk investasi pada barang-barang publik, misalnya jalan raya dan
jembatan.
Menurut P.J.A. Adriani, pajak merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara serta penyelenggaraan pemerintahan.
Jenis-Jenis Pajak
a. Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan atas pajak langsung dan pajak
tidak langsung. Pajak langsung dipikul sendiri oleh wajib pajak, contohnya pajak
penghasilan, pajak bumi dan bangunan. Pajak tidak langsung dikenakan atas perbuatan
atau peristiwa, contohnya pajak pertambahan nilai, pajak penjualan, dan cukai.
b. Berdasarkan lembaga pemungut, pajak dibedakan atas pajak negara (pemerintah
pusat) dan pajak daerah (pemerintah daerah)
c. Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan atas pajak subyektif dan pajak obyektif. Pajak
subyektif adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya (wajib pajak), contohnya pajak
penghasilan. Pajak obyektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan obyeknya tanpa
memperhatikan wajib pajak, contohnya pajak penjualan dan cukai.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pungutan pajak sifatnya wajib
dan dapat dipaksakan. Kelalalaian kewajiban membayar pajak bisa dikenai sanksi.
Dalam pemungutannya, pajak diatur dengan undang-undang dan peraturan-peraturan
yang memberikan rasa keadilan sekaligus kepastian hukum.
Selain pajak, pemerintah juga memiliki pungutan resmi lain selain pajak,
yaitu retribusi. Retribusi ialah pungutan langsung yang ditarik oleh pemerintah daerah
dengan pemberian fasilitas kepada yang melakukan pembayaran. Retribusi dibagi atas
dua golongan, yakni Retribusi Jasa Umum (obyeknya jasa umum) dan Retribusi Jasa
Usaha (obyeknya jasa usaha). Tidak seperti pajak, dalam retribusi biasanya pemerintah
memberikan imbalan langsung kepada pembayarnya.
Selain retribusi, pungutan lain adalah sumbangan wajib. Pungutan yang termasuk
sumbangan wajib adalah sumbangan wajib perbaikan jalan (SWPJ), Sumbagan Wajib
Lalu-Lintas Jalan Raya (SWLLJR).
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
berikut jenis-jenis pajak daerah :
1. Pajak Provinsi, antara lain, terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan,
dan Pajak Rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota, misalnya, terdiri atas Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Meskipun secara sepintas terlihat sama antara pajak dan pungutan resmi lainnya, tapi
terdapat terdapat beberapa perbedaan antara pajak dengan pungutan resmi lainnya,
yakni :
a. Dasar Hukum
Pada pajak, dasar hukum diatur berdasarkan undang-undang. Sedangkan pungutan
resmi lainnya berdasarkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri atau pejabat yang
lebih rendah.
b. Balas Jasa
Pada pajak, balas jasanya tidak dapat diperoleh secara langsung. Sedangkan pungutan
resmi lainnya, balas jasanya dapat dinikmati secara langsung.
c. Obyek Pemungutan
Pada pajak, obyek pemungutannya bersifat umum. Artinya, pajak berlaku pada semua
orang yang memenuhi syarat. Sedangkan pungutan resmi lainnya diberlakukan hanya
kepada orang yang mempergunakan suatu jasa tertentu.
d. Sifat dan Sanksi
Pajak sifatnya memaksa, jika ada yang tidak membayar maka dapat dikenai sanksi
hukum. Sedangkan pungutan resmi lainnya dapat dipaksakan, tetapi keputusan
diserahkan kepada pihak yang bersangkutan untuk membayar atau tidak.
e. Lembaga Pemungut
Pajak atau pun pungutan resmi lainnya dapat dipungut oleh pemerintah pusat atau
daerah.
f. Cara Perhitungan
Pada pajak, cara perhitungannya dilakukan sendiri oleh wajib pajak. Adapun pungutan
resmi lainnya diperhitungkan oleh aparatur negara.
g. Jatuh Tempo
Pajak jatuh tempo sesuai dengan tahun pajak, sementara pungutan resmi lainnya
disesuaikan dengan pemakaian.
h. Surat Ketetapan Akhir
Dalam pajak terdapat surat ketetapan akhir, sedangkan pungutan resmi lainnya tidak.
1. Self Assessment
Self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-
undang perpajakan. Dalam tata cara ini, kegiatan pemungutan pajak bertumpu pada
aktivitas masyarakat sendiri, yang diberi kepercayaan untuk :
a) Menghitung sendiri jumlah pajak yang terutang.
b) Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar.
c) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.
Tata cara ini akan berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan
disiplin pajak yang tinggi.
Ciri-ciri sistem self assessment adalah:
• Adanya kepastian hukum.
• Sederhana penghitungannya.
• Mudah pelaksanaan
• Lebih adil dan merata.
• Penghitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.
2. Official Assessment
Official assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana aparatur
perpajakan menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang terutang.
Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan dalam penghitungan maupun pemungutan
pajak sepenuhnya ada pada aparatur perpajakan. Sistem ini akan berhasil dengan baik
bila aparatur perpajakan telah memenuhi standar kualitas maupun kuantitas.
3.Witholding System
Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana penghitungan
besarnya pajak terutang dari seorang wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga.