Anda di halaman 1dari 4

Prinsip Konstruksi Naratif

Cerita ada di sekitar kita. Di masa kecil, kita sering mendengar dongeng
ketika, kita tumbuh dewasa kita sering membaca cerita pendek, novel, sejarah, dan
biografi. Bahkan ilmu agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan menyajikan doktrin
mereka melalui perumpamaan dan cerita. Drama, film, acara-acara televisi, buku,
komik, lukisan, tari dan banyak fenomena budaya lain memiliki cerita. Dan ketika
kita meminta penjelasan mengenai sesuatu peristiwa, kita dapat mengatakan “apa
ceritanya”?. Ini dapat disimpulkan bahwa naratif merupakan cara dasar manusia
memahami dunia.

Ketika kita pergi ke bioskop, pastilah kita akan melihat sebuah film naratif-
sebuah film yang menceritakan sebuah cerita. Bentuk naratif yang paling umum dapat
kita lihat pada film fiksi. Tetapi sebenarnya naratif dapat muncul disemua genre film,
seperti film dokumenter maupun film animasi juga memilki unsur naratif.

Sebagaimana penononton menonton sebuah film, dia akan beusaha mencari


petunjuk, mengingat informasi film, berusaha mengantisipasi bagaimana kronologis
cerita, dan umumnya berpartisipasi dalam penciptaan bentuk film. Film akan
membentuk harapan tertentu dengan menciptakan rasa penasaran, ketegangan, dan
kejutan. “Ending” atau akhir cerita akan mengakhiri kronologi cerita film dengan
memuaskan penonton atau menggantungkan cerita. Ending juga bersifat merangsang
memori penonton untuk mengingat peristiwa sebelumnya, apakah akhirnya seperti
yang telah diprediksi oleh penonton ataukah memiliki ending yang berbeda, sehingga
penonton mendapat kejutan. Ini artinya bahwa naratif mempertimbangkan bagaimana
penonton dapat ikut terlibat dalam cerita.
Naratif itu apa?

Naratif adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan dan terikat oleh
logika sebab-alibat yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu. Biasanya nartaif
dimulai dengan sebuah situasi; serangkaian perubahan dalam cerita selanjutnya
terjadi sesuai dengan pola sebab-akibat hingga muncul peristiwa lain yang akan
menjadi akhir cerita. Semua komponen tersebut didefinisikan sebagai kausalitas.
Sebuah kejadian tidak bisa terjadi begitu saja tanpa kausalitas. Dalam sebuah film
cerita sebuah kejadian pasti disebabkan oleh kejadian sebelumnya. Misalnya, shot A,
terlihat seorang gadis kecil terjatuh dari sepeda, kemudian shot B, tampak gadis kecil
tadi terluka dan menangis kesakitan. Gadis kecil tersebut terluka dan menangis
kesakitan Karena terjatuh dari sepeda. Jika urutan dibalik, maka akan
membingungkan, karena tidak terbentuk logika sebab-akibat. Contoh sederhana
tersebut memperlihatkan bahwa betapa pentingnya kausalitas, ruang, dan waktu
dalam membentuk naratif film.

Plot dan Cerita

Naratif dipahami dengan sebuah kejadian yang dihubungkan dengan logika


sebab dan akibat. Kita sering pula menyimpulkan peristiwa tidak hanya dihadirkan
secara eksplisit. Kemudian dapat di tarik perbedaan antara cerita dan plot (terkadang
disebut dengan cerita dan wacana).

Cerita merupakan semua peristiwa baik yang tersaji dalam film maupun tidak.
Sedangkan plot adalah rangkaian peristiwa yang disajikan secara visual maupun
audio dalam film. Sebuah film mampu memanipulasi cerita melalui plot.

Definisi awal kita dan perbedaan antara plot dan cerita merupakan satu set alat
untuk menganalisis bagaimana naratif dalam sebuah film. Kita akan melihat bahwa
perbedaan cerita-plot mempengaruhi semua tiga aspek narasi: kausalitas, waktu, dan
ruang
Sebab dan Akibat

Jika naratif sangat bergantung pada hubungan sebab dan akibat, lalu kemudian
hal-hal apa yang berfungsi sebagai naratif? Biasanya, pelaku dari sebab dan akibat
adalah karakter. Karakter berperan untuk memicu reaksi dalam cerita. Dalam setiap
film yang memiliki naratif, baik film fiksi maupun film documenter, karakter selalu
menciptakan penyebab dan efek yang menarik. Dalam film, setiap karakter dapat
dibedakan karena masing-masing karakter memiliki ciri-ciri, sifat, sikap,
keterampilan dan psikologis yang berbeda-beda. Dalam sistem film, karakter
menciptakan sesuatu terjadi dan dapat pula menanggapi peristiwa. Namun
sebenarnya, tidak semua efek “penyebab” naratif dalam film disebabkan karena
karakter. Pada beberapa film dapat ditemukan bencana alam seperti gempa bumi atau
tsunami dapat memicu “penyebab”.
Secara umum, penonton berusaha untuk menghubungkan setiap adegan dalam
film menggunakan logika sebab-akibat. Dengan memngingat kejadian-kejadian
dalam film, penonton cenderung membayangkan kemungkinan apa penyebab
peristiwa dalam film dapat terjadi. itu artinya, penonton mencari motif kausalitas.
Dalam beberapa genre film tertentu, seperti pada film detektif, horor dan fiksi-ilmiah,
biasanya plot film dapat menunda memperlihatkan faktor “penyebab” pada penonton,
hal ini dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan ketegangan penonton.

Waktu
Di sini sekali lagi perbedaan cerita dan plot dapat membantu bagaimana
waktu membentuk sebuah pemahaman naratif. Seperti saat menonton film, penonton
membangun membangun waktu cerita atas dasar apa yang disajikan oleh plot.
Sebagai contoh, plot dapat dihadirkan dari kronologis peristiwa. Di Citizen Kane, kita
melihat kematian seorang pria sebelum kita melihat masa mudanya, dan kita harus
membangun versi kronologis hidupnya. Bahkan jika peristiwa ditampilkan dalam
urutan kronologis, namun plot tidak menunjukkan setiap detail peristiwa dari awal
hingga akhir. Penonton berasumsi bahwa karakter menghabiskan waktunya untuk
berbagai aktifitas. tapi durasi cerita yang mengandung aksi yang tidak relevan hanya
telah terlampaui.

Anda mungkin juga menyukai