Anda di halaman 1dari 8

I.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


MANAJEMEN NYERI

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Dimas Arjuna (201710300511104)


2. Widya Rahmawati (201810300511039)
3. Anggi Srimawarni Putri (201810300511044)
4. Elvira Putri Salsabela (201810300511045)
5. Irma Yusida (201810300511047)
6. Wahyu Tirta Kusuma (201810300511050)
7. Dewanto Wijiantomo (201810300511051)
8. Endang Susilowati (201810300511053)
9. Nurul Ainun Syamsiah (201810300511061)
10. Novia Parameswari Putri (201810300511062)
11. Siti Nur Haliza (201810300511066)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MANAJEMEN NYERI

Topik :

Sasaran :

Tempat :

Hari / tanggal :

Waktu :

I. Tujuan instruksional umum

II. Tujuan instruksional khusus

III. Sasaran

IV.Materi

1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan yang meningkat dan sensasinya sangat
subyektif, serta menimbulkan gangguan dan perubahan aktifitas fisik, psikis yang
meliputi emosi, pola fikir dan sebagainya.
2. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Reaksi Nyeri
Menurut Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Reaksi Nyeri antara lain :
- Usia
- Jenis Kelamin
- Budaya
- Perhatian
3. Tujuan manajemen nyeri non pharmacologis
 Menangani nyeri akut atau kronis
 Memberikan rasa nyaman
 Mengurangi ketergantungan pasien pada obat-obatan penghilang rasa
sakit.
4. Cara sederhana mengatasi nyeri :
a. Distraksi (Pengalihan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri
yangsedang dirasakan)
Contoh :
 Membayangkan hal-hal yang indah
 Membaca buku, Koran sesuai yang di sukai
 Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
b. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom.
Tiga hal penting dalam relaksasi adalah :
 Posisi yang tepat
 Pikiran tenang
 Lingkungan tenang

Teknik relaksasi:

 Ciptakan lingkungan yang tenang


 Usahakan tetap rileks dan tenang
 Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3
 Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
 Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
 Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan
 Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
 Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
 Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
 Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
 Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
5. Stimulasi kulit
Strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana, yaitu dengan menggosok
kulit. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,sering dipusatkan
pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
masase membuat relaksasi otot.
6. Klasifikasi Nyeri
 Berdasarkan waktu nyeri :
a. Nyeri akut  (< 6 bulan) : Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba- tiba
dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut merupakan
nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri kronik : Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik merupakan nyeri yang
dirasakan selama lebih dari 6 bulan
Menurut [ CITATION Suw17 \l 1057 ] nyeri secara esensial dapat dibagi menjadi dua,
yaitu nyeri adaptif dan nyeri maladaptif. Nyeri adaptif berperan dalam proses
survival dengan melindungi organ dari cedera atau sebagai penanda adanya proses
penyembuhan dari cedera. Nyeri maladaptif terjadi jika terdapat proses patologis
pada sistem saraf atau akibat dari abnormalitas respon sistem saraf. Kondisi ini
merupakan suatu penyakit (pain as a disease).
Pada praktek klinis sehari-hari kita mengenal 4 jenis nyeri :
a. Nyeri Nosiseptif : Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan
kerusakan jaringan. Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi
khusus karena berlangsung singkat. Nyeri ini dapat timbul jika ada
stimulus yang cukup kuat sehingga akan menimbulkan kesadaran akan
adanya stimulus berbahaya, dan merupakan sensasi fisiologis vital.
Contoh: nyeri pada operasi, dan nyeri akibat tusukan jarum.
b. Nyeri inflamatorik : adalah nyeri dengan stimulasi kuat atau
berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan atau lesi jaringan. Nyeri
tipe II ini dapat terjadi akut dan kronik dan pasien dengan tipe nyeri ini,
paling banyak datang ke fasilitas kesehatan. Contoh: nyeri pada
rheumatoid artritis.
c. Nyeri Neuropatik : Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem
saraf perifer (seperti pada neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia,
radikulopati lumbal, dll) atau sentral (seperti pada nyeri pasca cedera
medula spinalis, nyeri pasca stroke, dan nyeri pada sklerosis multipel).
d. Nyeri Fungsional : Bentuk sensitivitas nyeri ini ditandai dengan tidak
ditemukannya abnormalitas perifer dan defisit neurologis. Nyeri
fungsional disebabkan oleh respon abnormal sistem saraf terutama
hipersensitifitas aparatus sensorik. Beberapa kondisi umum yang memiliki
gambaran nyeri tipe ini antara lain fibromialgia, irritable bowel syndrome,
beberapa bentuk nyeri dada non-kardiak, dan nyeri kepala tipe tegang.
Tidak diketahui mengapa pada nyeri fungsional susunan saraf
menunjukkan sensitivitas abnormal atau hiperresponsif

7. Tanda dan Gejala Nyeri


a. SUARA :
 Menangis
 Merintih
 Menarik/Menghembuskan nafas
b. EKSPRESI WAJAh
 Meringis
 Menggigt lidah , mengatupkan gigi
 Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
d. menggigit bibir
c. PERGERAKAN TUBUH
 Kegelisahan
 Mondar-mandir
 Gerakan menggosok atau berirama
 Bergerak melindungi tubuh
 Otot tegang
d. INTERAKSI SOSIAL
 Menghindari percakapan dan kontak sosial
 Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
 Disorientasi waktu
8. Evaluasi Klinis Nyeri
Menurut [ CITATION Suw17 \l 1057 ] klinisi sebaiknya mempunyai
kemampuan untuk mengukur nyeri dan dampaknya pada setiap pasien. Konsep
lama yang menyatakan bahwa nyeri hanya bisa dirasakan atau dilaporkan oleh
penderita (subjektif) hendaknya mulai ditinggalkan karena saat ini penanganan
nyeri yang adekuat harus bisa menerjemahkan keluhan nyeri subjektif tersebut ke
hal yang objektif dan dapat diukur dalam berbagai aspek, supaya kita mengerti
apa yang harus kita lakukan.
Hal yang selalu harus diingat dalam melakukan penilaian nyeri diantaranya adalah
melakukan penilaian terhadap:
a. Intensitas nyeri
b. Lokasi nyeri
c. Kualitas nyeri, penyebaran dan karakter nyeri
d. Faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri
e. Efek nyeri pada kehidupan sehari-hari
f. Regimen pengobatan yang sedang dan sudah diterima
g. Riwayat manajemen nyeri termasuk farmakoterapi, intervensi dan respon
terapi
h. Adanya hambatan umum dalam pelaporan nyeri dan penggunaan
analgesik
Intensitas dan penentuan tipe nyeri sangat penting karena menyangkut jenis
pengobatan yang sesuai yang sebaiknya diberikan terutama terapi farmakologis.
Beberapa alat ukur yang sudah umum dipakai untuk mengukur intensitas nyeri
adalah Visual analogue scale (VAS) atau Numeric Pain Scale (NPS) dan
membedakan tipe nyeri antara lain adalah ID Pain Score).
DAFTAR PUSTAKA

II.
Suwondo, B. S., Meliala, L., & Sudadi. (2017). Buku Ajar Nyeri. Yogyakarta: Perkumpulan
Nyeri Indonesia.

https://www.academia.edu/8513549/SAP_MANAJEMEN_NYERI

https://notesputih.wordpress.com/2015/06/11/sap-leaflet-manajemen-nyeri-nonfarmakologi/

Anda mungkin juga menyukai