Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ade Nopy Ruthmitasari

NIM : 201810300511033

FIKIH IBU HAMIL

A. Pengertian Ilmu Fiqih


Secara etimologi, fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqhan yang berarti
pemahaman.1 Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini, adalah pemahaman tentang
agama Islam. Dengan demikian, fiqh menunjuk pada arti memahami agama Islam
secara utuh dan komprehensif (Harisudin, 2019).

B. Pengertian Perkawinan
Perkawinan menurut fikih dikatakan sah apabila: 1) mempelai perempuan halal
dinikahi oleh laki-laki yang akan menjadi suaminya, 2) dihadiri dua orang saksi laki-
laki, 3) ada wali mempelai perempuan yang melakukan akad. Syarat ketiga ini
dianut muslim di Indonesia dan merupakan pendapat Syafi’i, Ahmad bin Hanbal,
Ishaq bin Rahawaih, Hasan Basari, Ibn Abi Layla dan Ibn Syubrumah (Wibisana,
2017).

C. Pembuahan Buatan
Yang dimaksud dengan pembuahan buatan yaitu terjadi kehamilan bukan dengan
jalan hubungan senggama seperti biasa. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Dr.
Zakaria al-Barri, "Hal itu boleh jika air maninya diambil dari suami, dan adanya
kebutuhan yang mendesak seperti pada keadaan salah satu dari pasangan suami isteri
yang sama-sama menginginkan keturunan terdapat halangan untuk hamil jika
dilakukan dengan cara normal. Haram hukumnya jika air maninya diambil dari selain
suami, karena hal itu semakna dengan zina dan adanya pembauran nasab, juga me-
nisbatkan seorang anak kepada bapak padahal air maninya bukan berasal darinya.
Nasab dalam keadaan pertama tetap bagi sang suami, karena ia anaknya, dan telah
diciptakan dari air maninya, demikian pula sang anak memiliki hak-hak sebagai anak.
Adapun nasab pada keadaan kedua yang diharamkan, maka hukum nasabnya sama
dengan hukum nasab anak akibat perbuatan zina ibunya, suami menafikannya, maka
hilanglah nasabnya.2sa
Lembaga Fatwa Mesir telah menetapkan bolehnya proses seperti ini dengan syarat-
syarat dan aturan yang telah kami isyaratkan sebelumnya. Fatwa ini dikeluarkan
dengan sebelas kaidah yang sangat teliti.
Kaidah tersebut adalah:
1. Menjaga nasab merupakan salah satu tujuan mendesak yang dengannya
syari'at Islam akan tegak, karena itulah disyari'atkan menikah dan
mengharamkan perbuatan zina dan adopsi (menasabkan seseorang kepada
bukan bapaknya).
2. Pemenuhan biologis dengan cara berhubungan langsung ^ntarasuami isteri
adalah satu-satunya cara yang sesuai dengan tabi'at dan naluri masing-masing.
Tidak diperbolehkan untuk melakukan selain cara tersebut, kecuali karena
darurat.
3. Berobat dengan sesuatu yang tidak haram diperbolehkan secara hukum,
bahkan dapat menjadi kewajiban jika hal itu berdampak kepada menjaga jiwa,
dan mengobati kemandulan di salah satu Pasangan suamr rsten.
4. Membuahi isteri dengan air mani suaminya sendiri dengan tidak ada keraguan
pencampurannya dengan orang lain atau hewan secara mutlak adalah sesuatu
yang diperbolehkan secara syar'i. Jika hal itu sudah tetap, maka tetaplah nasab
baginya. Jika hal itu dari mani orang lain, maka hal itu diharamkan secara
syar'i dan termasuk ke dalam makna zina, juga segala dampak yang
dihasilkannya.
5. Membuahi sel telur seorang wanita dengan mani seorang lakilaki yang bukan
suaminya, kemudian sel telur yangtelah dibuahi dipindahkan ke rahim isteri
laki-laki yang memiliki mani, ini diharamkan dan masuk ke dalam maknazina.
6. Sel telur seorang isteri yang tidak hamil diambil dan dibuahi di luar rahimnya
(pada tabung), lalu dikembalikan ke rahim si isteri setelah menyuburk
^nny^tanpa penggantian atau pencampuran mani yang lainnya, atau hewan
karena alasan medis, dan berdasarkan nasihat dokter ahli dan berpengalaman
yang menentukan cara ini -maka kondisi seperti ini di-perbolehkan secara
syari'at.
7. Pembuahan antara sel telur isteri dengan mani suaminya yang dicampurkan
pada rahim betina bukan manusia seperti hewan untuk waktu tertentu,
kemudian janin tersebut dikembalikan kepada pemiliknya. Hal ini bisa
menimbulkan kerusakan terhadap ciptaan Allah di bumi dan perbuatannya
diharamkan.
8. Seorang suami yang menganggap seseorang sebagai anaknyapadahal
kehamilannya dengan salah satu car^ yangdiharamkan, maka anak tersebut
tidak bisa menjadi anaknya secara syar'i. Seorang suami yang menerima
isterinya hamil dengan air mani dari orang lain, baik dengan perbuatan
zinayangnyataatau dengan sesuatu yang semakna dengannya dinamakan oleh
Islam sebagai dalryuts (gelar buruk bagi suami yang tidak bertanggung
jawab).
9. Setiap anak yang tumbuh dengan c rayang diharamkan apalagi dengan cara
pembuahan buatan, tidak bisa dinasabkan kepada bapaknya, akan tetapi
dinasabkan kepada wanita yang mengandung dan melahirkannya dengan
mempertimbangkan keadaan lahir secara alami persis seperti anak yang
dihasilkan dari perzinahan.
10. Dokter adalah orang yang lebih mengetahui pelaksanaan pembuahan buatan
bagaimanapun bentuknya. Jika perbuatannya itu dilakukan di dalam bentuk
yang tidak disyari'atkan maka dia berdosa dan usahanya itu diharamkan. Maka
dia harus bekerja pada batasan-batasan yang di-perbolehkan. 11. Mendirikan
bank mani orang-orang yang memiliki sifat-sifat tertentu untuk membuahi
para wanita yang memiliki sifat-sifat tertentu pula adalah keburukan yang
sangat menhancurkan tatanan sebuah keluarga bahkan bisa berakhirdengan
hancurnya kehidupan keluarga sebagaimana dikehen-daki oleh Allah (Haji,
Umrah, Haii, & Hukumnya, n.d.)
D. Hamil Diluar Nikah
Hamil diluar nikah merupakan sesuatu yang sangat tabu di Indonesia dan
merupakan hal yang masuk kategori zina dalam Islam. Hamil di luar nikah merupakan
perbuatan zina yang seharusnya dihukum dengan kriteria Islam. Ketika hamil diluar
nikah telah terjadi maka akan muncul masalah yaitu aib bagi keluarga. Dengan
terjadinya hamil diluar nikah, maka pasangan tersebut diharuskan untuk segera
menikah demi melindungi keluarga dari aib yang lebih besar.
Sebuah hal yang berbeda ketika pernikahan dilakukan oleh seseorang yang didahului
dengan perbuatan tidak halal misalnya melakukan persetubuhan antara dua jenis
kelamin yang berbeda diluar ketentuan hukum Islam dan undang-undang perkawinan
yang berlaku. Pernikahan ini bisaanya dinamakan perkawinan akibat perzinaan.
Terdapat beberapa hal yang yang memotivasi terjadinya perkawina wanita
hamil karena zinah diantaranya:
1. Untuk menutup aib, karena sebelum terjadi kehamilan laki-laki ini sudah bolak-
balik mengajak wanita yang dihamilinya untuk menikah tetapi siwanita tidak mau
dengan berbagai macam alasan diantaranya, belum mau direpoti dengan anak dan
suami, mau berkarir dulu,malah wanita yang dihamili berkata mana tau masih ada
pilihan yang lebih baik ( jodoh yang lebih baik) sebenarnya waktu siwanita ini hamil,
pada mulanya si laki-laki tidak mau bertanggung jawab karena kesal atas penolakan –
penolakan si wanita selama ini dan sempat menghilang tapi karena untuk menutup aib
dan mungkin masih cinta dia kembali lagi dan mau menikahi wanita yang dihamilinya
tersebut.
2. Harus bertanggung Jawab dengan perbuatan yang dilakukannya, karena telah
menghamili wanita tersebut, walaupun pada awalnya mereka tidak ingin sampai
kehamilan ini terjadi, mungkin karena seringnya bersama sehingga hal-hal yang tidak
diinginkan pun terjadi.
3. Untuk menutup malu karena merupakan aib bagi keluarga, baik bagi keluarga laki-
laki terlebih bagi keluarga perempuan (Millah, 2017).

Anda mungkin juga menyukai