Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERTUNJUKAN SENI ACEH


Mata Kuliah : Adat Istiadat Aceh
Dosen Pengampu : Zulfahmi, M.Ag

Oleh:
Farah Bru Yovana
Nim : 201261098

INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
(2020/2021)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidaya
h-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudulCandi Suku
h ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tuga
s dari Bpk Zulfahmi  pada bidang studi Adat Istiadat Aceh. Selain itu, makalah in
i juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Seni Pertunjukan Aceh bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Zulfahmi, selaku dosen bidang
studi Adat Istiadat Aceh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurn
a. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi ke
sempurnaan makalah ini.

Farah Bru Yovana

Takengon, Aceh Tengah 04/11/2020 

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………......
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah…………………………………….……….

1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………...

1.3. Tujuan Pembahasan…………………………………………………


BAB II PEMBAHASAN
2.1.Adat Istiadat ………………………………………………….….….
2.2.Macam-Macam Adat Istiadat Aceh………………………..…….….
2.3.Macam-Macam Adat Istiadat Aceh Di atas Beserta Gambarnya……
a. Upacara Perkawinan……………………………………………
b. Upacara Peutron Tanoh ( Turun Tanah )…………………………
c. Tradisi Makan Dan Minum………………………………………
d. Senjata Khas Masyarakat Aceh ( Rencong )………………………
e. Rumah Adat Masyarakat Aceh ( Rumoh Aceh )…………………..
2.4.Macam-Macam Tarian aceh………………………………………...
BAB III PENUTUPAN
3.1.Kesimpulan……………………………………………………..….
3.2.Saran……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena ber
sifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Negara Indonesia
adalah satu Negara yang besar serta terdiri beribu-ribu Pulau serta terdiri dari bermacam-macam
Suku. Diantara sekian banyak Suku-suku yang ada di Negara Indonesia yang begitu luas, disini P
enulis ingin membahas tentang Adat Istiadat satu daerah yang berada di ujung paling barat pulau
sumatera wilayah Indonesia yaitu Nanggroe Aceh Darussalam. 

Aceh adalah sebuah entitas suku dan wilayah, tentunya ini sangat berbeda dengan suku at
au wilayah lainnya di Indonesia. Masyarakat Aceh adalah masyarakat yang pluralistis dan “terbu
ka”. Di daerah Nanggroe Darussalam ini terdapat beberapa sub etnis, yaitu Aceh, Alas, Aneuk Ja
mee, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Diantara sub etnis diatas, setiap etnis mempu
nyai adat istiadat yang berbeda, dan ini menjadi sebuah keistimewaan dari beberapa suku yang a
da di indonesia.

Dalam masyarakat Aceh, adat merupakan sesuatu yang tertulis ataupun tak tertulis yang
menjadi pedoman didalam bermasyarakat Aceh. Nah, adat yang dipahami ini merupakan titah da
ri para pemimpin dan para pengambil kebijakan guna jalannya sistim dalam masyarakat. Dalam
masyarakat Aceh, adat atau hukum adat TIDAK boleh bertentangan dengan ajaran agama islam.
Sesuatu yang telah diputuskan oleh para pemimipin dan ahli tersebut haruslah seirama dengan ke
tentuan syariat. Dan jika adat ini bertentangan Ajaran Syariat maka hukum adat itu akan dihapus
kan. Inilah bukti bahwa masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi Nilai-nilai keagamaan.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu Adat Istiadat?
2. Sebutkan Macam-Macam Adat Istiadat Aceh?
3. Jelaskan Dari Macam-Macam Adat Istiadat Aceh Di atas Beserta Gambarnya?
4. Macam-Macam Tarian Aceh?
1.3. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Apa Itu Adat Istiadat
2. Mengetahui Macam-Macam Adat Istiadat Aceh
3. Mengetahui Penjelasan Dari Macam-Macam Adat Istiadat Aceh Beserta Gambarnya
4. Mengetahui Macam-Macam Tarian Aceh

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan aturan atau tata kelakuan yang dihormati dan dipatuhi oleh
masyarakat secara turun temurun. Fungsinya untuk mengatur masyarakat agar tercipta ketertiban
di suatu daerah.
Secara etimologi, kata adat sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni “adah” yang artinya
cara atau kebiasaan. Dalam hal ini, adat diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan berulang
sehingga menjadi kebiasaan yang harus dipatuhi masyarakat di suatu lingkungan.
Adat istiadat memiliki beberapa unsur pembentuk, yaitu nilai budaya yang dianggap
penting oleh masyarakat, sistem norma, sistem hukum yang tegas, dan aturan khusus yang
bersifat mengikat masyarakat. Berdasarkan bentuknya, adat istiadat dapat dibedakan menjadi
tertulis dan tidak tertulis. Adat tertulis biasanya berupa penataran desa. Kemudian, adat tidak
tertulis dapat berupa upacara adat seperti ngaben di Bali atau acara sesajen pada masyarakat
Jawa.
Meskipun tidak tertulis, adat istiadat tetap memiliki pengaruh yang kuat dan mengikat unt
uk masyarakat. Jika ada yang melanggar, akan ada sanksi sebagai hukumannya. Biasanya, sanksi
tersebut berupa sanksi sosial seperti pengucilan dari masyarakat.

2.2 Macam-Macam Adat Istiadat Aceh

a. Upacara Perkawinan
b. Upacara Peutron Tanoh ( Turun Tanah )
c. Tradisi Makan Dan Minum
d. Senjata Khas Masyarakat Aceh ( Rencong )
e. Rumah Adat Masyarakat Aceh ( Rumoh Aceh )

2.3 Macam-Macam Adat Istiadat Aceh Di atas Beserta Gambarnya


a. Upacara Pernikahan
Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral di dalam budaya masyarakat Aceh sebab h
al ini berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan. Perkawinan mempunyai nuansa tersendiri dan
sangat dihormati oleh masyarakat. Upacara perkawinan pada masyarakat Aceh merupakan seran
gkaian aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh (suami/istri), pertun
angan dan hingga upacara peresmian perkawinan.

Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, terlebih dahul
u tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki-laki
dan pengantin perempuan di rumahnya masing-masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pe
ngantin dihiasi dengan inai. Selama upacara meugaca/boh gaca pada malamnya diadakan malam
pertunjukan kesenian seperti tari rabana, hikayat, pho, silat, dan meuhaba atau kaba (cerita donge
ng). Tapi adat ini ada sebahagian daerah di aceh yang tidak lagi melaksanakannya.

Pada puncak acara peresmian perkawinan, maka diadakan acara pernikahan. Acara ini dilakukan
oleh kadli yang telah mendapat wakilah (kuasa) dari ayah dara baro (Pengantin Wanita). Qadli di
dampingi oleh dua orang saksi di samping majelis lainnya yang dianggap juga sebagai saksi. Ke
mudian jinamai (mahar) diperlihatkan kepada majelis dan selanjutnya kadli membaca do’a (khut
bah) nikah serta lafadz akad nikah, dengan fasih yang diikuti oleh linto baro (pengantin Pria) den
gan fasih pula. Apabila lafadz sudah dianggap sempurna, kadli mengangguk minta persetujuan k
edua saksi tadi. Bila saksi belum menyetujui, maka linto harus mengulangi lagi lafadz nikah terse
but dengan sempurna.

Setelah selesai acara nikah, linto baro dibimbing ke pelaminan persandingan, di mana dar
a baro telah terlebih dahulu duduk menunggu. Sementara itu dara baro bangkit dari pelaminan un
tuk menyembah suaminya. Penyembahan suami ini disebut dengan seumah teuot linto. Setelah d
ara baro seumah teuot linto, maka linto baro memberikan sejumlah uang kepada dara baro yang d
isebut dengan peng seumemah (uang sembah).

b. Upacara Peutron Tanoh ( Turun Tanah )

Upacara turun tanah (peutron tanoh) diadakan setelah bayi berumur tujuh hari atau 2 tahu
n. Dalam jangka waktu yang cukup untuk mempersiapkannya, lebih-lebih anak pertama yang ser
ing diadakan upacara cukup besar, dengan memotong kerbau atau lembu. Pada upacara ini bayi d
igendong oleh seseorang yang terpandang, baik perangai dan budi pekertinya. Orang yang meng
gendong memakai pakaian yang bagus-bagus. Waktu turun dari tangga ditundungi dengan sehela
i kain yang dipegang oleh empat orang pada setiap sisi kain itu. Di atas kain tersebut dibelah kela
pa agar bayi tadi tidak takut terhadap suara petir. Belahan kelapa dilempar dan sebelah lagi dilem
par kepada wali karong. Salah seorang keluarga dengan bergegas menyapu tanah dan yang lain
menampi beras bila bayi itu perempuan, sedangkan bila bayi itu laki-laki salah seorang keluarga
tersebut mencangkul tanah, mencencang batang pisang atau batang tebu. Kemudian sejenak bayi
itu dijejakkan di atas tanah dan akhirnya dibawa berkeliling rumah atau mesjid sampai bayi itu di
bawa pulang kembali ke rumah.

c. Tradisi Makan Dan Minum

Makanan pokok masyarakat Aceh adalah nasi. Perbedaan yang cukup menyolok di dalam
tradisi makan dan minum masyarakat Aceh dengan masyarakat lain di Indonesia adalah pada lau
k-pauknya. Lauk-pauk yang biasa dimakan oleh masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercitra ras
a seperti masakan India. Lauk-pauk utama masyarakat Aceh dapat berupa ikan, daging (kambing
/sapi). Di antara makanan khas Aceh adalah gulai kambing (Kari Kambing), sie reboih, keumam
ah, eungkot paya (ikan Paya), mie Aceh, dan Martabak. Sedangkan dalam tradisi minum pada m
asyarakat Aceh adalah kopi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada pagi hari kita mel
ihat warung-warung di Aceh penuh sesak orang yang sedang menikmati makan pagi dengan nasi
gurih, ketan/pulut, ditemani secangkir kopi atau pada siang hari sambil bercengkrama dengan te
man sejawat makan nasi dengan kari kambing, dan sebagainya.

d. Senjata Khas Masyarakat Aceh ( Rencong )


Senjata khas Adat masyarakat aceh yang sampai dengan saat ini masih digunakan oleh m
asyarakat Aceh adalah Rencong atau Rincong. Rencong atau Rincong adalah senjata pusaka bagi
rakyat Aceh dan merupakan simbol keberanian,keperkasaan,pertahanan diri dan kepahlawanan a
ceh dari abad ke abad.

Rencong telah dikenal pada awal Islam Kesultanan di abad ke-13. Di jaman Kerajaan Ac
eh Darussalam rencong ini tidak pernah lepas dari hampir setiap pinggang ( selalu diselipkan dipi
nggang depan ) rakyat Aceh yang rata- rata punya keberanian luar biasa baik pria maupun
wanita karena rencong ini bagi orang Aceh ibarat tentara dengan bedilnya yang merupakan simb
ol keberanian, kebesaran, ketinggian martabat dan keperkasaan orang Aceh sehingga orang-oran
g portugis atau portugal harus berpikir panjang untuk mendekati orang Aceh.

e. Rumah Adat Masyarakat Aceh ( Rumoh Aceh )


Rumah Aceh atau Rumoh Aceh dalam bahasa Aceh adalah rumah adat Aceh yang berben
tuk rumah panggung dengan denah rumah berupa persegi panjang dan diposisikan dari timur ke
barat agar tidak sulit menentukan arah kiblat sedangkan tampak depan menghadap utara-selatan.
Salah satu ciri khas rumoh Aceh ini adalah tiang-tiang penopang rumah yang sangat tinggi, yaitu
sekitar 2,5-3 meter. Luas bangunannya pun minimal 200 m2 dengan ketinggian dasar lantai hing
ga atap mencapai 8 m. Walaupun memiliki ukuran yang besar salah satu kehebatan rumoh aceh i
ni adalah pembangunannya yang hanya menggunakan tali ijuk, pasak serta baji dengan material
utamanya kayu, papan dan daun rumbia untuk atapnya. Namun hingga hari ini rumah aceh ini m
asih berdiri tegak setelah dibangun lebih dari 200 tahun.

2.4 Macam-Macam Tarian Aceh


1. Tari Saman
Tari Saman, tarian tradisional ini dulunya adalah tarian etnis Suku Gayo, dimana ras
tersebut sebagai ras tertua di pesisir Aceh saat masa itu.Saat itu tarian ini bertujuan sebagai
media untuk menyebarkan agama Islam. Sekarang, tarian ini bersifat hiburan dan sering
dibawakan untuk mengisi festival kesenian dimancanegara.
Tarian ini kira-kira dimainkan oleh 9 atau lebih, yang terpenting jumlahnya harus ganjil. Tapi
ngomong-ngomong tentang Tari Saman, saya sempat membaca didunia maya sempat terjadi
kontroversi tentang tarian ini.

2. Tari Laweut Aceh


Tarian tradisional selanjutnya adalah tari laweut, kata "laweut" berasal dari shalawat atau
pujian pada Nabi Muhammad SAW. Tarian ini berasal dari Kab. Pidie, Aceh. Dulunya tarian ini
disebut tari seudati. Tarian ini, biasanya ditarikan oleh 8 orang wanita dan 1 penyanyi. Syair-
syairnya yang dilantunkan berupa ayat-ayat Islam atau dakwahan. Gerakan dalam tarian ini,
hampir sama dengan tari saman, bedanya mereka menarikan secara berdiri. Jika saya lihat tarian
ini tampak sangat sepi. Karena tidak adanya iringan musik.
Masih sangat berkesan tradisional, suara yang dihasilkan dari tepukan tangan para penari
dianggap musik pengiring. Tapi saya pribadi sih, berfikir jika saja memasukan alat musik rebana
kedalam tarian tersebut, pasti akan lebih rame.

3. Tari Tarek Pukat


Tari ini sangat unik karena menggambarkan akitifitas nelayan yang akan menangkap
ikan.Sejarahnya tarian ini terinspirasi dari tradisi nelayan. Wajar saja, karena masyarakat Aceh
saat itu sebagian besar profesinya adalah seorang nelayan.Saat menangkap ikan, mereka
bergotong royong membuat jala dan menangkap ikan bersama-sama, dan hasilnya pun akan
dibagi kepada warga sekitar.Makna dalam tarian ini singkatnya adalah kerja sama dan
kebersamaan. Musiknya pun menggunakan alat musik tradisional.
Tarian ini biasanya terdiri dari sekitar 7 orang penari wanita. Dengan kostum busana tradisional
khas Aceh, mereka membawa seuntai jala dipinggangnya, hingga akhirnya, dengan gerakan ke
kanan dan kekiri, masing-masing tali akan dikaitkan pada teman sebelahnya, lalu dilepas, dan
dililitkan lagi, hingga pada endingnya tali itu akan berbentuk jala.
Walau gerakannya seperti itu-itu saja, ada nilai seni yang terkandung didalamnya. Saat ini, tarian
ini biasa diadakan di acara resmi, acara penyambutan dan perayaan tertentu.

4. Tari Bines
Tarian ini berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Biasanya ditarikan oleh sekelompok
perempuan.Jumlah penari Bines diharuskan berjumlah genap, entah 10, 12 atau berapapun (tidak
ada ketentuan jumlah). Ciri khas dari tarian ini ditarikan dari gerakan lambat sampai gerakan
cepat hingga akhirnya berhenti serentak. Hampir mirip dengan tarian saman. Disebutnya saja,
bagian dari tari saman.Uniknya bila kamu ingin memberikan uang pada penari, kamu harus
menyimpan uangmu di atas kepala penari. Uang itu dianggap sebagai ganti bunga yang diberikan
dari penari (biasanya ada di akhir acara).
Kostum yang digunakan di tarian ini adalah, baju lukup, kain sarung seragam, kain pajang,
hiasan leher, dan hiasan tangan seperti topong gelang.
Lagu yang dilantunkan di tari ini adalah jangin bines.

5. Tari Didong
Didong adalah kesenian yang menyatukan beberapa unsur seperti tari, vokal dan sastra.
Awal-awalnya tarian ini muncul ketika ada salah seorang seniman yang bernama Abdul Kadir
To’et yang peduli dengan kesenian ini. Saat itu kesenian ini digemari oleh masyarakat Takengon
dan Bener Meriah. Kata Didong pun mengandung arti "nyanyian sambil bekerja" ada pun yang
berpendapat didong berasal dari suara musik yang seolah-olah mengatakan "din" dan "dong".
Gerakan tarian in, duduk dan bermain dengan kedua tangan. Sampai mereka menyanyikan
sebuah lagu, dan menepakkan tangan dengan ketukan yang berbeda seperti tari kecak. Tarian ini
tidak menggunakan alat musik latar, karena penarinya akan mengeluarkan nada-nada seperti
musik dari mulutnya.
Biasanya tarian ini dipentaskan jika ada acara keagamaan, dan sebagai ajang hiburan saja.

6. Rapai Geleng

Tarian ini awalnya berasal dari Manggeng, salah satu daerah di Aceh Selatan.
Dikembangkan oleh seorang anonim. Biasanya tarian ini dibawakan oleh laki-laki.
Dari syairnya tarian ini bertujuan untuk menanamkan nilai moral pada masyarakat, dan pertama
kali tarian ini dikembangkan berawal dari tahun 1965 dimana tarian ini menjadi sebuah sarana
dakwah. Hingga akhirnya menarik minat para penonton.
Biasanya syairnya di ambil dari lagu-lagu keagamaan. Geleng disini, mengartikan dibeberapa
gerakan penari yang menggeleng-geleng kepalanya ke kanan dan kekiri. Gerakannya sangat
berirama dan mengutamakan kekompakan.
Kata "Rapai" sendiri berasal dari alat musik yang mirip dengan gendang yang digunakan oleh
penari. Sekarang dikenal sebagai sebutan "rebana".
7. Tari Ula ula lembing

Kesan pertama ketika saya mendengarkan lagu latar tarian ini, saya seperti mendengarkan
lagu Arab.Kalau tidak ada yang menyanyikannya mungkin saya terkecoh dengan musik latarnya,
dari sekian video yang saya liat, penyanyi dan musik latarnya masih itu-itu juga.
Bentuk kerudung penarinya pun ada yang berbeda-beda, ada yang menggerai seperti jilbab, ada
juga yang seperti ciput. Saya tidak tau apakah ini memang dari sananya begini apa dibuat biar
ada keaneka ragaman bentuk kerudung. Namun bila saya liat vidio yang lain, ternyata
kerudungnya serupa. Tapi… bukan masalah ininya yang harus kalian ketahui.
Tari ini salah satu tarian yang langka wancana, beberapa sumber lain sangat singkat dan padat
penjelasan tentang tarian ini.
Usut punya usut, ternyata tarian ini hampir dan bahkan pudar termakan zaman, padahal tarian ini
adalah tarian yang bernuansa bahagia. Dulu, digunakan untuk ritual adat dan acara pernikahan.

8. Tari Ratoh Duek Aceh

Kata ratoh diambil dari bahasa Arab yang artinya Rateb, dan kata "duek" berasal dari
bahasa Aceh sendiri yang artinya duduk. Tarian ini pun kadang disebut dengan ratoh jaroe.
Disini kamu akan menemukan penari wanita yang berjumlah 10 ataupun lebih, dengan 2 orang
syahie atau penyanyi. Tarian ini menggambarkan makna yang diambil dari kehidupan sehari-
hari. Kekompakan, keselarasan, sifat optimis, dan tegas. Hal ini terlihat dari harmoni para penari
yang bertepuk tangan sesuai irama.
Gerakan tarian ini hampir sama dengan tari saman, tapi bukan berarti tari KW-an. Karena setelah
Tari Saman diakui UNESCO sebagai Budaya Warisan Manusia, sejak itu pula tari saman tidak
diperbolehkan diikuti oleh wanita.

9. Tari Pho

Tarian tradisional berikutnya memiliki nama lucu yaitu Pho, mengingatkan saya pada
salah satu nama telletubies. Namun Pho disini bukan diambil dari film anak, Pho ini berasal dari
kata peubae, jika diartikan dalam bahasa Aceh seperti sebutan penghormatan.
Tarian ini dibawakan oleh perempuan, zaman dulu tarian ini ditarikan sebagai simbolin bahwa
orang tersebut sedang bersedih hati atau berduka cita. Namun setelah masuknya agama Islam di
Aceh, tarian ini menjadi kesenian rakyat saja.
Sejarah singkatnya, ada seorang gadis yatim piatu yang sangat cantik, ia diasuh oleh kakak
Ibunya. Dan pengasuhnya memiliki seorang anak laki-laki, hingga akhirnya anak laki-laki dan
gadis tersebut saling jatuh cinta. Namun ada pihak yang iri dan sakit hati karena ditolak oleh
gadis tersebut. Akhirnya mereka difitnah telah berzinah, saat itu hukuman orang berzinah sangat
fatal yaitu hukuman mati. Akhirnya mereka dihukum mati.
Akhirnya Ibunya laki-laki tersebut berduka sambil menari-nari untuk mengekspresikan
kesedihannya dan lahirlah tari Pho.

BAB III
PENUTUPAN
3.1.Kesimpulan
Paradigma Adat diAceh merupakan suatu tatana hukum yang ada aceh yang bertujuan untuk
mengatur ketertiban masyaraka diAceh baik mengatur dari adat tentang makan hingga ke
pernikahan , Dengan adanya adat-adat yang diaceh masyrakat dapat hidup dengan damai dan
teratur sehingga tidak terjadinya perselisihan antara individu ataupun kelompok, namun sangat
disayangkan anak-anak muda zaman sekarang mengetahui adat-adat aceh tetapi tidak mengikuti
serangkaian adat-adat yang di adakan oleh orang tua sekitarnya, dengan tujuan dari adat adalah
mengatur juga sebagai pengingat akan rahmat Allah S.W.T
Paradigma Seni Tari Aceh merujuk pada gerakan dan vokal dari dari masing-masing daerah aceh
dimana seni tari tersebut bertujuan untuk menghibur masyrakat dan memiliki makna-makna
tersendiri dari jenis tari tersebut,dimana makna dari tari-tarian diaceh merujuk sebagai berikut

1. Bertujuan untuk meyebarakan Agama Islam (Sarana Dakwah)dan Mengingatkan tentang


Rahmat ataupun Mengagungkan yang maha kuasa Allah S.W.T
2. Bertujuan untuk menyampaikan kebiasaan dalam masyrakat aceh seperti kekompakan,
kerukunan,dan pentingnya untuk mengikuti adat-adat yang ada
3. Bertujuan menceritakan kebiasaan kebiasaan mayarakat diaceh seperti bertani,menangkap
ikan untuk bertahan hidup
4. Bertujuan Menveritakan tentang kisah-kisah raja atau sesesorang dimasyarakat aceh zaman
dahulu

3.2 Saran
Masyarakat Aceh harus memebudidayakan seni seni tari aceh agar dapat diteruskan ke
generasi-generasi dimasa depan terutama bagi kalangan kaum pemuda baikpun pemudi ,dimana
di zaman modernisasi sekarang banyak budaya budaya asing yang masuk malah diikuti dengan
sengaja oleh kaum muda agar terlihat kekinian sehingga melupakan adat yang ada padahal
kebiasaan dari yang datang dari luar bertentangan dengan adat aceh seperti memakai jilbab
dimana kebiasaan atau budaya asing yang masuk ke aceh adalah memamerkan ramnutnya
dimedia sosial,
Orang tua di zaman modern ini harus sanngat ketat untuk mendisplikan anak-anaknya
agak tidak terlanjur mengikuti budaya buday asing yang negatif atau bertentangan dengan adat
aceh,dimana para orang tua sebagai pelaku pendidikan pertama bagi anak anak harus mengetahui
kondisi anak dan mengarahkan sesuai adat adat aceh yang ada,dimana adat adat aceh yang ada
sangat bertujuan baik bagi kehidupan baik bersosialisasi dengan masyrakat,ataupun keluarga.
Para khalayak muda juga harus mengetahui adat adat yang ada diaceh dan mengetahui
cara mengaplikasikanya dengan baik kek kehidupan,.

DAFTAR PUSTAKA
https://steemit.com/aceh/@nazaruddin1/mengenal-adat-istiadat-masyarakat-aceh
http://wisatasabang.com/artikel/56/9-tarian-tradisional-yang-berasal-dari-aceh/

Anda mungkin juga menyukai