25
Penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi LAPORAN
Kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Kabupaten Mandailing Natal FAKTA DAN ANALISA
Tabel 3.1 Analisis Kondisi Pengembangan Pelayanan di Kawasan Stategis Taman Nasional Batang Gadis
Panyabungan Pengolahan Hasil Hutan Sarana dan Prasarana Tanobato, Kayu Laut,
Selatan Produksi Kecamatan Ruburan
Permukiman
Sentra Produksi Tanaman Utilitas Kecamatan Lahan Perdagangan Jasa
Pangan Pasar Lahan Sarana Pelayanan umum
Pendidikan Ruang terbuka hijau
Pesantren Internasional
Puncak Sorik sentra tanaman holtikultura Sarana dan Prasarana Permukiman Sibanggor Julu
Merapi dan peternakan Kecamatan Lahan Sarana Pelayanan umum Sibanggor Jae
Pariwisata Utilitas Kecamatan Lahan Pengembaalaan
Sarana Prasarana Pariwisata
Layanan Wisata
Tambangan Sentra Produksi Perkebunan Sarana dan Prasarana Permukiman Tambangan, Laru Baringin
Kecamatan
Lahan Sarana Pelayanan umum Laru Lombang
Sentra Produksi Peternakan Utilitas Kecamatan Lahan Perdagangan Jasa
Pasar Pergudangan
Pergudangan
Ulu Pungkut sentra tanaman holtikultura Sarana dan Prasarana Permukiman Huta Godang, Habincaran
dan peternakan Kecamatan
Lahan Sarana Pelayanan umum Alaha Kae, Sibanyak Julu
Utilitas Kecamatan Lahan Perdagangan Jasa
Pasar
Ranto Baek Industri Pengolahan Hasil Sarana dan Prasarana Permukiman Simpang Manisak, Huta
perkebunan Kecamatan Lahan Sarana Pelayanan umum Baringin
Penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi LAPORAN
Kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Kabupaten Mandailing Natal FAKTA DAN ANALISA
Tabel dimaksud memperlihatkan akan terjadi perubahan hampir pada seluruh koridor jalan arteri (jalan nasional) mulai dari
Kecamatan Muara Sipongi hingga Kecamatan Siabu. Kemudian selain pada koridor jalan tersebut, Kecamatan Lingga Bayu sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan berada di areal penggunaan lainnya dimana pengembangan tersedianya Terminal tipe C, Sarana Olahraga, dan ruang
terbuka hijau, pasar skala kawasan serta jaringan utilitas.
Penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi LAPORAN
Kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Kabupaten Mandailing Natal FAKTA DAN ANALISA
Penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi
LAPORAN
Kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Kabupaten Mandailing
FAKTA DAN ANALISA
Natal
Tabel 3.2 Analisis Pemanfaatan Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi Blok Rencana
KAWASAN
NO. LUAS (Ha) Arahan Pemanfaatan PADUSERASI Indikasi Proyeksi Permasalahan
PERENCANAAN
I Taman Nasional Batang Gadis
KAWASAN
NO. LUAS (Ha) Arahan Pemanfaatan PADUSERASI Indikasi Proyeksi Permasalahan
PERENCANAAN
- Berbatasa Blok Inti HL dengan Zona
HP BLOK Pemanfaatan HA rill, Jasa Lingkungan (PES), HHBK, Arahan pemanfaatan ; Batas
Rimba TNBG
4 HHK-HT 21.900,53 Restorasi wilayah
HP BLOK Pemanfaatan
5 Jasling HHBK 2.483,23 Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK
Gambar 3.2. Rencana Pola Ruang RTRW dan Rencana Pemanfaatan Hutan Di Kawasan Perencanaan
Tabel 3.3 Tutupan Lahan Eksisting di KSP Taman Nasional Batang Gadis Tahun 2018
Kecamatan Luas (Ha)
Tutupan Lahan Hutan Hutan
Eksisting Badan Lahan Lahan Lahan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Semak
Ladang Permukiman Sawah
Air Kering Kering Terbuka Campuran Karet Sawit Belukar
Primer Sekunder
Batang Natal 105,58 31.463,12 24.411,36 488,78 36,48 680,65 2.061,83 575,46 121,80 315,23 18.178,31 78.438,59
Huta Bargot 19,55 5.964,63 903,82 13,14 654,20 1.414,30 60,96 42,04 794,17 198,96 10.065,77
Kotanopan 3.263,99 8.835,74 13,22 2.147,00 673,53 136,89 75,44 540,64 211,19 15.897,63
Lembah Sorik Marapi 4,80 6,04 658,76 339,46 53,78 274,70 0,01 1.337,54
Lingga Bayu 28,62 855,73 89,32 303,34 747,73 1.260,41 31,12 153,38 2.962,22 6.431,87
Muara Batang Gadis 97,90 17.354,27 14.625,42 12,59 15,53 12,24 5.026,32 37.144,28
Naga Juang 17,04 535,80 306,04 16,92 1.295,82 1.727,15 38,77 298,70 424,98 4.661,22
Natal 0,74 13.379,50 12.768,26 123,35 49,29 1.122,12 2.057,47 1.010,40 2,55 1.420,98 31.934,66
Panyabungan 49,53 62,96 19,69 1.588,00 92,48 237,66 2.497,05 108,72 4.656,08
Panyabungan Barat 23,24 2.093,36 911,01 5,51 1.402,04 1.385,13 423,31 47,25 1.333,12 80,55 7.704,49
Panyabungan Selatan 2,45 967,56 1.857,94 1.267,31 1.865,92 64,05 408,40 6,52 6.440,15
Panyabungan Utara 35,88 0,95 305,34 239,63 39,97 733,64 29,89 1.385,30
Puncak Sorik Marapi 8,60 366,10 2.134,46 81,54 1.612,88 96,73 62,53 522,13 32,44 4.917,41
Ranto Baek 49,27 3.757,58 10,39 45,82 1.310,01 1.366,43 126,45 27,40 197,60 2.078,97 8.969,91
Siabu 50,37 3.375,41 1.026,17 1.177,33 385,59 22,62 2,68 9,83 881,62 6.931,63
Tambangan 395,62 3.188,12 124,71 1.815,50 1.764,61 28,02 28,96 457,09 275,29 8.077,92
Ulu Pungkut 5.118,86 8.605,98 8,22 56,64 54,53 2,26 50,79 16,07 13.913,37
KSP Taman Nasional
493,57 84.278,22 84.187,64 1.045,04 131,58 15.535,88 17.794,75 4.031,16 890,49 8.586,46 31.933,05 248.907,83
Batang Gadis
Sumber: Hasil Perhitungan dari Peta Planimatris, Tahun 2018
Gambar 3.3. Peta Tutupan Lahan Kawasan Strategis Taman Nasional Batang Gadis
Dalam distribusi ruang, wilayah yang pada saat ini masih memiliki
kawasan hutan yang juga berfungsi untuk perlindungan daerah bawahannya
ataupun fungsi ekologis lainnya, perlu pembatasan dan menyiapkan pengendalian
terhadap alih fungsi hutan, baik oleh perambahan maupun pemanfaatan untuk
usaha ekonomi formal terutama dalam rangka perolehan PAD. Konflik
kepentingan dalam kondisi keterbatasan lahan budidaya perlu diatasi melalui
kesepakatan yang mengikat dalam pelestarian kawasan hutan yang berfungsi
lindung. Untuk itu, salah satu dasar pengendalian adalah menyesuaikan
pengembangan kegiatan pada lahan dengan kemampuan yang memadai.
sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisa berikutnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut.
A. SKL Morfologi
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Morpologi. Morpologi berarti bentang alam. Analisis ini merupakan salah satu
kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan. Berikut kriteria SKL Morpologi.
Ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morpologi.
Morpologi berarti bentang alam. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam
pengalokasian penggunaan lahan. Berikut kriteria SKL Morpologi.
Rendah Tinggi
1 BATANG 444,06 580,20 1.814,62 37.407,73 38.191,98 78.438,59
NATAL
2 HUTA BARGOT 1.150,86 58,94 212,19 3.758,74 4.885,03 10.065,77
3 KOTANOPAN 233,38 164,05 322,59 9.009,52 6.168,10 15.897,63
4 LEMBAH SORIK 178,63 36,51 364,30 740,94 17,16 1.337,54
MARAPI
5 LINGGA BAYU 281,74 55,04 84,30 4.317,27 1.693,52 6.431,87
6 MUARA 272,56 966,34 2.505,03 22.285,63 11.114,72 37.144,28
BATANG GADIS
7 NAGA JUANG 980,47 20,28 49,96 2.086,74 1.523,77 4.661,22
8 NATAL 550,66 131,78 706,70 14.004,02 16.541,49 31.934,66
9 PANYABUNGA 2.925,05 113,32 282,59 1.282,02 53,10 4.656,08
N
10 PANYABUNGA 1.948,33 46,39 120,19 3.154,80 2.434,78 7.704,49
N BARAT
11 PANYABUNGA 170,66 62,63 482,03 3.388,38 2.336,44 6.440,15
N SELATAN
12 PANYABUNGA 1.363,26 21,97 0,07 1.385,30
N UTARA
13 PUNCAK SORIK 258,72 281,71 369,25 2.868,62 1.139,11 4.917,41
MARAPI
14 RANTO BAEK 228,67 55,45 190,84 6.005,21 2.489,76 8.969,91
15 SIABU 300,48 12,67 2.749,53 3.868,94 6.931,63
16 TAMBANGAN 90,70 104,86 628,71 4.914,41 2.339,24 8.077,92
17 ULU PUNGKUT 442,72 442,25 264,69 5.837,48 6.926,22 13.913,37
Total 11.820,97 3.141,72 8.410,73 123.811,04 101.723,37 248.907,83
Sumber : Hasil Analisis 2018 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Jika diperhatikan kondisi geologi batuan yang ada Kawasan Batang Toru
dan sekitarnya, secara umum terdiri dari Aluvium muda Aneka trobosan, formasi
batuan gunung api Toru, formasi gunung api Angkola, Formasi Sihapas, Granit
Uluhalanggodan, Kelompok Tapanuli, Pusat Gunungapi Lubukrata, Pusat
Gunungapi Sibualbuali, Tuffa Toba, berdasarkan sifatnya, jenis geologi Di
Kawasan Batang Toru dan Sekitarnya yang menjadi lingkup perencanaan
memiliki keragaman yang komplek, dari yang mudah digali sampai tidak dapat
dimanfaatkan. Berikut ini kriteria SKL kemudahan dikerjakan.
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Kemudahan Dikerjakan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan/pengembangan kawasan. Kemudahan dikerjakan tinggi
berarti semakin mudah suatu lahan digali maka semakin tinggi pula kemudahan
untuk dikerjakan. Indikator utama yang dapat ditunjukan adalah kondisi geologi
dan kedalaman efektif tanah. Jika diperhatikan kondisi geologi Di Kawasan
Batang Toru dan Sekitarnya (Kecamatan Batang Toru, Sipirok, Marancar, dan
Angkola Timur), maka jika bantuan yang banyak mengandung kerikil, pasir dan
lempung. Hal ini dipertegas pula dengan kondisi kedalaman tanah efektif yang
hampir semua wilayah relatif tebal. Hal ini menunjukan bahwa lapisan batuan
yang keras mudah ditemui sehingga untuk kemudahan dikerjakan semakin sulit.
Berdasarkan hasil dari analisis, diperoleh bahwa SKL Kemudahan
Dikerjakan Di Kawasan Batang Toru dan Sekitarnya (Kecamatan Batang Toru,
Sipirok, Marancar, dan Angkola Timur)dapat dilihat pada Tabel dan Peta berikut.
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Kestabilan Lereng. Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan
stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan
tersebut. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian
penggunaan lahan.
Terjal Ladang
Gunung/Pegununga Tmvak, 25 – 40 Cukup (sama Sawah Kestabila 2
n dan Bukit / Tms2 % Tinggi ) Ladang, n Lereng
Perbukitan Curam Kebun, Kurang
semak
Belukar
Bergelombang Tmvo, Qvt 15-25 % Sedang (sama Semua Kestabila 3
) n Lereng
Sedang
Agak Datar TMi1 8-15 % Rendah (sama Semua Kestabila 4
) n Lereng
Datar Qh 0–8% Sangat (sama Semua Tinggi 5
Rendah )
Sumber : Hasil Analisis 2018 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Kestabilan Pondasi. Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang
mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Analisis
Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi
bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah
berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan
pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis
pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam.
Untuk Kawasan Batang Gadis dan sekitarnya secara keseluruhan memiliki
kemampuan lahan untuk kestabilan pondasi yang kurang, mencapai 72.052,91 Ha,
artinya untuk membuat atau mendirikan bangunan dengan sistem vertikal sangat
kurang baik, sehingga perlu kajian-kajian turunan dan jika dilakukan maka
sifatnya adalah peruntukan terbatas untuk bangunan tinggi dan basement.
Berdasarkan hasil analisis, maka untuk SKL kestabilan pondasi dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tmbar, Mubg,
Tmbal, Tms2
2 rendah Mums, Mumsl, Ladang, Perkebunan Campuran, tinggi 4
Muw, Pps, Perkebunan Karet, Perkebunan
MPul1, Ppsl Sawit, Sawah
3 sedang TMi1, Tmibi, Semak Belukar sedang 3
Tmiti, Mtims,
Tmimn, Tmik,
Muwl, Puku
4 tinggi Mpu, Musk Hutan Lahan Kering Sekunder, rendah 2
Permukiman, Badan Air
5 sangat tinggi Qhvsm, Qvmt, Hutan Lahan Kering Primer sangat 1
Qvsm, Tmv, rendah
Muse
Sumber : Hasil Analisis 2018 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Ketersediaan Air. Ketersediaan Air artinya wilayah tersebut terdapat air atau tidak
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan pemanfaatan lahan. Analisis ini
merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan. Berikut
kriteria SKL ketersediaan air di kawasan perencanaan.
Terjal
Gunung/Pegunungan Tmvak, Tms2 Sama Sawah Ladang, Ketersediaan Air 2
dan Bukit / Perbukitan Kebun, semak rendah
Curam Belukar
Bergelombang Tmvo, Qvt Sama Semua Ketersediaan Air 3
Sedang
Agak Datar TMi1 Sama Semua Ketersediaan Air 4
Tinggi
Datar Qh Sama Semua Ketersediaan Air 5
Sangat Tinggi
Sumber : Hasil Analisis 2018 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
F. SKL Drainase
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Untuk Drainase. SKL untuk Drainase dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga
kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari.
Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan
khususnya untuk pengembangan kawasan permukiman. Berikut kriteria SKL
Untuk Drainase Di Kawasan Perencanaan.
Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir.
Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase
rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang. Untuk Kawasan Perencanaan
berkaitan dengan aliran Drainase memiliki tingkat kemampuan lahan terhadap
aliran drainase kurang mencapai 31.863,34 Ha, hal ini dikarenakan banyaknya
lembah sehingga tidak memungkinkan mengaliri air, kecuali aliran dikoneksikan
kepada sungai atau rawa yang mempu mengalirkan air. Aliran air drainase ini
hanya untuk berasal dari permukiman, sedangkan untuk industri harus memiliki
Instalasi Pengolahaan Air Limbah (IPAL), selanjutnya setelah diolah dan
dianggap bersih, maka boleh dialiri ke drainse. Berdasarkan hasil analisis, maka
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
G. SKL Erosi
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Untuk Erosi. SKL untuk Erosi dimaksudkan untuk mengetahui daerah-daerah
yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan
lahan terhadap erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir.
Berikut kriteria SKL untuk erosi di Kawasan Taman Batang Gadis dan Sekitarnya
(Kawasan Perencanaan).
Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin.
Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan
air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak
ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah. Di Kawasan Taman Batang
Gadis dan Sekitarnya (Kawasan Perencanaan) secara keseluruhan memiliki
tingkat kemampuan lahan erosi yang sedang, artinya, lahan atau tanah dapat
mengalami pengikisan terhadap air sebesar 150.374,46 Ha, terutama di daerah
yang melintasi sungai seperti sungai batang toru. Untuk itu perlu adanya
pencegahan terhadap erosi, terutama pada kawasan kemampuan lahan dengan
erosi yang sanagat tinggi dan tinggi dengan memperhatikan dampak
lingkungannya. Pembatasan terhadap peruntukan kawasan budidaya terutama
kawasan terbangun pada kawasan kemampuan lahan yang memiliki tingkat erosi
tinggi hingga sangat tinggi tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Pembuangan Limbah. SKL Pembuangan Limbah dimaksudkan untuk mengetahui
daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir
dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Untuk kriteria
SKL Pembuangan Limbah di kawasan Perencaan adalah sebagai berikut.
pembuangan limbah, namun untuk limbah berbahaya (B3 dan Linnya), maka
perlu pengelolaan khusus seperti pembuatan IPAL. Berdasarkan hasil analisis,
maka secara keseluruhan kawasan rata rata untuk kemampuan lahan terhadap
pembuangan Limbah adalah Kurang dengan luas 38.877,13 Ha. Artinya pada
kawasan ini tidak dapat dialokasikan terhadap peruntukan pembuangan limbah,
sedangkan untuk kemampuan untuk pembuangan limbah yang baik sampai sangat
baik sebersar 92.532,43 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Terhadap Bencana Alam. SKL Terhadap Bencana Alam dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya
dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi kerugian dan korban akibat
bencana tersebut. Berikut kriteria SKL Terhadap Bencana Alam di kawasan
perencanaan.
di kawasan ini sangat rendah terkena dampak bencana alam terutama longsor dan
gempa bumi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tingkat
Kemampuan
Lahan
Lanjutan...
No 7.SKL EROSI TOTAL 8.SKL PMBUGAN TOTAL 9.SKL BNCN TOTAL GRAND TOTAL KEMAM
LMBH
1 sangat rendah 3 sangat rendah 0 sangat rendah 5 32 san
2 rendah 6 rendah 0 rendah 10 64
3 sedang 9 sedang 0 sedang 15 96
4 tinggi 12 tinggi 0 tinggi 20 128
5 sangat tinggi 15 sangat tinggi 0 sangat tinggi 25 160 san
74
Tabel 3.29 Satuan Kemampuan Lahan Berdasarkan Luasan Per
Kecamatan di Kawasan Batang Gadis
Kemampuan Lahan (Ha)
Kecamatan Kemampuan Lahan Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan Lahan L
Sangat Rendah Lahan Rendah Lahan Sedang Lahan Tinggi Sangat Tinggi
TANG NATAL 14741,55 32414,60 29444,16 1793,06 45,21
TA BARGOT 88,59 1991,97 5370,08 1718,95 896,18
TANOPAN 636,63 7619,32 6739,76 834,23 67,69
MBAH SORIK MARAPI 154,57 878,66 154,31 139,86 10,14
NGGA BAYU 922,44 4714,64 554,72 240,08
ARA BATANG GADIS 33,19 3779,76 24476,75 8338,79 515,78
GA JUANG 444,09 1618,62 1342,74 381,61 874,16
TAL 1680,67 10975,94 17938,28 1090,30 249,46
NYABUNGAN 367,43 1085,99 178,09 215,81 2808,77
NYABUNGAN BARAT 169,22 1742,23 3089,28 1118,69 1585,07
NYABUNGAN
LATAN 442,27 2166,38 2983,00 722,20 126,30
NYABUNGAN UTARA 0,07 0,00 64,47 1320,76
NCAK SORIK MARAPI 1334,50 2765,42 270,53 388,36 158,60
NTO BAEK 12,18 917,48 4404,41 3437,77 198,07
BU 688,77 1692,35 2394,55 1992,14 163,80
MBANGAN 2416,14 5118,44 491,10 48,69 3,54
U PUNGKUT 18,52 6863,44 5991,30 597,38 442,72
and Total 23.228,34 82.553,12 109.982,99 23.437,04 9.706,33
75