FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 1 Pagesangan – Kota Mataram – 83127
Telp/Fax: (0370) 631904; website: www.ummat.ac.id
LEMBAR ASISTENSI
Dosen Pembimbing
16%
Bayan
41% Pemenang
19% Tanjung
Gangga
Kayangan
14%
10%
Aspek Fisik meliputi pola tata guna tanah yaitu penataan atau
pengaturan penggunaan tanah, dan ruang yang merupakan sumber daya
alam. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
baik yang terencana atau tidak. Dalam tata ruang terdapat penataan ruang
yaitu proses penataan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dengan
elemen-elemen pembentuk meliputi penggunaan dan rencana penggunaan
lahan, kebutuhan dan keinginan individu, sarana dan prasarana transportasi,
tipe dan fungsi bangunan, kegiatan individu atau kelompok yang rutin,
kependudukan, potensi fisik serta persepsi dan perilaku.
Menurut Branch (1995) dalam Widyastuti (2002) menyebutkan bahwa
terdapat empat komponen utama kota yaitu kompleks bisnis utama, industry
11 manufaktur dan ikutannya, pemukiman dengan fasilitas pelayanannya
serta tanah terbuka. Secara fisik, kota dikembangkan pada sistem ruang
antara lain :
1. Sistem pusat kota, yaitu lingkungan kota yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan utama atau kutub pertumbuhan.
2. Sistem ruang kota yang dikembangkan untuk kegiatan produksi,
yaitu untuk industri dan pertanian termasuk wilayah cadangan dan
3. Sistem ruang kota yang dikembangkan sebagai wilayah pemukiman
ideal
b. Aspek Secara Sosial
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar
study kasusnya mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya suatu kota
yang besar mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua
bagian-bagiannya. Masing-masing zona tumbuh sedikit demi sedikit ke arah
luar. Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka
pola keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang
berlapis-lapis, dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.
Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa daerah kekotaan dapat dibagi
dalam lima (5) zone, yaitu :
1. Zone pusat daerah kegiatan atau Central Bistricts atau Loop. Dalam
zona PDK ini terdapat toko-toko besar, bangunan-bangunan kantor
yang kadang-kadang atau sering juga bertingkat, bank, rumah
makan, museum dan sebagainya.
2. Zone peralihan atau sering disebut Zone Transisi. Zone ini
merupakan daerah yang terikat dengan pusat daerah kegiatan.
Penduduk zone ini tidak stabil, baik ditinjauh dari segi tempat
tinggal maupun dari segi sosial ekonomi. Daerah ini dikategorikan
dalam daerah yang berpenduduk miskin. Dalam rencana
pengembangan kota daerah ini akan diubah menjadi daerah yang
lebih baik dan berguna, antara lain untuk kompleks perhotelan,
tempat-tempat parker dan jalan-jalan utama yang menghubungkan
inti kota dengan daerah-daerah di luarnya.
3. Zone Pemukiman Kelas Proletar. Nampak dalam zone ini bawah
perumahannya sedikit lebih baik dari perumahan mereka yang
bertempat tinggal di zone peralihan. Daerah-daerah ini di diami
oleh para pekerja yang kurang mampu, rumah-rumahnya kecil dan
daerah ini tidak begitu menarik.
4. Zone pemukiman Kelas Menengah atau Residentatial Zone, ini
merupakan kompleks perumahan dari para karyawan kelas
menengah, mereka memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya
lebih baik di bandingkan dengan perumahan di daerah kelas
proletar.
5. Zone penglaju atau Zone Commuters, merupakan suatu daerah yang
sudah memasuki daerah belakang atau hinterland. Penduduk dari
daerah ini bekerja dikota. Mereka pergi ke kota dengan naik sepeda,
naik bus, kereta api pada pagi hari dan sore harinya mereka pulang
ke rumah masing-masing. Oleh karena itu zone ini disebut zone
penglaju.
Teori ini dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1939. Menurut
teori ini perkembangan unit-unit kegiatan di daerah kekotaan tidak
mengikuti zone-zone yang teratur secara konsentris atau melingkar tetapi
dengan membentuk sektor-sektornya. Pembentukan menurut sektor-sektor
ini meskipun masih ada kenampakan yang konsentris, tetapi sifatnya lebih
bebas. Homer Hoyt beranggapan dalam teorinya bahwa:
1. daerah-daerah yang memiliki sewa tanah atau harga yang tinggi
terletak di tepi luar dari kota.
2. Daerah-daerah yang memiliki sewa atau harga tanah yang rendah
merupakan jalur-jalur yang mirip dengan roti tart, Jalur-jalur ini
bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbatasan atau
tepi kota.
3. Zone pusat adalah zone pusat daerah kegiatan (PDK).
4. Daerah-daerah industri berkembang sepanjang lembah sungai dan
jalur jalan kereta api yang menghubungkan kota dengan kota-kota
di tempat lain sehingga dapat menimbulkan perluasan kota yang
tidak konsentris melainkan meluas secara sektor.
Gambar 3.2 Teori Sektor
c. Teori Inti Ganda
Dalam teori ini pola keruanganya tidak konsentris dan seolah olah
merupakan inti yang berdiri sendiri. Teori ni juga beranggapan bahwa tidak
ada urutan-urutan yang teratur dari zone-zone seperti yang dianggap oleh
teori konsentris.
2.1 Umum
Metodologi kerja dalam bab ini merupakan salah satu
pembahasan mengenai tahapan yang dilakukan untuk menyusun laporan
Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Tanjung. Pembahasan mengenai
metodologi kerja ini akan memaparkan tentang langkah-langkah atau
tahapan yang nantinya akan diberikan penjelasan masing-masing secara
garis besar.
Dalam penyususan laporan Rencana Detail Tata Ruang yang
berlokasi di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara tentunya
membutuhkan persiapam - persiapan terlibih dahulu sebelum melakukan
survei lapangan nantinya yang biasanya disebut dengan tahapan
persiapan atau pengenalan lokasi secara umum. Dalam tahapan ini
penyusunan laporan Rencana Detail Tata Ruang mengumpulkan data-
data awal terkait dengan lokasi yang akan ditinjau nantinya di kecamatan
Tanjung. Data-data awal yang dimaksud adalah:
Kondisi eksisting wilayah Kecamatan Tanjung.
Batas-batas administrasi yang ada di Kecamatan Tanjung baik
berupa batas kecamatan maupun batas-batas antar desa di
Kecamatan Tanjung.
Data-data skunder berupa Kecamatan Dalam Angka (KCA),
Daerah Dalam Angka (DDA), Profil Kecamatan Tanjung.
Pengamatan kasar melalui pengindaraan jarak jauh yang
dilakukan melalui sistem informasi geografis sebagai langkah awal
untuk mengetahui kondisi tata guna lahan di Kecamatan Tanjung
dalam rangka untuk mendapatkan interpretasi dan pengenalan
awal kawasan.
Perumahan
Profil Kecamatan dan BAPPEDA
Fasilitas umum
Tata Guna Lahan Kabupaten KLU/Bagian Survei Sekunder dan Primer
RTH
pembangunan
Luas tiap jenis penggunaan
Keterangan:
Kotak merah: tidak dapat data sama sekali
Berdasarkan desain survei diatas, terdapat beberapa jenis data yang tidak didapatkan oleh peneliti, diantaranya data terkait
dokumen RDTR Kabupaten Lombok Utara, RPJM Kecamtan Tanjung, zoning regulation kawasan pusat kota Kecamatan tanjung,
rencana induk pengembangan parawisata, dan jumlah wisatawan.
2.3Time Schedule
Dalam melakukan tahapan pengumpulan data peneliti harus menyusun langkah - langkah tahapan penelitian setiap harinya
serta penanggung jawab masing – masing kegiatan tahap survei. Berikut adalah tahapan survei dirinci perharinya beserta penanggung
jawab kegiatan survei.
Keterangan:
Penanggung jawab adalah orang yang mayoritas melakukan kegiatan survei pada data yang menjadi tanggung jawab
bersangkutan, terlepas dari adanya bantuan yang diberikan oleh anggota lain.
2.3Time schedule Primer Studio Perencanaan Kota Kecamatan
Tanjung
Penanggung
Hari dan Tanggal Survei
Nama Desa Waktu Jawab
1 Maret 2019
2 Maret 2019
3 Maret 2019
4 Maret 2019
Sokong 15.00-selesai Semua anggota
Jenggala 10.00-selesai Wiwid, ismail,
Tanjung
Selvi dan
Medana
Teniga Ame
Tegal maja 16.00-selesai Wiwid, Ismail,
Selvi, Ame,
dan Faruk
Sigar Penjalin
16.00-selesai Semua anggota
Pengumpulan data – data ini bertujuan untuk melihat arahan dari kebijakan
penataan ruang yang lebih tinggi hirarkinya dibandingkan dengan laporan yang
akan disusun terhadap wilayah yang menjadi lokasi penelitian. Hal ini
dimaksutkan agar perumusan tema dan konsep yang nantinya akan dipengaruhi
oleh analisa – analisa data maupun kondisi riil diusung. Pada saat itulah
kebijakan dengan hirarki yang lebih tinggi berperan sebagai pedoman dalam
perumusan konsep kedepannya agar tetap sejalan dengan kebijakan dan arahan
pengembangan.
9. Pengumpulan Data Ekonomi Wilayah dan Hasil Produksi
Pengumpulan data – data yang terkumpul ini nantinya akan digunakan untuk
proses analisis ekonomi wilayah yang bertujuan untuk mengetahui spesialisasi
maupun sektor – sektor yang menjadi basis dari pertumbuhan ekonomi wilayah
perkotaan yang akan direncanakan. Dengan adanya analisis ini dapat membantu
mengarahkan peruntukan atau tujuan pengembangan kota kedepannya akan
difokuskan atau diarahkan pada sektor yang dianggap mampu menjadi basis
petumbuhan dan mampu bersaing dengan wilayah – wilayah pengaruhnya.
10. Pengumpulan Data Parawista
Sarana pendukung wisata, jumlah dan lokasi objek wisata berdasarkan jenis
wisata, rencana induk pengembangan pariwisata, serta jumlah wisatawan
merupakan sasaran penting dalam pengumpulan data pariwisata. Sasaran-
sasaran tersebut bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis pariwisata yang ada
serta mengurangi dampak negative yang ditimbulkan oleh perkembangan
pariwisata atau menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pada tahapan ini akan dihasilkan data berupa data digital yamg diperoleh
dari instansi – instansi terkait yang melakukan pendataan terkait kondisi fisik
dasar dan sumber daya lingkungan yang ada dilokasi studi. Data – data ini akan
diolah dan dipilah agar dapat digunakan untuk menggambarkan atau
menginterprestasikan kondisi fisik dasar maupun sumber daya lingkunga yang
ada dilokasi studi baik dalam bentuk deskriptif maupun dalam bentuk peta.
2. Pengamatan Tata Guna lahan
Hasil yang akan didapatkan pada tahapan ini berupa data penggunaan lahan
serta penataan lahan yang ada di wilayah penelitian yang lebih difokuskan pada
perumahan, fasilitas umum, RTH dan luas tiap jenis penggunaan. Data tersebut
akan digunakan untuk dapat menentukan penggunaan tata guna lahan yang
sesuai dengan jenisnya masing-masing.
3. Pengamatan Komponen Intensitas Pemanfaatan Ruang
Data yang dihasilkan dari data ini merupakan data yang berbentuk numeric
atau pengukuran di lapangan terkait kondisi eksisting dari panjang Koefisien
Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Garis Sempadan
Bangunan (GSB), serta Koefisien Dasar Hijau (KDH), data yang diperoleh akan
diolah dan diseleksi untuk menjadi sampel dalam pemaparan kondisi eksisiting
pada kawasan perkoataan yang akan direncanakan.
4. Pengamatan Fasilitas Umum
6. Pengamatan Transportasi
Hasil yang akan didapatkan pada tahapan ini akan diolah untuk dapat
menyediakan fasilitas yang akan digunakan untuk dapat meningkatkan sarana
transportasi serta untuk menunjang pergerakan dari satu tempat ke tempat lain.
7. Pengumpulan Data Kependudukan
Data ekonomi wilayah dan hasil produksi nantinya akan diolah dan dipilah.
Dalam pengolahan data ini khususnya data numeric, akan dilakukan
pengelompokan data sesuai dengan time series untuk mempermudah tahapan
analisis ekonomi wilayah nantinya
10. Pengumpulan Data Parawisata
Analisa fisik dasar merupakan salah satu tahapan yang akan dilakukan
untuk mengetahui tingkat kemajuan dari wilayah perkotaan yang menjadi lokasi
studi. Analisa ini akan menggunakan data yang sudah di paparkan dalam bentuk
gambaran umum dari wilayah perencanaan
Analisa ini nantinya akan menghasilkan suatu kawasan dengan klasifikasi
tingkat kelayakan yang ada pada wilayah perencanaan Kecamatan Tanjung.
Analisis ini seringkali disebut Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL), analisis
ini memiliki beberapa jenis diantarannya yakni: SKL Morfologi, SKL Kestabilan
Lahan, SKL Kemudahan Jalan, SKL Kestabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air,
SKL Teradap Erosi, SKL Pembangunan Limbah dan SKL Kawasan Bencana.
Analisa daya dukung lahan bertujuann untuk mengetahui daerah daerah
yang mendukung dan tidak mendukung untuk dibangun. Untuk variable
pendukung hasil analisi daya dukung lahan, menggunakan 9 satuan kemampuan
lahan. Satuan kemampuan lahan merupakan acuan dari pedoman teknik analisis
No 20 Tahun 2007, tentang Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
2.5.3 Analisis Rencana
Analisis rencana merupakan tahapan seleksi atau peninjauan kembali dari
hasil analisis yang dilakukan serta kebijakan – kebijakan yang berpengaruh
dalam perencanaan wilayah perkotaan yang akan direncanakan untuk
menentukan tujuan pembangunan atau tujuan penataan ruang pada bagian
wilayah perkotaan yang telah ditetapkan.
2.6Konsep Kota
Tahapan ini merupakan tahapan merumuskan konsep dari pengembangan
BWP atau Bagian Wilayah Perkotaan yang ada di Kecamatan Tanjung sesuai dengan
keunggulan yang dimiliki serta peluang - peluang yang ada baik dari luar kawasan
maupun dalam kawasan perkotaannya yang dapat mendukung funginya terhadap
kawasan sekitar maupun perannya terhadap wilayah yang lebih luas.
2.7 Perencanaan
Tahapan ini merupakan tahapan merumuskan arahan dan pengembangan
dari BWP yang telah dianalisis baik dari aspek kebijakan, kondisi eksisiting, rencana
serta telah dapatkan tujuan penataan kota serta konsep penataannya. Tentunya
proses perumusan ini akan mengacu kepada hasil analisis rencana dan tujuan serta
konsep penataan kota yang telah ditetapkan diawal.
2.8 Metode Analisis
2.8.1 Analisis Kebijakan
Dalam suatu perencanaan Analisa ini dilakukan untuk membandingkan
kesesuaian antara Kebijakan Nasional, kebijakan Provinsi dan Kebijakan
Kabupaten (Kabupaten Lombok Utara), sehingga akan diketahui hubungan
antara keduanya, sehingga dalam perencanaan kedepan tidak akan menyimpang
dari visi misi yang ada terutama dalam program-program untuk pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah.
Selain itu, analisa ini ditujukan untuk melihat apakah kebijakan yang ada
dapat diterapkan diwilayah perencanaan, dan sejauh mana penerapannya
(pembangunan yang sudah dilakukan) hingga saat ini.
A. Analisis Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Pamjang (RPJP)
Dalam Perencanaan Kecamatan Tanjung, perlu melihat dari
RPJP nasional, Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Lombok
Utara untuk membandingkan kesesuaian antara Kebijakan Nasional,
kebijakan Propinsi dan Kebijakan Kabupaten, sehingga akan diketahui
hubungan antara perencanaan wilayahnya, sehingga dalam perencanaan
kedepan tidak akan menyimpang dari visi misi yang ada terutama dalam
program-program untuk pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
Selain itu, analisa ini ditujukan untuk melihat apakah kebijakan
yang ada dapat diterapkan diwilayah perencanaan, dan sejauh mana
penerapannya (pembangunan yang sudah dilakukan) hingga saat ini.
Berikut ini disajikan tabel perbandingan visi dan misi antara kebijakan
pembangunan jangka panjang dalam skala nasional, provinsi, dan
Kabupaten.
B. Analisis Kebijakan Tata Ruang
Analisis kebijakan tata ruang bertujuan untuk melihat sinkronisasi
rencana tata ruang dari tingkat nasional sampai pada tingkat
kabupaten Lombok Utara
C. Analisis Kebijakan Rencana Tata Ruang Kabupaten Lombok Utara Tahun
(2016-2021)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara pada
dasarnya berfungsi sebagai matra ruang dari pembangunan daerah. Oleh
karena itu, tujuan pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Lombok
Utara hendaknya sejalan dengan visi pembangunan Kabupaten Lombok
Utara dalam RPJMD Lombok Utara tahun 2016-2021 yaitu “
Terwujudnya Lombok Utara yang religious, berbudaya, adil, dan sejahtera
“.
Berdasarkan visi tersebut, tujuannya untuk mewujudkan ruang
wilayah aman, nyaman, produktif yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan dalam rangka pengembangan parawisata, perkebunan dan
agro industry.
Agar tujuan penataan ruang wilayah kabupaten tercapai maka perlu
disusun kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten meliputi:
1. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah-wilayah
yang berbasis pariwisata, dan perkebunan;
2. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan
konsep agroindustri;
3. pengendalian pemanfaatan lahan pertanian;
4. penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi
perkotaan dan menunjang sistem pemasaran pariwisata, dan
produksi perkebunan;
5. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung
pemasaran pariwisata, produksi perkebunan dan produksi
agroindustri;
6. pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan
lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi; dan
7. pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan lingkungan hidup.
b. Void
Void ini dalam kondisi eksisiting berupa lapangan dan teras
halaman rumah warga. Kemudian terdapat pula void dengan
bentuk ruang linear yang terbentuk pada celah – celah atau jarak
antar bangunan yang terbentuk diantara dua bangunan. Ruang
– ruang linear ini pada kondisi riilnay berupa jalan yang
memnag difungsikan sebagai ruang perpindahan manusia,
maupun celah bangunan.
2. Lingkage
Ada tiga macam cara penghubung, yaitu linkage visual,
linkage struktural, serta linkage bentuk kolektif. Semua bentuk
tersebut merupakan dinamika perkotaan yang dianggap sebagai
generator kota. Namun dalam pembahasan kali ini akan dibahas
bagaimana lingkage atau hubungan dari pusat – pusat aktivitas yang
ada dalam Kecamatan Tanjung dapat dilihat secara visual terdapat
pada simpang 3 yang membagi jalur pergerakan menuju pusat
aktivirtas berbeda yakni aktivitas kawasan permukiman dan aktivitas
pemerintahan serta perdagangan dan jasa.
3. Place
Adalah pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan
karakteristik manusia terhadap ruang fisik Dalam identifikasi place
dibahas hal yang berhubungan untuk mengetahui makna dari
suatu tempat atau place melalui konteksi dan citra kota Kevin Lynch
menyatakan dalam identifikasi citra kota bahwa image kota dibentuk
oleh 5 elemen Pembentuk wajah kota, yaitu:
a. Pants
2. Pembagian Blok
Adapun analisis peruntukan blok dilakukan untuk
membagi luasan kawasn perencanaan dalam hal ini adalah
Perkotaan Tanjung ke dalam blok – blok kawasan yang didalamnya
memuat zona – zona penggunaan lahan masing – masing.
Pembagian luasan kawasan Perkotaan Tanjung ini dilakukan
untuk melihat dan mengkaji peruntukan dan kecenderungan
penggunaan ruangan yang ada pada blok – blok yang terbentuk.
Dengan mengkaji seperti ini, kemungkinan – kemungkinan
permintaan akan lahan untuk keperluan tertentu dapat diprediksi
dimasa yang akan dating.
Pembagian blok kawasan dilakukan untuk membagi
kawasan dalam bentuk blok-blok. Dalam melakukan pembagian
blok peruntukan lahan harus sesuai dengan bentuk atau ukuran dan
fungsi. Pembagian blok ini juga tetap memperhatikan deliniasi
berdasarkan pembagian Sub wilayah perkotaan. Pembagian blok ini
akan memudahkan dalam melakukan pengembangan, alokasi,
investasi, pengendalian dan pengawasan di dalam wilayah
perencanaan. Dalam menentukan deliniasi blok kawasan,
terdapat beberapa pertimbangan antara lain:
Persamaan karakter peruntukan dengan pilihan
mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada.
Kesesuaian dengan ketentuan khusus yang ada.
Karakteristik lingkungan (batas fisik) dan administrasi atau
keterbatasan kondisi fisik lingkungan.
Dengan melakukan pembagian luasan menggunakan blok –
blok perencanaan setiap luasan lahan pada blok – blok akan lebih
mudah dilakukan. Beberapa hal yang dapat dilakukan setelah
dilakukan pembagian luasan menggunakan blok diantaranya :
Dapat melihat dan mempertimbangkan untuk
mempertahankan atau mengubah dominasi dari penggunaan
lahan yang sudah ada,
Dapat menetapkan fungsi yang baru pada blok – blok yang ada
yang tetap searah dengan fungsi yang ditetapkan RTRW.
Dapat memberikan atau menetapkan karakter pada bloking –
bloking atau kawasan tertentu.
Dapat menetapkan jenis pemanfaatan, ukuran persil serta
intensitas bangunan yang akan dibangun diatasnya pada
kemudian hari.
Dapat menetapkan dan mengembangkan jenis kegiatan khusus
pada suatu blok atau kawasan tertentu.
P(𝟎 + 𝟏) − 𝐏𝟎
𝑷𝟎
2. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk merupakan perhitungan untuk
memperkirakan jumlah penduduk dalam waktu beberapa tahun ke
depan. Proyeksi penduduk dimaksudkan untuk mendapat jumlah
penduduk pada masa yang akan datang. Dalam memperkirakan
jumlah penduduk yang didasarkan atas adanya tingkat pertambahan
penduduk pada tahun-tahun sebelumnya yang relatif tidak tetap.
Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan penduduk yang akan
diambil berdasarkan persentase rata-rata pertumbuhan penduduk
selama 5 (lima) tahun terakhir. Adapun metode proyeksi
pertumbuhan penduduk yang digunakan yaitu Metode Geometrik.
Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode geometrik
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pt = Po(1 + r) n
Dimana :
Pt = jumlah penduduk akhir tahun proyeksi
Po = jumlah penduduk awal proyeksi
r = tingkat pertumbuhan penduduk
M. Kebutuhan Sarana dan Prasaana
Analisa fasilitas dilakukan untuk mengetahui kebutuhan jumlah
Fasilitas yang akan digunakan di Perkotaan Tanjung dalam jangka waktu
20 tahun. Melalui analisa tersebut dapat diketahui apakah ketersediaan
Fasilitas di Perkotaan Tanjung sudah terpenuhi atau tidak, Hal ini
dilakukan karena Fasilitas umum adalah salah satu aspek vital dalam
mengembangkan siuatu wilayah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisa fasilitas adalah jumlah
penduduk tahun rencana (2037) dan jumlah fasilitas eksisting yang ada,
Selain itu penambahan fasilitas yang dilakukan harus menggunakan
konsep pemerataan di seluruh wilayah, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk dalam melakukan kegiatan agar
asyarakat terpenuhi kebutuhannya. Maka dari itu perlu dilakukan
proyeksi fasilitas fasilitas untuk 20 tahun kedepan agar pengembangan
wilayah dapat berjalan dengan baik. Selain itu standar yang digunakan
dalam perhitungan proyeksi fasilitas ini yaitu menggunakan SNI 03-
1733-2004.
1. Fasilitas Permukiman
Jumlah penduduk di Perkotaan Tanjung dari tahun ke tahun
terus mengalami tren pertumbuhan penduduk positif, maka
kebutuhan rumah diproyeksikan juga meningkat sehingga
dibutuhkan proyeksi penambahan rumah pada tahun 2021-2036.
Untuk menentukan jumlah unit rumah yang dibangun per Desa,
perlu memperhatikan tingkat hunian penduduk per rumah.
2. Fasilitas Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu aspek yang berperan utama
dalam kehidupan manusia. Dimana tanpa kesehatan, manusia
tidak akan dapat melakukan kegiatan dalam kehidupannya. Oleh
karena itu disetiap daerah, diperlukan fasilitas-fasilitas kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat agar
bisa menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Untuk Perkotaan
Tanjung terdapat beberapa fasilitas-fasilitas kesehatan yang
diharapkan dapat membantu meningkatkan kesehatan
masyarakatnya.
3. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan merupakan aspek yang penting untuk
mendukung kebutuhan rohani masyarakat. Fasilitas Peribadatan
juga sangat perlu disediakan selain berguna untuk kegiatan rohani
juga bisa berguna untuk saling bersilatrrahmi dengan masyarakat
lainnya. Untuk melakukan perencanaan pendekatan yang digunakan
adalah memperkirakan jumlah penduduk dan jenis agama dan
kemudian mempertimbangkan fasilitas apa sajakah yang harus di
rencanakan. Pendekatan perencanaan yang digunakan yaitu
dengan memperkirarakan jumlah memperkirakan populasi dan
jenis agama kemudian direncanakan alokasi lahan dan jumlah
fasilitas yang akan dibangun sesuai dengan tuntutan.
4. Analisis Sarana Pemerintahan
Kebutuhan fasilitas umum sebagai sarana memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas serta
keahlian masyarakatnya. Fasilitas fasilitas umum tersebut antara
lain Kantor Desa, Kantor Camat dll.
luas yaitu Kecamatan Bayan seluas 329,1 km 2 sedangkan kecamatan yang memiliki
10.02
14.28 40.65
19.44
15.61
Lahan Sawah
13% 11%
Lahan Pertanian
Bukan Sawah
Lahan Bukan
Pertanian
76%
4.1.3 Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu potensi yang sangat penting dalam
pembangunan, karena merupakan aset dalam peningkatan tenaga kerja. Berdasarkan
data statistik Kabupaten Lombok Utara tahun 2019, jumlah penduduk Kabupaten
Lombok Utara mencapai 216.515 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki sebanyak
106.812 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 109.703 jiwa.
4.2.2Fisik Binaan
4.2.2.1 Sarana
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam mewujudkan
kecerdasan bangsa dan juga sebagai salah satu indikator dalam rangka
meningkatkan status sosial masyarakat. Peningkatan partisipasi bersekolah
penduduk, tentunya harus diimbangi oleh sarana fisik pendidikan dan tenaga
pendidik. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan mutu
sumberdaya manusia, sehingga diperlukan peningkatan jumlah sarana
pendidikan. Jenis sarana pendidikan di Kecamatan Tanjung terdapat 2 jenis yaitu
sarana pendidikan umum dan sarana pendidikan islami. Banyaknya sarana
pendidikan umum di Kecamatan Tanjung sebesar 47 unit yang tersebar di masing
– masing desa, sementara banyaknya sarana penddidikan islami di Kecamatan
Tanjung sebesar 14 unit. Berdasarkan kondisi eksistingnya kondisi sarana
pendidikan yang ada di Kecamatan Tanjung beberapa diantaranya rusak berat dan
kondisi bangunan yang diperuntukkan sebagai sekolah sementara. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Sarana Pendidikan di Kecamatan Tanjung
Sarana pendidikan
Desa SM Madrasa Sementar
TK SD SMA
P h a
Sigar
- 5 1 - 2 2
Penjalin
Sokong - 6 1 2 1 1
Tanjung 1 5 1 - 1 2
Tegal Maja - 3 1 - - 3
Jenggala - 3 - - 2 -
Teniga - 1 - - 2 -
Medana 1 1 - - 6 2
Total 2 24 4 2 14 10
Sumber : Survei Primer 2019
d. Pemerintahan
Dalam mengatur peraturan daerah serta mengkordinir jalannya
pembangunan, tentunya suatu wilayah harus memiliki sarana pemerintahan
sebagai penunjang jalannya kegiatan pembangunan dan kegiatan masyarakat. Di
Kecamatan Tanjung memiliki 24 sarana pemerintahan yang terdiri dari kantor
desa dan dinas – dinas terkait yang ada di Kecamatan Tanjung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.15 Sarana Pemerintahan Kecamatan Tanjung
Desa Sokong
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 3 are
- Luas Bangunan : 2,1 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 4 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 2 are
- Luas bangunan : 1,6 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 1 m
Kanan = 1 m
Desa Medana
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 2,6 are
- Luas bangunan : 1,49 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 8 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 4,6 are
- Luas bangunan : 1,51 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 6 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
Desa Tanjung
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 1 are
- Luas bangunan : 86 m 2
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 1,5 are
- Luas bangunan : 1,3 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
Desa Jenggala
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 1,1 are
- Luas bangunan : 61,9 m 2
- KLB : 1 bangunan
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 1,8 are
- Luas bangunan : 1,3 are
- KLB : 1 bangunan
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 1,5 m
Kanan = 4 m
Desa Teniga
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 3 are
- Luas bangunan : 1 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 4 m
Belakang = 3 m
Kiri = 3 m
Kanan = 2 m
- Luas lahan : 2 are
- Luas bangunan : 1,2 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 3 m
Kiri = 5 m
Kanan = 2 m
Gambar 4.6 Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman Kecamatan Tanjung
4.2.2.2 Utilitas
a. Jaringan Listrik
Kondisi jaringan listrik yang ada di Kecamatan Tanjung sudah sebagian besar
yang terpenuhi jaringan PLN hanya sedikit rumah tangga yang belum teraliri
listrik. Jumlah rumah tangga pengguna listrik PLN pada tahun 2019 sebanyak
13.868 sambungan, dengan jumlah sambungan terbanyak terdapat di Desa Teniga
sebanyak 3.498 sambungan, dengan menara transmisi listrik (menara sutet)
berada di Desa sigar Penjalin sebanyak 2 unit, Desa Medana sebanyak 1 unit, Desa
Sokong 1 unit, dan Desa Jenggala 1 unit. Sementara di sepanjang jalan di
Kecamatan Tanjung sudah terdapat lampu penerangan jalan, namun beberapa
diantaranya tidak berfungsi dengan baik.
Tabel 4.23 Jumlah Rumah Tangga Yang Teraliri Listrik
No. Desa Rumah Tangga
1.
Sigar Penjalin 2257
2.
Sokong 610
3.
Tanjung 1406
4.
Tegal Maja 2823
5.
Jenggala 2878
6.
Teniga 3498
7.
Medana 1300
Total 13868
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019
4.2.2.3 Prasarana
a. Transportasi
(1) Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang sangat penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha
pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan guna
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas dari suatu
daerah ke daerah lainnya.
Jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan Tanjung merupakan jaringan
jalan dengan pola grid yang berada di Desa Tanjung dan Desa Jenggala,
sementara pola lainnya yaitu pola spine yang berada di Desa Sokong, Desa
Sigar Penjalin, Desa Tegal Maja, Desa Medana, dan Desa Teniga dengan
kondisi jalan ada yang telah beraspal, beton, dan beberapa masih jalan tanah.
Gambar 4.12 Jaringan Jalan Kecamatan Tanjung
(2) Moda Angkutan Umum
Prasarana transportasi merupakan sebuah keperluan vital untuk mendukung
pergerakan orang maupun barang. Adapun moda transportasi yang melintasi
wilayah Kecamatan Tanjung terbagi dalam jenis transprtasi umum dan
transportasi pribadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.30 Jumlah Kendaraan di Kecamatan Tanjung
Jenis Jumlah Kendaraan Per Tahun
No
Kendaraa 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
.
n
1. Sedan 28 28 28 33 41 53 83
2. Jeep 31 44 56 63 1.332 74 100 241
3. Minibus 348 558 768 991 1334 1568 2119
4. Mikrobus 4 25 45 47 53 63 76
5. Truk 117 165 213 226 245 284 468
6. Box 7 10 12 12 15 20 28
7. Pick Up 388 533 678 889 1167 1341 1837
8. Sepeda 23.19 27.662 32.131 37.011 41.832 47.099 52.115 60.66
Motor 2 2
Total 24.11 29.02 33.93 39.27 43.16 50.02 55.56 65.51
5 5 1 2 4 9 6 4
Sumber : UPTD. PPDRD Tanjung 2018
(3) Terminal
Terminal adalah prasarana yang mengakomodasi pergerakan naik turun
penumpang dan simpul penyebar atau pengumpul pergerakan angkutan
umum. Terminal sendiri terbagi dalam terminal penumpang dan terminal
barang, Kecamatan Tanjung sendiri memiliki 1 buah terminal yang melayani
penumbang dan barang yang berada di Desa Sokong. Sementara untuk
melayani beberapa desa yang ada di Kecamatan Tanjung terdapat beberapa
halte bus yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Tanjung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.31 Jumlah Halte Bus di Kecamatan Tanjung
No
Desa Jumlah Halte
.
1. Sigar Penjalin -
2. Sokong 1
3. Tanjung 1
4. Medana -
5. Tegal Maja -
6. Teniga -
7. Jenggala -
Total 2
Sumber : Survei Primer 2019