Anda di halaman 1dari 166

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 1 Pagesangan – Kota Mataram – 83127
Telp/Fax: (0370) 631904; website: www.ummat.ac.id

LEMBAR ASISTENSI

Mata Kuliah : Studio Perencanaan Kota


Kelompok : Perkotaan Tanjung
Hari/Tanggal Keterangan Paraf

Dosen Pembimbing

Fariz Primadi Hirsan, ST.,MT.


NIDN. 0804118001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecamatan Tanjung merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Lombok Utara dengan sektor unggulan di bidang perdagangan
dan jasa serta terdapat beberapa lokasi wisata yang tentunya dapat menarik
wisatawan dan menambah ekonomi wilayah khususnya Kecamatan
Tanjung. Hal tersebut diperkuat oleh muatan materi RTRW Kabupaten
Lombok Utara yang menyatakan bahwa kawasan Kecamatan Tanjung
ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Selain itu, Kecamatan
Tanjung juga di tetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)
kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat jasa dan pusat
pengolahan.
Berdasarkan kondisi eksistingnya, kawasan Kecamatan Tanjung
memiliki beberapa sentra industri kecil menengah yang memanfaatkan
hasil alam diantaranya adalah hasil olahan kopi bubuk dan industri mebel.
Kecamatan Tanjung sendiri memiliki luas lahan sebesar 13.459 Hektarare
dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh hutan lahan kering primer.
Selain itu, Kecamatan Tanjung dilalui oleh jalan arteri dimana terdapat
terminal tipe B yang melayani antar kabupaten di Provinsi NTB dan
berfungsi sebagai simpul transportasi wilayah perbatasan antar kabupaten.
Namun, beberapa jenis penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Tanjung
khususnya lahan terbangun, beberapa diantaranya mengalami rusak
sedang hingga rusak berat yang diakibatkan oleh gempa tektonik pada
tahun 2018 lalu. Sehingga, berdasarkan data badan penanggulan bencana
daerah (BNPB) Kabupaten Lombok Utara menyatakan terdapat 32.129
bangunan yang sudah terverifikasi yang diantaranya 16.231 unit bangunan
rusak berat, sedangkan sisanya rusak sedang dan rusak ringan. Oleh
karenanya, diperlukan sebuah penanganan kawasan untuk
mengoptimalkan potensi – potensi yang ada serta mengatur pemanfaatan
ruang yang tertuang dalam peraturan zonasi.
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.2.1 Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk menyusun rencana
kawasan Perkotaan Tanjung sebagai wilayah perkotaan yang
mendukung sentra perdagangan dan jasa serta kawasan pariwisata.
1.2.2 Sasaran
Berdasarkan tujuan diatas, maka sasaran yang ingin di capai
dalam penyusunan laporan ini adalah:
a. Teridentifikasinya dan terpilihnya bagian wilayah perkotaan yang
akan direncanakan.
b. Terdelineasinya kawasan perkotaan di Kecamatan Tanjung.
c. Terindentifikasinya eksistensi kawasan Perkotaan Tanjung secara
internal dan eksternal.
d. Teridentifikasinya rona wilayah perencanaan perkotaan secara
makro dan meso.
e. Teridentifikasinya potensi, isu dan masalah terkait penataan
ruang yang berkembang di Kecamatan Tanjung.

1.3 Ruang Lingkup


Pada sub bab ini akan menguraikan tentang lingkup wilayah
perencanaan dan lingkup materi yang akan dibahas pada penyusunan
laporan rencana Perkotaan Tanjung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada penjelasan dibawah ini.
1.3.1 Ruang lingkup wilayah
1.3.1.1 Kabupaten Lombok Utara
Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten
termuda di Provinsi NTB yang Secara geografis Kabupaten
Lombok Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa
disebelah Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Lombok
Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Lombok Tengah dan
Lombok Timur, sedangkan sebelah Baratnya berbatasan
dengan Selat Lombok.
Di Kabupaten Lombok Utara sendiri terdapat 29 sungai
yang sebagian besar mengalir di Kecamatan Bayan yaitu
sebanyak 13 sungai. luas wilayah Kabupaten Lombok Utara
sendiri mencapai 80.953 hektar. Sebagian besar lahan yang
ada di Kabupaten Lombok Utara merupakan lahan bukan
sawah terutama untuk lahan kebun dan hutan.

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lombok


Utara Tahun 2018

16%
Bayan
41% Pemenang
19% Tanjung
Gangga
Kayangan
14%
10%

Sumber: Kabupaten Lombok Utara Dalam Angka, 2018


1.3.1.2 Kecamatan Tanjung
Secara geografis Kecamatan Tanjung berbatasan
langsung dengan Laut Jawa di sebelah utaranya, sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Gangga, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Narmada dan Kecamatan
Gunungsari, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Pemenang.
Kecamatan Tanjung memiliki luas wilayah mencapai
13.459 Hektarare yang didominasi oleh penggunaan lahan
hutan lahan kering primer dengan luasan sebesar 7.764
hektarare.

Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Tanjung Dirinci Jenis


Penggunaannya

Hutan Lahan Kering Primer


Semak Belukar
Pertanian Lahan Kering
Campuran
Permukiman
Perkebunan
Sawah
Hutan Mangrove Sekunder
Rawa

Sumber: Kecamatan Tanjung Dalam Angka, 2018


1.3.2 Ruang Lingkup Materi
A. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang merupakan susunan pusat-
pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana di BWP
yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan dalam
melayani kegiatan skala BWP.
Rencana struktur ruang berfungsi sebagai:
a. Pembentuk sistem pusat pelayanan di dalam BWP;
b. Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan
prasarana dan utilitas dalam BWP sesuai dengan fungsi
pelayanannya; dan
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas
lingkungan dalam RTBL dan rencana teknis sektoral.
Rencana struktur ruang dirumuskan berdasarkan:
a. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang
termuat dalam RTRW;
b. Kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi BWP;
dan
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana struktur ruang dirumuskan dengan kriteria:


a. Memperhatikan rencana struktur ruang BWP
lainnya dalam wilayah kabupaten/kota;
b. Memperhatikan rencana struktur ruang
kabupaten/kota sekitarnya yang berbatasan
langsung dengan BWP;
c. Menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan
pembangunan prasarana dan utilitas pada BWP;
d. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasarana
dan utilitas BWP termasuk kebutuhan pergerakan
manusia dan barang; dan
e. Mempertimbangkan inovasi dan/atau rekayasa
teknologi.
Materi rencana struktur ruang meliputi:
a. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
Rencana pengembangan pusat pelayanan
merupakan distribusi pusat-pusat pelayanan di
dalam BWP yang akan melayani sub BWP, dapat
meliputi:
1) pusat pelayanan kota/kawasan perkotaan;
2) sub pusat pelayanan kota/kawasan perkotaan; dan
3) pusat lingkungan, berupa:
a) pusat lingkungan kecamatan;
b) pusat lingkungan kelurahan; dan/atau
c) pusat rukun warga.
b. Rencana Jaringan Transportasi
1) Untuk RDTR kawasan perkotaan di kabupaten,
terdiri atas:
a) jaringan jalan dan jaringan kereta api sesuai
dengan yang termuat dalam RTRW
kabupaten;
b) jaringan jalan sistem sekunder di kawasan
perkotaan meliputi jalan arteri sekunder,
kolektor sekunder, dan lokal sekunder;
c) jaringan jalan lingkungan primer dan
lingkungan sekunder;
d) jalur pejalan kaki;
e) jalur sepeda (jika ada); dan
f) jaringan jalan lainnya yang meliputi:
(1) jalan masuk dan keluar terminal barang
serta terminal orang/penumpang sesuai
ketentuan yang berlaku (terminal tipe A,
terminal tipe B, terminal tipe C, dan/atau
pangkalan angkutan umum);
(2) jaringan jalan moda transportasi umum
(jalan masuk dan keluarnya terminal
barang/orang hingga pangkalan angkutan
umum dan halte); dan
(3) jalan masuk dan keluar parkir.
2) Untuk RDTR kota, terdiri atas:
a) jaringan jalan dan jaringan kereta api sesuai
dengan yang termuat dalam RTRW kota;
b) jaringan jalan lingkungan primer dan
lingkungan sekunder;
c) jalur pejalan kaki;
d) jalur sepeda (jika ada); dan
e) jaringan jalan lainnya yang meliputi:
(1) jalan masuk dan keluar terminal barang
serta terminal orang/penumpang sesuai
ketentuan yang berlaku (terminal tipe A,
terminal tipe B, terminal tipe C, dan/atau
pangkalan angkutan umum);
(2) jaringan jalan moda transportasi umum
(jalan masuk dan keluarnya terminal
barang/orang hingga pangkalan angkutan
umum dan halte); dan
(3) jalan masuk dan keluar parkir.
Jaringan transportasi dapat berada di permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah, atau di atas
permukaan tanah.
c. Rencana Jaringan Prasarana
1) Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan, meliputi:
a) jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi, terdiri
atas:
(1) jaringan yang menyalurkan minyak dan
gas bumi dari fasilitas produksi ke
kilang pengolahan dan/atau tempat
penyimpanan; dan/atau
(2) jaringan yang menyalurkan gas bumi dari
kilang pengolahan ke konsumen.
b) jaringan penyaluran ketenagalistrikan, terdiri atas:
(1) jaringan transmisi dan distribusi tenaga
listrik untuk menyalurkan tenaga listrik
antarsistem sesuai dengan RTRW
kabupaten/kota, dapat berupa:
(a) saluran udara tegangan ultra tinggi
(SUTUT);
(b) saluran udara tegangan ekstra tinggi
(SUTET);
(c) saluran udara tegangan tinggi (SUTT);
(d) saluran udara tegangan
tinggi arus searah
(SUTTAS);
(e) saluran udara tegangan menengah
(SUTM);
(f) saluran udara tegangan rendah (SUTR);
(g) saluran kabel tegangan
menengah (SKTM);
dan/atau
(h) saluran transmisi/distribusi lainnya.
(2) gardu listrik, meliputi:
(a) gardu induk yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan dari jaringan
subtransmisi menjadi tegangan
menengah;
(b) gardu hubung yang berfungsi untuk
membagi daya listrik dari gardu
induk menuju gardu distribusi; dan
(c) gardu distribusi yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan primer
menjadi tegangan sekunder.
2) Rencana Jaringan Telekomunikasi (tetap dan
bergerak), terdiri atas:
a) infrastruktur dasar telekomunikasi yang
berupa lokasi pusat automatisasi sambungan
telepon;
b) jaringan telekomunikasi telepon kabel yang
berupa lokasi stasiun telepon otomat, rumah
kabel, dan kotak pembagi;
c) sistem televisi kabel termasuk lokasi stasiun
transmisi;
d) jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang
berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk
menara Base Transceiver Station (BTS);
e) jaringan serat optik; dan
f) peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi.
3) Rencana Jaringan Air Minum, meliputi:
a) jaringan perpipaan:
(1) unit air baku;
(2) unit produksi yang berupa bangunan
pengambil air baku, dan instalasi
produksi;
(3) unit distribusi berupa pipa transmisi air baku;
(4) unit pelayanan yang berupa pipa unit
distribusi hingga persil/bidang; dan/atau
(5) bangunan penunjang dan bangunan
pelengkap;
b) jaringan non-perpipaan, yang terdiri atas:
(1) sumur dangkal;
(2) sumur pompa;
(3) bak penampungan air hujan; dan
(4) terminal air.
4) Rencana Jaringan Drainase, meliputi:
a) saluran primer;
b) saluran sekunder;
c) saluran tersier;
d) saluran lokal;
e) bangunan peresapan (kolam retensi); dan
f) bangunan tampungan (polder) beserta sarana
pelengkapnya (sistem pemompaan dan pintu
air).
5) Rencana Pengelolaan Air Limbah, meliputi:
a) Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) setempat,
meliputi:
(1) subsistem pengolahan setempat;
(2) subsistem pengangkutan; dan
(3) subsistem pengolahan lumpur tinja.
b) Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) terpusat,
meliputi:
(1) subsistem pelayanan yang terdiri atas pipa
tinja, pipa non tinja bak perangkap lemak
dan minyak dari dapur, pipa persil, bak
kontrol, dan lubang inspeksi;
(2) subsistem pengumpulan yang terdiri atas
pipa retikulasi, pipa induk, serta sarana
dan prasarana pelengkap; dan
(3) subsistem pengolahan terpusat yang terdiri
atas Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL) kota dan IPAL skala kawasan
tertentu/permukiman.
Untuk industri rumah tangga harus menyediakan
instalasi pengolahan air limbah komunal
tersendiri.
6) Rencana Jaringan Prasarana Lainnya
Penyediaan prasarana lainnya direncanakan
sesuai kebutuhan pengembangan BWP, misalnya
BWP yang berada pada kawasan rawan bencana
wajib menyediakan jalur evakuasi bencana yang
meliputi jalur evakuasi dan tempat evakuasi
sementara yang terintegrasi baik untuk skala
kabupaten/kota, kawasan, maupun lingkungan.
Jalur evakuasi bencana dapat memanfaatkan
jaringan prasarana dan sarana yang sudah
ada.
Peta rencana struktur ruang digambarkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peta rencana struktur ruang terdiri dari:
1) peta pusat pelayanan yang memuat pusat-
pusat pelayanan;
2) peta jaringan transportasi yang memuat
jaringan jalan dan kereta api; dan
3) peta jaringan prasarana yang terdiri dari
jaringan energi/kelistrikan, telekomunikasi,
air minum, drainase, air limbah, dan
prasarana lainnya yang digambarkan secara
tersendiri untuk masing-masing rencana
jaringan prasarana;
b. Apabila terdapat jaringan transportasi dan jaringan
prasarana yang berada di bawah permukaan tanah
(ruang dalam bumi) maupun di atas permukaan
tanah maka digambarkan dalam peta tersendiri dan
dilengkapi dengan gambar potongan/penampang;
c. Rencana struktur ruang digambarkan dalam peta
dengan skala atau tingkat ketelitian informasi
minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan
mengenai sistem informasi geografis yang
dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang
berwenang;
d. Rencana struktur ruang disajikan dalam format
digital sesuai dengan standar yang akan diatur lebih
lanjut melalui pedoman tersendiri; dan
e. Rencana struktur ruang dapat digambarkan juga
dalam model 3 (tiga) dimensi.
Ketentuan teknis mengenai penyusunan peta
RDTR (peta rencana struktur ruang dan peta
rencana pola ruang) akan diatur lebih lanjut
melalui pedoman tersendiri.
B. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang merupakan rencana
distribusi zona pada BWP yang akan diatur sesuai
dengan fungsi dan peruntukannya.
Rencana pola ruang berfungsi sebagai:
a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya,
ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi lingkungan
dalam BWP;
b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya;
dan
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.
Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria:
a. Mengacu pada rencana pola ruang yang telah
ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota;
b. Mengacu pada konsep ruang (khusus untuk RDTR
kawasan perkotaan di kabupaten);
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dan infrastruktur dalam BWP;
d. Memperkirakan kebutuhan ruang untuk
pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
pelestarian fungsi lingkungan, khususnya untuk
kawasan perkotaan yang memiliki kegiatan yang
berpotensi menimbulkan bangkitan yang cukup
besar;;
e. Mempertimbangkan ketersediaan ruang yang ada;
f. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah
yang berbatasan;
g. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada
BWP, termasuk dampak perubahan iklim; dan
h. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung
kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:
a. Zona lindung yang meliputi:
1) zona hutan lindung (HL);
2) zona yang memberikan perlindungan terhadap zona
dibawahnya (PB) yang meliputi:
a) zona lindung gambut (LG); dan/atau
b) zona resapan air (RA).
3) zona perlindungan setempat (PS) yang meliputi:
a) zona sempadan pantai (SP);
b) zona sempadan sungai (SS);
c) zona sekitar danau atau waduk (DW) termasuk situ
dan embung; dan/atau
d) zona sekitar mata air (MA).
e) Ilustrasi sempadan pantai, sungai dan danau
ditunjukkan pada Lampiran I.2.
4) zona RTH kota (RTH) yang meliputi:
a) hutan kota (RTH-1);
b) taman kota (RTH-2);
c) taman kecamatan (RTH-3);
d) taman kelurahan (RTH-4);
e) taman RW (RTH-5);
f) taman RT (RTH-6); dan/atau
g) pemakaman (RTH-7).
5) zona konservasi (KS) yang meliputi:
a) cagar alam (KS-1);
b) suaka margasatwa (KS-2);
c) taman nasional (KS-3);
d) taman hutan raya (KS-4); dan/atau
e) taman wisata alam (KS-5).
6) zona lindung lainnya.
Pengkodean zona dan subzone lainnya diatur
sendiri oleh masing-masing daerah sesuai dengan
kebutuhan.
b. Zona budi daya yang meliputi:
1) zona perumahan (R), yang dapat dirinci kedalam
zona perumahan berdasarkan tingkat kepadatan
bangunan dan/atau tingkat
kemampuan/keterjangkauan kepemilikan rumah,
contoh:
a) berdasarkan tingkat kepadatan bangunan:
kepadatan sangat tinggi (R-1), tinggi (R-2),
sedang (R-3), rendah (R-4), dan sangat rendah
(R-5); atau
b) berdasarkan tingkat kemampuan/
keterjangkauan kepemilikan rumah: rumah
mewah (Rm), rumah menengah (Rh), rumah
sederhana (Rs), dan rumah sangat sederhana
(Ra).
2) zona perdagangan dan jasa (K), yang meliputi:
a) perdagangan dan jasa skala kota (K-1);
b) perdagangan dan jasa skala BWP (K-2); dan/atau
c) perdagangan dan jasa skala sub BWP (K-3).
3) zona perkantoran (KT);
4) zona sarana pelayanan umum (SPU), yang meliputi:
a) sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1);
b) sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2);
c) sarana pelayanan umumskala kelurahan
(SPU-3); dan/atau
d) sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4).
5) zona industri (I), yang meliputi:
a) kawasan industri (KI); dan/atau
b) sentra industri kecil menengah (SIKM).
6) zona lainnya, yang dapat berupa pertanian,
pertambangan, ruang terbuka non hijau, sektor informal,
pergudangan, pertahanan dan keamanan, Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA), pengembangan nuklir, pembangkit listrik,
dan/atau pariwisata. Pengkodean zona dan subzona
lainnya diatur sendiri oleh masing-masing daerah sesuai
dengan kebutuhan. Khusus zona pertanian, di dalamnya
dapat ditetapkan luasan dan sebaran lahan pertanian
pangan berkelanjutan (LP2B) dengan mengacu pada
kawasan pertanian pangan berkelajutan (KP2B) yang
telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang
RTRW kabupaten/kota. LP2B memiliki pengaturan
tersendiri sebagai tambahan dari aturan dasar zona
pertanian dan dituangkan ke dalam peta rencana pola
ruang yang memuat kode pengaturan zonasi.
7) zona campuran (C), yang meliputi perumahan dan
perdagangan/jasa, perumahan dan perkantoran,
perdagangan/jasa dan perkantoran. Penggunaan kategori
zona campuran di dalam rencana zonasi bertujuan untuk
mendorong pertumbuhan suatu bagian kawasan
perkotaan agar menjadi satu fungsi ruang tertentu.
Kategori zona campuran juga dapat digunakan untuk
mengakomodasi adanya suatu bagian kawasan perkotaan
yang memiliki lebih dari satu fungsi ruang, yang harmonis
namun tidak dapat secara utuh dikategorikan ke dalam
salah satu zona. Penggunaan kategori zona campuran
harus didukung oleh:
a) Adanya batas zona yang jelas yang dapat
membatasi perluasan fungsi campuran lebih
lanjut; dan
b) Harus ada upaya untuk mendorong
perkembangan fungsi campuran menuju ke satu
zona peruntukan tertentuDalam menentukan
klasifikasi zona/subzona lindung dan budidaya
dalam RDTR, perlu dibuat kriteria
pengklasifikasian zona/subzona yang memuat
sekurang-kurangnya:
a. Nama zona/subzona;
b. Kode zona/subzona;
c. Definisi zona/subzone memuat
pengertian lebih lanjut tentang
zona/subzona;
d. Tujuan penetapan zona memuat tujuan
yang ingin dicapai untuk setiap
zona/subzona lindung dan budidaya
dalam RDTR;
e. Kriteria
performazona/subzonamerupakan
kualitas atau kinerja yang harus dipenuhi
untuk mencapai tujuan penetapan
masing-masing zona/subzona; dan
f. Kriteria perencanaan zona merupakan
kriteria dan standar untuk merencanakan
ruang suatu zona agar tercapai tujuan
penetapan zona/subzona. Khusus untuk
zona perumahan harus mencantumkan
luas persil minimum dan luas persil
maksimum tiap zona/subzona.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kebijakan

2.1.1 Landasan Hukum


Praktek perencanaan wilayah dan kota tidak dapat terlepas dari
aspek hukum dan administrasi pembangunan. Aspek menentukan hal-
hal pokok seperti dasar hukum yang mengamanatkan suatu kegiatan
perencanaan, aturan bagaimana dan oleh siapa perencanaan itu
dilakukan atau proses administrasinya, bagaimana legalitas suatu
produk rencana serta penegakan hukumnya. Healy (1997) menegaskan
bahwa sistem perencanaan dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem
hukum dan prosedur yang menetapkan aturan dasar praktik
perencanaan. Dasar perencanaan yang dianut atau sedang dilakukan
juga mempengarui dalam perumusan dasar hukum kegiatan
perencanaan.
Hukum sebagai kaidah atau norma memiliki fungsi untuk
mewujutkan ketertiban dalam masyarakat, memberikan kepastian
hukum, kebahagian dan keadilan. Perencanaan secara umum
merupakan suatu rangkaian proses untuk menetukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia, dalam rangka mencapai suatu hasil atau
tujuan yang lebih baik lagi.
Adapun dalam penyususnan arahan atau perencanaan
pengembangan daerah perkotaan yang ada di Kecamatan Tanjung, tidak
terlepas dari beberapa kebijakan yang menjadi acuan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan/arahan kebijakan, yakni dapat dilihat
pada sub bab dibawah ini:

2.1.2 Undang-undang No. 26 Tahun 2007


Terbitnya Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2007 menjadi acuan baru sebagai pedoman dalam perencanaan tata
ruang di Indonesia. Sebelum dikeluarkannya Undang-undang ini, yang
menjadi rujukan dalam penataan ruang adalah Undang-undang No. 24
Tahun 1992. Undang-undang No. 26 Tahun 2007, disebutkan bahwa
“Dalam Kerangka Negara Republik Indonesia”, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan atas asas:
a. Keterpaduan.
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
c. Keberlanjutan.
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.
e. Keterbukaan.
f. Kebrsamaan dan kmitraan.
g. Prlindungan kepentingan umum.
h. Kepastian hukum dan keadilan.
i. Akuntabilitas.

Tujuan dari penataan ruang yaitu: penyelenggaraan penataan


ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,
produktif dan keberlanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional dengan:
a. Terwujudnya keharmonisan antar lingkungan alam dan lingkungan
buatan.
b. Terwujudnya keterpaduan dalam pnggunaan sumbr daya alam dan
sumber daya buatan dengan memprhatikan sumber daya manusia.
c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negative trhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah


Kabupaten/Kota, wewenang pmrintah Kabupaten/Kota sebagaimana
trcantum dalam UU/26/2007 meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap peleksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis
Kabupaten/Kota.
b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota.
c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota.
d. Kerjasama penataan ruang antar Kabupaten/Kota.

Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam


UU/26/2007, kewajiban pemerintah Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:
a. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dngan rencana umum
dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
ruang wilayah Kabupatn/Kota.
b. Melaksanakan standar pelayanan maksimal dibidang penataan
ruang.

Dalam ruang lingkup wilayah Kabupaten, perencanaan tata ruang


diatur dalam UU/27/2007, dimana acuan dalam penyusunan rencana
tata ruang wilayah Kabupatn yang meliputi:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi.
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Dalam UU/26/2007, menyebutkan bahwa penyusunan rencana


tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan:
a. Pengembangan permasalahan Propinsi dan hasil pengkajian
implikasi penataan ruang Kabupaten.
b. Upaya pemerataan pembangunan dan prtumbuhan ekonomi
Kabupaten.
c. Keselarasan aspirasi pembangunan Kabupaten.
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
e. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
f. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten.
g. Rencana penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.

Adapun substansi yang terkandung dalam Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten termuat dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007
yang mliputi:
a) Rencana tata ruang wilayah Kabupaten memuat:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah
Kabupaten
2. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten yang meliputi sistem
perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan
dan sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten.
3. Rencana pola ruang Kabupaten yang meliputi kawasan lindung
dan kawasan budidaya.
4. Penetapan kawasan strategis Kabupaten.
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten yang berisi
indikasi program utama jangka menengah lima tahun.
6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
yang berisis ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif, dan disentif serta arahan sanksi.
b) Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah.
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah Kabupaten.
4. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
antara sektor.
5. Penetapan lokasi fungsi ruang untuk investasi.
6. Penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.
c) Rencana tata ruang Kabupaten menjadi pembangunan dan
administrasi pertahanan.
d) Jangka waktu tata ruang wilayah Kabupaten adalah 20 tahun.
e) Rencana tata ruang wilayah Kabupaten di tinjau kembali 1 kali dalam
5 tahun.

Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan


dengan rencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan/ perubahan batas territorial Negara, wilayah
Provinsi dan wilayah Kabupaten yang ditetapkan olh perundang-
undangan, rencana tataruang wilayah Kabupaten di tinjau kmbali lbih
dari 1 kali dalam 5 tahun. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten
ditetapkan dengan peraturan daerah Kabupaten.

2.1.3 Kebijakan RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat


a. Tujuan Penaatan Ruang Wilayah Provinsi NTB
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi adalah
mewujudkan ruang wilayah provinsi yang maju dan lestari
melalui penataan ruang secara serasi, seimbang, terpadu dan
berkelanjutan dalam rangka mendorong wilayah provinsi sebagai
kawasan pengembangan agrobisnis dan pariwisata untuk
meningkatkan daya saing daerah dengan tetap memperhatikan
daya dukung lingkungan hidup dan kelestarian sumberdaya
alam.

b. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Provinsi NTB


Kebijakan pengembangan struktur ruang terdiri dari:
1) peningkatan peran dan fungsi pusat-pusat pertumbuhan
baru maupun pengembangan peran dan fungsi pusat-pusat
pertumbuhan yang sudah ada
2) pengembangan struktur ruang berbasis pulau untuk
Pulau Lombok dan berbasis kawasan untuk Pulau
Sumbawa
3) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan infrastruktur transportasi, telekomunikasi, energI
dan ketenagalistrikan, sumber daya air, persampahan,
dan sanitasi yang terpadu dan sesuai kebutuhan wilayah
provinsi.
c. Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi NTB
1) Strategi untuk peningkatan peran dan fungsi pusat - pusat
pertumbuhan baru maupun pengembangan peran dan fungsi
pusat - pusat pertumbuhan yang sudah ada meliputi:
a mendorong pengembangan Ibu Kota Kabupaten dan Ibu
Kota Kecamatan yang ditetapkan sebagai pusat - pusat
pertumbuhan baru sesuai sektor unggulan dan daya
dukung lingkungan hidup agar memenuhi kriteria PKW
Promosi (PKWp) dan PKL
b revitalisasi peran dan fungsi Ibu Kota Provinsi, Ibu Kota
Kabupaten dan Ibu Kota Kecamatan yang sebelumnya
telah merupakan PKN, PKW dan PKL
c mendorong pengembangan kawasan strategis untuk
mendorong pengembangan kawasan sekitarnya
2) Strategi pengembangan struktur ruang berbasis pulau untuk
Pulau Lombok dan berbasis kawasan untuk Pulau Sumb awa
meliputi
a pengembangan sistem jaringan infrastruktur terpadu
yang mendukung pengembangan Pulau Lombok sebagai
satu kesatuan pulau
b pengembangan sistem jaringan infrastruktur terpadu
yang mendukung pengembangan masing - masing
kawasan dan hubungan antar kawasan di Pulau
Sumbawa.
3) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan infrastruktur transportasi,
telekomunikasi, energi dan ketenagalistrikan, sumber
daya air, persampahan, dan sanitasi yang terpadu dan
sesuai kebutuhan wilayah provinsi meliputi:
a pengembangan jaringan infrastruktur transportasi
darat, laut, udara yang dapat meningkatkan
aksesibilitas pusat pertumbuhan dengan kawasan
sekitarnya, antar pusat - pusat pertumbuhan dalam
satu wilayah pulau, dan antar pusat pertumbuhan antar
pulau.
b pengembangan jaringan dan peningkatan pelayanan
telekomunikasi secara merata dan seimbang sesuai
kebutuhan untuk membuka keterisolasian daerah.
c percepat an pemenuhan kebutuhan energi dan
ketenaga listrikan dan perluasan jangkauan pelayanan
jaringan energi dan ketenagalistrikan dengan
optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya energi
termasuk sumber energi terbarukan.
d pengembangan energi baru terbarukan untuk
memenuhi kebutuhan daerah - daerah yang tidak bisa
terjangkau oleh pelayanan PLN dan mengurangi
ketergantungan terhadap energi tak terbarukan.
e peningkatan kualitas jaringan, pengembangan
pemanfaatan sumberdaya air untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dan irigasi.
f pengembangan dan pemanfaatan teknologi pengolahan
sampah ramah lingkungan.
g pengembangan instalasi pengolahan air limbah terpadu
dan berkelanjutan.
d. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :
1) kebijakan dan strategi pemantapan kawasan lindung.
a. Kebijakan pemantapan kawasan lindung meliputi:
1. mempertahankan luas kawasan lindung
2. mencegah alih fungsi lahan dalam kawasan
lindung
3. minimalisasi kerusakan kawasan lindung akibat
aktivitas manusia dan alam
4. rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung
5. mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam.
b. Strategi untuk mempertahankan luas kawasan lindung
meliputi:
1. mempertahankan luas kawasan lindung di darat
maupun laut sesuai tata batas kawasan hutan dan
kawasan konservasi laut
2. mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu
wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh perseratus) dari luas DAS dengan
sebaran proporsional
3. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan
lindung yang telah menurun akibat pengembangan
kegiatan budida ya maupun bencana alam, dalam
rangka mengembalikan dan memelihara
keseimbangan ekosistem wilaya
4. mengembangkan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sekitar kawasan hutan
5. meningkatkan upaya - upaya pengamanan hutan
6. mengembangkan program - program penyelamatan
hutan secara terpadu lintas wilayah lintas sector
7. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan
luas paling sedikit 30% (tiga puluh perse ratus )
dari luas kawasan perkotaan
8. membatasi perkembangan kawasan terbangun di
perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan
ruang secara vertikal dan tidak memanfaatkan
ruang secara sporadic.
9. rehabilitasi dan konservasi kawasan suaka alam,
suaka margasatwa, cagar alam, pelestarian
sumberdaya alam dan kawasan keanekaragaman
hayati spesifik lokal.
10. pengaturan pemanfaatan kawasan sempadan
pantai, sungai, sumber mata air dan sempadan
jalan.
11. mempertahankan fungsi lindung dan me mbatasi
kegiatan budidaya yang dapat merusak fungsi
lindung di pulau - pulau kecil
12. meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran
pemerintah, swasta dan masyarakat akan
pentingnya kawasan lindung.
c. Strategi untuk mencegah alih fungsi lahan kawasan
lindung meliputi:
1. mencegah terjadinya peladangan liar
2. pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar kawasan hutan
3. pembuatan tanda /tapal batas kawasan hutan
4. menetapkan luasan sawah berkelanjutan;
5. memanfaatkan hutan produksi secara selektif dan
berkelanjutan
6. mengembangkan kegiatan budidaya sesuai dengan
kaedah dalam pera turan perundang - undangan
yang berlaku
7. melarang kegiatan budidaya dalam kawasan hutan
lindung
8. mengembalikan fungsi lindung secara bertahap
pada kawasan lindung yang sedang dimanfaatkan
untuk kegiatan budidaya sampai ijin masa
berlakunya habis
9. meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran
pemerintah, swasta dan masyarakat untuk
menghindari alih fungsi lahan kawasan lindung.
d. Strategi untuk meminimalisasi kerusakan kawasan
lindung akibat aktivitas manusia dan alam meliputi:
1. mereklamasi dan rehabilitasi lahan - lahan bekas
pertambangan
2. memantau, mengawasi dan meng endalikan
kegiatan pertambangan
3. melarang dan menghentikan kegiatan
pertambangan tanpa ijin
4. mengembangkan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat kawasan lingkar tambang dan/atau
kawasan yang berpotensi tambang;
5. melakukan upaya - upaya preventif sebelum diambil
tindakan administrasi maupun hukum terhadap
aktifitas yang berdampak merusak lingkungan
hidup
e. Strategi untuk rehabilitasi dan konservasi kawasan
lindung meliputi:
1. merehabilitasi lahan - lahan kritis
2. merehabilitasi dan melindungi kawasan sumber
mata air
3. memelihara dan melestarikan sumberdaya alam
pesisir, laut dan pulau kecil
4. meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran
kepada pemerintah, swasta dan masyarakat akan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.
f. Strategi untuk mitigasi dan adaptasi kawasan rawan
bencana alam meliputi :
1. penataan kawasan rawan bencana ala m
2. perencanaan aksi pengelolaan kawasan rawan
bencana alam
3. pemanfaatan kawasan rawan bencana alam sesuai
kaedah - kaedah yang berlaku dengan berpegang
pada prinsip - prinsip pelestarian lingkungan hidup
4. mencegah kegiatan budidaya yang berdampak
terhadap ke rusakan lingkungan hidup pada
kawasan rawan bencana alam
5. memanfaatkan teknologi ramah lingkungan
untuk meminimalisasi dampak kerusakan pada
kawasan rawan bencana alam
6. memanfaatkan teknologi tanggap dini kejadian
bencana
7. meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran
kepada pemerintah, swasta dan masyarakat
tentang bahaya serta upaya antisipasi terjadinya
bencana alam.
2) kebijakan dan strategi pe manfaatan kawasan budidaya.
a Kebijakan pemanfaatan kawasan budidaya meliputi:
1. pengembangan kegiatan budi daya berbasis potensi
sumberdaya dan daya dukung lingkungan hidup
2. pemanfaatan sumberdaya alam berbasis pada
pengembangan agrobisnis dan pariwisata
3. pemantauan dan pengendalian kegiatan budi daya
yang berpotensi melampaui daya duk ung dan daya
tampung lingkungan
b Strategi pengembangan kegiatan budidaya berbasis
potensi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:
1. menetapkan kegiatan budidaya sesuai daya dukung
lingkungan hidup
2. menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai
strategis provinsi
3. mengembangkan kegiatan budidaya yang memiliki
keunggulan kompetitif dan komparatif
4. mengembangkan satu desa satu produk berbasis
potensi dan daya dukung lokal
5. mengembangkan kegiatan budidaya diluar kawasan
lindung
6. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya
kelautan yang bernilai ekonomi tinggi untuk m
eningkatkan perekonomian daerah
7. mengembangkan sarana prasarana pendukung
pengembangan potensi budidaya unggulan daerah.
c Strategi pemanfaatan sumberdaya alam berbasis pada
pengembangan agrobisnis dan pariwisata meliputi:
1. menetapkan kawasan agrobisnis dan pariwisata
beserta sektor unggulannya
2. mengembangkan lokasi produksi dan lokasi
pengolahan produksi dan lokasi pemasaran produk
3. menyediakan infrastruktur pendukung
pengembangan agrobisnis dan pariwisata
4. merevitalisasi kawasan pesisir, laut dan pulau -
pulau kecil
5. mengembangkan kawasan pariwisata unggulan
d Strategi pemantauan dan pengendalian kegiatan
budidaya yang berpotensi melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan meliputi:
1. melakukan pemantauan dan pengawasan secara
periodik terhadap kegiatan - kegiatan budidaya
yang berpotensi merusak lingkungan hidup
2. melakukan upaya prepentif terhadap kegiatan
budidaya yang berpotensi melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup
3. melakukan penindakan terhadap kegiatan budidaya
yang merusak lingkungan hidup
4. melakukan kajian lingkungan hidup strategis
terhadap kebijakan, rencana dan program yang
menimbulkan dampak dan resiko lingkungan
5. melakukan proses AMDAL terhadap kegiatan -
kegiatan budidaya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
6. mengembangkan mekanisme dan prosedur
pengaduan dan penyelesaian sengketa terhadap
kegiatan budidaya yang merusak lingkungan hidup
7. meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pemantauan dan pengawasan dampak negatif
aktivitas budidaya terhadap lingkungan hidup
8. meningkatkan sosialisasi dan kesadaran
pemerintah, swasta dan masyarakat tentang
pembangunan berbasis daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
3) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis
provinsi.
a. Kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi
meliputi:
1. penetapan kawasan strategis provinsi
2. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan
strategis secara produktif, efisien, dan berdaya saing
sesuai potensi lokal dan daya dukung lingkungan
3. pengembangan sarana dan prasarana kawasan
strategis provinsi
4. optimalisasi pemanfaatan teknologi untuk
pengembangan kawasan strategis secara
berkelanjutan
5. pengembangan kawasan strategis provinsi untuk
percepatan pembangunan kawasan tertinggal.
b. Strategi untuk menetapkan kawasan strategis provinsi
mempertimbangkan:
1. potensi unggulan kawasan strategis
2. daya dukung lingkungan untuk setiap potensi
unggulan kawasan strategis
3. keterkaitan ke depan dan kebelakang kawasan
strategis terhadap kawasan sekitarnya untuk
mendorong percepatan pengembangan kawasan
sekitarnya.
c. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi
kawasan strategis secara produktif, efisien, dan berdaya
saing sesuai potensi lokal dan daya dukung lingkungan
meliputi:
1. penataan ruang kawasan strategis provinsi dengan
mempertimbangkan kemampuan dan kesesuaian
lahan
2. mengembangkan produk unggulan sesuai daya
dukung lingkungan
3. pengembangan sarana dan prasarana pendukung
sesuai potensi dan daya dukung lingkungan
4. pengembangan kawasan strategis berorientasi
bisnis yang mengakomodir kepentingan hulu
dan hilir
5. mencegah pemanfaatan lahan kawasan strategis
yang berpotensi bencana alam, kecuali
memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan
kaedah - kaedah pembangunan berkelanjutan
6. melestarikan kawasan strategis provinsi yang ber
orientasi fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
7. merehabilitasi kawasan strategis yang
berorientasi fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup yang teridentifikasi mengalami kerusakan
8. mengembangkan mekanisme substitusi produk
dalam maupun antar kawasan strategis.
d. Strategi pengemb angan sarana dan prasarana
pendukung pengembangan kawasan strategis provinsi
meliputi:
1. mengembangkan sarana prasarana sesuai
kebutuhan pengembangan kawasan
2. meningkatkan peran swasta dan masyarakat dalam
penyediaan sarana prasarana
3. mengembangkan sarana prasarana secara terpadu
dan berkelanjutan
e. Strategi untuk optimalisasi pemanfaatan teknologi
untuk pengembangan kawasan strategis secara
berkelanjutan meliputi:
1. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau
kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya
dan/atau teknologi
2. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan
sumber daya dan/atau teknologi dengan kegiatan
penunjang dan/atau turunannya
3. mencegah dampak negatif pemanfaatan teknologi
terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan
masyarakat
4. memanfaatkan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan.
f. Strategi pengembangan kawasan strategis provinsi
untuk percepatan pembangunan kawasan tertinggal
meliputi:
1. mengidentifikasi lokasi dan potensi kawasan
tertinggal yang berada disekitar setiap kawasan
strategis provinsi
2. mengembangkan sinergi sosial dan ekonomi
antara kawasan strategis dengan kawasan
tertinggal yang ada disekitarnya
3. penataan ruang dan lingkungan kawasan tertinggal
4. meningkatkan aksesibilitas antara kawasan strategis
dengan kawasan tertinggal disekitarnya
5. mengembangkan kualitas dan jangkauan pelayanan
sarana dan prasarana pada kawasan tertinggal.
e. Rencana Struktur Ruang Wilyah Provinsi NTB
Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi:
1. Rencana sistem perkotaan

Sistem perkotaan nasional yang ada di wilayah provinsi


terdiri dari PKN berada di Mataram dan PKW berada di
Praya, Sumbawa Besar, dan Raba. Ibu kota kabupaten
lainnya diusulkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi
(PKWp) berada di Gerung, Tanjung, Selong, Taliwang,
Dompu, dan Woha. Sistem perkotaan provinsi yaitu: PKL
berada di Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur,
Bayan, Pemenang, Masbagik, Keruak, Labuhan Lombok,
Poto Tano, Jereweh, Alas, Empang, Lunyuk, Lenangguar,
Labangka, Calabai, Kempo, Hu’u, Kilo, Kore, O’o, Sila,
Tangga, Wawo, Wera dan Sape.
a. Sistem perkotaan kabupaten/kota yaitu Pusat Pelayanan
Lokal
b. PPL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
berdasarkan usulan pemerintah kecamatan da n
memperhatikan potensi wilayah
c. PPL sebagaimana ditetapkan dengan kriteria:
1) kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang
melayani skala kecamatan atau beberapa
desa/kelurahan
2) kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul transportasi yang melayani skala
kecamatan atau beberapa desa/kelurahan.
2. Rencana sistem jaringan
Rencana sistem jaringan meliputi:
a. sistem jaringan transportasi
b. sistem jaringan energi dan kelistrikan
c. sistem jaringan telekomunikasi
d. sistem jaringan sumber daya air
e. sistem jaringan persampahan
f. sistem jaringan sanitasi.
I. Sistem jaringan transportasi
1) Sistem jaringan transportasi nasional yang ada di
wilayah provinsi terdiri dari sistem transportasi
darat, laut dan udara, meliputi:
a. sistem transportasi darat terdiri dari jaringan
lalu lintas angkutan jalan dan jaringan angkutan
sungai, danau dan penyeberangan
b. jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari
jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas
angkutan jalan
c. jaringan jalan nasional terdiri dari arteri primer
dan jalan kolektor primer
d. jaringan prasarana terdiri dari Terminal
Penumpang Kelas A berada di Mataram, Gerung,
Sumbawa Besar dan Raba
e. pelabuhan pengumpul berada di Lembar,
Labuhan Lombok, dan Bima
f. pelabuhan penyeberangan lintas provinsi berada
di Lembar, Bima dan Sape
g. pelabuhan perikanan nusantara (PPN) berada di
Teluk Awang
h. Bandar udara pusat pengumpul skala sekunder
berada di Selaparang/Praya
i. bandar udara pusat pengumpul skala tersier
berada di Muhammad Salahuddin Bima.
2) sistem transportasi darat, laut dan udara, meliputi:
a. sistem transportasi darat terdiri dari jaringan
lalu lintas angkutan jalan dan jaringan angkutan
sungai danau dan penyeberangan (ASDP);
b. jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari
jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas
angkutan jalan
c. jaringan jalan provinsi, meliputi: jalan lintas
utama Pulau Lombok, jalan lintas utama Pulau
Sumbawa, jalan lintas utara Pulau Lombok, jalan
lintas selatan Pulau Lombok, jalan lintas utara
Pulau Sumbawa dan jalan lintas selatan Pulau
Sumbawa
d. jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan,
meliputi: terminal penumpang Kelas B berada di
Tanjung, Praya, Selong, Taliwang, Dompu, dan
Woha
e. pelabuhan pengumpan berada di Bangsal
Pemenang, Labuhan Haji, Tanjung Luar, Benete,
Badas, Calabai, Kempo, Waworada, Cempi, dan
Sape;
f. pelabuhan penyeberangan lintas
kabupaten/kota berada di Labuhan Lombok,
Telong - elong, Pototano, Benete, Pulau Moyo,
Lua Air;
g. pelabuhan khusus penumpang berada di pesisir
pantai Kota Mataram
h. bandar udara pusat pengumpan berada di Brang
Biji dan Sekongkang.
3) Mengembangkan sarana prasarana transportasi laut
pendukung ALKI II yang melintasi Selat Lombok.
II. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
1) Pembangkit tenaga listrik terdiri dari Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
(PLTGL), Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi
(PLTBE).
2) Jaringan tenaga listrik mencakup pengembangan
jaringan transmisi tegangan tinggi, distribusi, dan
gardu induk.
3) Distribusi minyak dan gas bumi erdiri da ri:
pembangunan depo bahan bakar minyak dan gas,
pengolahan migas (kilang) dan wilayah penunjang
migas.
4) Pengembangan energi panas bumi, energi uap, energi
bayu, energi surya, energi mikro hi dro, energi air,
dan bio energi yang berpotensi berada di dalam
kawasan lindung dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang - undangan yang berlaku.
III. Sistem Jaringan Telekomunikasi
1) Sistem jaringan mikro digital antar provinsi terdiri
dari 9 (sembilan) wilayah kabupaten/kota sebagai
berikut:
a. jaringan mikro digital perkotaan di wilayah Kota
Mataram
b. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Lombok Barat
c. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Lombok Utara
d. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Lombok Tengah
e. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Lombok Timur
f. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Sumbawa
g. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Sumbawa Barat
h. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Dompu
i. jaringan mikro digital perkotaan di Kabupaten
Bima;
j. jaringan mikro digital perkotaan di Kota Bima.
2) Jaringan serat optik dalam provinsi teraplikasi dalam
bentuk situs internet untuk kota dalam wilayah
masing - masing Kota Mataram (Mataram),
Kabupaten Sumbawa (Sumbawa Besar), Kabupaten
Sumbawa Barat (Taliwang dan Maluk), Kabupaten
Dompu (Dompu), dan Kabupaten/Kota Bima (Bima
dan RasanaE).
3) Jaringan terestrial dalam provinsi teraplikasi dalam
bentuk jaringan teknologi seluler, di masing – masing
lokasi wilayah Kab upaten /Kota Mataram, Lombok
Barat, Lombok Utara, Lomb ok Timur, Sumbawa,
Sumbawa Barat , Dompu dan Bima .
4) Jaringan satelit dalam provinsi teraplikasi dalam
bentuk pengembangan jaringan internet yang ada.
5) Pengembangan jaringan saluran tetap
telekomunikasi provinsi yang terpasang di perkotaan
dalam wilayah Kabupaten/Kota se - Nusa Tenggara
Barat.
6) Pengembangan stasiun telepon otomat meliputi:
a. station telepon otomat Kota Mataram
b. stasiun telepon otomat Kabupaten Lombok Barat
c. stasiun telepon otomat Kabupaten Lombok
Tengah;
d. stasiun telepon otomat Kabupaten Lombok
Timur
e. stasiun telepon otomat Kabupaten Lombok Utara
f. stasiun telepon otomat Kabupaten Sumbawa
g. stasiun telepon otomat Taliwang
h. stasiun telepon otomat Kabupaten Dompu
i. stasiun telepon otomat Kabupaten Bima.
7) Pengembangan jaringan telekomunikasi khusus
meliputi:
a. jaringan multimedia terpusat di Kota Mataram
dengan distribusi Tanjung – Gerung – Praya –
Selong – Taliwang - Sumbawa Besar – Dompu –
Wera - Kota Bima;
b. pusat penyebaran masing - masing ibukota
kecamatan
c. pengembangan telekomunikasi untuk
penanganan bencana
d. penanganan telekomunikasi khusus untuk
kepentingan instansi pemerintah, swasta dan
masyarakat lainnya
e. Pengembangan jaringan televisi lokal hingga
menjangkau siaran ke seluruh wilayah provinsi.
8) Pengembangan jaringan stasiun radio lokal hingga ke
seluruh pelosok pedesaan.
IV. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait


dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
meliputi:
a. Wilayah Sungai (WS) strategis nasional adalah
WS Pulau Lombok yang meliputi Daerah Aliran
sungai (DAS) Dodokan, DAS Menanga, DAS
Putih dan DAS Jelaten
b. sistem jaringan irigasi nasional meliputi:
Bendungan Batujai, Bendungan Pengga,
Bendungan Mamak, Bendungan Batu Bulan,
Bendungan Tiu Kulit, Bendungan Gapit,
Bendungan Pelaparado, Bendungan Sumi, dan
Bendungan Plara
c. daerah irigasi (DI) nasional meliputi: DI nasional
lintas kabupaten/kota dan DI nasional utuh
kabupaten/kota
1. Sistem jaringan prasarana sumber daya air provinsi
terdiri dari :
a. WS Lintas kabupaten/kota meliputi WS
Sumbawa dan WS Bima – Dompu
b. Sistem jaringan irigasi provinsi meliputi
bendungan, bendung, jaringan saluran
irigasi, dan daerah irigasi
c. sistem jaringan air bersih provinsi meliputi
jaringan perpipaan air minum, saluran
perpipaan air baku, dan instalasi air minum.
2. WS Sumbawa meliputi: DAS Moyo Hulu, DAS
Rhee, DAS Jereweh, DAS Beh, DAS Bako, DAS
Ampang, dan DAS Moyo .
3. WS Bima - Dompu meliputi: DAS Baka, DAS
Hoddo, DAS Banggo, DAS Par ado, DAS Rimba dan
DAS Sari .
4. Cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Lombok
meliputi: CAT Tanjung - Sambelia seluas sekitar
1.124 km 2 , CAT Mataram - Selong seluas sekitar
2.366 km 2 ; CAT di Pulau Sumbawa meliputi: CAT
Pekat seluas sekitar 977 km 2 , CAT Sumbawa
Besar seluas sekitar 1.404 km 2 , CAT Empang
seluas sekitar 345 km 2 , CAT Dompu seluas
sekitar 375 km 2 , CAT Sanggar - Kilo seluas
sekitar 1.419 km 2 , CAT Bima seluas sekitar 1.102
km 2 dan CAT Tawali - Sape seluas sekitar 363
km 2 .
5. Pola dan strategi pengelolaan sumberdaya air di
setiap wilayah sungai akan diatur selanjutnya
dengan Peraturan Gubernur
V. Sistem Jaringan Prasarana Persampahan

Sistem jaringan prasarana persampahan provinsi meliputi :


a. Tempat Pembuangan Akhir Kebon Kongok
(Kab. Lombok Barat) dengan sistem sanitary
landfill
b. Tempat Pembuangan Akhir Gunungsari
(Mataram Metro) dengan sistem sanitary
landfill.
VI. Sistem Jaringan Prasarana Sanitasi

Sistem jaringan prasarana sanitasi wilayah provinsi


meliputi:
a. sistem perpipaan air limbah provinsi di
Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian
wilayah Kabupaten Lombok Barat)
b. instalasi p engolahan air limbah di Mataram
Metro (Kota Mataram dan sebagian wilayah
Kabupaten Lombok Barat)
c. pengembangan instalasi pengolahan air limbah
lintas kabupaten/kota lainnya
f. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi NTB
1. Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi :
a. rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN
yang terkait dengan wilayah provinsi
b. Rencana pola ruang provinsi.
2. Pola ruang wilayah meliputi rencana pengembangan
kawasan lindung dan kawasan budidaya wilayah provinsi.
I. Rencana pengembangan kawasan lindung
1) Kawasan lindung wilayah provinsi meliputi:
a. kawasan lindung yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang
terkait dengan wilayah Provinsi
b. kawasan lindung provinsi
2) Kawasan lindung nasional yang terkait dengan
wilayah provinsi meliputi:
a. kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya nasional
meliputi Hutan Lindung, dan Kawasan resapan
air
b. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya nasional meliputi: Cagar Alam
(CA.), Suaka Margasatwa (SM.), Taman
Nasional (TN.) Gunung Rinjani, Taman Hutan
Raya (Tahura) Nuraksa dan Taman Wisata
Alam (TWA)
c. kawasan lindung nasional lainnya adalah
Taman Buru (TB) Pulau Moyo dan Taman Buru
(TB) Tambora Selatan.
3) Kawasan Lindung Provinsi meliputi :
a. kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya meliputi: hutan
lindung dan kawasan resapan air
b. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya nasional
c. kawasan lindung lainnya provinsi meliputi:
rencana pengembangan cagar
biosfer/ramsar/taman buru/kawasan
perlindungan plasma nutfah/kawasan
pengungsian satwa/terumbu karang/kawasan
koridor bagi jenis satwa atau biota laut
d. kawasan perlindungan setempat meliputi:
sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau atau waduk, dan ruang terbuka
hijau kota
e. kawasan rawan bencana alam
4) Kawasan rawan bencana alam meliputi:
a. kawasan rawan bencana gunung berapi
b. kawasan rawan banjir
c. kawasan rawan tsunami
d. kawasan rawan angin topan
e. kawasan rawan gelombang pasang;
f. kawasan rawan kekeringan;
g. kawasan rawan tanah longsor
h. kawasan rawan abrasi pantai
i. kawa san rawan gempa bumi.
5) Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
meliputi :
a. kawasan budidaya yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang
terkait dengan wilayah provinsi
b. kawasan budidaya p rovinsi.

Kawasan budidaya nasional yang terkait dengan


wilayah provinsi meliputi :
a. Kawasan Andalan terdiri dari :
1. Kawasan Andalan Lombok dan sekitarnya
dengan sektor unggulan : pertanian, perikanan
laut, pariwisata, industri, dan per tambangan
2. Kawasan Andalan Sumbawa dan sekitarnya
dengan sektor unggulan: pertanian, pariwisata,
industri, pertambangan dan perikanan
3. Kawasan Andalan Bima dan sekitarnya
dengan sektor unggulan : pertanian,
pariwisata, perikanan dan industri.
b. Kawasan Andalan Laut adalah Kawasan Andalan
Perairan Selat Lombok dengan sektor unggulan :
perikanan laut dan pariwisata .
(1) Kawasan budidaya provinsi meliputi :
a. kawasan peruntukan hutan produksi tetap dan
terbatas
b. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan
hortikultura
c. k awasan peruntukan perkebunan
d. kawasan peruntukan peternakan
e. kawasan peruntukan pertambangan
f. kawasan peruntukan pariwisata
g. kwasan peruntukan perikanan, kelautan dan pulau -
pulau kecil
h. k awasan peruntukan industry
i. kawasan peruntukan permukiman
j. kawasan peruntukan lainnya .
(2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan
hortikultura berada di kawasan pertanian lahan basah ,
lahan kering, dan kawasan pertanian hortikultura .
(3) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c berada di Kawasan
Industri Masyarakat Perkebu nan (KIM - Bun):
Sekotong, Gerung, Gangga, Bayan, Kopang, Pujut,
Terara, Pringgabaya, Utan Rhee, Batulanteh,
Sorinomo, Tambora, Sumbawa, Kayangan, dan Wera
dan kawasan pengembangan tanaman komoditi
unggulan.
(4) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d berada tersebar di
wilayah provinsi untuk alokasi peningkatan jumlah
ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak,
penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri
pengolahan hasil ternak
(5) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi pertambangan
mineral logam, mineral bukan logam dan batuan
berada pada zona tertentu di Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa.
(6) Pertambangan mineral logam dan bukan logam seba
gaimana dimaksud pada ayat ( 5 ) dilaksanakan setelah
ditetapkannya Wilayah Pertambangan (WP)
berdasarkan usulan penetapan WP .
(7) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 6 ) disampaikan Gubernur kepada Pemerintah
berdasarkan pertimbangan Badan Koordinasi
Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi.
(8) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) untuk mineral logam dan bukan logam disusun
melalui kajian dengan mematuhi ketentuan peraturan
perundangan dan harus berada di luar kawasan
lindung, kawasan permukiman, kawasan lahan
pertanian pangan berkelanjutan, dan kawasan
pariwisata sampai batas tidak adanya dampak negatif
secara teknis, ekonomi, dan lingkungan yang
ditimbulkan akibat usaha pertambangan.
(9) Ijin pertambangan mineral logam dan bukan logam
yang telah diterbitkan dan masih berlaku, tetap
diakui sampai masa berlakunya habis dan
perpanjangannya menyesuaikan dengan ketentuan
peraturan daerah ini.
(10) Kawasan Peruntukan Pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f sebanyak 16 (enam
belas) kawasan berada di : a. Pulau Lombok ,
meliputi : Senggigi dan se kitarnya, Suranadi dan
sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang
Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya;
Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya,
Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya,
Gunung Rinjani dan sekitarnya; dan b. Pulau
Sumbawa , meliputi : Maluk dan sekitarnya; Pulau
Moyo dan sekitarnya; Hu’u dan sekitarnya, Teluk
Bima dan sekitarnya, Sape dan sekitarnya; Gunung
Tambora dan sekitarnya.
(11)Kawasan Perikanan, Kelautan dan Pulau - Pulau
Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
berada di : a. Pulau Lombok, meliputi: Gili Indah
dan sekitarnya, Senggigi dan sekitarnya, Lembar
dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Teluk Sepi
dan sekitarnya, Kuta, Awang dan sekitarnya, Tanjung
Luar dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya, dan
Labuhan Lombok dan sekitarnya ; dan b. Pulau
Sumbawa , meliputi: Alas - Pantai Utara Kabupaten
Sumbawa dan sekitarnya ; Teluk Saleh dan
sekitarnya; dan Labuhan Lalar, Maluk dan
sekitarnya; Teluk Sanggar dan sekitarnya; Teluk
Cempi dan sekitarnya; Waworada dan sekitarnya;
Teluk Bima dan sekitarnya; dan Sape dan sekitarnya.
(12) Kawasan peruntukan industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:
a. Kawasan Agroindustri berada di Gerung,
Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan, Kayangan,
Gangga, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur,
Jonggat, Batukliang Utara, Praya Barat, Praya
Timur, Pringgarata, Pujut, Selong, Masbagik,
Aikmel, Pringgabaya, Labuhan Haji, Jerowaru,
Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas,
Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu, Moyohilir,
Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu,
Kempo, Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape, dan
RasanaE
b. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
berada di Labuapi, Kediri, Gerung, Tanjung,
Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang,
Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji, Jereweh,
Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu,
Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sape, Pajo dan
RasanaE .
(13) Kawasan peruntukan permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i
meliputi:
a. kawasan permukiman perkotaan berada
di kawasan perkotaan Ibukota Provinsi,
Ibu Kota Kabupaten dan Kota, Ibu Kota
Kecamatan dan Desa yang sudah
menampakkan gejala perkotaan
b. kawasan permukiman perdesaan berada
diluar kawasan perkotaan yang
didominasi oleh penggunaan lahan
sawah dan perkebunan.
g Penetapan Kawasan Strategis Provinsi NTB
1. Kawasan Strategis merupakan kawasan yang didalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
a. tata ruang di wilayah sekitarnya
b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang
lainnya
c. peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Kawasan strategis meliputi: kawasan strategis dari kepentingan
pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya,
pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi, serta
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
3. Kawasan strategis di wilayah provinsi meliputi:
a. kawasan strategis nasional yang ditetapkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional terkait dengan wilayah
Provinsi
b. kawasan strategis provinsi yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
c. kawasan strategis kabupaten/kota yang ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
(1) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) meliputi:
a. kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi
b. kawasan strategis dari fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup
(2) Kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi
meliputi :
a. Mataram Metro meliputi Kota Mataram, Kecamatan
Batulayar, Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Lingsar,
Kecamatan Narmada, Kecamatan Labuapi dan
Kecamaan Kediri dengan sektor unggulan perdagangan -
jasa, industri dan pariwisata
b. Senggigi - Tiga Gili ( Air, Meno, dan Trawangan) dan
sekitarn ya di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten
Lombok Utara dengan sektor unggulan pariwisata,
industri dan perikanan
c. Agropolitan Rasimas di Kabupaten Lombok Timur dengan
sektor unggulan pertanian, industri dan pariwisata
d. Pantai Putri Nyale dan sekitarnya di Kabupaten Lombok
Tengah, sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat dan
sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur dengan sektor
unggulan pariwisata dan industri
e. Agroindustri Pototano berada di Kabupaten Sumbawa
Barat dengan sektor unggulan pertanian dan industry
f. Agropolitan Alas Utan berada di Kabupaten Sumbawa
dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan pariwisata
g. Lingkar Tambang Batu Hijau dan Dodo R inti berada di
Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa
dengan sektor unggulan pertambangan, pertanian dan
pariwisata
h. Teluk Saleh dan sekitarnya berada di Kabupaten Sumbawa
dan Kabupaten Dompu masing - masing beserta wilayah
perairannya dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata,
pertanian, peternakan, dan industry
i. Agropolitan Manggalewa berada di Kabupaten Dompu
dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan dan
industry
j. Hu’u dan sekitarnya berada di Kabupaten Dompu dengan
sektor unggulan pariwisata, industri, pertanian, dan
perikanan
k. Teluk Bima dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dan
Kota Bima dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata
dan industry
l. Waworada - Sape dan sekitarnya berada di Kabupaten
Bima dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan
industri.
(3) Kawasan strategis dari kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. Kawasan Ekosistem Selalu Legini berada di Kabupaten
Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa
b. Kawasan Ekosistem Gunung Tambora berada di Kabupaten
Dompu dan Kabupaten Bima
c. Kawasan Ekosistem Hutan Parado berada di Kabupaten
Dompu dan Bima
d. Kawasan Ekosistem Pulau Sangiang berada di Kabupaten
Bima.

2.1.4 Kebijakan RTRW Kabupaten Lombok Utara


a. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Penataan ruang wilayah Kabupaten Lombok Utara bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan
pariwisata, perkebunan dan agro industry.
b. Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Lombok Utara
1) Peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah-wilayah
yang berbasis pariwisata dan perkebunan.
2) Peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan
konsep agroindustri.
3) Pengendalian pemanfaatan lahan pertanian.
4) Penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi
perkotaan dan menunjang sistem pemasaran pariwisata dan
produksi perkebunan.
5) Pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung
pemasaran pariwisata, produksi perkebunan dan produksi
agroindustri.
6) Pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan
peruntukan lahan daya tampung lahan dan aspek konservasi.
7) Pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan lingkungan hidup.
c. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
1) Strategi peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah-
wilayah yang berbasis pariwisata, perkebunan sebagaimana
dimaksud yaitu :
a) Mengembangkan wilayah-wilayah dengan potensi unggulan
pariwisata dan perkebunan.
b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
penunjang.
2) Strategi peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah
dengan konsep agroindustri meliputi :
a) Menetapkan wilayah agroindustri di Kecamatan Gangga,
Kecamatan Kayangan dan Kecamatan Bayan.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
penunjang kawasan agroindustri.
c) Meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan agroindustri.
3) Strategi pengendalian pemanfaatan lahan pertanian meliputi :
a) Menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi tknis.
b) Menetapkan lahan sawah abadi atau lahan sawah berkelanjutan
dan menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi
teknis.
c) Mengembangkan sawah baru pada kawasanpotensial.
d) Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering.
4) Strategi penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi
prkotaan dan menunjang sistem pemasaran pariwisata serta
produksi perkebunan meliputi :
a) Menetapkan hirarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi
wilayah.
b) Menetapkan fungsi simpul-simpul wilayah.
c) Memantapkan keterkaitan simpul antar wilayah dan interaksi
antara simpul wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai
hiterlandnya.
d) Menjaga keterkaitan antar wilayah perkotaandan perdesaan,
antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.
e) Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
belum terlayani oleh pusat pertumbuhan.
f) Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar
lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah
diskitarnya.
5) Strategi pengembangan sistm prasarana wilayah yang mendukung
pemasaran pariwisata, produksi perkebunan dan agroindustri
sebagaimana dimaksud meliputi :
a) Mengembangkan jaringan infrastruktur dalam mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi darat dan laut.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan irigasi dan
mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.
c) Mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan
pariwisata , perkebunan, agroindustri dan daerah yang terisolir.
d) Mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan
dan jalan lingkar utara-selatan wilayah Kabupaten.
e) Mendorong pengembangan infrastruktur telemunikasi dan
informasi terutama di kawasan yang terisolir.
f) Meningkatkan jaringan energy dengan memanfaatkan energy
terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal serta
mwujudkan keterpaduan sistem pnyediaan tenaga listrik.
6) Strategi pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan
peruntukan lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi
meliputi :
a) Mempertahankan luasan kawasan lindung.
b) Mempertahankan luasan hutan lindung dan mengembangkan
luas kawasan hutan minimal 30% dari luasan daerah aliran
sungai.
c) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung
yang tlah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya
dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah.
d) Menyelenggarakan upaya terpadu untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas fungsi kawasan lindung.
e) Melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan
air untuk musim kemarau.
f) Memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan dampak negative yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia
dan mahluk hidup lainnya.
g) Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
7) Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan
memperhatikan aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup
sebagaiman dimaksud meliputi :
a) Mendukung kebijakan monotarium logging dalam kawasan
hutan serta mendorong berlangsungnya investasi bidang
kehutanan yang di awali dengan kegiatan
penanaman/rehabilitasi hutan.
b) Mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kgiatan
budidaya tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi.
c) Mengmbangkan produksi hasil hutan kayau yang berasal dari
hutan alam dari kgiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan
hutan dengan ijin yang sah.
d) Mengembangkan ruang terbuka hijau dngan luas paling sedikit
30% dari luas kawasan perkotaan.
e) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan.
f) Mengelola dampak negative kegiatan budidaya agar tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan.
d. Kebijakan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Rencana struktur ruang wilayah meliputi :
1) Pusat-pusat kegiatan.
2) Sistem jaringan prasarana utama.
3) Sistm jaringan prasarana lainnya.
(a) Pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud adalah :
a) Pusat kgiatan wilayah promosi (PKWp) kawasan perkotaan
yang brfungsi sebagai pusat jasa pusat pngelolaan dan simpul
transportasi yang melayani beberapa Kabupaten yaitu
Perkotaan Tanjung.
b) Pusat kegiatan lokal (PKL) kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota dan beberapa
Kecamatan yang meliputi Bayan (Anyar) dan Pemenang
(Pemenang Barat dan Pemenang Timur).
c) Pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) yaitu daerah kayangan.
d) Pusat pelayanan kawasan (PPK) kawasan perkotaan lain yang
berfungsi untuk melayani skala Kecamatan atau beberapa desa
meliputi senaru dan Sukadana.
e) Pusat playanan lingkungan (PPL) pusat permukiman yang
melayani kegiatan skala antar desa mliputi Sigar Penjalin,
Selengan dan Rempek
(b) Sistem Jaringan Prasarana Utama
Sistem jaringan prasarana utama yanag ada di Kabupaten Lombok
Barat meliputi sistem jaringan transportasi darat dan sistem jaringan
transportasi laut yang meliputi daerah :
a) Sistem Jaringan Transportasi Darat
 Sistem transportasi darat terdiri atas jaringan lalu lintas
angkutan jalan dan penyebrangan.
 Jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri atas jaringan jalan
dan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan.
 Jaringan jalan Provinsi meliputi :
(1) Jalan penghubung rembiga - pamenang
(2) Jalan pnghubung pemenang-Tanjung
(3) Jalan pnghubung Tanjung-Bayan
(4) Jalan pnghubung Bayan-Dasan Biluk.
(5) Jalan penghubung Ampenan-Mangsit-Pemenang.
 Jaringan jalan Kabupaten yaitu jalan lokal primer
b) Rencana pengembangan dan peningkatan pelayanan jalan meliputi :
a. Rencana pningkatan status jaringan jalan lingkungan menjadi
jalan lokal yaitu :
(1) Ruas Medana-Tegal Maja
(2) Pertigaan Gondang-Bentek-Genggelang.
(3) Ruas Rmpek-SambikBangkol
(4) Ruas Kayangan-Pendua
(5) Ruas Dangiang-Sesait
(6) Ruas Selengan-Mumbul Sari
b. Rencana pembuatan jalan baru yaitu mencakup :
(1) Pembangunan jalan lingkar utama Prkotaan
(2) Pembangunan jalan lingkar selatan Perkotaan
(3) Dan di Pemenang-Kapu untuk menghubungkan jalan
Kolektor dengan jalan lokal untuk pengembangan kawasan
Perkotaan.
c. Rencana pemeliharaan jalan dan kualitas jalan mliputi seluruh
ruas jalan yang ada.
c) Rencana pengembangan terminal meliputi :
a. Rencana terminal tipe B di Ibu Kota Kabupaten dari Kecamtan
Tanjung dan Kecamatan Bayan
b. Rencana pengembangan terminal tipe C di setiap Kecamatan.
c. Rencana terminal khusus Cidomo di Tiga Gili.
d) Angkutan masal direncanakan rute Tanjung-Bandara Internasional
Lombok dan Pemenang-angkutan bus dari bandara Lombok.
e) Pelabuhan laut pemenang yang merupakan terminal khusus
penumpang dngan ute pelabuhan Bangsal-Pelabuha di Tiga Gili.
f) Pelabuhan laut lokal berada di Tluk Nare yang mrupakan terminal
khusus penumpang dengan rute pelabuhan Teluk Nare-Pelabuhan
di Tiga Gili.
2) Sistem Jaringan Transportasi Laut
Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana yang dimaksud
meliputi :
a. Pelabuhan antar provinsi berada di pelabuhan carik
(Kecamatan Bayan)
b. Terminal khusus wisata berada di pelabuhan Teluk Nare dan
Tiga Gili (Kecamatan Pemenang) dengan alur pelayaran
meliputi :
(1) Pelabuhan Teluk Nare (Kecamatan Pemenang)- Pelabuhan
Benoa.
(2) Pelabuhan Teluk Nare (Kecamatan Pemenang)-Pelabuhan
Padangbai.
3) Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya
sebagaiman dimaksud mliputi :
(1)Sistem jaringan energy
(2) Sistem jaringan telemunikasi
(3) Sistem jaringan sumber daya air
(4) Sistem jaringan air bersih
(5) Sistem jaringan prasarana sanitasi
(6) Sistem jaringan persampahan
(7) Sistem jaringan evakuasi bencana alam
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran II dan
diwujudkan dalam bntuk sebuah peta rencana jaringan
prasarana wilayah Kabupaten Lombok Utara sebagaimana
tercantum.

4) Sistem Jaringan Energi


(1) Rencana pengembangan sistem jaringan energy sebagaimana
dimaksud meliputi :
(1)Jaringan transmisi tegangan tinggi (SUTT) Ampenan-
Tanjung
(2) Jaringan distribusi terbesar di seluruh wilayah kabupatn
Lomok Utara.
(3) Gardu induk di tanjung
(4) Gardu pembagi di Kayangan
(2) Rencana pengembangan energy direncanakan sampai dengan
tahun 2031 sebesar kurang lebih 50 MW.
(3) Rencana pengembangan energy meliputi :
(1)Pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di
Kecamatan Bayan, Kecamatan Gangga dan Kecamatan
Kayangan.
(2) Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di seluruh wilayah
Kabupatn Lombok Utara yang jauh dari jaringan transmisi
dan distribusi.
(3) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di kokoq putih dan
sungai pekatan.
(4) Pembangkit listrik tenaga bio energy (PLTBE) di lokasi
TPA pusat pengembangan peternakan , pusat permukiman,
dan lokasi lain yang berpotensi.
5) Sistem Jaringan Telemunikasi
Rencana pengembangan sistem jaringan telemunikasi meliputi:
 Sistem jaringan mikro digital yaitu Tanjung-Sigar Penjalin dan
Bayan sampai Sambik Elen.
 Tower telemunikasi seluler (BTS) sebanyak 34 unit disemua
kecamatam
 Sentral telpon otomatis (STO) di lima Kecamatan
 Pengembangan jaringan stasiun radio lokal di 5 kecamatan
 Pengembangan jaringan telemunikasi khusus meliputi :
(1)Pengembangan telemunikasi untuk penanganan bencana
(2) Penanganan telemunikasi khusus untuk kepentingan
instansi pemerintah, swasta dan masyarakat lainnya.
6) Sistem Jaringan Sumber Daya Air
 Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi :
(1)Wilayah sungai
(2) Bendungan
(3) Sistem jaringan irigasi
 Wilayah sungai sebagaimana dimaksud meliputi : Sungai
Bentek, Sungai Buruan, sungai Rangsot, sungai Bengkak,
sungai Sokong, sungai segara, sungai tupupus, sungai
lempenge, sungai Luk, sunagi penggolong, singai Piko, sungai
sidutan, sungai Braringan,sungai lebah pebali, sungai nangka,
sungai telaga banyak.
 Rencana pembangunan bendung sebaynak 4 buah yang
tersebar di Kecamatan Tanjung, kecamatan Gangga, Kecamatan
Kayangan,dan kecamatan bayan.
7) Sistem Jaringan Air Minum
Rencana pengembangan jaringan sumber daya air dilakukan dalam
rangka peningkatan cakupan pelayanan, peningkatan kualitas air, dan
efisiansi pemanfaatan air bersih dengan memprhatikan konservasi
sumber-sumber air dan keanekaragaman sumber air baku meliputi :
 Memanfaatkan CAT (Cekungan ait tanah) untuk di
distribusikan ke Kecamatan Pemenang, Kecamatan
Tanjung,kecamatan gangga, kecamatan bayan dan kecamatan
kayangan.
 Meningkatkan sarana air minum dari jumlah dan sistem
ditribusinya dengan pengembangan brupa.
(1) Sistem jaringa perpipaan pada daerah yang memiliki sumber
cukup besar elevasi tidak jauh dari pelayanan, perumahan
yang padat, daerah pelayanan tidak bergelombang
(2) Daerah-daerah yang memiliki sumber cukup besar sebagian
besar adalah dibagian barat kabupaten Lombok utara dan
hanya sedikit yang termasuk bagian timur kabupaten
Lombok utara.
(3) Sistem perpipaan ini akan dikembangkan di seluruh
kecamatan.
(4) Untuk daerah-daerah yang memeliki
perumahan/permukiman tersebar, terisolir, sangat jauh
dari sumber dan sangat kritis sehingga rawan terjadi
kekeringan tersebar di kcamatan bayan dan kecamatan
kayangan dikembangkan sistem truk tangki dan
pengembangan air bawah tanah melalui pengembangan
mata air popa sumur pompa tanagan, sumur bor dalam
dan pembangunan penampungan air hujan.
 Untuk memenuhi kebutuhan domestik pariwisata pada
kawasan-kawasan yang rawan bencana kekeringan dilakukan
pengembangan potensi air tanah secara terpadu.
 Scenario pengembangan air brsih dalam jangka panjang ini
adalah peningkatan kualitas air bersih dengan standar air
minum untuk seluruh wilayah Kabupaten Lombok Utara dngan
menggunakan sistem pendataan air minum dan sistem
desalinasi.
8) Sistem Jaringan Sanitasi
 Pembangbunan dan perbaikan drainase primer,drainase
skunder,dan drainase tersier di seluruh wilayah kabupaten
Lombok utara.
 Pembuatan MCK, komunal terbesar di seluruh kecamatan di
kawasan padat penduduk yang tidak memiliki fasilitas MCK
yang memadai dngan menerapkan teknologi tepat guna yang
ramah lingkungan.
 Pembuatan MCK umum di lokasi wisata serta tmpat umum
serta pengadaan toilet keliling ditempat-tempat yang tidak
dimungkinkan untuk dibangun fasilitas MCK umum.
 Pembangunan instalasi pembuangan air limbah (IPAL) dan
IPLT ditempat yang memenuhi persyaratan teknis dan
peraturan yang berlaku dengan menerapkan teknologi tepat
guna yang ramah lingkungan
 Penanganan terhadap limbah B3 secara khusus sesuai
peraturan perundang-undangan.

9) Sistem Jaringan Prasarana Persampahan


a. Pengadaan tempat sampah di lokasi wisata dan tempat umum
yang terintregrasi dengan TPS (tempat pembuangan sampah
sementara)
b. TPS tersebar pada setiap desa yang terintregasi dengan
penyediaan sarana dan prasarana transportasi persampahan.
c. Pengembangan pengelolaan sampah menggunakan teknologi
tepat guna yang ramah lingkungan oleh masyarakat di sekitar
lokasi TPS berbasis sitem 3R dan sanitary landfill.
d. Tempat pemerosesan akhir TPA di dusun Jugil, Desa Sambik
bangkol kecamatan gangga seluas kurang lebih 5 Ha.
e. Kebijakan Rencana Pola Ruang Wilayah
1) Kawasan Lindung
a) Kawasan lindung sebagaimana dimaksut mliputi :
 Kawasan hutan lindung trmasuk du dalamnya hutan adat
 Kawasan yang meberikan perlindungan bagi kawasan
bawahannya
 Kawasan perlindungan stempat
 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
 Kawasan rawan bencana alam
 Kawasan lindung geologi
 Kawasan lindung lainnya
b) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud seluas
11.828,44 Ha meliputi kawasan hutan lindung gunung rinjani
register tanah kehutanan RTK 1 seluas 11.198,22 Ha dan
kawasan hutan lindung pandan mas RTK 2 dengan luasan
630,22 Ha
c) Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan
bawahannya berupa kawasan resapan air yang meliputi taman
nasional gunung rinjani seluas kurang lebih 10.210 Ha dan
kawasan cekungan air tanah Tanjung Sambalia.
d) Kawasan prlindungan setempat meliputi :
 kawasan sempadan sungaidilakukanpengelolaan sungai
yaitu :
(1)kegiatan pinggir sungai mampu melindungi dan
memperkuat serta pengaturan aliran air, dengan tanaman
keras dan rib pengendali saluran air;
(2) daerah sempadan untuk sungai kecil masing-masing
selebar 50 meter dijadikan kawasan lindung pada kawasan
non pemukiman dan selebar 10 meter untuk sungai yang
melewati pemukiman
(3) sungai yang terdapat di tengah pemukiman dapat
dilakukan dengan membuat jalan inspeksi dengan lebar
jalan 10 meter.
 kawasan sekitar danau diarahkan ke seluruh kawasan sekitar
danau dan waduk yang tersebar Danau Gili Meno meliputi
lebarnya berimbang dengan bentuk kondisi fisikdanau antara
50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat;
Rencana kawasan sekitar danau sekitar Danau Vulkanik
Gunung Rinjani
 kawasan mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 20 m disekitar mata air dan tersebar di seluruh
kecamatan yaitu di Kecamatan Bayan 19 titik, Kecamatan
Kayangan 8 titik, Kecamatan Gangga 47 titik, Kecamatan
Tanjung 12 titik dan Kecamatan Pemenang 8 titik
 sempadan pantai, Kawasan sempadan pantai ditetapkan pada
kawasan sepanjang tepian pantai sejauh 100 meter dari
pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk,
letak dan kondisi fisik pantai
 ruang terbuka hijau kota, yaitu kawasan hutan kota yang
berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikembangkan
pada ibukota Kabupaten dan Kota Kecamatan.
e) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
 Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani seluas kurang
lebih 10.210Ha;
 Kawasan Taman Wisata Alam Laut Tiga Gili seluas kurang
lebih 2.954 Ha;
 kawasan cagar budaya meliputi Masjid Kuno Bayan Beleq,
Masjid Kuno Gumantar dan Masjid Kuno Sesait
 Perkampungan Tradisional Senaru dan Segenter.
f) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e meliputi :
a. kawasan rawan tanah longsor meliputi Kawasan sekitar
Pusuk, Malimbu serta Kerujuk dan sekitarnya
b. kawasan rawan banjir meliputi daerah sepanjang Sungai
Penggolong Rempek dan Anyar, Sungai Bentek, dan
Menggala;
c. kawasan rawan gelombang pasang tersebar di sepanjang
pantai di Kabupaten Lombok Utara serta kawasan Tiga Gili;
d. kawasan rawan kekeringan meliputi Kecamatan Kayangan,
Kecamatan Gangga, Kecamatan Bayan, serta sebagian
Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Pemenang;
e. kawasan rawan bencana alam letusan gunung berapi meliputi
wilayah Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kayangan
f. Jalur evakuasi mengikuti jalur jalan yang ada.
g) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f yaitu kawasan cagar alam geologi, berupa kawasan
keunikan bentang alam yaitu Kawasan GunungRinjani.
h) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g meliputi:kawasan perlindungan plasma nutfah di
kelompok hutan Gunung Rinjani (RTK.1),dan kawasan terumbu
karang di Tiga Gili.
2) Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya meliputi :
 kawasan peruntukan hutan produksi;
 kawasan peruntukan pertanian;
 kawasan peruntukan perikanan;
 kawasan peruntukan pertambangan;
 kawasan peruntukan industri;
 kawasan peruntukan pariwisata;
 kawasan peruntukan permukiman;
 kawasan peruntukan pemerintahan;
 kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; dan
 kawasan peruntukan lainnya.
Kawasan hutan produksi meliputi:
 kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di kelompok hutan
Gunung Rinjani yang terdapat di Monggal dan sekitarnya seluas
6.984,34 Ha;
 kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dengan luas 5.172 Ha
meliputi kelompok Hutan Pandan Mas seluas 739,78 Ha dan
kelompokHutan Gunung Rinjani (RTK 1) seluas 4.431,74 Ha
Kawasan peruntukan pertanian meliputi :
 kawasan pertanian tanaman pangan yang tersebar di seluruh
kabupaten dengan luas kurang lebih 5.349 Ha
 kawasan pertanian hortikultura yang tersebar di seluruh
kabupaten dengan luas kurang lebih 39.283 Ha
 kawasan perkebunan seluas kurang lebih 5.909 Ha, dengan
produksi perkebunan meliputi: kakao di Selelos dan Santong
dengan luas kurang lebih 2.874 Ha, vanili di Selelos dan Santong
dengan luas kurang lebih 237 Ha, kopi di seluruh wilayah
kabupaten dengan luas kurang lebih 1.315 Ha, kacang mete
dengan luas kurang lebih 1.484Ha
 kawasan peternakan meliputi peternakan besar, antara lain sapi
potong dan sapi perah, tersebar di seluruh wilayah kabupaten
seluas kurang lebih 145 Ha; peternakan kecil, antara lain domba
dan kambing, seluas kurang lebih 49 Ha dan peternakan unggas
seluas kurang lebih 24 Ha.
Kawasan perikanan dikembangkan pada wilayah/kawasan yang secara
teknis, sosial, dan ekonomi memiliki potensi untuk kegiatan perikanan,
kolam air tenang, air deras, pembenihan, kolam ikan hias/aquarium,
dan budidaya ikan di perairan umum, meliputi :
 pengembangan kegiatan perikanan, tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Lombok Utara seluas kurang lebih 269 Ha
 pasar pengumpul dan pelelangan dapat dibangun pada sentra
produksi ikan di Kecamatan Gangga dan Kecamatan Kayangan
a) Kawasan peruntukan pertambangan meliputi :
 potensi pertambangan logam berada di Dusun Kerujuk (Desa
Pemenang Barat) seluas kurang lebih 5 Ha dan Desa Sukadana
seluas kurang lebih 25 Ha;
 potensi pertambangan non logam (batu apung, trass, pasir) di
Kecamatan Bayan seluas kurang lebih 3.124 Ha, di Kecamatan
Kayangan seluas kurang lebih 3.372 Ha, dan di Kecamatan
Gangga seluas kurang lebih 6.616 Ha.
b) Kawasan peruntukan pertambangan dapat ditetapkan menjadi
Wilayah Pertambangan (WP) setelah dilakukan perencanaan.
c) Penetapan Wilayah Pertambangan (WP) sebagmana dimaksud
pada ayat (2) berdasarkan usulan yang disampaikan Bupati kepada
Menteri melalui Gubernur berdasarkan pertimbangan BKPRD
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Kawasan peruntukan industri sebagaimana meliputi:
 kawasan agro industri yang terletak di Kecamatam Bayan,
Kecamatan Kayangan dan Kecamatan Gangga
 kawasan sentra industri kecil yang terletak di sebagian
Kecamatam Bayan, Kecamatan Kayangan dan Kecamatan
Gangga, Kecamatan Tanjung dan kecamatan Pemenang
(1) Kawasan peruntukan pariwisata meliputi: wisata alam, wisata
budaya dan wisata buatan.
(2) Kawasan Pariwisata sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. wisata alam meliputi: Goa Jepang, Teluk Pusuk, air terjun Tiu
Pupus, air terjun Kerta Raharja, air terjun Sesait, air terjun
Sendang Gile, air terjun Torean, air terjun Tiu Kelep, wisata
alam bahari meliputi: Malimbu, Kawasan Tiga Gili, Pantai Sire,
Pantai Kerakas dan Pantai Lempenge;
b. wisata budaya meliputi: Dusun Selelos, Masjid Kuno Sesait, desa
tradisional Segenter, desa tradisional Senaru, Masjid Kuno
Bayan Beleq;
c. wisata buatan meliputi: arung jeram Tengak Pekatan, Taman
Nasional Gunung Rinjani
(1) Kawasan permukiman yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Lombok Utara seluas kurang lebih 934 Ha.
(2) Pengembangan kawasan peruntukan permukiman diarahkan di
daerah dengan kemiringan 0% sampai dengan 25%, diluar lahan
pertanian basah dan kawasan lindung aksesibilitas baik serta air
bersih yang cukup dan bukan kawasan rawan bencana kecuali
bencana gempa bumi.
(3) Kawasan permukiman yang berada di kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana (banjir, tanah longsor dan gelombang
pasang) harus direlokasi kelokasi yang aman.
(4) Kawasan peruntukan pemerintahan meliputi kawasan
pemerintahan disebagianKecamatan Tanjung dan sebagian
Kecamatan Gangga seluas kurang lebih 50Ha.
(5) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi kawasan
perdagangan dan jasa di Kecamatan Tanjung.
f. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Lombok Utara, terdiri
atas :
a. Kawasan Strategis Nasional
b. Kawasan Stratgis Provinsi
c. Kawasan Strategis Kabupaten
(2) Kawasan Strategis Kabupaten meliputi :
a. Kawasan Strategis Kabupaten Dari Sudut Kepentingan Fungsi
Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah Kawasan Strategis
Pandan Mas meliputi seluruh kawasan hutan Pandan Mas yang
terdapat di Desa Bentek Kecamatan Gangga
b. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi meliputi :
1. Kawasan Strategis Sire-Medane meliputi sebagian Kecamatan
Tanjung (Desa Sigar Penjalin, dan Desa Medana)dengan sektor
unggulan Pariwisata
2. Kawasan Strategis Perkotaan Tanjung meliputi sebagian
Kecamatan Tanjung (Desa Sokong, Desa Tanjung, dan Desa
Jenggala) dan Sebagian Kecamatan Gangga (Desa Bentek , Desa
Gondang dan Desa Genggelang); dengan sektor unggulan
Perdagangan dan Jasa
3. Kawasan Strategis Gangga terdapat di Desa Genggelang
Kecamatan Gangga seluas kurang lebih 589 Ha.Dengan sektor
unggulan Perkebunan dan Agro Industry
4. Kawasan Strategis Agropolitan Kayangan terdapat di
Kecamatan Kayangan meliputi Desa Kayangan, Desa Sesait,
Desa Santong, 29Desa Gumantar, Desa Dangiang, dan Desa
Pendua dengan sector unggulan Perkebunan dan Agropolitan
5. Kawasan Strategis Carik yang terdapat di Kecamatan Bayan
meliputi Desa Sukadana dan Desa Anyar perdagangan dan jasa.
c. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut Kepentingan Sosial
Budaya adalah Kawasan Situs Budaya MasyarakatAdat Bayan
yang terdapat di Kecamatan Bayan meliputi Desa Bayan, Desa
Senaru dan Desa Sukadana (Dusun Segenter).

2.1.5 Kebijakan RTRW Kabupaten Terhadap Kecamatan Tanjung


Dalam kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok
Utara Tahun 2011-2031 (No.9 Tahun 2011) telah tertuang bahwa di
Kecamatan Tanjung merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
dengan kegiatan (PKWp) pusat kegiatan wilayah promosi perkotaan yang
berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang
melayani beberapa Kabupaten yaitu Perkotaan Tanjung. Selain itu juga
Kecamatan Tanjung juga ditetapkan sebagai pusat kegiatan pelayanan
lingkungan (PPL) yang berfungsi sebagai pusat permukiman yang melayani
kegiatan skala antar desa meliputi Desa Sigar Penjalin yang terdapat di
Kecamatan Tanjung.
Berikut adalah kegiatan utama yang diarahkan untuk pengembangan di
dalam wilayah perencanaan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lombok Utara terkait Penetapan Kecamatan Tanjung Pada
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lombok Utara yang meliputi:
(1) Rencana Struktur Ruang Terhadap Kecamatan Tanjung
Kecamatan Tanjung dalam Rencana struktur ruang Kabupaten Lombok
Utara sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
dapat disajikan sebagai berikut :
A. Sistem Transportasi Darat
Pengembangan sistem transportasi darat yang ada di Kecamatan
Tanjung berdasarkan kebijakan rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Lombok Utara yaitu meliputi :
1. Jaringan jalan Provinsi yang melewati/melintasi Kecamatan
meliputi :
(c) Jalan penghubung dari Kecamatan Pemenang – Kecamatan
Tanjung
(d) Jalan penghubung Kecamatan Tanjun – Kecamatan Bayan
(e) Jalan penghubung Rembiga – Kecamatan Pemenang
2. Rencana pngembangan dan peningkatan pelayanan jalan meliputi :
(a) rencana peningkatan statusjaringan jalan lingkunganmenjadi
jalan lokal yaitu:
(1) Ruas Desa Medana - DesaTegal Maja (Kecamatan Tanjung)
(b) Rencana pembuatan jalan baru yang akan diterapkan di
Kecamatan Tanjung sesuai dengan kebijakan Kabupaten
yaitu :
(1) Pembangunan Jalan lingkar utara perkotaan
(2) Pembangunan Jalan lingkar Selatan perkotaan; dan
(3) di Pemenang-Kapu untuk menghubungkan jalan kolektor
dengan jalan lokal untuk pengembangan kawasan perkotaan.
3. Rencana pengembangan terminal pada setiap Kecamatan meliputi :
(a) Rencana Terminal Tipe B di Ibu Kota Kabupaten(Kecamatan
Tanjung) dan Kecamatan Bayan
(b) Rencana pengembangan Terminal Tipe C di setiap kecamatan
4. Angkutan massal direncanakan Rute Tanjung –Bandara
Internasional Lombok dan Pemenang –Bandara Internasional
Lombok menggunakan bus.
B. Sistem Jaringan Energi
1. Rencana pengembangan sistem jaringan energi meliputi :
(a) Jaringan transmisi tegangan tinggi (SUTT) Ampenan –
Tanjung
(b) Gardu induk di Tanjung
C. Sistem Jaringan Telemunikasi
1. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi meliputi :
(a) Sistem Jaringan Mikro Digital yaitu Tanjung – Sigar Penjalin
dan Bayan –Sambik Elen
(b) Tower telekomunikasi seluler(BTS) sebanyak 34 unit di
semuakecamatan
(c) pengembangan jaringan telekomunikasi khusus meliputi:
(1) pengembangan telekomunikasi untuk penanganan bencana
(2) penanganan telekomunikasi khusus untuk kepentingan
instansipemerintah, swasta dan masyarakat lainnya.
D. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
1. Bendung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputirencana pengembangan bendung sebanyak 4 buah yang
tersebar diKecamatan Tanjung, Kecamatan Gangga, Kecamatan
Kayangan danKecamatan Bayan
2. Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufc
meliputi rencana pengembangan jaringan saluran irigasi berupa
saluraninduk sepanjang kurang lebih 54.540 meter, saluran
sekunder sepanjangkurang lebih 3.370 meter, suplesi sepanjang
kurang lebih 7.000 meter danpembuang pembilas sebanyak 2 buah
dan bending sebanyak 2 buah.
E. Sistem Jaringan Air Minum
Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air dilakukan
dalam rangkapeningkatan cakupan pelayanan, peningkatan kualitas air,
dan efisiensipemanfaatan air bersih dengan memperhatikan konservasi
sumber–sumber airdan keanekaragaman sumber air baku meliputi:
(a) memanfaatkan CAT (Cekungan Air Tanah) untuk
didistribusikan keKecamatan Pemenang, Kecamatan Tanjung,
Kecamatan Gangga,Kecamatan Kayangan, dan Kecamatan
Bayan;
(b) meningkatkan sarana air minum dari jumlah dan sistem
distribusinya,dengan pengembangan berupa :
1. meningkatkan sarana air minum dari jumlah dan sistem
distribusinya,dengan pengembangan berupa
2. sistem perpipaan ini akan dikembangkan di seluruh
kecamatan
F. Sistem Jaringan Sanitasi
1. Rencana pengembangan sistem jaringan sanitasi dilakukan
dengan cara:
(a) pembangunan dan perbaikan drainase primer, drainase
sekunder, dandrainase tersier diseluruh wilayah Kabupaten
Lombok Utara
(b) pembuatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Komunal tersebar di
seluruhkecamatan di kawasan padat penduduk yang tidak
memiliki fasilitas MCKyang memadai dengan menerapkan
teknologi tepat guna yang ramahlingkungan.
G. Sistem Jaringan Persampahan
Rencana pengembangan jaringan persampahan untuk menangani
sampahrumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan
sampah meliputi :
(a) pengadaan tempat sampah di lokasi wisata dan tempat umum
yangterintegrasi dengan TPS (Tempat Penampungan
Sementara)
(b) TPS tersebar pada setiap desa yang terintegrasi dengan
penyediaansarana dan prasarana transportasi pesampahan
(c) pengembangan pengolahan sampah menggunakan teknologi
tepat gunayang ramah lingkungan oleh masyarakat di sekitar
lokasi TPS berbasissistem 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dan
Sanitary Landfill.
(2) Rencana Pola Ruang Wilayah Terhadap Kecamatan Tanjung
A. Kawasan Lindung
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan
bawahannyasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
berupa kawasan resapanair meliputi: Taman Nasional Gunung
Rinjani seluas kurang lebih 10.210Ha dan kawasan Cekungan Air
Tanah (CAT) Tanjung – Sembelia.
2. kawasan mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 20m disekitar mata air dan tersebar di seluruh
kecamatan yaitu diKecamatan Bayan 19 titik, Kecamatan
Kayangan 8 titik, KecamatanGangga 47 titik, Kecamatan Tanjung
12 titik dan KecamatanPemenang 8 titik.
3. sempadan pantai, Kawasan sempadan pantai ditetapkan pada
kawasansepanjang tepian pantai sejauh 100 meter dari pasang
tertinggi secaraproporsional sesuai dengan bentuk, letak dan
kondisi fisik pantai.
4. ruang terbuka hijau kota, yaitu kawasan hutan kota yang
berfungsisebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikembangkan
pada ibukotaKabupaten dan Kota Kecamatan.
5. Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf e meliputi :
(a) kawasan rawan gelombang pasang tersebar di sepanjang
pantai diKabupaten Lombok Utara serta kawasan Tiga Gili
(b) kawasan rawan kekeringan meliputi Kecamatan Kayangan,
KecamatanGangga, Kecamatan Bayan, serta sebagian
Kecamatan Tanjung danKecamatan Pemenang.
(c) Jalur evakuasi mengikuti jalur jalan yang ada.
B. Kawasan Budidaya
1. Kawasan peruntukan pertanian meliputi :
(a) kawasan pertanian tanaman pangan yang tersebar di seluruh
kabupatendengan luas kurang lebih 5.349 Ha.
(b) kawasan pertanian hortikultura yang tersebar di seluruh
kabupatendengan luas kurang lebih 39.283 Ha
(c) kawasan perkebunan seluas kurang lebih 5.909 Ha, dengan
produksiperkebunan meliputi: kakao di Selelos dan Santong
dengan luas kuranglebih 2.874 Ha, vanili di Selelos dan
Santong dengan luas kurang lebih 237Ha, kopi di seluruh
wilayah kabupaten dengan luas kurang lebih 1.315 Ha,kacang
mete dengan luas kurang lebih 1.484Ha
(d) kawasan peternakan meliputi peternakan besar, antara lain
sapipotong dan sapi perah, tersebar di seluruh wilayah
kabupaten seluaskurang lebih 145 Ha; peternakan kecil,
antara lain domba dan kambing,seluas kurang lebih 49 Ha
dan peternakan unggas seluas kurang lebih 24Ha.
2. Kawasan perikanan dikembangkan pada wilayah/kawasan yang
secara teknis, sosial, danekonomi memiliki potensi untuk
kegiatan perikanan, kolam air tenang, airderas, pembenihan,
kolam ikan hias/aquarium, dan budidaya ikan di perairanumum,
meliputi :
(a) pengembangan kegiatan perikanan, tersebar di seluruh
wilayahKabupaten Lombok Utara seluas kurang lebih 269
Ha
3. Kawasan peruntukan industri meliputi:
(a) kawasan sentra industri kecil yang terletak di sebagian
Kecamatam Bayan, Kecamatan Kayangan dan Kecamatan
Gangga, Kecamatan Tanjung dan kecamatan Pemenang.
4. Kawasan permukiman yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Lombok Utara seluas kurang lebih 934 Ha
5. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman diarahkan di
daerah dengan kemiringan 0% sampai dengan 25%, diluar lahan
pertanian basah dan kawasan lindung aksesibilitas baik serta air
bersih yang cukup dan bukan kawasan rawan bencana kecuali
bencana gempa bumi.
6. Kawasan peruntukan pemerintahan meliputi kawasan
pemerintahan disebagian Kecamatan Tanjung dan sebagian
Kecamatan Gangga seluas kurang lebih 50Ha.
7. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi kawasan
perdagangan dan jasa di Kecamatan Tanjung.
(3) Penetapan Kawasan Strategis Terhadap Kecamatan Tanjung
1. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi meliputi :
(a) Kawasan Strategis Sire-Medane meliputi sebagian
Kecamatan Tanjung (Desa Sigar Penjalin, dan Desa
Medana)dengan sektor unggulan Pariwisata
(b) Kawasan Strategis Perkotaan Tanjung meliputi sebagian
Kecamatan Tanjung (Desa Sokong, Desa Tanjung, dan Desa
Jenggala) dan Sebagian Kecamatan Gangga (Desa Bentek ,
Desa Gondang dan Desa Genggelang); dengan sektor
unggulan Perdagangan dan Jasa.

2.2 Tinjauan Teori Terkait Perencanaan


2.2.1 Definisi/Pengertian Kota

Kota (city) adalah wilayah perkotaan yang telah mempunyai status


administrasi sebagai sebuah kota, baik kota kecil, kotamadya maupun kota
metropolitan. Di dalam (UU No. 26 Tahun 2007) disebutkan bahwa kawasan
perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian,
dengansusunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi. Perkotaan adalah suatu pemukiman yang relatif besar,
padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen
dari segi sosial, yang dijabarkan dalam 10 kriteria yang lebih spesifik untuk
merumuskan kota. Menurut Restina (2009) 10 kriteria tersebut adalah
sebagai berikut :
(a) Pusat penyebaran.
(b) Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat.
(c) Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah
pertanian ditepi kota dan memeroses bahan mentah untuk
pemasaran yang lebih luas.
(d) Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarki pada
masyarakat.
(e) Fungsi perkotaan minimum meliputi pasar, pusat administrasi atau
pemerintahan, pusat militer, pusat keagamaan, atau pusat aktivitas
intelektual.
(f) Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan jalur
jalan danruang perkotaan yang nyata.
(g) Kepadatan minimum terhadap jumlah penduduk dan luas wilayah.
(h) Bersifat permanen.
(i) Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja.
(j) Ukuran dan jumlah penduduk yang besar terhadap massa dan
tempat.

2.2.2 Aspek-Aspek Kota


a. Aspek Secara Fisik

Aspek Fisik meliputi pola tata guna tanah yaitu penataan atau
pengaturan penggunaan tanah, dan ruang yang merupakan sumber daya
alam. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
baik yang terencana atau tidak. Dalam tata ruang terdapat penataan ruang
yaitu proses penataan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dengan
elemen-elemen pembentuk meliputi penggunaan dan rencana penggunaan
lahan, kebutuhan dan keinginan individu, sarana dan prasarana transportasi,
tipe dan fungsi bangunan, kegiatan individu atau kelompok yang rutin,
kependudukan, potensi fisik serta persepsi dan perilaku.
Menurut Branch (1995) dalam Widyastuti (2002) menyebutkan bahwa
terdapat empat komponen utama kota yaitu kompleks bisnis utama, industry
11 manufaktur dan ikutannya, pemukiman dengan fasilitas pelayanannya
serta tanah terbuka. Secara fisik, kota dikembangkan pada sistem ruang
antara lain :
1. Sistem pusat kota, yaitu lingkungan kota yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan utama atau kutub pertumbuhan.
2. Sistem ruang kota yang dikembangkan untuk kegiatan produksi,
yaitu untuk industri dan pertanian termasuk wilayah cadangan dan
3. Sistem ruang kota yang dikembangkan sebagai wilayah pemukiman
ideal
b. Aspek Secara Sosial

Aspek sosial menyangkut masalah kependudukan yang terkait dengan


kota antara lain adalah masalah perkembangan, migrasi, ak tiri tas ekonomi,
tenaga kerja dan beban ketergantungan. Dalam perencanaan penduduk dapat
menjadi indikator perkembangan kota, yang salah satu aspeknya adalah
pergerakannya. Aspek-aspek yang menyangkut sumber daya manusia
terdiriatas keadaan penduduk (jumlah, sebaran, struktur, pendidikan), proses
penduduk (alamiah dan buatan) dan lingkungan sosialnya (pola kontrol,
kegiatan dan konstruksi).
c. Aspek Secara Ekonomi

Fungsi dasar kota menurut Branch (1995) dalam Widyastuti (2002)


adalah untuk menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang
dan jasa. Ekonomi perkotaan dapat ditinjau dari tiga bagian yaitu:
1. Ekonomi pemerintah meliputi pelaksanaan pemerintahan kota,
2. Ekonomi swasta terdiri atas berbagai macam kegiatan yang
diselenggarakan oleh perusahaan swasta,
3. Ekonomi khusus terdiri atas bermacam-macam organisasi nir laba.
Ekonomi yang mendasari kota juga tercermin pada fasilitas dan
bentuk fisiknya

2.2.3 Teori Perkembangan Kota

Perkembangan kota dapat diartikan perubahan menyeluruh, yaitu yang


menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh,
baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya maupun perubahan fisik.
Dinamika perkembangan kota dapat ditinjau dari peningkatan aktilitas
kegiatan sosial ekonomi dan pergerakan arus mobilitas penduduk, yang pada
akhirnya menuntut kebutuhan ruang bagi pemukiman (Koestoer, 2001).
Menurut Sjafrizal (2012), perkembangan kota pada umumnya
digerakkan oleh pengaruh dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
Pengaruh dari dalam berupa rencana pengembangan dari para perencana
kota.
Terdapat tiga faktor utama yang menentukan perkembangan dan
pertumbuhan kota yaitu manusia, kegiatan manusia, pola pergerakan antara
pusat kegiatan manusia yang satu dengan pusat kegiatan manusia lainnya.
Faktor manusia menyangkut segi-segi perkembangantempat kerja, status
sosial dan perkembangan kemampuan dan teknologi. Faktor kegiatan
manusia menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional, kegiatan
perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang lebih luas. Faktor
pola pergerakan adalah sebagai aktifitas dariperkembangan yang disebabkan
oleh kedua faktor perkembangan pendudukyang disertai dengan
perkembangan fungsi kegiatan yang akan memacu polaperkembangan antara
pusat-pusat kegiatan.
a. Teori Konsentris (The Consentric Theory)

Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar
study kasusnya mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya suatu kota
yang besar mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua
bagian-bagiannya. Masing-masing zona tumbuh sedikit demi sedikit ke arah
luar. Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka
pola keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang
berlapis-lapis, dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.
Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa daerah kekotaan dapat dibagi
dalam lima (5) zone, yaitu :
1. Zone pusat daerah kegiatan atau Central Bistricts atau Loop. Dalam
zona PDK ini terdapat toko-toko besar, bangunan-bangunan kantor
yang kadang-kadang atau sering juga bertingkat, bank, rumah
makan, museum dan sebagainya.
2. Zone peralihan atau sering disebut Zone Transisi. Zone ini
merupakan daerah yang terikat dengan pusat daerah kegiatan.
Penduduk zone ini tidak stabil, baik ditinjauh dari segi tempat
tinggal maupun dari segi sosial ekonomi. Daerah ini dikategorikan
dalam daerah yang berpenduduk miskin. Dalam rencana
pengembangan kota daerah ini akan diubah menjadi daerah yang
lebih baik dan berguna, antara lain untuk kompleks perhotelan,
tempat-tempat parker dan jalan-jalan utama yang menghubungkan
inti kota dengan daerah-daerah di luarnya.
3. Zone Pemukiman Kelas Proletar. Nampak dalam zone ini bawah
perumahannya sedikit lebih baik dari perumahan mereka yang
bertempat tinggal di zone peralihan. Daerah-daerah ini di diami
oleh para pekerja yang kurang mampu, rumah-rumahnya kecil dan
daerah ini tidak begitu menarik.
4. Zone pemukiman Kelas Menengah atau Residentatial Zone, ini
merupakan kompleks perumahan dari para karyawan kelas
menengah, mereka memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya
lebih baik di bandingkan dengan perumahan di daerah kelas
proletar.
5. Zone penglaju atau Zone Commuters, merupakan suatu daerah yang
sudah memasuki daerah belakang atau hinterland. Penduduk dari
daerah ini bekerja dikota. Mereka pergi ke kota dengan naik sepeda,
naik bus, kereta api pada pagi hari dan sore harinya mereka pulang
ke rumah masing-masing. Oleh karena itu zone ini disebut zone
penglaju.

Gambar 3.1 Teori Konsentris


b. Teori Sektor

Teori ini dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1939. Menurut
teori ini perkembangan unit-unit kegiatan di daerah kekotaan tidak
mengikuti zone-zone yang teratur secara konsentris atau melingkar tetapi
dengan membentuk sektor-sektornya. Pembentukan menurut sektor-sektor
ini meskipun masih ada kenampakan yang konsentris, tetapi sifatnya lebih
bebas. Homer Hoyt beranggapan dalam teorinya bahwa:
1. daerah-daerah yang memiliki sewa tanah atau harga yang tinggi
terletak di tepi luar dari kota.
2. Daerah-daerah yang memiliki sewa atau harga tanah yang rendah
merupakan jalur-jalur yang mirip dengan roti tart, Jalur-jalur ini
bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbatasan atau
tepi kota.
3. Zone pusat adalah zone pusat daerah kegiatan (PDK).
4. Daerah-daerah industri berkembang sepanjang lembah sungai dan
jalur jalan kereta api yang menghubungkan kota dengan kota-kota
di tempat lain sehingga dapat menimbulkan perluasan kota yang
tidak konsentris melainkan meluas secara sektor.
Gambar 3.2 Teori Sektor
c. Teori Inti Ganda

Dalam teori ini pola keruanganya tidak konsentris dan seolah olah
merupakan inti yang berdiri sendiri. Teori ni juga beranggapan bahwa tidak
ada urutan-urutan yang teratur dari zone-zone seperti yang dianggap oleh
teori konsentris.

Gambar 3.3 Teori Inti Ganda


Dari beberapa teori diatas, kemudian muncul beberapa kritik,
diantaranya yang dikemukakan oleh Maurice R. Devie dalam bukunya The
pattern ofUrban Growth. Keberatan-keberatan yang diajukan sebagai berikut:
1. bentuk PDK tidaklah bulat, tetapi cendrung berbentuk segi empat
atau persegi panjang
2. enggunaan tanah perdagangan meluar keluar secara radial
sepanjang jalan dan memusat pada tempat-tempat tertentu yang
strategis dan membentuk pusat-pusat sub atau sub centers.
3. Daerah industri terletak dekat jalan raya, dekat sungai sehingga
tidak akan terjadi daerah-daerah industri yang mengelompok
4. erumaan kelas rendah dapat di jumpai dekat daerah-daerah indusri
dan transportasi.
5. erumahan kelas rendah dan kelas tinggi terdapat dimana-mana, jadi
tidak akan terjadi pengelompokan-pengelompokan.

2.2.4 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian


sebagai berikut :
1. Menurut Suryana (2000) pembangunan ekonomi merupakan proses
perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
2. Todaro (1999) dalam Kurniawan (2010) mengartikan pembangunan
sebagai proses multidimensional yang menyangkut perubahan besar
dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional
maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.
3. Pembangunan ekonomi menurut Irawan dan Suparmoko (2002)
adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa
yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil.
4. Meir (1960) dalam Adisasmita (2005) mendefinisikan
pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil
perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang.
5. Sukirno (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk
suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang.
6. Menurut Suryana (2000) pembanguna ekonomi bukan merupakan
proses yang harmonis atau gradual, akan tetapi merupakan
perubahan yang terjadi secara spontan dan tidak terputus.
Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan sektor
perekonomian terutama pada sektor industri dan perdagangan.

2.2.5 Perkembangan Kota

Menurut Ilhami (1988) sebagian besar terjadinya kota adalah berawal


dari dari desa yang mengalami perkembangan yang pasti. Faktor yang
mendorong perkembangan desa menjadi kota adalah karena desa berhasil
menjadi pusat kegiatan tertentu, misalnya desa menjadi pusat pemerintahan,
pusat perdagangan, pusat pertambangan, pusat pergantian transportasi,
seperti menjadi pelabuhan, pusat persilangan/pemberhentian kereta api,
terminal bus dan sebagainya. Pengertian kota menurut Dickinson (dalam
Jayadinata, 1999) adalah suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat
dan penduduknya bernafkah bukan pertanian. Suatu kota umumnya selalu
mempunyai rumah-rumah yang mengelompok atau merupakan pemukiman
terpusat. Suatu kota yang tidak terencana berkembang dipengaruhi oleh
keadaan fisik sosial.
a. Pola-Pola Perkembangan Kota

Sesuai dengan perkembangan penduduk perkotaan yang senantiasa


mengalami peningkatan, maka tuntutan akan kebutuhan kehidupan dalam
aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan teknologi juga terus mengalami
peningkatan, yang semuanya itu mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
akan ruang perkotaan yang lebih besar. Oleh karena ketersediaan ruang di
dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk
tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di
daerah pinggiran kota (fringe area). Gejala penjalaran areal kota ini disebut
sebagai “invasion” dan proses perembetan kenampakan fisik kota ke arah luar
disebut sebagai “urban sprawl” (Northam dalam Yunus, 1994). Secara garis
besar menurut Northam dalam Yunus (1994) penjalaran fisik kota dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1. Penjalaran fisik kota yang mempunyai sifat rata pada bagian luar,
cenderung lambat dan menunjukkan morfologi kota yang kompak
disebut sebagai perkembangan konsentris (concentric development).

Gambar 3.4 Penjalaran Pola Fisik Kota Konsentris


2. Penjalaran fisik kota yang mengikuti pola jaringan jalan dan
menunjukkan penjalaran yang tidak sama pada setiap bagian
perkembangan kota disebut dengan perkembangan fisik memanjang/
linier (ribbon/ linear/ axial development).

Gambar 3.5 Penjalaran Pola Fisik Kota Memanjang/Linear


3. Penjalaran fisik kota yang tidak mengikuti pola tertentu disebut
sebagai perkembangan yang meloncat (leap frog/ checher board
development).

Gambar 3.6 Penjalaran Fisik Kota Secara Meloncat


Jenis penjalaran fisik memanjang/linear yang di kemukakan oleh
Babcock Yunus (1994), yaitu menjelaskan daerah di sepanjang jalur
transportasi memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga perkembangan fisiknya
akan lebih pesat dibandingkan daerah-daerah di antara jalur tranportasi.
Pola pemekaran atau ekspansi kota mengikuti jalur transportasi juga
dikemukakan oleh Hoyt dalam Daldjoeni (1998), secara lengkap pola
pemekaran atau ekspansi kota menurut Hoyt, antara lain, sebagai berikut :
1. Perluasan mengikuti pertumbuhan sumbu atau dengan kata lain
perluasannya akan mengikuti jalur jalan transportasi ke daerah-daerah
perbatasan kota. Dengan demikian polanya akan berbentuk bintang
atau “star shape”.
2. Daerah-daerah hinterland di luar kota semakin lama semakin
berkembang dan akhirnya menggabung pada kota yang lebih besar.
3. Menggabungkan kota inti dengan kota-kota kecil yang berada di luar
kota inti atau disebut dengan konurbasi.

Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Northam Dalam


Yunus (1994), mengenai perkembangan fisik kota secara konsentris, Branch
(1995) mengemukakan enam pola perkembangan fisik kota secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.7 Pola Perkembangan Fisik Kota Menurut Branch


Selanjutnya berdasarkan pada kenampakan morfologi kota serta jenis
penjalaran areal kota yang ada, menurut Hudson dalam Yunus (1994)
mengemukakan beberapa model bentuk kota, yaitu sebagai berikut :
1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru. Bentuk ini menggambarkan kota
utama yang ada dengan kota-kota kecil di sekitarnya terjalin
sedemikian rupa, sehingga pertalian fungsional lebih efektif dan lebih
efisien.
2. Bentuk stellar atau radial. Bentuk kota ini untuk kota yang
perkembangan kotanya didominasi oleh ”ribbon development”.
3. Bentuk cincin, terdiri dari beberapa kota yang berkembang di
sepanjang jalan utama yang melingkar
4. Bentuk linier bermanik, pertumbuhan areal-areal kota hanya terbatas
di sepanjang jalan utama dan pola umumnya linier. Pada pola ini ada
kesempatan untuk berkembang ke arah samping tanpa kendala fisikal.
5. Bentuk inti/kompak, merupakan bentuk perkembangan areal kota
yang biasanya didominasi oleh perkembangan vertikal.
6. Bentuk memencar, merupakan bentuk dengan kesatuan morfologi
yang besar dan kompak dengan beberapa ”urban centers”, namun
masing-masing pusat mempunyai grup fungsi-fungsi yang khusus dan
berbeda satu sama lain.
b. Faktor Penyebab Perkembangan Kota

Menurut Sujarto (1989) faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan


yang bekerja pada suatu kota dapat mengembangkan dan menumbuhkan
kota pada suatu arah tertentu. Ada tiga faktor utama yang sangat menentukan
pola perkembangan dan pertumbuhan kota :
1. Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan penduduk
kota baik karena kelahiran maupun karena migrasi ke kota. Segi-segi
perkembangan tenaga kerja, perkembangan status sosial dan
perkembangan kemampuan pengetahuan dan teknologi.
2. Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan kerja,
kegiatan fungsional, kegiatan perekonomian kota dan kegiatan
hubungan regional yang lebih luas.
3. Faktor pola pergerakan, yaitu sebagai akibat dari perkembangan yang
disebabkan oleh kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai
dengan perkembangan fungsi kegiatannya akan menuntut pola
perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut.
BAB II
METODELOGI

2.1 Umum
Metodologi kerja dalam bab ini merupakan salah satu
pembahasan mengenai tahapan yang dilakukan untuk menyusun laporan
Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Tanjung. Pembahasan mengenai
metodologi kerja ini akan memaparkan tentang langkah-langkah atau
tahapan yang nantinya akan diberikan penjelasan masing-masing secara
garis besar.
Dalam penyususan laporan Rencana Detail Tata Ruang yang
berlokasi di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara tentunya
membutuhkan persiapam - persiapan terlibih dahulu sebelum melakukan
survei lapangan nantinya yang biasanya disebut dengan tahapan
persiapan atau pengenalan lokasi secara umum. Dalam tahapan ini
penyusunan laporan Rencana Detail Tata Ruang mengumpulkan data-
data awal terkait dengan lokasi yang akan ditinjau nantinya di kecamatan
Tanjung. Data-data awal yang dimaksud adalah:
 Kondisi eksisting wilayah Kecamatan Tanjung.
 Batas-batas administrasi yang ada di Kecamatan Tanjung baik
berupa batas kecamatan maupun batas-batas antar desa di
Kecamatan Tanjung.
 Data-data skunder berupa Kecamatan Dalam Angka (KCA),
Daerah Dalam Angka (DDA), Profil Kecamatan Tanjung.
 Pengamatan kasar melalui pengindaraan jarak jauh yang
dilakukan melalui sistem informasi geografis sebagai langkah awal
untuk mengetahui kondisi tata guna lahan di Kecamatan Tanjung
dalam rangka untuk mendapatkan interpretasi dan pengenalan
awal kawasan.

Setelah dilakukan tahap persiapan terkait dengan penyusunan


laporan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Tanjung, maka gambaran
tentang rencana penyusunan laporan RDTR Kecamatan Tanjung telah
didapatkan. Selanjutnya akan dilakukan penyelidikan detail secara lanjut.
2.2Survei
Setelah dilakukan tahapan persiapan, tahapan selanjutnya
dilanjutkan dengan tahap pengumpulan data (survei) yang dilakukan
selama kurang lebih 7 hari terhitung dari tanggal 1 Maret 2019 sampai
dengan tamggal 7 Maret 2019. Kegiatan survei yang dilakukan merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
penyusunan laporan RDTR Kecamatan Tanjung.
Kegiatan Survei yang dilakukan dibagi menjai 2 jenis yaitu:
1. Survei Primer

Survei primer merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan


dengan melakukan observasi pengamatan secara langsung berada
dilokasi penelitian. Dengan kata lain metode ini merupakan
metode pengumpulan data secara langsung baik observasi
maupun wawancara.
2. Survei Sekunder

Survei sekunder merrupakan metode pengumpulan data dari instansi


pemerintah maupun instansi terkait.
Adapun dalam kegiatan survei yang dilakukan akan mengacu pada
hasil pengumpulan informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk
menyusun laporan atau dokumen perencanaan yang dimaksud. Acuan
yang dimaksud adalah checklist data yang disusun berdasakan kebutuhan
data dari laporan yang akan disusun. Adapun checklist data yang
dimaksud adalah:
Tabel 2.1 Desain Survei Perencanaan Kota Kecamatan Tanjung
Aspek Perencanaan Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data
Geologi
Hidrologi Kantor PU dan BAPPEDA Survei Sekunder
Topografi
Klimatologi
Vegetasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Survei Sekunder
Kemampuan lahan Profil Kecamatan dan BPS Kabupaten
Jenis tanah Survei Sekunder dan Primer
KLU
Sebaran kawasan rawan bencana
Sistem pengendalian banjir dan
Kondisi Fisik Dasar
longsor
Data cekungan air tanah
Kecendrungan perkembangan guna
Kantor PU dan BAPPEDA
lahan Survei Sekunder
Pembagian dan pengelolaan wilayah
sungai dan DAS
Penetapan daerah irigasi
Lokasi mata air
Penetapan kawasan hutan Dinas Kehutanan

Perumahan
Profil Kecamatan dan BAPPEDA
Fasilitas umum
Tata Guna Lahan Kabupaten KLU/Bagian Survei Sekunder dan Primer
RTH
pembangunan
Luas tiap jenis penggunaan

Komponen Intensitas Pemanfaatan KDB


Ruang KLB
GSB RDTR Kecamatan Tanjung Survei Sekunder
KDH
GSS
Jumlah lantai bangunan Data lapangan Survei Primer
Kondisi bangunan
Peribadatan
Pendidikan
Fasilitas Umum Kesehatan Profil Kecamatan Survei Sekunder dan Primer
Perdagangan dan Jasa
Kantor Pemerintahan
RTH
Jaringan Listrik
Jaringan air bersih
Profil Kecamatan, Kantor PU,
Utilitas Jaringan drainase Survei Sekunder dan Primer
Jaringan air limbah BAPPEDA, data lapangan
Jaringan telekomunikasi
Persampahan
Fungsi jalan
Panjang dan lebar jalan
Kantor PU, DISHUB, BAPPEDA, data
Transportasi Kondisi jalan Survei Primer
Jalur angkutan umum lapangan
Fasilitas pendukung lalu lintas
Moda transportasi
Jumlah penduduk
Sebaran penduduk dan pola
Kependudukan Kecamatan Tanjung dalam angka Survei Sekunder
pergerakan penduduk
Kepadatan penduduk
Interaksi social Dinas Sosial dan Budaya, data
Sosial dan Budaya Survei Primer
Kelembagaan lapangan
Kebijakan Pengembangan Wilayah Rencana tata ruang Provinsi Survei Sekunder
Rencana tata Ruang Wilayah
Kabupaten BAPPEDA
Dokumen RDTR Kecamatan Tanjung
Zoning Regulation Kawasan Pusat
Kecamatan Tanjung
Dokumen Kebijakan Pembangunan Kantor Camat
Kecamatan (RPJM, RPJMD,
RENSTRA, dll)
Lokasi kegiatan ekonomi BPS, BAPPEDA, DISPERINDAG data
lapangan
Jenis aktivitas ekonomi
Sektor dan komoditi unggulan
Tingkat pertumbuhan ekonomi

Ekonimi Wilayah dan Hasil regional/local


Pertumbuhan, distribusi, dan laju
Produksi Komoditas BPS, BAPPEDA, Data lapangan
pertumbuhan PDRB Survei Sekunder dan Primer
Kecendrungan pola aktifitas ekonomi
Profil investasi daerah
Skala perekonomian daerah
Struktur ekonomi regional / lokal
Sarana pendukung wisata
Jumlah dan lokasi objek wisata
berdasarkan jenis wisata
Pariwisata BAPPEDA, BPS Dinas Pariwisata Survei Sekunder dan Primer
Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata
Jumlah wisatawan

Keterangan:
Kotak merah: tidak dapat data sama sekali
Berdasarkan desain survei diatas, terdapat beberapa jenis data yang tidak didapatkan oleh peneliti, diantaranya data terkait
dokumen RDTR Kabupaten Lombok Utara, RPJM Kecamtan Tanjung, zoning regulation kawasan pusat kota Kecamatan tanjung,
rencana induk pengembangan parawisata, dan jumlah wisatawan.

2.3Time Schedule
Dalam melakukan tahapan pengumpulan data peneliti harus menyusun langkah - langkah tahapan penelitian setiap harinya
serta penanggung jawab masing – masing kegiatan tahap survei. Berikut adalah tahapan survei dirinci perharinya beserta penanggung
jawab kegiatan survei.

Nama Jenis Data Waktu Hari dan Tanggal Survei Penanggung


Instansi Jawab
1 Maret 2 Maret 3 Maret 4 Maret 5 Maret 6 Maret 7 Maret
2019 2019 019 2019 2019 2019 2019
Kantor Camat -Profil 11.00- Semua
Kecamatan 12.00 anggota
-Renstra
-Renja
-RPJM
BAPPEDA -Profil 10.00- Semua
KABUPATEN Kabupaten 12.00 anggota
LOMBOK -RPJMD dilanjutka
UTARA -Data sarana n 14.00-
parasarana 15.00
-RTRW
Kabupaten
Lombok
Utara
Dinas -Data terkait 09.00- Selvi dan
Koperasi dan perdagangan 10.00 Ame
UKM dan industri dilanjutka
Perindustrian Kabupaten n 14.00-
dan Lombok 14.30
Perdagangan Utara secara
Kabupaten umum dan
Lombok Kecamatan
Utara Tanjung scara
khusus
Dinas -Data jenis 09.00- Wiwid dan
Perhubungan jalan 11.00 Ismail
Perikanan -Moda
dan Kelautan transportasi
Kabupaten -Laporan
Lombok tahunan
Utara dinas
perhubungan
tahun 2018
Dinas -Data 09.00- Faruk dan
Lingkungan persampahan 11.00 Arman
Hidup -Data sanitai
Kantor Desa -Profil desa 09.00- Faruk dan
Sokong, -RPJM desa 14.00 Arman
Medana,
Tanjung
Survei -Identifikasi 09.00- Wiwid,
Sekunder sarana dan 14.00 Ismail,
Desa Sokong prasarana Selvi, dan
-Wawancara Ame
terkait
potensi dan
permasalahan
desa
Kantor Desa -Profil desa 09.00- Faruk dan
Teniga dan -RPJM desa 15.00 Arman
Sigar Penjalin
Survei -Identifikasi 09.00- Wiwid,
sekunder sarana dan 18.00 Ismail,
Desa prasarana Selvi, dan
Tanjung, -Wawancara Ame
Medana, dan terkait
Tegal Maja potensi dan
permasalahan
desa
Kantor Desa -Profil desa 09.00- Faruk dan
Tegal Maja -RPJM desa 14.30 Arman
dan Jenggala
Survei -Identifikasi Wiwid,
sekunder sarana dan Ismail,
Desa prasarana Selvi, dan
Jenggala, -Wawancaara Ame
Sigar terkait
Penjalin, dan potensi dan
Teniga permasalahan
desa
Tempat Pengumpulan 10.00- Semua
tinggal data yang selesai anggota
sementara telah
didapatkan

Keterangan:

Penanggung jawab adalah orang yang mayoritas melakukan kegiatan survei pada data yang menjadi tanggung jawab
bersangkutan, terlepas dari adanya bantuan yang diberikan oleh anggota lain.
2.3Time schedule Primer Studio Perencanaan Kota Kecamatan
Tanjung

Penanggung
Hari dan Tanggal Survei
Nama Desa Waktu Jawab
1 Maret 2019
2 Maret 2019
3 Maret 2019
4 Maret 2019
Sokong 15.00-selesai Semua anggota
Jenggala 10.00-selesai Wiwid, ismail,
Tanjung
Selvi dan
Medana
Teniga Ame
Tegal maja 16.00-selesai Wiwid, Ismail,
Selvi, Ame,
dan Faruk
Sigar Penjalin
16.00-selesai Semua anggota

1. Pengumpulan Data Kondisi Fisik Dasar


Pengumpulanan fisik dasar dimaksutkan sebagai bahan atau data yang
diperlukan nantinya untuk melakukan analisis fisik dasar dan kemampuan lahan
perkotaan untuk direncanakan kedepannya sesuai dengan tingkat kemampuan
yang mana hal tersebut dipengaruhi oleh elemen – elemen dasar yang
membentuk bentang alam dari wilayah perkotaan yang dimaksud.
Mayoritas data ini ditemukan pada instansi terkait yang membutuhkan
survei sekunder untuk pengambilan datanya. Data – data yang didapatkan pada
instansi ini berupa data – data peta dasar dalam format .shp yang nanti akan
diolah menggunakan aplikasi SIG pihak ketiga.
2. Pengamatan Tata Guna Lahan

Tujuan pengamatan tata guna lahan ialah untuk melihat bagaimana


penggunaan lahan serta penataan lahan yang ada di wilayah penelitian.
Pengumpulan data pada tahapan ini lebih difokuskan pada beberapa bagian,
yaitu Perumahan, Fasilitas umum, RTH dan Luas tiap jenis penggunaan.
Untuk kawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan – bangunan
perumahan yang disertai sarana dan prasarana serta infrastruktur yang memadai
sebagai fasilitas umumnya. Untuk kawasan RTH ini dapat berupa taman yang
hanya ditanami oleh tumbuhan yang rendah dan jumlahnya sedikit. Luas tiap
jenis penggunaan berupa luasan setiap bangunan atau kawasan yang menjadi
bagian dalam pengamatan tata guna lahan.
3. Pengamatan Komponen Intensita Pemanfaatan Ruang

Pengamatan komponen intensitas pemanfatan ruang bertujuan untuk


mengetahui intensitas pemanfaatan sebuah ruang dalam sebuah ruang.
Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengukur Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), serta
Garis Sempadan Bangunan (GSB), adapun istilah dari pemaparan singkat
berikut:
 KDB atau koefisien dasar bangunan merupakan perbandingan antara luas
lantai dasar bangunan dengan luas bangunan.
 KLB atau koefisien lantai bangunan merupakan perbandingan antara luas
total lantai bangunan dengan luas tanah.
 KDH atau koefisien dasar hijau merupakan perbandingan luas lahan
terbuka diluar ruangan yang dimanfaatkan untuk penghijauan dengan
luas persil.
 GSB atau garis sepadan bangunan merupakan garis imaginer yang
menentukan jarak terluar bangunan terhadap pinggir ruas jalan.
4. Pengamatan Fasilitas Umum

Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan data yang berhubungan


dengan fasilitas fasilitas umum. Pada tahapan ini difokuskan pada identifikasi
dan pemetaan sebaran fasilitas umum itu sendiri dengan cara terjun langsung ke
lapangan untuk mengambil titik koordinat dari masing – masing fasilitas sosial
yang ada di Kecamatan Tanjung, pengamatan yang dilakuakan menggunakan alat
bantu berupa:
 Perangkat GPS (Global Positioning System)
 Telepon seluler dengan sisitem operasi berbasis Android
 Alat dokumentasi berupa kamera ponsel

Pada tahapan ini pula dilakukan pengamatan visual terkait kondisi


bangunan dari fasilitas umum yang tersebar di Kecamatan Tanjung.
5. Pengamatan Utilitas

Pada tahapan ini pengamatan jaringan atau objek pengamatan cenderung


berbentuk jaringan yang terhubung satu dengan yang lainnya seperti jaringan
listrik, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan air limbah, jaringan
telekomunikasi, dan jaringan persampahan.
Pengamatan pada objek berbentuk jaringan ini lebih menekankan kepada indra
pengelihatan dikarenakan tidak sepenuhnya jaringan – jaringan yang ada dapat
diamati secara langsung, melainkan ada yang tertimbun didalam tanah maupun
didalam bangunan tertutup.
6. Pengamatan Transportasi

Pengamatan pada tahapan ini merupakan pengumpulan data yang


didapatkan berupa angka dan diantaranya fungsi jalan, panjang dan lebar jalan,
kondisi jalan, jalur angkutan umum, fasilitas pendukung lalu lintas serta moda
transportasi.
Data ini pada dasarnya dapat diperoleh melalui instansi-instansi terkait serta
juga dapat diperoleh melalui survey yang dilakukan.
7. Pengumpulan Data Kependudukan

Pengumpulan data kependudukan mengumpulkan data – data dalam bentuk


angka – angka atau numeric. Data ini pada dasarnya dapat diperoleh pada dinas
kependudukan setempat (dukcapil), namun data ini dapat diperoleh diinternet
yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistikt]t] Nusa Tenggara Barat,
khususnya Kabupaten Lombok Utara. Dan pengumpulan data penduduk lainnya
juga didapatkan dimasing – masing kantor desa.
8. Pengumpulan Data Kebijakn Pengembangan Wilayah

Pengumpulan data – data ini bertujuan untuk melihat arahan dari kebijakan
penataan ruang yang lebih tinggi hirarkinya dibandingkan dengan laporan yang
akan disusun terhadap wilayah yang menjadi lokasi penelitian. Hal ini
dimaksutkan agar perumusan tema dan konsep yang nantinya akan dipengaruhi
oleh analisa – analisa data maupun kondisi riil diusung. Pada saat itulah
kebijakan dengan hirarki yang lebih tinggi berperan sebagai pedoman dalam
perumusan konsep kedepannya agar tetap sejalan dengan kebijakan dan arahan
pengembangan.
9. Pengumpulan Data Ekonomi Wilayah dan Hasil Produksi

Pengumpulan data – data yang terkumpul ini nantinya akan digunakan untuk
proses analisis ekonomi wilayah yang bertujuan untuk mengetahui spesialisasi
maupun sektor – sektor yang menjadi basis dari pertumbuhan ekonomi wilayah
perkotaan yang akan direncanakan. Dengan adanya analisis ini dapat membantu
mengarahkan peruntukan atau tujuan pengembangan kota kedepannya akan
difokuskan atau diarahkan pada sektor yang dianggap mampu menjadi basis
petumbuhan dan mampu bersaing dengan wilayah – wilayah pengaruhnya.
10. Pengumpulan Data Parawista

Sarana pendukung wisata, jumlah dan lokasi objek wisata berdasarkan jenis
wisata, rencana induk pengembangan pariwisata, serta jumlah wisatawan
merupakan sasaran penting dalam pengumpulan data pariwisata. Sasaran-
sasaran tersebut bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis pariwisata yang ada
serta mengurangi dampak negative yang ditimbulkan oleh perkembangan
pariwisata atau menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2.4Hasil Survei Pengolahan Data


1. Pengumpulan Data Kondisi Fisik Dasar

Pada tahapan ini akan dihasilkan data berupa data digital yamg diperoleh
dari instansi – instansi terkait yang melakukan pendataan terkait kondisi fisik
dasar dan sumber daya lingkungan yang ada dilokasi studi. Data – data ini akan
diolah dan dipilah agar dapat digunakan untuk menggambarkan atau
menginterprestasikan kondisi fisik dasar maupun sumber daya lingkunga yang
ada dilokasi studi baik dalam bentuk deskriptif maupun dalam bentuk peta.
2. Pengamatan Tata Guna lahan

Hasil yang akan didapatkan pada tahapan ini berupa data penggunaan lahan
serta penataan lahan yang ada di wilayah penelitian yang lebih difokuskan pada
perumahan, fasilitas umum, RTH dan luas tiap jenis penggunaan. Data tersebut
akan digunakan untuk dapat menentukan penggunaan tata guna lahan yang
sesuai dengan jenisnya masing-masing.
3. Pengamatan Komponen Intensitas Pemanfaatan Ruang

Data yang dihasilkan dari data ini merupakan data yang berbentuk numeric
atau pengukuran di lapangan terkait kondisi eksisting dari panjang Koefisien
Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Garis Sempadan
Bangunan (GSB), serta Koefisien Dasar Hijau (KDH), data yang diperoleh akan
diolah dan diseleksi untuk menjadi sampel dalam pemaparan kondisi eksisiting
pada kawasan perkoataan yang akan direncanakan.
4. Pengamatan Fasilitas Umum

Pengamatan sebaran fasilitas yang dilakukan akan menghasilkan data yang


nantinya akan digunakan untuk proses analisis terkait dengan proyeksi
kebutuhan sarana atau fasilitas umum dikawasan perkotaan. Data yang
didapatkan dari pengamatan ini adalah data titik – titik lokasi dari masing –
masing fasilitas umum yang ada. Dari data ini akan dilakukan proses pengolahan
titik lokasi tersebut menjadi sebuah peta tematik tentang persebaran fasilitas
umum sesuai dengan jenis dan peruntukannya.
5. Pengamatan Utilitas
Pengamatan utilitas tidak jauh berbeda dengan pengamatan fasilitas umum
yang telah dilakukan sebelumnya, hanya saja peta cenderung berbentuk garis
atau line sedangkan sebelumnya berbentuk titik. Data ini akan dilakukan
pengolahan untuk dapat diinterprstasikan dengan menggunakan aplikasi SIG
agar dapat menjadi sebuah peta tematik yang sesuai dengan jenis dan
kegunaannya.

6. Pengamatan Transportasi

Hasil yang akan didapatkan pada tahapan ini akan diolah untuk dapat
menyediakan fasilitas yang akan digunakan untuk dapat meningkatkan sarana
transportasi serta untuk menunjang pergerakan dari satu tempat ke tempat lain.
7. Pengumpulan Data Kependudukan

Data kependudukan yang didapatkan selanjutnya akan diolah dengan


merapikan, memilah dan mengelompokkan data – data tersebut sesuai dengan
pola tertentu agar dapat nenpermudah dalam proses analisa kependudukan pada
tahap selanjutnya.
8. Pengumpulan Data Kebijakan Pengembangan Wilayah

Hasil dari pengumpulan data terkait pengembangan wilayah yang diarahkan


pada lokasi studi nantinya akan digunakan sebagai bahan evaluasi. Kebijakan ini
akan disesuaikan antara arahan kebijakan dengan kondisi rill yang terjadi di
lapangan. Kedepannya akan dirumuskan rencana agar kebijakan terkait dapat
berjalan dan sejalan dengan arahan yang dirumuskan pada laporan yang akan
disusun dikawasan perkotaan pada lokasi studi.
9. Pengumpulan Data Ekonomi Wilayah dan hasil Produksi

Data ekonomi wilayah dan hasil produksi nantinya akan diolah dan dipilah.
Dalam pengolahan data ini khususnya data numeric, akan dilakukan
pengelompokan data sesuai dengan time series untuk mempermudah tahapan
analisis ekonomi wilayah nantinya
10. Pengumpulan Data Parawisata

Pengumpulan data pariwisata akan menghasilkan data yang akan menjadi


acuan untuk dapat mengembangkan pariwisata-pariwisata yang ada di lokasi
penelitian. Serta untuk dapat menunjang fasilitas-fasiltas yang dibutuhkan wisata
tersebut.
2.5Analisis
2.5.1 Analisis Kebijakan

Dalam suatu perencanaan analisis ini dilakukan untuk membandingkan


kesesuaian antara kebijakan Nasional, Kebijakan Provinsi dan Kebijakan
Kabupaten (Kabupaten Lombok Utara), sehingga akan diketahui hubungan antar
keduanya, sehingga dalam perencanaan kedepan tidak akan menyimpang dari
visi misi yang ada terutama dalam program – program untuk pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah. Selain itu, analisa ini ditukan untuk melihan apakah
kebijakan yang ada dapat diterapkan diwilayah perencanaan dan sejauh mana
penerapannya hingga saat ini.
2.5.2 Analisa Kondisi Eksisting

Analisa fisik dasar merupakan salah satu tahapan yang akan dilakukan
untuk mengetahui tingkat kemajuan dari wilayah perkotaan yang menjadi lokasi
studi. Analisa ini akan menggunakan data yang sudah di paparkan dalam bentuk
gambaran umum dari wilayah perencanaan
Analisa ini nantinya akan menghasilkan suatu kawasan dengan klasifikasi
tingkat kelayakan yang ada pada wilayah perencanaan Kecamatan Tanjung.
Analisis ini seringkali disebut Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL), analisis
ini memiliki beberapa jenis diantarannya yakni: SKL Morfologi, SKL Kestabilan
Lahan, SKL Kemudahan Jalan, SKL Kestabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air,
SKL Teradap Erosi, SKL Pembangunan Limbah dan SKL Kawasan Bencana.
Analisa daya dukung lahan bertujuann untuk mengetahui daerah daerah
yang mendukung dan tidak mendukung untuk dibangun. Untuk variable
pendukung hasil analisi daya dukung lahan, menggunakan 9 satuan kemampuan
lahan. Satuan kemampuan lahan merupakan acuan dari pedoman teknik analisis
No 20 Tahun 2007, tentang Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
2.5.3 Analisis Rencana
Analisis rencana merupakan tahapan seleksi atau peninjauan kembali dari
hasil analisis yang dilakukan serta kebijakan – kebijakan yang berpengaruh
dalam perencanaan wilayah perkotaan yang akan direncanakan untuk
menentukan tujuan pembangunan atau tujuan penataan ruang pada bagian
wilayah perkotaan yang telah ditetapkan.

2.6Konsep Kota
Tahapan ini merupakan tahapan merumuskan konsep dari pengembangan
BWP atau Bagian Wilayah Perkotaan yang ada di Kecamatan Tanjung sesuai dengan
keunggulan yang dimiliki serta peluang - peluang yang ada baik dari luar kawasan
maupun dalam kawasan perkotaannya yang dapat mendukung funginya terhadap
kawasan sekitar maupun perannya terhadap wilayah yang lebih luas.

2.7 Perencanaan
Tahapan ini merupakan tahapan merumuskan arahan dan pengembangan
dari BWP yang telah dianalisis baik dari aspek kebijakan, kondisi eksisiting, rencana
serta telah dapatkan tujuan penataan kota serta konsep penataannya. Tentunya
proses perumusan ini akan mengacu kepada hasil analisis rencana dan tujuan serta
konsep penataan kota yang telah ditetapkan diawal.
2.8 Metode Analisis
2.8.1 Analisis Kebijakan
Dalam suatu perencanaan Analisa ini dilakukan untuk membandingkan
kesesuaian antara Kebijakan Nasional, kebijakan Provinsi dan Kebijakan
Kabupaten (Kabupaten Lombok Utara), sehingga akan diketahui hubungan
antara keduanya, sehingga dalam perencanaan kedepan tidak akan menyimpang
dari visi misi yang ada terutama dalam program-program untuk pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah.
Selain itu, analisa ini ditujukan untuk melihat apakah kebijakan yang ada
dapat diterapkan diwilayah perencanaan, dan sejauh mana penerapannya
(pembangunan yang sudah dilakukan) hingga saat ini.
A. Analisis Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Pamjang (RPJP)
Dalam Perencanaan Kecamatan Tanjung, perlu melihat dari
RPJP nasional, Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Lombok
Utara untuk membandingkan kesesuaian antara Kebijakan Nasional,
kebijakan Propinsi dan Kebijakan Kabupaten, sehingga akan diketahui
hubungan antara perencanaan wilayahnya, sehingga dalam perencanaan
kedepan tidak akan menyimpang dari visi misi yang ada terutama dalam
program-program untuk pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
Selain itu, analisa ini ditujukan untuk melihat apakah kebijakan
yang ada dapat diterapkan diwilayah perencanaan, dan sejauh mana
penerapannya (pembangunan yang sudah dilakukan) hingga saat ini.
Berikut ini disajikan tabel perbandingan visi dan misi antara kebijakan
pembangunan jangka panjang dalam skala nasional, provinsi, dan
Kabupaten.
B. Analisis Kebijakan Tata Ruang
Analisis kebijakan tata ruang bertujuan untuk melihat sinkronisasi
rencana tata ruang dari tingkat nasional sampai pada tingkat
kabupaten Lombok Utara
C. Analisis Kebijakan Rencana Tata Ruang Kabupaten Lombok Utara Tahun
(2016-2021)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara pada
dasarnya berfungsi sebagai matra ruang dari pembangunan daerah. Oleh
karena itu, tujuan pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Lombok
Utara hendaknya sejalan dengan visi pembangunan Kabupaten Lombok
Utara dalam RPJMD Lombok Utara tahun 2016-2021 yaitu “
Terwujudnya Lombok Utara yang religious, berbudaya, adil, dan sejahtera
“.
Berdasarkan visi tersebut, tujuannya untuk mewujudkan ruang
wilayah aman, nyaman, produktif yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan dalam rangka pengembangan parawisata, perkebunan dan
agro industry.
Agar tujuan penataan ruang wilayah kabupaten tercapai maka perlu
disusun kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten meliputi:
1. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah-wilayah
yang berbasis pariwisata, dan perkebunan;
2. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan
konsep agroindustri;
3. pengendalian pemanfaatan lahan pertanian;
4. penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi
perkotaan dan menunjang sistem pemasaran pariwisata, dan
produksi perkebunan;
5. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung
pemasaran pariwisata, produksi perkebunan dan produksi
agroindustri;
6. pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan
lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi; dan
7. pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan lingkungan hidup.

D. Analisis Konstelasi Wilayah


Konstelasi wilayah merupakan perbandingan antara wilayah serta
peran dan fungsi kawasan dan Analisa konstelasi wilayah bertujuan utuk
melihat adanya keterkaitan antara kondisis eksisiting dan RTRW
Kecamatan Lombok Utara dan analisis kontelasi diwilayah Lombok
Utara.
E. Analisis Struktur Ruang
1. Analisis Kecendrungan Pergerakan

Kecendrungan arah pergerakan akan sangat berkaitan dengan


pola pergerakan penduduk, di mana penduduk akan membentuk
simpul- simpul kegiatan pergerakan.
a. Pergerakan sekolah

Pergerakan sekolah merupakan pergerakan yang dilakukan


masyarakat khususnya pada usia baik PAUD, SD, SLTP maupun
SLTA yang ada di Perkotaan Tanjung.
Pergerakan sekolah untuk tingkatan PAUD dan SD cenderung
terjadi pergerakan lokal, pergerakan hanya terjadi disekitar
rumah- rumah penduduk menuju ke fasilitas pendidikan yang
dimaksud. Pergerakan ini cenderung mengakses jalan- jalan
kolektor dan jalan- jalan lokal untuk sampai pada lokasi sarana
pendidikan. Sedangkan pergerakan untuk bersekolah untuk
tingkatan SLTP dan SLTA banyak melewat jalan arteri dan jalan
kolektor. Hal ini disebabkan oleh letak sarana pendidikan
degan jenjang SLTP dan SLTA cenderung melayani kegiatan
belajar mengajar dengan jumlah murid yang lebih banyak dan
skala pelayanan yang lebih luas.
b. Pergerakan bekerja

Pergerakan pekerjaan sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yakni


bekerja pada sektor formal dan sektor non formal. Pada sektor
formal pekerjaan yang bekerja pada instansi pemerintahan
layaknya pegawai di antor Camat serta kantor- kantor UPT yang
ada di Perkotaan Tanjung. Pergerakan bekerja untuk sektor –
sektor formal cenderung bergerak melewat jalan – jalan arteri
dikarenakan penempatan kantor pemerintahan seperti Kantor
Camat dan UPT – UPT yang ada. Khusus Kantor Desa sendiri
melewati jalan – jalan kolektor dan jalan lokal dikarenakan
letaknya yang berada di pusat – pusat desa.
Kemudian pergerakan bekerja pada sektor non – formal
sendiri pergerakan cenderung melewati semua ruas jalan
dikarenakan jenis sektor non – formal sendiri terdiri dari
perdagangan dan jasa, kemudian pertanian dan pekebunan
yang letaknya tersebar pada jalan – jalan arteri dan kolektor
untuk perdagangan dan jasa dan pada jalan – jalan lokal untuk
mengakses areal persawahan.
c. Pergerakan belanja

Pergerakan belanja merupakan pergerakan masyarakat


setempat dalam memenuhi kebutuhannya baik berupa
makanan maupun materi lainnya. Pergerakan ini pada
umumnya bergerak ke segala arah baik melalui jalan arteri,
kolektor maupun kearah jalan lokal. Pergerakannya pun di
sebabkan oleh adanya fasilitras perdagangan dan jasa yang
memiliki skala pelayanan yang berbeda. Pada fasilitas
perdagangan dan jasa yang berda di koridor jalan arteri cenderung
memiliki pelayanan dengan skala yang luas yakni pelayanan skala
kecamatan. Sedangakan sarana perdagangan dan jasa yang
berada di tengah atau pusat permukiman memberikan
pelayanan skala lingkungan atau rumah – rumah disekitarnya
saja.
d. Pergerakan ibadah

Pergerakan ibadah di Perkotaan Tanjung memiliki sedikit


persamaan dengan sarana perdagangan dan jasa, keperluan
pergerakan beribadah merupakan pergerakan dari adanya
kebutuhan akan ibadah untuk memenuhi kewajiban agama serta
berkaitan dengan spiritualitas masing – masing individu.
Pergerakan yang ditimbulkan dari adanya dorongan spiritualitas
ini cenderung melewati jalan – jalan kolektor yang ada, serta jalan
primer. Pergerakan melalui jalan – jalan ini tentunya disebabkan
oleh penempatan sarana – sarana peribadatan tersebut yang
diletakan tepat dipinggir jalan arteri maupun kolektor.
Beberapa diantaranya berada pada jalan lokal yang berada
ditengah permukiman masyarakat.
F. Analisis Pola Pergerakan
Pola atau pergerakan aktivitas penduduk di kawasan perencanaan
diketahui dari pusat- pusat yang ada di tiap wilayah. Pusat pelayanan
suatu tempat yang mampu melayani jumlah penduduk disekitarnya dan
lebih jelas ditekankan untuk menjangkau penduduk di dalam suatu
wilayah. Jenis- jenis pelayanan yang menjadi kebutuhan penduduk
berdasarkan tingkatnya meliputi barang- barang primer dan sekunder
ataupun dapat dikembangkan menjadi barang- barang tersier.
1. Pergerakan didalam kawasan
Pergerakan di dalam kawasan umumnya berlaku untuk fasilitas
yang masih bisa dijangkau oleh penduduk dan berfungsi untuk
melayani penduduk yang ada di dalamnya, seperti pertokoan yang
menjual kebutuhan sehari- hari, kantor kelurahan, kantor
kecamatan, pustu, polindes, puskesmas, fasilitas pendidikan serta
fasilitas peribadatan.
2. Pergerakan kearah luar kawasan
Pergerakan ke arah luar tejadi dalam hal pemenuhan kebutuhan
sehari- hari yang lebih lengkap untuk memenuhi kebutuhan yang
berkaitan dengan, perkantoran skala kabupaten, niaga dan jasa serta
kesehatan.
3. Pergerakan dari luar kawasan
Pergerakan dari luar Perkotaan Tanjung terjadi untuk kegiatan
perdagangan hasil pertanian, perkantoran. Pergerakan dari luar
kawasan juga terjadi pada kegiatan transportasi.

G. Analisa Arah Pergerakan Pembangunan Berkelanjutan


Setalah beberapa poin pembahasan diatas, tentunya sudah dapat
terlihat arah pembangunan perkotaan. Dalam hal ini kecenderungan
pembangunan secara fisik yang terjadi di Kecamatan Tanjung yang
menimbulkan sifat – sifat kekotaan. Berdasarkan hasil analisis awal
tentang hirarki kawasan dapat diperkirakan arah dari pergerakan
pembangunan kota menuju ke arah Jalan Arteri yang merupakan akses
utama menuju fasilitas perdagangan dan jasa skala kecamatan serta kantor
pemerintahan swasta. Hal ini juga didukung dengan adanya analisa
indeks sentralitas marshall yang menggambarkan keterpusatan
permukiman dengan menggunakan jumlah dan indeks sentralitas dari
fasilitas yang ada.
H. Analisa Morfologi Kawasan
Morfologi kawasan merupakan pembahasan mengenai keadaan
fisik yang sangat mendasar dari sebuah bentukan wilayah. Pada
pembahasan kali akan banyak membahas tentang bentukan – bentukan
ruang yang ada pada kondisi eksisting. Maksudnya adalah pembahasan
akan berfokus pada pambahasan yang disesuaikan dengan teori – teori
morfologi kota yang dikemukakan oleh terpadu oleh Markus Zahnd dalam
buku Perancangan Kota Secara Terpadu. Buku ini membahas tentang 3
pokok bahasan yang berhubungan dengan pembahsan kali ini yakni:
1. Figure Ground
a. Figure

Merupakan pembahasan yang meliputi pola sebuah tempat


yang membahas mengenai fungsi dan sistem pengaturan dari
raung yang terbangun yang biasa disebut dengan figure dan
ruang yang tidak terbangun yang sering disebut void.
Sederhananya untuk melihat pola – pola yang terbentuk dari
sebuah ruang yang terbangun dan yang terbangun dalam suatu
ruang dalam perkotaan atau deliniasi tertentu.

b. Void
Void ini dalam kondisi eksisiting berupa lapangan dan teras
halaman rumah warga. Kemudian terdapat pula void dengan
bentuk ruang linear yang terbentuk pada celah – celah atau jarak
antar bangunan yang terbentuk diantara dua bangunan. Ruang
– ruang linear ini pada kondisi riilnay berupa jalan yang
memnag difungsikan sebagai ruang perpindahan manusia,
maupun celah bangunan.

2. Lingkage
Ada tiga macam cara penghubung, yaitu linkage visual,
linkage struktural, serta linkage bentuk kolektif. Semua bentuk
tersebut merupakan dinamika perkotaan yang dianggap sebagai
generator kota. Namun dalam pembahasan kali ini akan dibahas
bagaimana lingkage atau hubungan dari pusat – pusat aktivitas yang
ada dalam Kecamatan Tanjung dapat dilihat secara visual terdapat
pada simpang 3 yang membagi jalur pergerakan menuju pusat
aktivirtas berbeda yakni aktivitas kawasan permukiman dan aktivitas
pemerintahan serta perdagangan dan jasa.
3. Place
Adalah pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan
karakteristik manusia terhadap ruang fisik Dalam identifikasi place
dibahas hal yang berhubungan untuk mengetahui makna dari
suatu tempat atau place melalui konteksi dan citra kota Kevin Lynch
menyatakan dalam identifikasi citra kota bahwa image kota dibentuk
oleh 5 elemen Pembentuk wajah kota, yaitu:
a. Pants

Suatu garis penghubung yang memungkinkan orang


bergerak dengan mudah. Pada Kecamatan Tanjung sendiri dapat
ditemukan berupa jalan – jalan yang memang difungsikan sebagai
ruang perpindahan atau ruang gerak untuk berpindah dari satu
tempat ketempat lain. Maupun ruang – ruang linear yang tidak
diperuntukan untuk jalan namun seringkal dimanfaatkan sebagai
runag bergerak oleh masyarakat setempat yang berupa celah antar
rumah.
b. Edges

Edges berupa dinding, pantai, hutan kota, dan lain-lain.


Pada kawasan perkotaan. Pada kawasan padat terbangun yang
ada di Kecamatan Tanjung batasan – batasan kawasan
terbangun (perkotaan) mayoritas berupa jalan raya, sungai dan
berupa hamparan sawah.
c. Districts

Districts merupakan blocking kawasan yang memiliki


fungsi atau aktivitas tertentu dalam sebuah kawsan. Districts ini
biasanya hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau
bisa dirasakan dari luar apabila memiliki kesan visual.
d. Nodes

Berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk


memasuki districts yang berbeda.
e. Landmark

Titik pedoman obyek fisik sehingga orang bisa dengan


mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.
I. Analisis Kesesuaian Lahan
1. Daya Dukung
a. SKL Morfologi

Morfologi berarti bentang alam. Kemampuan lahan dari


morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu kawasan
kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa
gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya,
kemampuan pengembangannya sangat rendah sehingga sulit
dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti
ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budi
daya yang tak berkaitan dengan manusia, contohnya untuk
wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk
peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari
morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks.
Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan
sebagai tempat permukiman dan budi daya. (Pedoman, Analisis
Aspek Fisik, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NO.20/PRT/M/2007)
b. SKL Kemudahan di Kerjakan

Analisis satuan kemampuan lahan yang dilakukan kali


ini adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di
wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan/ pengembangan kawasan Pada analisis
SKL Kemudahan di Kerjakan kali ini sangat dipangaruhi oleh faktor
fisik dasar sepert imorfologi, tingkat kemiringan lahan (elevasi) ,
curah hujan serta kondisi geologi yang akan sangat berpengaruh
pada tingkat kestabilan tanah yang digunakan sebagai pondasi.
(Pedoman, Analisis Aspek Fisik, PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007)
c. SKL Kestabilan Lereng

Pada SKL kestabilan lereng merupakan analisis yang


melihat kemampuan lahan dalam rangka melihat tingkat kestabilan
lereng pada tingkat kemiringa tertentu dalam menerima beban.
Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil
atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di
lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya
rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya
mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman
dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budi daya.
Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan
air. Sebenarnya, satu SKL saja tidak bisa menentukan
peruntukan lahan apakah itu untuk pertanian, permukiman, dll.
Peruntukan lahan didapatkan setelah semua SKL ditampalkan
(overlay) lagi. (Pedoman, Analisis Aspek Fisik, PERATURAN
MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007)
d. SKL Kestabilan Pondasi

Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang


mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan
terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis
pondasi wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya
wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau
untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti
wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan.
Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang
stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih
stabil, misalnya pondasi cakar ayam. (Pedoman, Analisis Aspek
Fisik, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NO.20/PRT/M/2007)
e. SKL Ketersediaan Air

Geohidrologi sudah memperlihatkan ketersediaan air.


Geohidrologi sudah ada kelasnya yaitu tinggi, sedang, hingga
rendah. Untuk melihat ketersediaan air seharusnya menggunakan
data primer, tetapi karena keterbatasan waktu dan dana
biasanya pengambilan data primer tidak dapat dilakukan.
Ketersediaan air sangat tinggi artinya ketersediaan air tanah dalam
dan dangkal cukup banyak. Sementara ketersediaan air sedang
artinya air tanah dangkal tak cukup banyak, tapi air tanah
dalamnya banyak. (Pedoman, Analisis Aspek Fisik, PERATURAN
MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007)
f. SKL Drainase

Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah


tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya aliran air mudah
mengalir atau mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air
sulit dan mudah tergenang. (Pedoman, Analisis Aspek Fisik,
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NO.20/PRT/M/2007)
g. SKL Erosi

Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air


atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas
dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah
sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada
pengelupasan lapisan tanah. (Pedoman, Analisis Aspek Fisik,
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NO.20/PRT/M/2007)
h. SKL Pembuangan Limbah

SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk


memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi
pembuangan. Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan
klimatologi. Kedua peta ini penting, tetapi biasanya tidak ada data
rinci yanng tersedia. SKL pembuangan limbah kurang berarti
wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat
pembuangan limbah. (Pedoman, Analisis Aspek Fisik,
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NO.20/PRT/M/2007)
i. SKL Bencana Alam

SKL bencana alam merupakan analisis yang bertujuan


untuk mengetahui tingkat kerentanan terjadinya bencana alam di
Kecamatan Tanjung. Hal ini dilakukan dengan melakukan overlay
pada peta- peta yang dianggap dapat mengintrepretasikan
pengaruhnya terhadap terjadinya bencana alam di Kecamatan
Tanjung. Mudahnya adalah menggunakan Peta Rawan Bencana
yang di sediakan
2. Daya Tampung
Analisis daya tampung adalah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan lahan dalam menampung penduduk beserta
segala fasilitas penunjang yang ada didalamnya. Faktor – faktor yang
sangat berpengaruh pada daya tamping lahan ini adalah daya dukung
lahan pada kawasan perencanaan.
Variabel – variabel yang juga berpengaruh adalah satuan
kemampuan lahan yang telah dianalisis sebelumnya yang meliputi

Luas Kawasan (Ha)


Proyeksi T ampung Rumah =
Stnadar Rumah Menurut SNI No. 03/1733/2004
9 aspek yakni SKL Morfologi, Kemudahan Dikerjakan, Kestabilan
Lereng, Kestabilan Pondasi, Drainase, Erosi dan Pembuangan Limbah.

Daya tampung lahan perencanaan dapat diketahui dengan


menggunakan rumus atau logika matematis seperti berikut:
Setelah didapatkan proyeksi daya tampung rumah, data dari hasil
daya tamping rumah tersebut akan digunakan kembali untuk
mengetahui tampungan penduduk pada kawasan perencanaan.
Adapun logika yang digunakan dalam menganalisis daya tampung
penduduk berdasarkan data daya tampung rumah yang sudah ada
adalah sebagai berikut :

Jumlah Rumah Hasil Proyeksi Jumlah Standar Orang Dalam Rumah


Proyeksi T ampungan Penduduk = X

Dengan melihat kemampuan dan daya dukung lahan yang ada di


Kecamatan Tanjung maka penggunaan lahan yang akan diarahkan
untuk peruntukan kawasan budidaya hususnya untuk proyeksi atau
analisis daya dukung lahan dalam menampung rumah dan
penduduk, maka diputuskan untuk menggunakan klasifikasi lahan
Sedang dan Agak Tinggi.

J. Analisis Fisik Dasar


1. Topografi
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
objek seperti planet, satelit alami dan asteroid. Topografi
umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan
identitas jenis lahan. Topografi secara kualitatif adalah bentang
lahan (landform) sedangkan secara kuantitatif dinyatakan dalam
satuan kelas lereng, arah lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng.
Berdasarkan kondisi topografinya, Kecamatan Tanjung memiliki
kondisi topografi yang beragam di mulai pada ketinggian 0 mdpl
dengan luasan 1,08 Ha hingga 1475 mdpl dengan luasan 1,65 Ha.
Sementara tingkat kelerengan di Kecamatan Tanjung dapat
klasifikasikan pada kemiringan 0 – 2% hingga 15 – 40% dengan
jenis tanah yaitu tanah entisol dan andisol.
2. Klimatologi
Sama halnya dengan dengan kondisi iklim yang di Indonesia,
kondisi iklim Kecamatan Tanjung termasuk dalam iklim tropis yang
memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Adapun rata –
rata hari hujan di Kecamatan Tanjung pada tahun 2019 mencapai 9
hari dengan hari hujan tertinggi pada bulan Januari dan November
yang mencapai 18 hari dengan curah hujan rata – rata sebesar 475
mm/tahun.
3. Hidrologi
Berdasarkan kondisi hidrologinya, Kecamatan Tanjung memiliki
3 daerah aliran sungai utama dengan sub daerah aliran sungainya.
Selain memiliki jaringan aliran sungai, di Kecamatan Tanjung sendiri juga
memiliki beberapa titik mata air yang tersebar di beberapa desa di
Kecamatan Tanjung, antaralain berada di Desa Jenggala, Desa Tegal
Maja, Desa Teniga, dan Desa Sigar Penjalin. Untuk luasan cekungan
air tanahnya sendiri sebesar 8101,07 Ha.
4. Morfologi
Berdasarkan bentuk morfologi wilayahnya, Kecamatan Tanjung
didominasi oleh jenis bentukan datar dengan luasan 5723,67 Ha yang
kemudian terdapat juga jenis bentukan perbukitan landai, medan
bergelombang, dan perbukitan sedang.

K. Analisis Pengembangan Wilayah


Dengan melihat kecenderugan dan justifikasi yang telah dilakukan
pada pembahasan pada sub – bab sebelumnya, yakni kawasan
Perkotaan Tanjung adalah kawasan yang mencangkup 7 administrasi
desa. Tahapan yang akan dilakukan adalah membagi wilayah perkotaan
Tanjung yang sudah memiliki deliniasi tersebut kedalam sub – sub
wilayah perkotaan yang pertimbangannya didasarkan pada karakteristik
kawasan pada setiap abgian – bagian dalam deliniasi perkotaan tersebut.
Analisis pengembangan wilayah dilakukan dengan mengkaji
peruntukan dan pola ruang yang ada (eksisting), pergeseran
penggunaan lahan, serta permintaan di masa depan. Pertimbangan
dalam analisis adalah distribusi penduduk, aksesbilitas, daya dukung
lahan dan lingkungan, daya tampung lahan dan daya dukung prasarana
dan saran lainnya.
1. Pembagian Sub Kota
Dalam melakukan pembagian Sub-BWP, beberapa
pertimbangan yang digunakan berupa faktor umum dan khusus
yang mempengaruhi karakteristik kawasan itu sendiri baik dari sifat
dasarnya maupun pengaruh dari luar.
Faktor umum dan khusus yang dimaksud dalam hal ini
antara laian adalah sebagai berikut :
a. Umum
1) Morfologi wilayah perencanaan
2) Keserasian dan keterpaduan fungsi perencanaan
3) Jangkauan atasan pelayanan untuk keseluruhan
wilayahperencanaan kota yang memperhatikan
rencana struktur ruang RTRW.
b. Khusus
1) Kesamaan pemanfaatan lahan dominan serta kesamaan
potensi
2) Kketerbatasan dalam pengembangan fungsi kota

2. Pembagian Blok
Adapun analisis peruntukan blok dilakukan untuk
membagi luasan kawasn perencanaan dalam hal ini adalah
Perkotaan Tanjung ke dalam blok – blok kawasan yang didalamnya
memuat zona – zona penggunaan lahan masing – masing.
Pembagian luasan kawasan Perkotaan Tanjung ini dilakukan
untuk melihat dan mengkaji peruntukan dan kecenderungan
penggunaan ruangan yang ada pada blok – blok yang terbentuk.
Dengan mengkaji seperti ini, kemungkinan – kemungkinan
permintaan akan lahan untuk keperluan tertentu dapat diprediksi
dimasa yang akan dating.
Pembagian blok kawasan dilakukan untuk membagi
kawasan dalam bentuk blok-blok. Dalam melakukan pembagian
blok peruntukan lahan harus sesuai dengan bentuk atau ukuran dan
fungsi. Pembagian blok ini juga tetap memperhatikan deliniasi
berdasarkan pembagian Sub wilayah perkotaan. Pembagian blok ini
akan memudahkan dalam melakukan pengembangan, alokasi,
investasi, pengendalian dan pengawasan di dalam wilayah
perencanaan. Dalam menentukan deliniasi blok kawasan,
terdapat beberapa pertimbangan antara lain:
 Persamaan karakter peruntukan dengan pilihan
mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada.
 Kesesuaian dengan ketentuan khusus yang ada.
 Karakteristik lingkungan (batas fisik) dan administrasi atau
keterbatasan kondisi fisik lingkungan.
Dengan melakukan pembagian luasan menggunakan blok –
blok perencanaan setiap luasan lahan pada blok – blok akan lebih
mudah dilakukan. Beberapa hal yang dapat dilakukan setelah
dilakukan pembagian luasan menggunakan blok diantaranya :
 Dapat melihat dan mempertimbangkan untuk
mempertahankan atau mengubah dominasi dari penggunaan
lahan yang sudah ada,
 Dapat menetapkan fungsi yang baru pada blok – blok yang ada
yang tetap searah dengan fungsi yang ditetapkan RTRW.
 Dapat memberikan atau menetapkan karakter pada bloking –
bloking atau kawasan tertentu.
 Dapat menetapkan jenis pemanfaatan, ukuran persil serta
intensitas bangunan yang akan dibangun diatasnya pada
kemudian hari.
 Dapat menetapkan dan mengembangkan jenis kegiatan khusus
pada suatu blok atau kawasan tertentu.

Kemudian deliniasi dari blok – blok yang terbentuk sendiri


diambil berdasarkan batasan – batasan fisik berupa jalan, gang,
sungai, irigasi, batas persiil dan lain sebagainya. Dengan cara ini,
diharapkankan dapat memperlihatkan fungsi – fungsi ruang pada
kawasan perencanaan.
L. Analisis Kependudukan
Penduduk merupakan hal paling penting dalam mengembangkan
suatu wilayah, karena tujuan utama dalam pengembangan wilayah
sendiri adalah untuk memberikan kepuasan para penduduk di wilayah
tersebut. Pengembangan wilayah dapat dikatakan berhasil jika para
penduduknya dapat sejahtera dapat mensejahterakan masyarakatnya
serta seluruh kebutuhan para penduduk dapat terpenuhi baik itu
kebutuhan sarana maupun prasarana. Penduduk sendiri memiliki
peranan yang penting dalam perencanaan. Seluruh kegiatan maupun
aktivitas penduduk dapat mempengaruhi perkembangan dan pergerakan
suatu wilayah.
Analisa kependudukan dilakukan untuk mengetahui kondisi
sumber daya manusia yang ada di Perkotaan Tanjung. Analisis sumber
daya manusia ini dilakukan agar dapat memahami aspek-aspek sosial
kependudukan terkait dengan perencanaan terutama yang memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan perkembangan sosial dan ekonomi.
Hal ini dilakukan karena dalam pengembangan wilayah, aspek
kependudukan mempunyai peranan penting sebagai komponennya.
Beberapa aspek dalam analisa kependudukan yang terkait dengan
perencanaan adalah sebagai berikut.
1. Pertumbuhan Penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk memperlihatkan laju
pertumbuhan jumlah penduduk rata-rata tiap tahunnya. Untuk
dapat mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk, yang
dibutuhkan adalah data-data jumlah penduduk 4 (empat) tahun
terakhir agar perhitungan proyeksi penduduk tepat dan akurat.
Angka tingkat pertumbuhan akan menjadi dasar dalam memproyeksi
jumlah penduduk ke depannya.
Pertumbuhan penduduk terjadi karena perubahan penduduk
secara lamiah yaitu dengan adanya kelahiran dan kematian serta
migrasi atau perpindahan penduduk yang berdampak langsung
dari perkembangan suatu wilayah. Tingkat pertumbuhan penduduk
akan menunjukkan laju pertambahan penduduk rata-rata setiap
tahunnya. Dimana untuk menghitung tingkat pertumbuhan
penduduk (r) dengan rumus:

P(𝟎 + 𝟏) − 𝐏𝟎
𝑷𝟎
2. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk merupakan perhitungan untuk
memperkirakan jumlah penduduk dalam waktu beberapa tahun ke
depan. Proyeksi penduduk dimaksudkan untuk mendapat jumlah
penduduk pada masa yang akan datang. Dalam memperkirakan
jumlah penduduk yang didasarkan atas adanya tingkat pertambahan
penduduk pada tahun-tahun sebelumnya yang relatif tidak tetap.
Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan penduduk yang akan
diambil berdasarkan persentase rata-rata pertumbuhan penduduk
selama 5 (lima) tahun terakhir. Adapun metode proyeksi
pertumbuhan penduduk yang digunakan yaitu Metode Geometrik.
Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode geometrik
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Pt = Po(1 + r) n
Dimana :
Pt = jumlah penduduk akhir tahun proyeksi
Po = jumlah penduduk awal proyeksi
r = tingkat pertumbuhan penduduk
M. Kebutuhan Sarana dan Prasaana
Analisa fasilitas dilakukan untuk mengetahui kebutuhan jumlah
Fasilitas yang akan digunakan di Perkotaan Tanjung dalam jangka waktu
20 tahun. Melalui analisa tersebut dapat diketahui apakah ketersediaan
Fasilitas di Perkotaan Tanjung sudah terpenuhi atau tidak, Hal ini
dilakukan karena Fasilitas umum adalah salah satu aspek vital dalam
mengembangkan siuatu wilayah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisa fasilitas adalah jumlah
penduduk tahun rencana (2037) dan jumlah fasilitas eksisting yang ada,
Selain itu penambahan fasilitas yang dilakukan harus menggunakan
konsep pemerataan di seluruh wilayah, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk dalam melakukan kegiatan agar
asyarakat terpenuhi kebutuhannya. Maka dari itu perlu dilakukan
proyeksi fasilitas fasilitas untuk 20 tahun kedepan agar pengembangan
wilayah dapat berjalan dengan baik. Selain itu standar yang digunakan
dalam perhitungan proyeksi fasilitas ini yaitu menggunakan SNI 03-
1733-2004.
1. Fasilitas Permukiman
Jumlah penduduk di Perkotaan Tanjung dari tahun ke tahun
terus mengalami tren pertumbuhan penduduk positif, maka
kebutuhan rumah diproyeksikan juga meningkat sehingga
dibutuhkan proyeksi penambahan rumah pada tahun 2021-2036.
Untuk menentukan jumlah unit rumah yang dibangun per Desa,
perlu memperhatikan tingkat hunian penduduk per rumah.
2. Fasilitas Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu aspek yang berperan utama
dalam kehidupan manusia. Dimana tanpa kesehatan, manusia
tidak akan dapat melakukan kegiatan dalam kehidupannya. Oleh
karena itu disetiap daerah, diperlukan fasilitas-fasilitas kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat agar
bisa menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Untuk Perkotaan
Tanjung terdapat beberapa fasilitas-fasilitas kesehatan yang
diharapkan dapat membantu meningkatkan kesehatan
masyarakatnya.
3. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan merupakan aspek yang penting untuk
mendukung kebutuhan rohani masyarakat. Fasilitas Peribadatan
juga sangat perlu disediakan selain berguna untuk kegiatan rohani
juga bisa berguna untuk saling bersilatrrahmi dengan masyarakat
lainnya. Untuk melakukan perencanaan pendekatan yang digunakan
adalah memperkirakan jumlah penduduk dan jenis agama dan
kemudian mempertimbangkan fasilitas apa sajakah yang harus di
rencanakan. Pendekatan perencanaan yang digunakan yaitu
dengan memperkirarakan jumlah memperkirakan populasi dan
jenis agama kemudian direncanakan alokasi lahan dan jumlah
fasilitas yang akan dibangun sesuai dengan tuntutan.
4. Analisis Sarana Pemerintahan
Kebutuhan fasilitas umum sebagai sarana memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas serta
keahlian masyarakatnya. Fasilitas fasilitas umum tersebut antara
lain Kantor Desa, Kantor Camat dll.

5. Analisis Sarana Pendidikan


Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan, di mana pendidikn dapat menyongsong kehidupan
kehidupan yang cerah di masa depan, baik bagi sendiri, social,
lingkungan, agama, nusa dan bangsa. Sarana pendidikan perlu
disediakan dilingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan
masyarakat yang bersangkutan.
6. Analisis Sarana Perdagangan dan Jasa
Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan manusia akan
perdagangan dan jasa sangatlah besar. Karena selain kebutuhan
berupa barang, manusia juga membutuhkan kebutuhan jasa yang
bisa mempermudah dan memperlancar kegiatan/aktivitasnya
sehari-hari. Begitu juga di Perkotaan Tanjung, dimana terdapat
fasilitas-fasilitas perdagangan dan jasa yang turut membantu
dalam kegiatan masyarakat di wilayah tersebut.
7. Analisis Prasarana RTH
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah seberan ruang yang dapat
ditumbuhi pohon atau tanaman lainnya, yang meskipun sempit
namun dapat membantu dalam meredusi berbagai dampak akibat
kerusakan lingkungan. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan solusi
utama, khususnya dalam menjaga sirkulasi udara dan air dari
permasalahan krisis ekologi perkotaan yang disebabkan oleh terus
meningkatnya jumlah urban dan pembangunan. Seluruh aktivitas
dalam hidup pasti menghasilkan sisa yang dapat berupa sampah
ataupun zat-zat pencemar dan emisi lain yang terlepas ke udara.
Menyediakan sebagian lahan dirumah atau dikantor untuk ruang
terbuka hijau kemudian menjaga, melindungi dan melestarikannya
adalah hal terkecil yang dapat setiap manusia upayakan dalam
menjaga lingkungan yang indah dan sehat.
Utilitas (prasarana) merupakan alat menunjang dari sarana
dimana prasarana ini merupakan jarngan atau utilitas umum yang
sangat dibutuhkan dalam suatu sistem ruang yang keberadaannya
dikelola oleh suatu instansi terkait seperti jaringan air minum oleh
PDAM, jaringan listrik dikelola oleh PLN Persero, jaringan
telekomunikasi dikelola oleh PT. Telekomunikasi (Telkom) dan lain
sebagainya. adapun prasatana atau utilitas yang akan dibahas
meliputi prasarana air bersih, listrik, drainase, limbah dan
persampahan.
8. Analisis Prasarana Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu unsur yang menjadi
parameter tingkat kesehatan lingkungan permukiman, karena
pemakaian air bersih untuk keperluan sehari-hari dapat menjaga
kesehatan sehingga tingkat produktivitas masyarakat dapat
dipertahankan bahkan mungkin ditingkatkan. Penyediaan air bersih
bisa melalui jaringan air dari PDAM atau juga melalui sumur. Baik
sumur pompa maupun sumur gali.
Dalam perencaaan, air merupakan hal yang paling penting
dan harus diperhatikan, karena merupakan kebutuhan yang
paling mendasar dalam setiap kegiatannya. Untuk menunjang
pembangunan disuatu wilayah maka kebutuhan air bersih menjadi
kebutuhan yang paling mendasar dalam setiap kegiatannya.
Untuk menunjang kegiatan pembangunan di wilayah
perencanaan, pelayanan kebutuhan air bersih menjadi sangat
penting dan mutlak pengadaannya harus terlaksana dengan baik, air
dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih rumah
tangga (domestik) maupun kegiatan penunjang lainnya (Non
Domestik). Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan
air bersih bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah
sebagai berikut :
 Secara kualitas harus memenuhi persyaratan sebagai air minum
baik secara fisik, kimia dan biologis. Yaitu tidak berasa, tidak
berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih
serta tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan
kesehatan.
 Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin
kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada
jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi
kebutuhan pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.
 Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah
pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan
yang cukup.
Agar kebutuhan air bersih di masa yang akan datang
dapat tercukupi baik penyelesaian maupun penyalurannya, maka
harus dilakukan proyeksi kebutuhan air bersih dengan
perhitungan yang cermat dan matang. Dalam memproyeksikan
kebutuhan air bersih, standar atau parameter yang digunakan adalah
sebagai berikut :
 Setiap penduduk membutuhkan 80 lt/orang/hr.
 Fasilitas sosial membutuhkan 15% dari jumlah kebutuhan rumah
tangga.
 Fasilitas komersial sebesar 20% dari kebutuhan rumah tangga.
 Industri/perdagangan sebesar 10% dari kebutuhan rumah
tangga
 Cadangan kebocoran 10 % dari kebutuhan total
9. Analisis Prasarana Limbah
Air limbah adalah air yang telah digunakan manusia dalam
berbagai aktivitasnya. Air limbah tersebut dapat berasal dari
aktivitas rumah tangga, perkantoran, pertokoan, fasilitas umum,
industri maupun dari tempat-tempat lain. Atau, air limbah adalah
air bekas yang tidak terpakai yang dihasilkan dari berbagai
aktivitas manusia dalam memanfaatkan air bersih. Adapun standar
yang digunakan untuk memproyeksikan produksi limbah cair baik
limbah cair domestik maupun non domestic:
 Rumah tangga : 75% dari kebutuhan air bersih rumah
tangga
 Fasilitas Sosial : 10% dari limbah cair rumah tangga
 Fasilitas Komersial : 20% dari limbah cair rumah tangga
 Industri : 70% dari limbah cair rumah tangga
 Perkantoran : 10% LCD
 Limbah pekat/tinja : 5% LCD
10. Analisis Prasarana Listrik
Listrik merupakan salah satu prasarana/utilitas vital suatu
wilayah dimana keberadaan listrik menjadi sumber energy utama
penerangan di wilayah terbagun. Selain sebagi sumber energy
penerangan, listrik juga menjadi sumber energy untuk berbagai jenis
kegiatan atau aktivitas. Saat ini mayoritas peralatan rumah
tangga, perkantoran industi dan aktivitas lainnya membutuhkan
listrik sebagai sumber energinya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa listrik menjadi salah satu kebutuhan primer bagi
masyarakat
Adapun standar yang digunakan untuk menganalisa
kebutuhan listrik di suatu wiklayah adalah sebagai berikut:
 Rumah Tangga : 90 watt/jiwa
 Kebutuhan Komersial : 15% dari kebutuhan rumah tangga
 Kebutuhan Sosial : 10% dari kebutuhan rumah tangga
 Kehilangan daya : 10% dari kebutuhan rumah tangga
 Penerangan Jalan : 40% dari kebutuhan rumah tangga
 Cadangan Kebocoran : 10% dari jumlah kebutuhan
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemenuhan
kebutuhan litrik antara lain:
a. Penyediaan kebetuhan daya listrik
1) Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya
listrik dari PLN atau dari sumber lain.
2) Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik
minimum 90 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan
sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.
b. Penyediaan jaingan listrik
1) Disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti
hierarki pelayanan, dimana pasokannya telah
diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang
mengisi blok siap bangun.
2) Disediakan tiang listrik sebagai penghubung kabel-kabel
untuk menyalurklan arus listrik sekaligus sebagai tiang
untuk penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija
(daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak
menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar.
3) Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik
yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan
umum.
4) Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat
penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka
tanah.
11. Analisis Prasarana Persampahan
Kondisi wilayah dapat dikatakan sehat apabila wilayahnya
bersih dan terhindar dari kotoran sampah. Tidak dapat dipungkiri
bahwa manusia selalu memproduksi sampah hampir setiap waktu.
Sampah merupakan masalah yang selalu di hadapi oleh setiap
lingkungan karena tidak dapat dipungkiri juga bahwa manusia
selalu memproduksi sampah pada setiap waktu. Oleh karena itu,
dibutuhkan penanganan untuk mengatasi atau meminimalisir
masalah yang ditimbuklan oleh sampah tersebut. Untuk mengetahui
kondisi peningkatan persamapahan disetiap tahunnya, maka
dibutuhkan proyeksi produksi sampah di wilayah ini di masa yang
akan datang agar pihak pengelola dapat merencanakan
penanganannya. Standar yang digunakan dalam memproyeksikan
produksi sampah adalah sebagai berikut :
 Rumah tangga : 2,5 Kg/jiwa/hr
 Perdagangan pasar : 25% dari rumah tangga
 Perdagangan lainnya : 5% dari rumah tangga
 Jalan : 10% dari rumah tangga
 Lain-lain : 5% dari rumah tangga
12. Analisis Prasarana Telekomunikasi
Komunikasi menjadi hal penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan teknologi
memungkinkan manusia untuk dapat berkomunikasi dengan orang
lain yang berada pada jarak yang jauh. Tidak hanya untuk
berkomunikasi, kemajuan teknologi telekomunikasi juga
memungkinkan untuk mencari dan berbagi informasi melalui
media internet. Dengan demikian maka penyediaan fasilitas
telekomunikasi mutlak diperlukan untuk perkembangan suatu
wilayah.
Standar dalam memproyeksikan kebutuhan fasilitas
telekomunikasi adalah sebagai berikut :
 1 satuan sambungan telepon (SST) untuk melayani 100 jiwa
 Untuk fasiltas umum 30% dari kebutuhan rumah tangga
 1 unit telepon umum untuk melayani 2500 jiwa
13. Analisis Prasarana jalan
Menurut SNI 03-1733-2004, Lingkungan perumahan harus
disediakan Jaringan Jalan untuk pergerakan manusia dan
kendaraan, serta berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat. Dalam merencanakan Jaringan Jalan, harus
mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan Prasarana
Jalan Perumahan, jaringan Jalan dan Geometri Jalan yang
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum
Jaringan Jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses
penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan
perumahan di perkotaan.
14. Analisis Prasarana Drainase
Lingkungan perumahan harus dilengkapi Jaringan Drainase
sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam
peraturan/ perundangan yang telah berlaku. Karena drainase
berfungsi mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan
oleh kelebihan air tersebut.

N. Analisis Pola Ruang


1. Penetapan Zona Lindung
Kawasan lindung merupakan potensi dari sumberdaya
alam yang harus dilestarikan dalam rangka mencegah timbulnya
kerusakan lingkungan, serta menghindari berbagai usaha
dan/atau kegiatan di wilayah darat yang dapat menghasilkan
kerusakan lingkungan. Dari definisi tersebut di atas arahan
pengembangan kawasan lindung di Kawasan Perkotaan Tanjung
terdiri dari:
2. Kawasan Lindung Setempat
Kawasan lindung setempat di Kawasan Perkotaan Tanjung
terdiri dari kawasan sempadan sungai.
a. Sempadan Sungai
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
28/2015 tentang Garis Sempadan dan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai,
dimana penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan
sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, pengembangan,
penggunaan, dan pengendalian atas sumberdaya yang ada
pada sungai termasuk danau dan waduk dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuannya. Penetapan garis sempadan sungai
bertujuan:
 Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak
terganggu oleh aktifitas yang berkembang disekitarnya
 Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai
manfaat sumber daya yang ada di sungai dapat memberikan
hasil secara optimal sekaligus menjaga fungsinya.
 Agar daya rusaj air terhadap sungai dan lingkungan dapat
dibatasi
Perkotaan Tanjung dengan penetapan sempadan sungai
yang meliputi:
1) Garis sempadan sungai betanggul ditetapkan sebagai
berikut:
 Garis sempadan sungai betanggul di luar kawasan
perkotaan adalah sekurang-kurangnya 5 meter dan
didalam kawasan perkotaan adalah sekurang-
kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul.
2) Garis sempadan sungai tak bertanggul ditetapkan sebagai
berikut:
 Garis sempadan sungai tak bertanggul di luar
kawasan perkotaan untuk sungai besar, yaitu sungai
yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas
500 km2 atau lebih, dilakukan ruas per ruas
dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran
sungai pada ruas yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 100 meter dan sungai kecil yaitu sungai yang
mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang
dari 500 km2 sekurang-kurangnya 50 meter dihitung
dari tepi sungai.
 Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam
kawasan perkotaan adalah sekurang-kurangnya 10
meter untuk sungai yang mempunyai kedalaman
tidak lebih dari 3 meter, dan 15 meter untuk sungai
yang mempunyai kedalaman antara 3 meter sampai
dengan 20 meter, serta 30 meter untuk sungai yang
mempunyai kedalaman meksimum lebih dari 20 meter
adalah dari tepi sungai.
 Anak sungai yang mengalir ke sungai kecil yang
biasanya dimanfaatkan untuk irigasi (pengairan) dan
drainase skunder untuk bertanggul ditetapkan garis
sempadan 1(satu) meter disebelah luar sepanjang kaki
tanggul untuk yang berada di dalam kawasan
permukiman dan 3 meter untuk yang tidak bertanggul
dihitung dari tepi sungai
3) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan
dengan jalan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan,
dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus
menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta
bangunan sungai Apabila hal tersebut tidak tepenuhi, maka
segala perbailkan atas kerusakan yang timbul pada sungai
dan bangunan sungai menjadi tanggung jawab pengelola
jalan
4) Pemanfaatan lahan di daerah sempadan sungai di Kawasan
Perkotaan Tanjung dapat dilakukan oleh masyarakat
untuk kegiatan-kegiatan tertentu sebagai berikut:
 Untuk jenis tanaman yang diizinkan;
 Pemanfaatan untuk fasilitas umum yang menjaga
kelestarian sempadan sungai baik RTH maupun untuk
makam;
 Pembutan taman bermain dan rekreasi;
 Untuk kegitan niaga, penggalian dan penimbunan;
 Pemasangan reklame, papan penyuluhan, peringatan,
serta rambu-rambu pekerjaan;
 Untuk pemasangan rentengan kabel listrik, kabel
telepon, dan pipa air minum
 Pemasangan tiang atau pondasi prasarana
jalan/jembatan baik umum maupun kereta api;
 Untuk penyelelanggaran kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial dan kemasyarakatan yang tidak
menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan
keamanan fungsi serta fisik sungai;
 Pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan
pengambilan dan pembuangan air
5) Memberikan arahan, penyuluhan kepada masyarakat,
khusunya masyarakat yang berada di sekitar bantaran
sungai untuk turut serta menjaga dan melindungi
kawasan konservaso di sekelilingnya.
6) Pada daerah sempadan dilarang:
 Membuang sampah, limbah dan cari;
 Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan
tempat usaha
3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Mengacu kepada peraturan menteri pekerjaan umum No.5
tahun 2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang
terbuka hijau perkotaan, ruang terbuka hijau di Perkotaan Tanjung
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kawasan Hijau Pemakaman
Kawasan hijau pemakaman, berfugsi sebagai taman
pemakaman umum yang dikelola pemerintah daerah,
pemakaman dikhususkan untuk pemakaman jenazah dengan
vegetasi penutup tanah, rumput dominan dari pada tanaman
pelindung, Kawasan hijau pemakaman ini tersebar di beberapa
titik di wilayah perencanaan, Umumnya berupa pemakaman
umum yang dimiliki penduduk lokal yang berdiam di kawasan
Perkotaan Tanjung. Kondisi makam-makam ini belum dikelola
dan didesain dengan baik untuk mempercantiknya menjadi
bagian dari elemen Ruang Terbuka Hijau di wilayah
perencanaan. Sebagian besar kawasan hijau untuk pemakaman
ini banyak dijumpai dan menempati lahan BTKD (Bekas Tanah
Kas Desa)
b. Kawsasan Hijau Pekarangan
Kawasan hijau yang termasuk katageori ini adalah areal
hijau yang ada di halaman kavling rumah tinggal, bangunan
perdagangan dan bangunan umum lainnya. Perumahan
formal yang relative memiliki kepadatan sedang sampai
rendah, memiliki ruang terbuka hijau yakni pekarangan.
Termasuk halaman-halaman yang ada di fasilitas-fasilitas
penunjang kawasan perumahan formal, seperti: sarana
ibadah, fasilitas-fasilitas perdagangan dan jasa lainnya.
Untuk fasilitas perdagangan dan jasa, keberadaan kawasan hijau
pekarangan adalah salah satu elemen RTH yang masih perlu
ditingkatkan luasan dan kualitas estetikanya, karena masih
banyak fasilitas publik ini yang belum diperhatikan
keberadaanya. Halaman lebih sering diperkeras untuk menjadi
lahan parkir atau dalam rangak mengefisiensikan biaya
perawatan.
4. Penetapan Zona Budidaya
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007, kawasan budidaya
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Selain itu kawasan budidaya
merupakan ukuran yang digunakan untuk penentuan suatu kawasan
yang ditetapkan untuk berbagai usaha dan/atau kegiatan.
Kawasan budidaya dalam wilayah perencanaan yaitu terdiri dari
kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan permukiman,
kawasan pendidikan, kawasan peribadatan
a. Kawasan Perumahan
Kawasan permukiman di wilayah perencanaan berupa
perumahan informal atau yang lebih dikenal dengan kampung.
Permukiman informal dibangun secara swadaya oleh
masyarakatnya sendiri. Permukiman informal yang berupa
kampung tersebar di setiap desa pada wilayah perencanaan.
Kawasan permukiman tersebut merupakan kawasan
permukiman yang telah lama berkembang, dan secara umum
sudah masif, tidak cukup ruang yang kosong untuk
menampung perkembangan kebutuhan ruang untuk
bermukim. Zona perumahan seara umum terbagi menjadi lima
antara lain:
 Rumah kepadatan sangat tinggi dengan kriteria > 1000
rumah/hektar
 Rumah kepadatan tinggi dengan kriteria 100-1000
rumah/hektar
 Rumah kepadatan sedang dengan kriteria 40 – 100
rumah/hektar
 Rumah kepadatan rendah dengan kriteria 10 – 40
rumah/hektar
 Rumah kepadatan sangat rendah dengan kriteria < 10
rumah/hektar
1) Sub Zona Rumah Kepadatan Sedang
Rumah kepadatan sedang adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan
untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang
hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah dengan
luas lahan dan memiliki kepadatan bangunan 40 - 100
rumah/hektar. Rumah kepadatan sedang letaknya tersebar
merata pada masing-masing desa.
2) Sub Zona Rumah Kepadatan Rendah
Rumah kepadatan rendah adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan
untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang
kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan dan
memiliki kepadatan bangunan dibawah 10 - 40
rumah/hektar. Rumah kepadatan rendah meliputi
perumahan baru yang akan dikembangkan.
5. Intensitas Ruang
Pada subbab ini akan dibahas mengenai analisis intensitas
ruang yang bertujuan untuk mengetahui Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang ada di Kecamatan
Tanjung
Untuk mengetahui kepadatan bangunan dan besaran
koefisien lantai bangunan yang ada di Kecamatan Tanjung, tim
penyusun melakukan pengukuran pada bab gambaran umum
dengan menggunakan sampel dua unit rumah perdesa pada bagian
perumahan kemudian untuk untuk fasilitas- fasilitas pendukung
seperti sarana peribadatan, pendidikan, perdagangan dan jasa,
dan pemerintahan tim penyusun menggunakan masing- masing
satu sampel dari masing- masing fasilitas. Pengamatan intensitas
ruang dilakukan denga cara pengukuran dari sampel- sampel yang
sudah dipilih.
Berikut akan disajikan kriteria intensitas untuk perhitungan
KDB untuk menentukan tingkat kepadatan bangunan.
Luas Bangunan
KDB = × 100%
Luas Kavling

a. 0-40% = Kriteria Jarang, artinya jarak antara rumah masih agak


berjauhan
b. 40-60% = Kriteria Sedang, artinya jarak antara rumah tidak
terlalu dekat.
c. 60-100% = Kriteria Padat, artinya jarak antara rumah
berdekatan atau berhimpitan.
6. Analisis Transportasi
Sistem transportasi adalah interaksi komponen-komponen
transportasi untuk menggerakan lalulintas dari satu tempat ke
tempat yang lain. Karakteristik lokasi prasarana yang tetap seperti
terminal, ruas jalan dan persimpangan jalan harus diikut sertakan
dalam analisis karena pelayanan transportasi tidak ada di setiap
tempat dan dari jenis dan kualitas yang sama.
Transportasi merupakan keinginan manusia untuk
senantiasa bergerak dan kebutuhan mereka akan barang telah
menciptakan kebutuhan akan transportasi prefensi manusia dalam
hal waktu, uang, dan kenyamanan dan kemudahan mempengaruhi
moda (cara) transportasi apa yang akan di pakai (Khisty C. jotin,
2005:5)
Suatu kota dapat di pandang sebagai suatu tempat dimana
terjadi aktivitas-aktivitas atau sebagai suatu pola tata guna lahan.
Lokasi dimana aktivitas dilakukan akan mempengaruhi manusia,
dan aktivitas manusia akan mempengaruhi lokasi tempat aktivitas
berlangsung, interaksi antar aktivitas terungkap dalam wujud
pergerakan manusia, barang dan informasi.
a. Jaringan Jalan
Jalan mempunyai suatu system jaringan jalan yang
mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan
dengan wilayah yang berbeda dalam pengaruh pelayanannya
dalam suatu hubungan hirarki (Setijowarno dan Frazila,
2001:107).
Selanjutya menurut Undang-undang No. 13 tahun 1980
tentang jalan, jalan merupakan suatu prasarana perhubungan
darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalulintas. Bangunan pelengkap jalan adalah
bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan seperti
jembatan, lintas atas (over pass), lintas bawah (under pass)
dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan jalan antara lain rambu-
rambu dan marka jalan, pagar pengaman lalulintas, pagar
damija dan sebagainya.
Menurut pasal 8 Undang-undang No 38 tahun 2004 status
jalan di Perkotaan Tanjung dapat dibagi sebagai berikut:
 Jalan Provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
ibukota kabupaten/kota.
 Jalan Kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal,
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
 Jalan Kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antar persil, serta
menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di
dalam kota.
 Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta
jalan lingkungan.
1) Fungsi Jalan
Jalan umum menurut fungsinya berdasarkan pasal
8 Undangundang No 38 tahun 2004 tentang Jalan
dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan.
a) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
 Jalan Arteri Primer
 Jalan Arteri Sekunder
b) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
 Jalan Kolektor Primer
 Jalan Kolektor Sekunder
c) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
 Jalan Lokal Primer
 Jalan Lokal Sekunder
d) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Dan dibagi dua menjadi:
 Jalan Lingkungan Primer
 Jalan Lingkungan Sekunder
2) Perkerasan jalan
Perkerasan jalan adalah bahan yang digunakan intuk
melayani beban lalu lintas Bahan yang dipakai adalah batu
pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya.
Bahan yang dipakai tidak hanya aspal, namun juga ada
semen, paving ataupun tanah liat. Sesuai juga dengan
kebutuhannya.
Street Furniture atau yang sering disebut “perabotan
jalan” merupakan salah satu elemen pendukung kegiatan
pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan
memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih
besar. (Permen PU no 6 tahun 2007). Perabot/perlengkapan
jalan (street furniture), harus saling terintegrasi dengan
elemen wajah jalan lainnya untuk menghindari
ketidakteraturan dan ketidakterpaduan lingkungan.
3) Penampang Jalan
Penampang melintang jalan merupakan potongan
melintang tegak lurus sumbu jalan, Pada potongan melintang
jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan
yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)
b) Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
c) Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA)
b. Terminal dan Tempat Henti (Halte)
Salah satu sistem yang perannya penting dalam sistem
transportasi adalah terminal dan tempat henti. Terminal
adalah suatu titik dimana penumpang dan angkutan barang
memasuki dan meninggalkan sistem trasportasi. Fungsi utama
dari terminal Tanjung adalah menyediakan fasilitas untuk
masuk dan keluarnya orang/barang yang akan diangkut menuju
dan meninggalkan sistem trasportasi. Lebih jelasnya sebagai
berikut:
 Memuat Dan Membongkar Barang Dan Penumpang
 Menyediakan fasilitas menunggu sementara penumpang
dan barang dari waktu kedatangan hingga waktu
keberangkatan. Termasuk pengepakan barang dan fasilitas
kenyamanan penumpang (kedai makan dll).
 Tempat menunggu sementara, pemeliharaan singkat
serta persiapan pemberangkatan dari kendaraan-kendaraan
angkut.
 Tempat penumpang dan barang mengumpul dan
berkelompok, dalam ukuran yang ekonomis untuk suatu
perjalanan serta sebagai tempat menyebar penumpang
yang datang atau mengakhiri perjalanan.
Definisi halte menurut keputusan Direktorat Jenderal Dinas
Perhubungan tahun 1996 tentang pedoman teknis
perekayasaan tempat pemberhentian kendaraan penumpang
umum untuk menurunkan/atau menaikkan penumpang yang di
lengkapi dengan bangunan. Definisi halte menurut keputusan
Direktorat Jenderal Dinas Perhubungan tahun 1996 tentang
pedoman teknis perekayasaan tempat pemberhentian
kendaraan penumpang umum untuk menurunkan/atau
menaikkan penumpang yang di lengkapi dengan bangunan.
Apabila di tinjau lebih lanjut, berdasarkan pedoman unntuk
perekayasaan halte dalam Keputusan Direktorat Jenderal
Dinas Perhubungan Tahun 1996 sudah memenuhi ketentuan
penyelengaraan halte yakni sudah berada di sepanjang rute
angkutan umum/bus, terletak pada jalur pejalan kaki dan dekat
dengan fasilitas pejalan kaki, diarahkan dekat dengan pusat
kegiatan atau permukiman, di lengkapi dengan rambu petunjuk,
dan tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.
c. Pergerakan
Transportasi (pergerakan orang dan barang) akan
berkisar pada tiga daerah tersebut. Orang bekerja ke tempat
kerja dan siang ataupun sore hari pulang ke rumah, demikian
juga barang / hasil pertanian dll dibawa ke pabrik ataupun ke
rumah masing-masing untuk di simpan ataupun diolah dan
hasilnya dipasarkan ke konsumennya.
Para pekerja akan cenderung bertempat tinggal mendekati
tempat kerjanya untuk mengurangi biaya transportasi karena
makin jauh jarak kerjanya makin besar biaya transportasi.
Selain pergerakan spasial ada juga pergerakan yang tidak
dibatasi ruang yaitu pergerakan yang didasari sebab terjadinya
pergerakan antara lain ; maksud, sosial budaya dll.
Pergerakan ini disebut pergerakan Non Spasial, contohnya
adalah orang mau silaturahmi ke saudaranya, lebih jelas dapat
dilihat pada uraian di bawah ini.
Namun apabila kita tinjau berdasarkan pola pergerakannya
di Perkotaan Tanjung Pola pergerakan dalam sistem transportasi
terdiri dari 2 pola pergerakan, yakni: (1) Pola pergerakan spasial
dan (2) Pola pergerakan non spasial (Tamin, 2000).
1) Pola pergerakan Spasial
Pola pergerakan spasial merupakan pola pergerakan
yang dilakukan atas dasar kegiatan perjalanan di lokasi
tertentu dengan memperhatikan kondisi tata guna lahan
dari sebuah ruang/kawasan. Pergerakan spasial itu sendiri
terdiri dari:
a) Pola perjalanan orang
Pola perjalanan yang dipengaruhi oleh aktivitas
bekerja dan bermukim. Pola perjalanan ini memiliki
sebaran spasial seperti perkantoran, permukiman,
pertokoan Pendidikan dan lading.
b) Pola perjalanan barang
Pola perjalanan yang dipengaruhi oleh aktivitas
produksi dan konsumsi dengan ditandai adanya
pergerakan distribusi dari pusat produksi ke lokasi
konsumsi yakni dari permukiman ke pasar-pasar
kepemukiman dan dan jasa pengeiriman barang
melalui terminal
2) Pola pergerakan non spasil
Pola pergerakan non merupakan pola pergerakan
yang tidak mengenal batas ruang/kawasan. Pola
pergerakan ini terdiri dari:
a) Sebab Terjadinya Pergerakan
Di perkotaan Tanjung sendiri sebab terjadinya
pergerakan dikelompokkan sesuai karakteristik
dasarnya antara lain ;
i. Ekonomi
 Mencari nafkah
 Belanja
ii. Sosial
 Menjalankan hubungan pribadi
 Mengunjungi famili
 Menengok orang sakit
iii. Pendidikan
 Ke sekolah
 Kursus
 Rekreasi dan hiburan
 Kebudayaan (nyadran, mudik lebaran dll)
3) Waktu Terjadinya Pergerakan
Waktu terjadinya pergerakan ini juga tergantung jenis
kegiatan yang dilakukan. Biasanya orang memulai
kegiatannya pada pagi hari, baik ke sekolah, kerja maupun
kegiatan lainnnya dan pulang pada siang atau sore hari..
Dalam satu hari biasanya terjadi tiga kali jam puncak, yaitu
pagi hari (saat orang berangkat kerja, sekolah, ke pasar),
siang hari (jam istirahat/ pulang sekolah) dan sore hari (saat
pulang kerja dll). Dari pengamatan, jam puncak yang terjadi
seperti di bawah ini:
 puncak pagi : 06.00 – 08.00
 puncak siang : 12.00 – 14.00
 puncak sore : 16.00 – 18.00
4) Jenis Sarana Angkutan Yang Digunakan
Moda angkutan yang digunakan sangat variatif
dengan karakteristik yang berbeda-beda;
 Bus, Angkot
 Kendaraan Pribadi
 Jalan Kaki
 Ojek
 Andong/Cidomo

O. Analisis Konsep Pengembangan Perkotaan Tanjung


Konsep pengembangan Perkotaan Empang dirumuskan untuk
mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan
potensi yang dimiliki serta mendukung terwujudnya tujuan dan sasaran
pembangunan kota dalam jangka panjang. Konsep pemgembangan dalam
suatu kawasan dilakukan dengan menganalisa potensi, masalah serta isu
strategis dalam suatu kawasan
BAB IV
RONA WILAYAH

4.1 Rona Wilayah Kabupaten Lombok Utara


4.1.1 Kondisi Geografi
Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten yang paling muda diantara
kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Lombok Utara
terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung, Kecamatan Gangga, Kecamatan
Pemenang, Kecamatan Kayangan, dan Kecamatan Bayan. Luas wilayah Kabupaten
Lombok Utara sendiri mencapai 809,53 km 2 dengan luasan kecamatan yang paling

luas yaitu Kecamatan Bayan seluas 329,1 km 2 sedangkan kecamatan yang memiliki

luas terkecil adalah Kecamatan Pemenang yaitu 81,09 km 2.

Persentase Luas Lahan Kabupaten Lombok Utara


Bayan Kayangan Gangga Tanjung Pemenang

10.02
14.28 40.65

19.44
15.61

Secara batas administrasi Kabupaten Lombok Utara berbatasan langsung dengan :


 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Selatan : Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok
Tengah
 Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kabupaten Lombok Barat
 Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Timur

4.1.2 Penggunaan Lahan


Sebagian besar penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Lombok Utara adalah
untuk keperluan lahan pertanian bukan sawah yang meliputi kebun, hutan, dan
tegalan. Cakupan lahan pertanian bukan sawah adalah sebesar 76,02 %. Hal tersebut
sangat memungkinkan mengingat Kabupaten Lombok Utara dikelilingi oleh hutan
dan perkebunan yang menyimpan potensi sangat tinggi untuk mendorong
perekonomian masyarakat. Sedangkan peruntukan lahan sawah sendiri hanya
mencangkup 11,47 % dari penggunaan lahan yang ada, namun hal tersebut tidak
menjadi masalah penting mengingat produksi utama pertanian adalah tanaman padi
dan palawija.
Selebihnya peruntukan lahan bukan pertanian seperti hunian dan fasilitas
umum lainnya mencangkup 12,51 % dan kemungkinan kedepannya peruntukan
lahan bukan sawah akan terus bertambah mengingat semakin meningkatnya jumlah
penduduk dan aktifitas ekonomi masyarakat di Kabupaten Lombok Utara.

Persentase Penggunaan Lahan Kabupaten Lombok


Utara

Lahan Sawah
13% 11%
Lahan Pertanian
Bukan Sawah
Lahan Bukan
Pertanian

76%

4.1.3 Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu potensi yang sangat penting dalam
pembangunan, karena merupakan aset dalam peningkatan tenaga kerja. Berdasarkan
data statistik Kabupaten Lombok Utara tahun 2019, jumlah penduduk Kabupaten
Lombok Utara mencapai 216.515 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki sebanyak
106.812 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 109.703 jiwa.

4.2 Rona Wilayah Kecamatan Tanjung


4.2.1 Fisik Dasar
4.2.1.1 Kondisi Geografi
Kecamatan Tanjung adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Lombok Utara dengan luas wilayah sebesar 13458,94 Ha dan Secara geografi
Kecamatan Tanjung terletak antara 116ᵒ6’0’’ - 116ᵒ16’30’’ BT dan 8ᵒ19’0’’ -
8ᵒ29’30’’ LS yang secara administratif berbatasan langsung dengan:
 Sebelah Utara : Laut Bali
 Sebelah Selatan : Kabupaten Lombok Barat
 Sebelah Barat : Kecamatan Pemenang
 Sebelah Timur : Kecamatan Gangga
Kecamatan Tanjung terdiri dari 7 desa yaitu Desa Tanjung, Desa Medana,
Desa Sokong, Desa Sigar Penjalin, Desa Tegal Maja, Desa Jenggala, dan Desa
Teniga dengan luasan yang berbeda – beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Tanjung Dirinci Perdesa
No
Desa Luasan (Ha)
.
1. Tanjung 266,73
2. Sigar Penjalin 1.794,28
3. Sokong 1.396,83
4. Tegal Maja 2.411,84
5. Jenggala 5.736,35
6. Teniga 1.281,94
7. Medana 570,97
Total 13.458,94
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019

4.2.1.2 Kondisi Topografi


Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek seperti
planet, satelit alami dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Topografi secara
kualitatif adalah bentang lahan (landform) sedangkan secara kuantitatif
dinyatakan dalam satuan kelas lereng, arah lereng, panjang lereng, dan bentuk
lereng.
Berdasarkan kondisi topografinya, Kecamatan Tanjung memiliki kondisi
topografi yang beragam di mulai pada ketinggian 0 mdpl dengan luasan 1,08 Ha
hingga 1475 mdpl dengan luasan 1,65 Ha. Sementara tingkat kelerengan di
Kecamatan Tanjung dapat klasifikasikan pada kemiringan 0 – 2% hingga 15 –
40% dengan jenis tanah yaitu tanah entisol dan andisol. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Topografi Kecamatan Tanjung
Kelas Lereng (mdpl) Luasan (Ha)
0 1,08
12,5 4.355,08
150 2,31
162,5 2.324,76
350 4,69
362,5 2.752,15
575 2,23
587,5 2.619,91
812,5 1,01
825 5,82
887,5 1.083,73
1087,5 0,24
1112,5 2,17
1200 11,49
1287,5 286,81
1450 3,81
1475 1,65
Total 13.458,94
Sumber : Digitasi GIS 2019

Tabel 4.3 Kelas Kelerengan Kecamatan Tanjung


Kemiringan Lereng Desa
Tanjung, Sokong, Medana,
0–2%
Jenggala, Sigar Penjalin
2–5% Jenggala, Tegal Maja, Teniga
5 – 15 % Jenggala, Teniga, Sigar Penjalin
15 – 40 % Jenggala
Sumber : Digitasi GIS 2019

4.2.1.3 Kondisi Klimatologi


Sama halnya dengan dengan kondisi iklim yang ada di Indonesia, kondisi
iklim Kecamatan Tanjung termasuk dalam iklim tropis yang memiliki 2 musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Adapun rata – rata hari hujan di
Kecamatan Tanjung pada tahun 2019 mencapai 9 hari dengan hari hujan
tertinggi pada bulan Januari dan November yang mencapai 18 hari dengan curah
hujan rata – rata sebesar 475 mm/tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.4 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kecamatan Tanjung Dirinci
Perbulan
Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm)
Januari 18 280
Februari 11 670
Maret 10 550
April 12 600
Mei 9 450
Juni 6 430
Juli 4 490
Agustus 2 450
September 0 480
Oktober 1 370
November 18 370
Desember 21 370
Rata - Rata 9 475
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019
4.2.1.4 Kondisi Geologi
Kecamatan Tanjung memiliki jenis geologi yang terbentuk dari jenis batuan
alluvium dan tersebar di seluruh desa yang ada di Kecamatan Tanjung. Untuk
jenis batuan lainnya yaitu andesite tersebar di Desa Sigar Penjalin dan Medana,
sedangkan jenis batuan vulkanik tersebar di Desa Tegal Maja, Jenggala dan
Teniga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Jenis Batuan Kecamatan Tanjung Dirinci Perdesa
No
Jenis Batuan Desa Luasan (Ha)
.
1. Alluvium Sigar Penjalin 1.049,92
2. Alluvium Sokong 1.397,81
3. Alluvium Tegal Maja 699,66
4. Alluvium Jenggala 489,35
5. Alluvium Tanjung 266,71
6. Alluvium Teniga 1.258,27
7. Alluvium Medana 444,65
8. Andesite Sigar Penjalin 743,23
9. Andesite Medana 126,32
10. Vulkanik Tegal Maja 1.709,64
11. Vulkanik Jenggala 5.248,44
12. Vulkanik Teniga 24,94
Total 13.458,94
Sumber : Digitasi GIS 2019
Tabel 4.6 Jenis Tanah Kecamatan Tanjung
No
Jenis Tanah Luasan (Ha)
.
1. Entisol 4.641,78
2. Andisol 8.817,16
Total 13.458,94
Sumber : Digitasi GIS 2019

4.2.1.5 Kondisi Morfologi


Berdasarkan bentuk morfologi wilayahnya, Kecamatan Tanjung didominasi
oleh jenis bentukan datar dengan luasan 5723,67 Ha yang kemudian terdapat
juga jenis bentukan perbukitan landai, medan bergelombang, dan perbukitan
sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Morfologi Kecamatan Tanjung
No. Morfologi Luasan (Ha)
1. Perbukitan landai 3.104,97
2. Medan bergelombang 4.288,26
3. Dataran 5.723,67
4. Perbukitan sedang 342,04
Total 13.458,94
Sumber : Digitasi GIS 2019
4.2.1.6 Kondisi Hidrologi
Berdasarkan kondisi hidrologinya, Kecamatan Tanjung memiliki 3 daerah
aliran sungai utama dengan sub daerah aliran sungainya. Selain memiliki
jaringan aliran sungai, di Kecamatan Tanjung sendiri juga memiliki beberapa
titik mata air yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Tanjung, antaralain
berada di Desa Jenggala, Desa Tegal Maja, Desa Teniga, dan Desa Sigar Penjalin.
Untuk luasan cekungan air tanahnya sendiri sebesar 8101,07 Ha. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Luasan Daerah Aliran Sungai Di Kecamatan Tanjung
Luasan
Daerah Aliran Sungai
(Ha)
Derah aliran sungai utama 2.109,22
Sub daerah aliran sungai 11.349,72
Sumber : Digitasi GIS 2019
Tabel 4.9 Jumlah Titik Mata Air Di Kecamatan Tanjung
No. Desa Jumlah Mata Air
1. Jenggala 4
2. Tegal Maja 4
3. Teniga 2
4. Sigar Penjalin 2
Total 12
Sumber : Digitasi GIS 2019
Tabel 4. 10 Cekungan Air Tanah di Kecamatan Tanjung
No. Keterangan Luasan (Ha)
1. Cekungan air tanah 8.101,07
Batas daerah imbuhan
2. 5.357,87
dan lepasan air tanah
Total 13.458,94
Sumber : Digitasi GIS 2019

4.2.1.7 Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan yang ada di suatu wilayah pada dasarnya dapat
menunjukkan gambaran kegiatan masyarakat di wilayah tersebut. Kecamatan
Tanjung sendiri terbagi dalam beberapa jenis penggunaan lahan, baik lahan
terbangun seperti permukiman maupun lahan tidak terbangun dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Tanjung seperti perkebunan,
pertanian lahan kering campuran, dll. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.11 Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Tanjung
No. Penggunaan Lahan Luasan (Ha)
1. Hutan 7.763,65
2. Semak belukar 2.932,67
Pertanian lahan kering
3. 1.234,89
campuran
4. Permukiman 510,80
5. Perkebunan 322,99
6. Sawah 665,50
7. Hutan mangrove sekunder 12,48
8. Rawa 15,96
Total 13.458,94
Sumber : Digitasi GIS 2019

4.2.1.8 Kerapatan Vegetasi


Berdasarkan peta kerapatan vegetasi di Kecamatan Tanjung, dapat di
klasifikasikan dalam 3 kelas yaitu jarang, lebat dan sedang. Adapun desa yang
dikategorikan memiliki vegetasi jarang yaitu berada di Desa Tanjung dan
Jenggala, hal tersebut dikarenakan tingkat pembangunan lebih besar pada desa
tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta kerapatan vegetasi
Kecamatan Tanjung.

4.2.1.9 Rawan Bencana


Kecamatan Tanjung merupakan salah satu kawasan yang berpotensi bencana
yaitu potensi gerakan tanah sedang, potensi tsunami, dan berpotensi banjir
bandang. Hal tersebut dipengaruhi letak Kecamatan Tanjung yang beberapa
desanya berada pada ketinggian yang cukup tinggi dan sebagian wilayahnya
termasuk dalam kawasan pesisir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta
rawan bencana Kecamatan Tanjung.

4.2.2Fisik Binaan
4.2.2.1 Sarana
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam mewujudkan
kecerdasan bangsa dan juga sebagai salah satu indikator dalam rangka
meningkatkan status sosial masyarakat. Peningkatan partisipasi bersekolah
penduduk, tentunya harus diimbangi oleh sarana fisik pendidikan dan tenaga
pendidik. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan mutu
sumberdaya manusia, sehingga diperlukan peningkatan jumlah sarana
pendidikan. Jenis sarana pendidikan di Kecamatan Tanjung terdapat 2 jenis yaitu
sarana pendidikan umum dan sarana pendidikan islami. Banyaknya sarana
pendidikan umum di Kecamatan Tanjung sebesar 47 unit yang tersebar di masing
– masing desa, sementara banyaknya sarana penddidikan islami di Kecamatan
Tanjung sebesar 14 unit. Berdasarkan kondisi eksistingnya kondisi sarana
pendidikan yang ada di Kecamatan Tanjung beberapa diantaranya rusak berat dan
kondisi bangunan yang diperuntukkan sebagai sekolah sementara. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Sarana Pendidikan di Kecamatan Tanjung
Sarana pendidikan
Desa SM Madrasa Sementar
TK SD SMA
P h a
Sigar
- 5 1 - 2 2
Penjalin
Sokong - 6 1 2 1 1
Tanjung 1 5 1 - 1 2
Tegal Maja - 3 1 - - 3
Jenggala - 3 - - 2 -
Teniga - 1 - - 2 -
Medana 1 1 - - 6 2
Total 2 24 4 2 14 10
Sumber : Survei Primer 2019

Gambar 4.1 Sarana Pendidikan di Kecamatan Tanjung


b. Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu fasilitas yang menunjang kesehatan
masyarakat. Berdasarkan data statistik pada tahun 2018 di Kecamatan Tanjung
terdapat 100 unit sarana kesehatan yang terbagi dalam rumah sakit umum (RSU),
puskesmas, poskesdes, posyandu, dan tempat praktek dokter. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.13 Sarana Kesehatan di Kecamatan Tanjung
Sarana Kesehatan
Desa Puskesma Praktek
RSU Poskesdes Posyandu
s dokter
Sigar Penjalin - - 1 15 -
Sokong - 1 1 21 2
Tanjung 1 - 3 12 2
Tegal Maja - - 1 12 -
Jenggala - - 1 11 3
Teniga - - 1 5 -
Medana - - 1 8 -
Total 1 1 9 84 7
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019

Gambar 4.2 Sarana Kesehatan di Kecamatan Tanjung


c. Peribadatan
Sarana peribadatan yang ada di Kecamatan Tanjung terdapat 174 unit yang
terbagi dalam beberapa jenis yaitu musholla, masjid, gereja, pura, dan wihara.
Berdasarkan hasil survei lapangan di Kecamatan Tanjung, beberapa bangunan
peribadatan mengalami rusak berat dan beberapa diantaranya juga mengalami
rusak sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.14 Sarana Peribadatan Kecamatan Tanjung
Sarana peribadatan
Desa
Masjid Musholla Gereja Pura Wihara
Sigar
18 8 - - -
Penjalin
Sokong 16 12 - 3 1
Tanjung 6 10 - 10 1
Tegal Maja 7 4 - - -
Jenggala 8 14 - - -
Teniga 9 12 - - -
Medana 8 10 - - -
Total 72 70 0 13 14
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019

Gambar 4.3 Sarana Peribadatan Kecamatan Tanjung

d. Pemerintahan
Dalam mengatur peraturan daerah serta mengkordinir jalannya
pembangunan, tentunya suatu wilayah harus memiliki sarana pemerintahan
sebagai penunjang jalannya kegiatan pembangunan dan kegiatan masyarakat. Di
Kecamatan Tanjung memiliki 24 sarana pemerintahan yang terdiri dari kantor
desa dan dinas – dinas terkait yang ada di Kecamatan Tanjung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.15 Sarana Pemerintahan Kecamatan Tanjung

No. Desa Sarana Pemerintahan


1. Sigar Penjalin 1
2. Sokong 8
3. Tanjung 8
4. Tegal Maja 1
5. Jenggala 4
6. Teniga 1
7. Medana 1
Total 24
Sumber : Survei Primer 2019

Gambar 4.4 Sarana Pemerintahan Kecamatan Tanjung


e. Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan ketetapan Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Lombok
Utara, Kecamatan Tanjung ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa.
Untuk mendukung ketetapan tersebut, jumlah sarana perdagangan dan jasa yang
ada di Kecamatan Tanjung sebanyak 294 unit bangunan yang terbagi dalam
beberapa desa di Kecamatan Tanjung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.16 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Tanjung
Sarana Perdagangan dan
No. Desa
Jasa
1. Sokong 105
2. Tanjung 110
3. Medana 21
4. Sigar Penjalin 20
5. Tegal Maja 12
6. Teniga 10
7. Jenggala 16
Total 294
Sumber : Survei Primer 2019
Gambar 4.5 Sarana Perdagangan dan Jasa Kecamatan Tanjung
f. Bangunan dan permukiman
Fungsi bangunan adalah sebagai tempat berteduh dan seharusnya
memberikan kenyamanan bagi penghuninya, sehingga akan mendorong tingkat
kesejahteraan rakyat. Menurut Undang – Undang No. 4 tahun 20002 tentang
perumahan dan permukiman, rumah didefinisikan sebagai bangunan yang
berfugsi sebagai bangunan tempat tinggal atau hunian untuk pembinaan rumah
tangga. Berdasarkan hasil survei primer lokasi permukiman di Kecamatan
Tanjung lebih didominasi di sepanjang jalan utama yang menghubungkan antar
kabupaten. Sementara kondisi bangunan yang ada di Kecamatan Tanjung hampir
80 % rusak berat diakibatkan gempa bumi pada tahun 2018 lalu, sehingga masih
dalam tahap rekonstruksi.
Untuk mengetahui kepadatan bangunan dan besaran koefisien lantai
bangunan yang ada di Kecamatan Tanjung, maka akan dilakukan perhitungan
terkait KDB, GSB, dan KLB yang ada di Kecamatan Tanjung. Berikut akan
disajikan perhitungan KDB dan KLB Kecamatan Tanjung yang mengacu pada
ketetapan Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Lombok Utara.
Luas Bangunan
KDB= x 100 %
Luas Kavling
Luas seluruh lantai
KLB=
luas kavling
 Desa Sigar Penjalin
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 1 are
- Luas Bangunan : 0,7 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 3 are
- Luas bangunan : 2 are
- KLB : 1 lantai
- KDB : 0,6
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m

 Desa Sokong
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 3 are
- Luas Bangunan : 2,1 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 4 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 2 are
- Luas bangunan : 1,6 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 1 m
Kanan = 1 m

 Desa Medana
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 2,6 are
- Luas bangunan : 1,49 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 8 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 4,6 are
- Luas bangunan : 1,51 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 6 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
 Desa Tanjung
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 1 are
- Luas bangunan : 86 m 2
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 1,5 are
- Luas bangunan : 1,3 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m

 Desa Jenggala
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 1,1 are
- Luas bangunan : 61,9 m 2
- KLB : 1 bangunan
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 1,8 are
- Luas bangunan : 1,3 are
- KLB : 1 bangunan
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 0 m
Kiri = 1,5 m
Kanan = 4 m

 Desa Teniga
Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 3 are
- Luas bangunan : 1 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 4 m
Belakang = 3 m
Kiri = 3 m
Kanan = 2 m
- Luas lahan : 2 are
- Luas bangunan : 1,2 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 3 m
Belakang = 3 m
Kiri = 5 m
Kanan = 2 m

 Desa Tegal Maja


Dokumentasi Intensitas Bangunan
- Luas lahan : 6,9 are
- Luas bangunan : 2,3 are
- KLB : 1 lantai
- GSB :
Depan = 2 m
Belakang = 0 m
Kiri = 1 m
Kanan = 0 m
- Luas lahan : 3 are
- Luas bangunan : 2,72 are
- KLB : 1 lantai
- GSB
Depan = 1 m
Belakang = 0 m
Kiri = 0 m
Kanan = 0 m

Selain mengetahui intensitas ruang bangunan perumahan yang ada di


Kecamatan Tanjung, tentunya juga diperlukan identifikasi intensitas ruang
bangunan terhadap sarana pendukung yang terdapat di Kecamatan Tanjung.
Untuk mengetahui intensitas ruang bangunan sarana pendukung dilakukan survei
pengukuran sama dengan yang dilakukan terhadap bangunan perumahan
sebelumnya, pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel masing –
masing desa dengan jumlah masing – masing 1 sarana. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.17 Sampel Intensitas Ruang Sarana Pendidikan Kecamatan Tanjung
Luas Luas GSB
No. Desa Lahan Bangunan
Depan Belakang Kanan Kiri
(are) (are)
1. Sigar Penjalin 41,6 14,9 3m 0 0 0
2. Sokong 27,8 12,5 4m 0 0 0
3. Tanjung 44,6 8 4m 0 1m 2m
4. Tegal Maja 28,4 9,5 4m 3m 0 2m
5. Medana 17,20 11,2 5m 0 0 0
6. Teniga 13,6 10 2m 2m 0 0
7. Jenggala 24,8 11,2 4m 1m 1m 0
Sumber : Survei Primer 2019
Tabel 4.18 Sampel Intensitas Ruang Sarana Pemerintahan Kecamatan Tanjung
Luas Luas GSB
No. Desa Lahan Bangunan
Depan Belakang Kanan Kiri
(are) (are)
1. Sigar Penjalin 18 2,4 550 cm 0 6m 3m
2. Sokong 7 2,5 3m 3m 4m 0
3. Tanjung 6,5 3,6 4m 0 0 0
4. Tegal Maja 12,7 4,4 2m 6m 3m 5m
5. Medana 13,5 7,4 4m 1m 3m 1m
6. Teniga 5,3 2,12 1m 1m 3m 2m
7. Jenggala 5,4 3,4 3m 2m 0 0
Sumber : Survei Primer 2019
Tabel 4.19 Sampel Intensitas Ruang Sarana Kesehatan Kecamatan Tanjung
Luas Luas GSB
No. Desa Lahan Bangunan
Depan Belakang Kanan Kiri
(are) (are)
1. Sigar Penjalin Tidak ada sarana eksisting
2. Sokong Tidak ada sarana eksisting
3. Tanjung 8,5 3,7 16 m 0 1m 0
4. Tegal Maja 2,6 1,4 2m 1m 1m 0
5. Medana Tidak ada sarana eksisting
6. Teniga Tidak ada sarana eksisting
7. Jenggala 2,6 2 4m 0 0 0
Sumber : Survei Primer 2019
Tabel 4.20 Sampel Intensitas Ruang Sarana Peribadatan Kecamatan Tanjung
Luas Luas GSB
No. Desa Lahan Bangunan
Depan Belakang Kanan Kiri
(are) (are)
1. Sigar Penjalin 8 4,56 350 cm 0 2m 4m
2. Sokong 6,4 3,6 7m 0 0 0
3. Tanjung 32,4 18,5 16 m 0 0 0
4. Tegal Maja 5 3,1 1m 0 0 0
5. Medana 15,3 7,3 480 cm 0 0 4m
6. Teniga 6 4 5m 4m 2m 0
7. Jenggala 17,2 6,9 6m 4m 1m 0
Sumber : Survei Primer 2019
Tabel 4.21 Sampel Intensitas Ruang Sarana Perdagangan Dan Jasa Kecamatan
Tanjung
Luas Luas GSB
No. Desa Lahan Bangunan
Depan Belakang Kanan kiri
(are) (are)
1. Sigar Penjalin 1,2 1 2m 1m 0 0
2. Sokong 3,4 2,6 5m 0 0 0
3. Tanjung 15,1 14,4 2m 0 0 0
4. Tegal Maja 4 3,5 2m 0 0 0
5. Medana 1,71 0,94 6m 1m 0 0
6. Teniga 4 2,7 8m 4m 0 1m
7. Jenggala 3,4 2,2 8m 1m 1m 1m
Sumber : Survei Primer 2019
g. Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area yang memanjang dan berbentuk jalur
dan mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam.
Dalam Undang – Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20%
public dan 10% privat.
Dalam hal ini Kecamatan Tanjung memiliki RTH yang berupa lapangan
olahraga, taman, alun – alun, dan lapangan golf. Selain ruang terbuka hijau,
Kecamatan Tanjung juga memiliki sarana pemakaman umum (TPA) yang tersebar
di masing – masing desa di Kecamatan Tanjung. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.22 Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman Kecamatan Tanjung
Ruang Terbuka Hijau
Desa Lapangan Alun –
Taman golf TPU
Olahraga Alun
Sigar Penjalin 2 - - 7 3
Sokong 1 1 - - 4
Jenggala - - - - 1
Tanjung 1 - 1 - -
Medana 1 - - - -
Tegal Maja 1 - - - -
Teniga 2 - - - 1
Total 8 1 1 7 9
Sumber : Survei Primer 2019

Gambar 4.6 Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman Kecamatan Tanjung

4.2.2.2 Utilitas
a. Jaringan Listrik
Kondisi jaringan listrik yang ada di Kecamatan Tanjung sudah sebagian besar
yang terpenuhi jaringan PLN hanya sedikit rumah tangga yang belum teraliri
listrik. Jumlah rumah tangga pengguna listrik PLN pada tahun 2019 sebanyak
13.868 sambungan, dengan jumlah sambungan terbanyak terdapat di Desa Teniga
sebanyak 3.498 sambungan, dengan menara transmisi listrik (menara sutet)
berada di Desa sigar Penjalin sebanyak 2 unit, Desa Medana sebanyak 1 unit, Desa
Sokong 1 unit, dan Desa Jenggala 1 unit. Sementara di sepanjang jalan di
Kecamatan Tanjung sudah terdapat lampu penerangan jalan, namun beberapa
diantaranya tidak berfungsi dengan baik.
Tabel 4.23 Jumlah Rumah Tangga Yang Teraliri Listrik
No. Desa Rumah Tangga
1.
Sigar Penjalin 2257
2.
Sokong 610
3.
Tanjung 1406
4.
Tegal Maja 2823
5.
Jenggala 2878
6.
Teniga 3498
7.
Medana 1300
Total 13868
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019

Tabel 4.24 Jumlah Gardu Pembagi Listrik


No
Desa Gardu Pembagi Listrik
.
1. Sigar Penjalin 5
2. Sokong 5
3. Medana 0
4. Tanjung 8
5. Jenggala 3
6. Tegal Maja 4
7. Teniga 0
Total 25
Sumber : Survei Primer 2019

Gambar 4.7 Jaringan Listrik Kecamatan Tanjung


b. Jaringan Air Bersih
Tabel 4.25 Jaringan Air Bersih Kecamatan Tanjung
No. Desa PDAM Sumur Swadaya Sumur Pribadi Tandon Air
Masyarakat
1. Sigar Penjalin 565 169 26 10
2. Sokong 559 425 1.337 25
3. Tanjung 963 - 1.360 12
4. Medana 392 133 945 9
5. Jenggala 728 - 1.263 15
6. Tegal Maja 200 - 1.200 5
7. Teniga - - - 2
Total 3.407 727 6.131 78
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019

Gambar 4.8 Jaringan Air Bersih Kecamatan Tanjung


c. Jaringan Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau dibawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Drainase
perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak
merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik, maupun air
limbah industri. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus terpadu dengan
sanitasi, sampah, pengendali banjir kota dan lainnya.
Sistem drainase di Kecamatan Tanjung saat ini beberapa diantaranya tidak
berfungsi dengan baik, dikarenakan masih terdapatnya genangan dan kondisi
drainase yang ditumpuki sampah.

Gambar 4.9 Kondisi Jaringan Drainase Kecamatan Tanjung


d. Jaringan Telekomunikasi
Kebutuhan akan telekomunikasi saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan
yang sangat penting bagi masyarakat. Untuk meningkatkan jaringan
telekomunikasi, tentunya harus didukung oleh prasarana telekomunikasi yang
mudah di jangkau oleh seluruh masyarakat. Di Kecamatan Tanjung sendiri
terdapat beberapa tower yang tersebar di beberapa titik di beberapa desa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.26 Jumlah Tower di Kecamatan Tanjung Dirinci Perdesa
No. Desa Jumlah tower
1. Sigar Penjalin 2
2. Sokong 3
3. Medana -
4. Tanjung 1
5. Jenggala 1
6. Tegal Maja -
7. Teniga -
Total 7
Sumber : Survei Primer 2019
Tabel 4.27 Jumlah Pemancar Sinyal di Kecamatan Tanjung Dirinci Perdesa
No. Desa Jumlah Pemancar Sinyal
1. Sigar Penjalin -
2. Medana 1
3. Sokong 2
4. Tanjung 2
5. Jenggala 1
6. Tegal Maja 1
7. Teniga -
Total 7
Sumber : Survei Primer 2019
e. Jaringan Persampahan
Berdasarkan hasil survei primer yang dilakukan terkait jaringan
persampahan yang ada di Kecamatan Tanjung, terdapat 2 buah Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) yang berada di Desa Sigar Penjalin dan Desa
Medana. Sementara, tempat pembuangan sampah atau tong sampah yang ada di
Kecamatan Tanjung sebanyak 16 buah yang tersebar di Desa Sokong, Desa
Tanjung dan Desa Jenggala namun belum dapat memecahkan masalah
persampahan di Kecamatan Tanjung dikarenakan masih terdapatnya sampah
yang berserakan dan sistem pengelolaan sampah yang tidak teratur.
Selain disediakannya tempat pembuangan sampah oleh pemerintah,
beberapa masyarakat lebih memilih untuk membuang sampah di halaman
belakang dan depan rumah yang kemudian akan dibakar oleh masyarakat sendiri.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.28 Jumlah Sarana Persampahan Kecamatan Tanjung
Sarana Persampahan
No. Desa
TPS Bak Sampak
1. Sigar Penjalin 1 -
2. Medana 1 -
3. Sokong - 5
4. Tanjung - 10
5. Jenggala - 1
6. Teniga - -
7. Tegal Maja - -
Total 2 16
Sumber : Survei Primer 2019

Gambar 4.10 Jaringan Persampahan Kecamatan Tanjung


f. Hydrant
Hydrant merupakan fasilitas publik yang penting untuk diperhatikan karena
menyangkut keamanan dan kenyamanan masyarakat. Saat ini banyak tempat
publik seperti taman hiburan, mall, jalan, pabrik, gedung, pasar, bahkan rumah di
perkotaan hingga desa bisa saja mengalami bencana kebakaran, sehingga
diperlukan prasarana yang cepat tanggap dan dimanfaatkan secara optimal oleh
masyarakat apabila terjadi bencana kebakaran.
Di Kecamatan Tanjung sendiri terdapat 1 buah prasarana hydrant yang berada di tepi
jalan Desa Sigar Penjalin, sehingga apabila terjadi bencana kebakaran masyarakat
bisa memanfaatkan prasarana tersebut.

Gambar 4.11 Jaringan Hydrant di Kecamatan Tanjung


g. Sanitasi
Apabila melihat kondisi pengelolaan air limbah di Kecamatan Tanjung, maka
dapat diketahui berdasarkan hasil pendataan perumahan dan permukiman.
Sehingga diketahui bahwa, jumlah rumah yang memiliki pengelolaan sanitasi
sebanyak 12.482 unit dan jumlah rumah atau bangunan yang memiliki
pengelolaan sanitasi secara umum sebanyak 3.578 unit. Dengan jumlah MCK
sebanyak 8 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.29 Jumlah Rumah Pengguna Sanitasi Kecamatan Tanjung
sanitasi
No. Desa
Milik sendiri Sarana Umum MCK
1. Jenggala 2007 310 1
2. Tanjung 122 2998 0
3. Sokong 3389 0 1
4. Medana 1342 179 2
5. Teniga 800 61 0
6. Tegal Maja 1893 0 0
7. Sigar Penjalin 2929 30 4
Total 12482 3578 8
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Utara

4.2.2.3 Prasarana
a. Transportasi
(1) Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang sangat penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha
pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan guna
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas dari suatu
daerah ke daerah lainnya.
Jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan Tanjung merupakan jaringan
jalan dengan pola grid yang berada di Desa Tanjung dan Desa Jenggala,
sementara pola lainnya yaitu pola spine yang berada di Desa Sokong, Desa
Sigar Penjalin, Desa Tegal Maja, Desa Medana, dan Desa Teniga dengan
kondisi jalan ada yang telah beraspal, beton, dan beberapa masih jalan tanah.
Gambar 4.12 Jaringan Jalan Kecamatan Tanjung
(2) Moda Angkutan Umum
Prasarana transportasi merupakan sebuah keperluan vital untuk mendukung
pergerakan orang maupun barang. Adapun moda transportasi yang melintasi
wilayah Kecamatan Tanjung terbagi dalam jenis transprtasi umum dan
transportasi pribadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.30 Jumlah Kendaraan di Kecamatan Tanjung
Jenis Jumlah Kendaraan Per Tahun
No
Kendaraa 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
.
n
1. Sedan 28 28 28 33 41 53 83
2. Jeep 31 44 56 63 1.332 74 100 241
3. Minibus 348 558 768 991 1334 1568 2119
4. Mikrobus 4 25 45 47 53 63 76
5. Truk 117 165 213 226 245 284 468
6. Box 7 10 12 12 15 20 28
7. Pick Up 388 533 678 889 1167 1341 1837
8. Sepeda 23.19 27.662 32.131 37.011 41.832 47.099 52.115 60.66
Motor 2 2
Total 24.11 29.02 33.93 39.27 43.16 50.02 55.56 65.51
5 5 1 2 4 9 6 4
Sumber : UPTD. PPDRD Tanjung 2018
(3) Terminal
Terminal adalah prasarana yang mengakomodasi pergerakan naik turun
penumpang dan simpul penyebar atau pengumpul pergerakan angkutan
umum. Terminal sendiri terbagi dalam terminal penumpang dan terminal
barang, Kecamatan Tanjung sendiri memiliki 1 buah terminal yang melayani
penumbang dan barang yang berada di Desa Sokong. Sementara untuk
melayani beberapa desa yang ada di Kecamatan Tanjung terdapat beberapa
halte bus yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Tanjung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.31 Jumlah Halte Bus di Kecamatan Tanjung
No
Desa Jumlah Halte
.
1. Sigar Penjalin -
2. Sokong 1
3. Tanjung 1
4. Medana -
5. Tegal Maja -
6. Teniga -
7. Jenggala -
Total 2
Sumber : Survei Primer 2019

Gambar 4.13 Kondisi Halte Bus di Kecamatan Tanjung


(4) Jalur Pejalan Kaki atau Pedestrian
Di era modern sekarang, dalam tata ruang kota jalur pejalan kaki
merupakan elemen yang sangat penting. Selain karena memberikan ruang yang
khusus bagi pejalan kaki, pedestrian juga memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pejalan kaki yang melintasi jalur tersebut.
Pedestrian atau jalur pejalan kaki yang ada di Kecamatan Tanjung masih
jarang ditemui di setiap sisi jaringan jalan, hanya beberapa ruas jalan utama
yang sudah dilengkapi oleh jaringan pedestrian. Adapun desa yang memiliki
jaringan pedestrian yaitu Desa Tanjung dengan panjang 2781,07 meter dan
Desa Sokong dengan panjang 1687,25 meter.

Gambar 4.14 Jalur Pejalan Kaki Atau Pedestrian

(5) Street Furniture


Dalam mendukung efektifitas bagi pengguna jalan, pemerintah daerah
Kabupaten Lombok Utara telah menyediakan beberapa street furniture yang
ditempatkan di beberapa titik kecamatan tidak terkecuali di Kecamatan
Tanjung. Di Kecamatan Tanjung sendiri terdapat berbagai macam street
furniture antaralain marka jalan, papan penanda, papan penunjuk arah atau
lokasi, dan lain – lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil
dokumentasi survei primer berikut.
Gambar 4.15 Street Furniture
b. Prasarana SPBU
Dalam mendukung setiap moda transportasi, tentunya suatu wilayah harus
memiliki stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) dalam menunjang kegiatan
transportasi. Di Kecamatan Tanjung sendiri terdapat 1 unit SPBU yang berada di
Desa Jenggala, sehingga dapat membantu setiap moda transportasi untuk
terhubung antar kabupaten di Pulau Lombok.
c. Dermaga
Dermaga merupakan tempat berlangsungnya kegiatan bongkar muat barang dan
naik turunnya orang atau penumpang dari dan ke atas kapal. Di Kecamatan
Tanjung terdapat 2 buah dermaga yang ada di Desa Sigar Penjalin dan Desa
Medana, yang di fungsikan sebagai jalur penyeberangan ke kawasan pariwisata
gili.

4.2.2.4 Sosial Kependudukan


a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Penduduk merupakan sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu.
Penduduk sendiri meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat adanya kelahiran,
kematian, migrasi, serta penuaan.
Pada tahun 2019, jumlah penduduk Kecamatan Tanjung mencapai 48.411
jiwa dengan kepadatan sebesar 419 jiwa /km 2. Jumlah penduduk yang berjenis
kelamin laki – laki di Kecamatan Tanjung sebesar 23.838 jiwa dan penduduk
perempuan sebesar 24.573 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.32 Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis
Kelamin di Kecamatan Tanjung Dirinci Perdesa
Luas Kepadatan
Laki – Jumlah Penduduk (
No. Desa Perempuan Wilayah (km 2
Laki (jiwa)
) jiwa /km2)
1. Sigar Penjalin 4.425 4.371 8.796 17,94 616
2. Sokong 5.039 5.177 10.216 13,97 1.208
3. Tanjung 4.055 4.243 8.298 2,7 1.943
4. Medana 2.539 2.524 5.063 5,7 1.110
5. Tegal Maja 2.623 2.802 5.425 24,1 228
6. Teniga 1.211 1.164 2.375 57,36 165
7. Jenggala 3.946 4.292 8.238 12,82 179
Total 23.838 24.573 48.411 134,59 419
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah penduduk terbanyak berada
di Desa Sokong yaitu sebesar 10.216 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki
sebesar 5.039 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 5.177 jiwa. Sementara laju
pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.33 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Tahun 2015 – 2019 Dirinci
Perdesa
tahun
No. Desa
2015 2016 2017 2018 2019
1. Sigar penjalin 8.148 8.292 8.567 8.673 8.796
2. Sokong 9.502 9.641 9.721 10.081 2.375
3. Tanjung 8.220 8.468 8.945 8.293 8.298
4. Medana 4.706 4.783 4.826 4.996 5.063
5. Tegal Maja 5.260 5.425 5.461 5.398 5.425
6. Jenggala 7.684 7.768 7.283 8.134 8.238
7. Teniga 2.209 2.482 2.622 2.343 2.375
Total 45.729 46.859 47.425 47.918 48.411
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019
Tabel 4.34 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Menurut Kelompok Umur
Dirinci Perdesa
Desa
Kelompok
Sigar Tegal
Umur Sokong Jenggala Tanjung Medana Teniga
Penjalin Maja
0–4 812 953 761 687 448 457 253
5–9 833 954 709 659 473 477 175
10 - 14 853 902 730 732 527 477 175
15 – 19 868 852 651 652 469 443 168
20 - 24 819 776 673 575 437 442 202
25 – 29 820 829 684 657 385 530 255
30 – 34 672 870 682 628 401 453 212
35 - 39 646 866 776 724 419 472 226
40 – 44 569 768 652 670 411 383 170
45 – 49 545 680 488 581 354 327 162
50 – 54 405 524 433 520 233 234 116
55 – 59 332 374 298 421 186 212 101
60 – 64 260 273 242 267 109 176 51
65 – 69 139 262 210 223 81 173 52
70 - 75 112 181 129 162 72 95 14
75+ 111 152 120 140 58 74 43
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019
Tabel 4.35 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Menurut Jenis Kelamin Dan
Sex Rasio Jenis Kelamin
Desa Laki – Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin
Sigar Penjalin 4.425 4.371 101
Sokong 5039 5177 97
Tanjung 4055 4243 96
Jenggala 3946 4292 92
Tegal Maja 2623 2802 94
Teniga 1211 1164 104
Medana 2539 2524 101
Total 23838 24573 685
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019

4.2.2.5 Kondisi Ekonomi


Kondisi ekonomi di Kecamatan Tanjung dipengaruhi oleh beberapa jenis
peruntukkan lahan yaitu pertanian, perkebunan, peternakan, industri, maupun
pariwisata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut.
a. Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian
Kecamatan Tanjung. Hal tersebut terbukti dengan jumlah luasan pertanian
mencapai 76 % dari luasan peruntukan lahan di Kecamatan Tanjung. Dimana
dalam sektor pertanian terdapat beberapa jenis komoditi seperti padi sawah,
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang hijau dengan luasan panen
dan hasil produksi yang berbeda – beda. Berdasarkan jenis komoditi tersebut,
luasan panen terluasan yaitu komoditi padi sawah dengan hasil produksi sebesar
7.552 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.36 Produksi Pertanian Kecamatan Tanjung
No. Sektor Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
1. Padi 1.295 7.552
2. Jagung 38 103.77
3. Ubi Kayu 337 3715
4. Ubi Jalar 22 3715.53
5. Kacang Tanah 799 298.91
6. Kacang Hijau 5 540.67
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019
b. Perkebunan
Selain sektor pertanian, sektor perkebunan juga menjadi sektor penting
dalam perekonomian Kecamatan Tanjung dengan beberapa jenis komoditi
perkebunan seperti kelapa, kopi, kapuk, kemiri, cengkeh, kakao, jambu mete,
asam, pinang, dan vanili. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.37 Produksi Perkebunan Kecamatan Tanjung
No. Sekor Luas Tanam (Ha) Produksi (ton)
1. Kelapa 9.785,94 10.692,00
2. Kopi 87,22 40,15
3. Kapuk 12,12 13,17
4. Kemiri - 0,80
5. Cengkeh 72 38,20
6. Kakao 358,00 105,00
7. Jambu Mete 1.379 488,00
8. Asam 151,00 8,42
9. Pinang 6,00 6,50
10. Vanili 185,35 48,50
Sumber : Kecamatan Tanjung Dalam Angka 2019
c. Peternakan
Selain tanaman pangan, sektor lainnya yang tidak kalah penting yaitu sektor
peternakan yang terbagi dalam beberapa jenis komoditi yaitu kuda, kerbau, sapi
potong, kambing, babi, dan unggas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.38 Populasi Ternak di Kecamatan Tanjung
No. Komoditi Jumlah (ekor)
1. Kuda 64
2. Kerbau 4
3. Sapi Potong 8.554
4. Kambing 935
5. Babi 816
6. Unggas 40.106
Sumber : kecamatan tanjung dalam angka 2019

4.2.2.6 Potensi dan Masalah


Potensi dan masalah di Kecamatan Tanjung merupakan hasil survei yang
dilakukan dengan melakukan kunjungan dan melihat langsung kondisi di
wilayah Kecamatan Tanjung, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam
perumusan konsep Perkotaan Tanjung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
paparan berikut.
Berdasarkan hasil survei di Kecamatan Tanjung, sehingga didapatkan potensi
dan masalah yang ada di kawasan tersebut antaralain :
Tabel 4.39 Potensi dan Masalah di Kecamatan Tanjung
No. Potensi No. Masalah
Berdasarkan Rencana Tata Masih kurangnya prasarana
Ruang Kabupaten Lombok persampahan, hal tersebut
Utara, Kecamatan Tanjung ditunjukkan dengan masih
1. 1.
ditetapkan sebagai Pusat banyaknya sampah yang
Kegiatan Wilayah Promosi berserakan dan beberapa
(PKWp) tumpukan sampah
Tersedianya sarana dan Kondisi drainase yang ditumpuki
2. 2.
prasarana pendidikan sampah
Jaringan jalan yang sebagian Kurangnya promosi kawasan
3. 3.
besar sudah di aspal pariwisata
Kawasan Kecamatan Kurangnya promosi bidang
Tanjung di tetapkan sebagai industri
4. 4.
kawasan perdagangan dan
jasa
Terdapat berbagai kawasan
pariwisata salah satunya
5.
kebun binatang dan kawasan
pesisir pantai
Memiliki berbagai jenis
industri salah satunya
6.
industry kopi dan industri
mebel dari kayu
Jaringan air bersih sudah
7. sampir sepenuhya teraliri
jaringan PDAM
Di Kecamatan Tanjung
sudah hampir seluruh
8.
kawasan tersebut teraliri
listrik
Sumber : Survei Primer 2019
BAB V
KAWASAN PERKOTAAN TANJUNG

5.1 Delinasi Kawasan Dan Justifikasinya


Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang
pedoman penyusunan Rencana Kota, Kota adalah sekumpulan pemukiman dan
kegiatan pnduduk yang mempunyai batasan wilayah Administrasi yang diatu dalam
peraturan perundangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri
kehidupan kekotaan. Sedangkan Perkotaan adalah satuan kumpulan pusat-pusat
permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan dan atau wilayah
Nasional sebagai simpul jasa
Dalam Inmendagri Nomor 34 Tahun 1986 tentang pelaksanaan Permendagri Nomor
7 Tahun 1986 tentang batas-batas wilayah kota di seluruh Indonesia, cirri-ciri wilayah
Kota dapat dilihat dari beberapa aspek-aspek yaitu :
a. Aspek Fisik
1) Tempat permukiman penduduk yang merupakan satu kesatuan dengan luas,
jumlah bangunan, kepadatan bangunan yang relative lebih tinggi dari pada
wilayah disekitarnya.
2) Proporsi bangunan permanen lebih besar di tempat itu dari pada wilayah-
wilayah sekitarnya.
3) Mempunyai lebih banyak bangunan fasilitas sosial ekonomi seprti
sekolah,kesehatan,pasar,pemerintahan dan lain-lainnya, dari wilayah di
sekitarnya.
b. Aspek Sosial Dan Ekonomi
1) Mempunyai jumlah penduduk yang relative besar dari pada wilayah sekitarnya
yang dalam satu kesatuan areal terbangun.
2) Mempuyai kepadatan penduduk yang relative lebih tinggi dibandingkan wilayah
yang ada disekitarnya.
3) Merupakan pusat kegiatan ekonomi yang menghubungkan kegiatan
pertanianwilayah sekitarnya dan tempat pemasaran bahan baku bagi kegiatan
industry.
Sedangkan berdasarkan “amos rapoport mengutip Jorge E. hardoy dalam Zahnd
Tahun 1999” menyebutkan bahwa dalam merumuskan atau menentukan suatu kota
menggunakan 10 kriteria sebagai berikut :
a. Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat.
b. Bersifat permanen
c. Kepadatan minimum terhadap masa dan tempat
d. Struktur dan tataruang kota ditunjukkan oleh jalur jalan dan ruang perkotaan yang
nyata
e. Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja
f. fungsi perkotaan minimum yang diperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah
pusat administrasi atau pemerintah, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan,
atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama
g. heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat;
h. pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi
kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas
i. pusat pelayanan (service) bagi daerah-daerah lingkungan setempat

5.1.1 Justifikasi Kawasan Perkotaan Tanjung


Berdasarkan hasil observasy dan hasil identifikasi secara deskriftif serta
mengacu pada teori-teori yang ada tentang pembentukan kota, bahwa wilayah
Kecamatan Tanjung jika dilihat dari segi aspek fisik, sosial, ekonomi dan
pergerakan masyarakat sekitar serta pergerakan masayarakat diluar wilayah
Kecamatan Tanjung yaitu :
a. Aspek Fisik Wilayah
Jika dilihat dari segi aspek fisik wilayah, bahwa sebagian dari wilayah
Kecamatan Tanjung mempunyai jumlah kepadatan penduduk dan kepadatan
permukiman yang berbeda-beda. Adapun wilayah yang mempunyai kepadatan
permukiman/bangunan yang relative lebih tinggi yaitu tersebar di beberapa
desa seperti berada di Desa Tanjung, Desa Jenggala, Desa Sokong dan
sebagaian Desa Medana. Selain itu ketiga desa tersebut mempunyai jumlah
fasilitas-fasilitas pendukung lebih banyak daripada desa-desa yang lain, serta
jika dilihat secara fisik strukturalnya bahwa ketiga desa tersebut dilewati oleh
jalan kolektor yang menghubungkan antar Kabupaten dan antar Kecamatan
dan didukung pula dengan adanya jalur/rute angkutan umum yang melintasi
jalur tersebut serta terdapatnya terminal di Desa Tanjung dan tempat-tempat
pemberhentian bus pada kawasan tersebut, sehingga memudahkan akses
masyarakat sekitar maupun masyarakat diluar kawasan untuk berpindah-
pindah tempat.
Berdasarkan pemanfaatan lahannya dan penetapan kawasan berdasarkan
kebijakan yang ada bahwa di wilayah tersebut dipusatkan sebagai kawasan
perdagangan dan jasa dengan pemanfaatan lahannya di dominasi oleh kawasan
terbangun dan kawasan pertanian lahan basah.
b. Aspek Sosaial Dan Ekonomi
Secara aspek sosial dan ekonominya Kecamatan tanjung mempunyai
masyarakat yang heterogen dari segi kegiatan mata pencariannya dan
keagamaannya maupun aktifitasnya, tetapi aktifitas-aktifitas kegiatan tersebut
tidak terpusat diseluruh wilayah Kecamatan tersebut, melainkan terdapat di
beberapa desa saja seperti Desa Sokong, Desa Tanjung, Desa Jenggala dan
Sebagian Desa Medana. Aktifitas-aktifitas tersebut yaitu seperti berdagang,
bertani, bekerja, beribadah dan bersekolah.
Berdasarkan hasil observasy dan hasil identifikasi, mengapa keempat desa
tersebut menjadi pusat aktifitas, yaitu dikarenakan keempat desa tersebut dari
jumlah fasilitasnya sudah sangat memadai, seperti penyedian sarana pasar,
perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, peribadatannya, pertanian
serta industry-industri kecil penunjang kegaiatan wilayah, serta di dukung oleh
akses-akses jalan yang sudah terintegral ke pusat-pusat pelayanan penting yang
menghubungkan satu sama lainnya. Dari keempat desa yang menjadi pusat
aktifitas tersebut, Desa Tanjung lah yang menjadi pusat keramaiannya
dikarenakan berdekatan langsung dengan kantor Bupati dan alaun-
alun/lapangan Bupati, selain itu terdapat rumah sakit.
c. Pergerakan Masyarakat Internal
Berdasarkan pengamatan dan hasil identifikasi bahwa dapat diketahui
pergerakan masyarakat di Kecamatan tanjung dapat dibagi menjadi 3 kegiatan
pergerakan yaitu antara lain :
1. Pergerakan Sosial Dan Ekonomi
Pergerakan sosial ekonomi masyarakat Tanjung sebagian besar terpusat
di Desa Sokong dan Desa Tanjung, dikarenakan terdapatnya pasar dengan
skala besar dan terminal yang ada di Desa Sokong sedangkan untuk di Desa
Tanjung terdapat pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa. Aktifitas-
aktifitas pergerakan masyarakat tersebut antaralain yaitu seperti berdagang,
bekerja, bertani dan mencari kebutuhan-kebutuhan pokok yang tidak ada
dijual di tempat mereka.
2. Pergerakan Aktifitas Bekerja
Untuk pergerakan aktifitas bekerja masyarakat Kecamatan Tanjung
terpusat di 4 Desa yaitu Desa Tanjung, Desa Sokong, Desa Jenggala dan
sebagian Desa Medana, dikarenakan sebagian besar sebaran sarana
perkantoran maupun sarana kantor swasta atau jasa-jasa terpusat di Desa-
desa tersebut. Terkecuali pergerakan aktifitas bekerja seperti pertanian tidak
terpusat di 4 desa tersebut, melainkan tersebar di seluruh Kecamatan
Tanjung.
3. Pergerakan Aktifitas Pendidikan
Pergerakan aktivitas pendidikan masyarakat tanjung tersebar di seluruh
wilayah kecamatan tersebut, tetapi dalam penyediaan sarana pendidikan
seperti SMA dan SMKN masih kurang tersebar di seluruh Desa yang ada di
Kecamatan, melainkan penyediaan sarana pendidikan SMA dan SMKN
hanya tersedia di Desa Sokong Saja, sehingga anak-anak diluar dari desa
tersebut harus bergerak mengakses penyediaan sarana tersebut.
Sedangkan pergerakan untuk aktivitas beribadah, masyarakat Kecamatan
Tanjung memanfaatkan tempat peribadatan pada masing-masing Desa,
dikarenakan untuk penyediaan tempat sarana peribadatan sudah sangat
banyak tersebar di setiap desa yang ada di Kecamatan.
d. Pergerakan Masyarakat External
Aktifitas pergrakan masyarakat yang ada di luar daerah Kecamatan
Tanjung berdasarkan hasil observasy dan hasil pengamatan selama disana,
bahwa masyarakat diluar wilayah Kecamatan Tanjung sebagian besar juga
braktifitas/bergerak menuju wilayah tanjung. Adapun kepentingan masyarakat
tersebut bergerak pada kawasan wilayah Tanjung iyalah didorong oleh faktor
ekonomi, pekerjaan dan pendidikan.
Pergerakan masyarakat luar yang bergerak di wilayah Kecamatan Tanjung
terbagi menjadi 3 aktifitas pergerakan yang berpusat pada tiap-tiap desa
diantaranya yaitu :
1. Pergerakan Aktifitas Ekonomi
Pergerakan aktifitas ekonomi yaitu, pergerakan dimana masyarakat
diluar wilayah Tanjung memanfaatkan fasilitas yang tersedia di Kecamatan
Tanjung, biasanya masyarakat diluar kecamatan tanjung menjual hasil
bumi maupun berdagang di pasar-pasar atau lapak-lapak seperti
ruko/kios-kios. Selain itu, bukan hanya berdagang saja aktifitas yang
dilakukan oleh masyarakat luar, melainkan juga mereka datang hanya
untuk mencari kebutuhan-kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan
yang tidak terdapat/tersedia di wilayah mereka.
2. Pergerakan Aktivitas Pekerjaan/Bekerja
Sebagian kecil peregerakan aktifitas bekerja masyarakat diluar
wilayah Kecamatan Tanjung terpusat di 3 desa yang ada Kecamatan
Tanjung, diantaranya yaitu Desa Tanjung, Desa Sokong dan Sebagian Desa
Medana. Aktivitas pekerjaan/bekerja masyarakat luar yaitu seperti
berdagang dan perkantoran, dikarenakan 3 desa tersebut merupakan pusat
perdagangan dan jasa serta pusat perkantoran.
3. Pergerakan Aktivitas Pendidikan
Seperti halnya pergerakan bekerja, pergerakan aktivitas pendidikan
masayarakat luar sebagian kecil terpusat di Desa Sokong, dikarenakan
pada Desa Sokong tersedia 2 SMKN dan 1 SMA yang berada strategis di
tengah pusat-pusat pelayanan dan perdagangan jasa serta pusat
pemerintahan. Adapun hal yang memicu peregerakan tersebut
dikarenakan lokasi sekolah sangat strategis, dikatakan strategis yaitu
berdekatan langsung dengan pusat-pusat pelayanan, pemerintahan dan
perdagangan dan jasa serta di tunjang dengan aksesbilitas yang mudah
seperti tersedianya angkutan umum yang melayani antar Kecamatan.

5.1.2 Delinasi Kawasan Perkotaan Tanjung


Dari hasil identifikasi dan hasil justifikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa
di Kecamatan Tanjung dapat ditentukan batasan-batasan administrasi
perkotaanya, berdasarkan hasil justifikasi yang telah di identifikasi bahwa
terdapat beberapa desa yang akan menjadi satu kesatuan terbentuknya salah satu
perkotaan, Desa tersebut diantaranya adalah Desa Tanjung, Desa Jenggala, Desa
Sokong dan sebagian Desa Medana. Adapun dalam menentukan batasan-batasan
administrasi perkotaannya, yaitu mengacu pada batasan secara fisik dasar/alam
dan mengacu pada fisik buatan/binaan. Untuk lebih jelasnya dan detailnya, dapat
dilihat batasan-batasan administrasi tersebut pada peta yang tertera dibawah ini:
Gambar 5.1 Peta Administrasi Perkotaan Tanjung
Sumber Peta: Hasil Identifikasi Dan Observasy
Gambar 5.2 Peta Desa Perkotaan Tanjung
Sumber Peta : Hasil Identifikasi Dan Observasy
Dapat dilihat pada kedua gambar peta diatas, bahwa delinasi Perkotaan
tanjung berdasarkan hasil identifikasi dan justifikasi bahwa, perkotaan tanjung
terbagi atas beberapa Desa di dalamnya, diantaranya Desa Tanjung, Desa Sokong,
Desa Jenggala dan sebagian Desa medana. Adapun batasan-batasan delinasi
perkotaan tersebut mengikuti batasan secara fisik dasar/alam dan secara fisik
binaan/buatan, diantaranya yaitu :
a. Batasan Secara Fisik Dasar
Batasan delinasi perkotaan tanjung secara fisik dasar yaitu mengikuti alur
sungai utama dan alur sungai skunder/anak sungai, sedangkan disebelah utara
perkotaan tanjung berbatasan dengan laut yang delinasinya mengikuti jarak
sempada pantai.
b. Batasan Secara Fisik Binaan
Batasan delinasi Perkotaan Tanjung secara fisik binaan, yaitu pada sebelah
barat dan sebelah timur berbatasan dengan jalan raya dan berbatasan dengan
Kecamatan Gangga, serta pada sebelah selatan dibatasi dengan jaringan irigasi.

5.2 Eksistensi Kawasan Perkotaan


Berdasarkan dari para pendapat, bahwa eksistensi perkotaan yaitu pengaruh adanya
suatu kegiatan baik dalam bidang kegiatan sosial ekonomi maupun dalam bidang kegiatan
jasa yang dapat menarik atau mempengaruhi aktifitas yang ada di lingkup wilayahnya
sendiri dan dapat pula mempengaruhi lingkup diluar wilayah tersebut. Maka dari itu
perlunya identifikasi dan justifikasi terhadap perkotaan tanjung, bagaimana perkotaan
tersebut berpengaruh terhadap wilayahnya sendiri dan seberapa pengaruhkah keberadaan
kota tersebut terhadap aktifitas diluar batas wilayahnya sendiri. Adapun hasil identifikasi
dan justifikasi eksistensi Perkotaan Tanjung secara Internal dan External dapat dilihat pada
deskripsi dibawah ini :
5.2.1 Eksistensi Internal Perkotaan Tanjung
Berdasarkan kebijakan yang ada, bahwa Kecamatan Tanjung telah di tetapkan
sebagai wilayah PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah Promosi) yang di dalamnya
mencakup aktifitas kegiatan kawasan dengan pusat perdagangan jasa, perkantoran
dan industry-industry kecil. Dari adanya kebijakan tersebut dan didukung dengan
penyedian fasilitas yang sudah memadai saat ini, berpengaruh juga terhadap
pemanfaatan masyarakat sekitar untuk beraktifitas dalam lingkup wilayahnya sendiri,
sehingga masyarakat yang ada di dalam lingkup kawasan tersebut tidak perlu
bergerak/beraktifitas diluar wilayah mereka, dikarenakan faktor-faktor kebutuhan
meraka sudah tersedia di wilayah sekitar mereka.

5.2.2 Eksistensi External Perkotaan Tanjung


Dari adanya kebijakan tersebut dan ditunjang dengan fasilitas yang sudah
memadai serta pusat-pusat perdagangan dan pelayanan yang strategis, membuat
masyarakat diluar wilayah kawasan tersebut tertarik untuk bergerak atau beraktifitas
di wilayah Tanjung. Adapun masyarakat diluar wilayah tanjung beraktifitas ke pusat-
pusat pelayanan maupun perdagangan dikarenakan beberapa faktor yaitu, faktor
ekonomi, sosial dan faktor pekerjaan serta faktor kepentingan lain sebagainya.

5.3 Isu Strategis Perkotaan Tanjung


Jika dilihat pada tabel isu strategis dibawah ini, terdapat banyak isu-isu terkait sumber
daya alam, pendidikan, kesehatan, transportasi, ekonomi, sosial budaya dan isu tentang
pembangunan, tetapi isu yang saat ini sedang trending di wilayah perkotaan tanjung yaitu
isu terkait pembangunan dan rekontruksi perbaikan rumah dan fasilitas-fasilitas yang
rusak karena bencana gempa.
Tabel 5.1 Isu Strategis Perkotaan Tanjung
No. Urusan Potensi Isu Strategis
- Lahan pertanian - Sulitnya mendapatkan pupuk
persawahan, - Belum memadainya pengelolaan
perkebunan kelapa, potensi perikanan, pertanian dan
dan cokelat perkebunan
- Sumberdaya kelautan - Kurangnya pemasaran akan sektor
Sumberdaya
1. dan perikanan pariwisata
Alam
- Sumber mata air - Kawasan dengan potensi
- Hutan kemasyarakatan kekeringan
dan hutan lindung
- Sebagai kawasan
pariwisata
- Tersedianya sarana - Tidak ada biaya untuk membeli
dan prasarana seragam sekolah
2. Pendidikan pendidikan - Masih banyak anak yang putus
- Tersedianya tenaga sekolah pada usia wajib belajar 9
pengajar tahun
3. Kesehatan - Terdapat sarana - Masih terdapat sarana kesehatan
pelayanan kesehatan yang belum layak
- Masih banyak masyarakat yang
belum memiliki kamar mandi atau
WC
- Sanitasi lingkungan yang masih
belum sesuai standar sehingga
menimbulkan beberapa penyakit
seperti malaria / DBD /
cikungunya
- Kurangnya kesadaran masyarakat
akan hidup bersih dan sehat
- Pengelolaan persampahan yang
masih kurang
- Masih banyaknya ibu hamil dan
balita yang belum mendapatkan
pelayanan kesehatan
- Merupakan simpul - Belum memadainya kualitas jalan
transportasi antar desa dan drainase di beberapa
kabupaten dusun serta masih terdapat jalan
- Dilalui oleh jalan tanah
4. Transportasi
kolektor - Masih kurangnya jalur pedestrian
- Memiliki pelabuhan atau jalur pejalan kaki
menuju kawasan
wisata gili
- Ditetapkan sebagai - Tingkat ekonomi masyarakat
kawasan perdagangan rendah dikarenakan modal usaha
dan jasa yang rendah
- Terdapat kelompok - Belum memadainya alat – alat
usaha produktif produksi kelompok usaha
5. Ekonomi - Ditetapkan sebagai ekonomi masyarakat
PKWp ( Pusat - Belum memadainya promosi akan
Kegiatan Wilayah hasil usaha kelompok masyarakat
Promosi )
- Sebagai kawasan
sentra industri kecil
- Adanya program - Masih banyak masyarakat yang
pemberdayaan belum menerima beras miskin
masyarakat (raskin)
6. Sosial Budaya - Adanya program beras - Kurangnya program pembinaan
miskin (raskin) dan pelatihan bagi generasi muda
- Terdapat kelompok - Peran fungsi MKD dalam
kesenian tradisional penanganan masalah sosial
- Tersedianya sarana - Rehabrekon berbasis kearifan
dan prasarana lokal
7. Pembangunan
penunjang
pembangunan
Sumber : Survei Primer Dan Sekunder 2019

Anda mungkin juga menyukai