Anda di halaman 1dari 30

Teknik Perencanaan

Tata Guna Lahan


Kuliah 10 -11 TGL
Sumber: Urban Land Use Planning,
fourth edition, 1995
Pokok bahasan
 Proses penyusunan rencana tata guna lahan
skala makro: regional/wilayah
 Proses penyusunan rencana tata guna lahan
skala mikro: kota.
 Prinsip-prinsip penggunaan lahan terbaik
Proses penyusunan rencana tata
guna lahan skala makro:
regional/wilayah
Proses penyusunan Rencana TGL Wilayah
 Mendeliniasi kawasan lindung
(kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, KPS, KSA, KRB)
 Mendeliniasi kawasan budidaya yang harus dipertahankan
(misalnya sawah irigasi teknis)
 Mengidentifikasi komponen-komponen guna lahan baik
kawasan lindung maupun budidaya eksisting beserta luasan dan
lokasinya.
 Menghitung daya tampung lahan se provinsi ditinjau dari sisi ketersediaan
lahan untuk permukiman eksisting dan proyeksi penduduk pada akhir tahun
perencanaan .
Asumsi: perumahan yang dikembangkan terletak pada kawasan budidaya di
luar hutan, perkebunan, sawah, industri dan perkotaan eksisting.
 Daya tampung lahan untuk permukiman adalah perbandingan antara
ketersediaan lahan yang tersisa untuk permukiman dengan kebutuhan lahan
untuk perumahan penduduk.
Supply Prioritas Pemanfaatan Demand, Kualitas + Fungsi Tujuan Pemenuhan

Potensi SDA

- Air
- Dampak
Lahan Kawasan Lindung
positif Kebutuhan
- Mineral
pangan
- Energi
- Hayati
- Pesisir-Laut
- Udara Masyarakat
Jawa Barat
2001

2010 (? )
Potensi SD Buatan
• Waduk,Situ dan Kebutuhan
Irigasi (Air-Energi) Energi
- Energi Listrik (Air,
Panas Bumi, Uap) Pemanfaatan
- Infrastruktur lain Kawasan Budidaya
(tambang)
Harapan

Kebutuhan
lingkungan

- Ambang batas
Dampak - Teknologi
negatif - Pemulihan

Daya Tampung

Contoh alur pikir


Pada penyusunan RTRW Provinsi Jawa Barat
Proses penyusunan rencana
tata guna lahan skala mikro:
kota/kawasan perkotaan
Task 1 Derive location requirements for the land use
sector of concern.
 Mengembangkan dan membuat standar bagi
perletakan penggunaan lahan tertentu atau untuk
fasilitas dan bagi hubungan spasial antar penggunaan.
Prinsip dan standar ini berdasarkan kepada tujuan dan
sasaran serta berdasarkan kepada preferensi lokasi di
rumah tangga, perusahaan, dan kelompok-kelompok
pengguna lahan lainnya.
Task 2 – Map the suitability of lands for
the particular use.
 Prinsip dan standar desain yang dikembangkan di Task 1,
membuat peta yang menunjukkan variasi dalam kesesuaian
bagi perletakan klasifikasi lahan tertentu, penggunaan lahan,
atau fasilitas umum.
 Pola spasial dari kesesuaian akan tergantung kepada pola
spasial dari faktor-faktor lingkungan (misal karakteristik
kemiringan, kualitas tanah, dan drainase), pola penggunaan
lahan eksisting dan proyeksi, serta transportasi dan sistem
infrastruktur lainnya sebagaimana yang dimaksudkan dalam
penentuan prinsip dan standar pada Task 1.
 Beberapa lokasi akan sesuai untuk lebih dari satu peruntukan.
Task 3 – Estimate space requirements
for the land uses
 Estimasi jumlah lahan yang dibutuhkan untuk
mengakomodasikan tingkat aktivitas pada
masa yang akan datang yang diharapkan bagi
penggunaan lahan tertentu, tata guna lahan,
atau fasilitas umum.
Task 4 – Analysis holding capacity of
the suitable land supply
 Menentukan kapasitas dari area yang cocok untuk
mengakomodasikan aktivitas penggunaan lahan
besarta fasilitasnya. Kapasitas ini akan diekspresikan
dalam bentuk jumlah unit-unit hunian, rumah tangga,
jumlah tenaga kerja, atau hanya berdasarkan dimensi
luasan yang cocok bagi penggunaan lahan tertentu
dalam lokasi yang berbeda.
Task 5 – Design alternative spatial
arrangements of land classes or land uses.
 Mengembangkan alternatif penataan spasial
bagi pengembangan pada masa yang akan
datang, serta untuk aktivitas redevelopment,
sektor-sektor spesifik dari tata guna lahan,
fasilitas umum, serta ruang terbuka.
 Tahap ini merupakan tahap sintesis dan
merupakan tahap yang sangat membutuhkan
pemikiran kreatif.
Ilustrasi Task 1
RTRW Propinsi (1 : 250.000) :
 Kebutuhan peruntukan/komponen ruang yang mendukung
pengembangan wilayah (economic base), sesuai dengan visi-
misi pengembangan Propinsi terutama fungsi dan perannya
pada tahap kepentingan strategis lintas Kabupaten/Kota serta
mengakomodasikan kepentingan Daerah Kabupaten/Kota,
baik yang berupa node ataupun network, misal:
 kawasan budidaya berupa lahan pertanian potensial untuk swasembada
pangan,
 perkebunan besar swasta,
 industri strategis
 permukiman berskala besar
 jaringan prasarana (skala propinsi)
 kawasan lindung.
Ilustrasi Task 1
RTRW Kabupaten/Kota (1 : 50.000 atau 1 : 100.000):
 Kebutuhan peruntukan/komponen ruang yang
mendukung pengembangan wilayah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan visi-misi
pengembangan Daerah Kabupaten/Kota tersebut, baik
yang berupa node ataupun network, misalnya:
 kawasan budidaya : pusat pemerintahan dan jasa, kawasan
perumahan, kawasan industri (industri berat, industri
rumah tangga, hitech), jaringan prasarana (skala
Kabupaten/Kota dan bagian wilayah kota)
 kawasan lindung (setempat, yang melindungi kawasan di
bawahnya, melindungi flora dan fauna, kawasan rawan
bencana).
Ilustrasi Task 1 :
RRTR Kawasan ( 1 : 10.000 atau 1 : 5.000):
 Kebutuhan peruntukan/komponen ruang sesuai
dengan fungsi dan peran kawasan tersebut, baik
dalam konteks internal kawasan maupun eksternal
(Daerah Kabupaten/Kota, Propinsi, ataupun Nasional)
baik yang berupa node ataupun network
 Misalnya:
 peruntukan yang memberikan citra dan identitas kawasan
sesuai dengan fungsi dan peran kawasan
 kawasan yang berfungsi sebagai perdagangan maka
peruntukan utamanya ialah perdagangan dan peruntukan
lainnya merupakan pendukung dari perdagangan tersebut,
baik berupa jalan yang menghubungan antar blok dalam
kawasan perdagangan serta fasilitas dasar lainnya seperti
lahan parkir on/off street, pos keamanan.
Ilustrasi Task 2 :
RTRW Propinsi:
 Memetakan konsep pusat-pusat
pengembangan Propinsi sebagai penjabaran
dari visi-misi.
 Memetakan kebutuhan ruang dari masing-
masing Daerah Kabupaten/Kota untuk mengisi
konsep pusat-pusat pengembangan, terutama
yang relevan dengan nilai strategis Propinsi
dan Nasional.
 Memetakan alternatif-alternatif kebutuhan
ruang tingkat propinsi untuk kemudian
mengkonfirmasikannya kepada masing-
Ilustrasi Task 2 :
RTRW Kabupaten/Kota:
 Memetakan konsep pusat-pusat
pengembangan untuk skala Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan visi-misi.
 Memetakan kebutuhan ruang dari masing-
masing unsur kegiatan yang ingin
dikembangkan di Daerah Kabupaten/Kota
tersebut untuk mengisi tiap bagian/kawasan
dari pusat-pusat pengembangan tadi.
 Ilustrasi Task 2 :
 RRTR Kawasan:
 Memetakan lebih rinci kebutuhan ruang dari masing-
masing unsur kegiatan ke dalam sub unsur kegiatan yang
ingin dikembangkan pada kawasan perencanaan tersebut
dengan pertimbangan tidak membuat konflik dengan
kawasan disekitarnya, termasuk antisipasi integrasi ruang
antara penduduk pendatang dan asli, pengembangan
kegiatan usaha eksisting serta pengembangan usaha baru.
 Ilustrasi Task 3:
 RTRW Propinsi:
 Mengestimasi dimensi luasan lahan budidaya yang
dibutuhkan dengan mempertimbangkan kebutuhan
dan aspirasi kebutuhan spasial masing-masing
Daerah Kabupaten/Kota dengan tetap melestarikan
kawasan lindung serta mengembalikan fungsi
kawasan lindung yang telah rusak.
 Ilustrasi Task 3:
 RTRW Kabupaten/Kota:
 Mengestimasi luasan lahan dari kegiatan-kegiatan budidaya
(pertanian/perkebunan, perumahan, industri, perdagangan
dan jasa, ruang terbuka hijau, serta fasilitas pelayanan
terutama untuk skala kota-bagian wilayah kota) yang
dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan
kegiatan usahanya.
 Melestarikan kawasan lindung, mengembalikan kawasan
lindung yang rusak, mengembangkan kegiatan di kawasan
lindung dengan tetap memelihara fungsi lindungnya.
Ilustrasi Task 3:
RRTR Kawasan:
 Mengestimasi luasan lahan sesuai dengan
fungsi dan peran kawasan berdasarkan RTRW
Kabupaten/Kota untuk kemudian
menjabarkannya ke dalam unsur sub sub
kegiatan yang lebih rinci
 Perhatikan stadia perkembangan kota, dan
lokasi kawasan (Jawa ataukah luar Jawa).
Ilustrasi Task 4 :
RTRW Propinsi:
 Menentukan kapasitas area yang cocok untuk
mengakomodasikan aktivitas penggunaan
lahan beserta fasilitasnya berdasarkan hasil
analisis di tingkat propinsi untuk selanjutnya
dikonfirmasikan dengan masing-masing
Daerah Kabupaten/Kota, untuk memperoleh
masukan untuk kemudian ditetapkan
kapasitasnya.
Ilustrasi Task 4 :
RTRW Kabupaten/Kota
 Menentukan kapasitas area yang cocok untuk
mengakomodasikan aktivitas penggunaan
lahan untuk skala Kabupaten/Kota dan bagian
wilayah Kabupaten/Kota beserta fasilitasnya
dengan melihat kelayakan dari sisi sosial
ekonominya, termasuk kepemilikan lahan,
pihak swasta/masyarakat yang telah/akan
mengembangkannya.
Ilustrasi Task 4 :
RRTR Kawasan
 Menentukan kapasitas area yang cocok untuk
mengakomodasikan aktivitas penggunaan
lahan beserta fasilitasnya untuk skala unsur
sub-sub kegiatan:
 Mana yang akan dikelola oleh Pemerintah,
swasta, atau masyarakat, mana untuk
kepentingan komersial/ekonomis, perwujudan
citra dan identitas kawasan, serta mana untuk
kesejahteraan masyarakat.
Ilustrasi Task 5 :
RTRW Propinsi
 Mengembangkan alternatif penataan spasial
melalui dasar penentuan pusat kegiatan
nasional, pusat kegiatan regional, dan pusat
kegiatan lokal beserta wilayah belakangnya,
termasuk kebijakan-kebijakan tentang
kawasan andalan dan kawasan pengembangan
ekonomi terpadu.
Ilustrasi Task 5 :
RTRW Kabupaten/Kota
 Mengembangkan alternatif penataan spasial
yang terintegrasi menurut peruntukan pusat
pemerintahan dan jasa (lingkup pelayanan
nasional, regional, kota dan lokal; swasta),
perumahan formal (dan informal),
perdagangan, industri, RTH, serta fasilitas
pelayanan lainnya.
 Penentuan pusat kota dan wilayah
pelayanannya, penentuan kota-kota satelit di
sekitar pusat kota, penentuan lahan cadangan
pengembangan.
Ilustrasi Task 5 :
RRTR Kawasan
 Mengembangkan alternatif desain spasial
dengan citra/identitas tertentu, bisa
berdasarkan kondisi sosial-ekonomi-budaya
setempat (termasuk konservasi dan preservasi)
atau justru bercirikan unsur sub-sub kegiatan
yang diturunkan dari ciri kota global untuk
pertimbangan aspek pemasaran/ekonomi.
Prinsip-Prinsip Penggunaan
Lahan Terbaik
 Mendesain suatu kawasan sebagai suatu lingkungan penting
atau kawasan konservatif dalam hal klasifikasi lahan
memiliki 5 tujuan :
1. Memberikan arahan kepada pemilik lahan, pengembang, wakil rakyat,
dan lainnya tentang lahan-lahan spesifik tempat proses alami dan fitur
yang sensitif bagi aktivitas-aktivitas tertentu, serta merupakan subjek
bagi regulasi atau pembebasan.
2. Memberikan landasan legal dan politis untuk program perlindungan
kawasan, pembebasan, dan public action lainnya.
3. Menentukan prioritas dan perhatian terhadap fokus institusi serta
sumberdaya dari lokasi dimana persoalan-persoalan eksisting dan
potensial sering terjadi.
4. Menghilangkan subsidi bagi pembangunan di kawasan tersebut.
5. Menyediakan kerangka bagi resolusi persoalan yang mungkin terjadi.
Tahapan dalam mendelinesi kawasan konservasi :
1. Menentukan tujuan yang akan dilayani oleh kawasan
konservasi.
2. Untuk tiap tujuan penyediaan open space, prinsip lokasi dan
standar, termasuk spesifikasi dari guna lahan haruslah
konsisten dengan tujuan penyediaan openspace ini.
3. Memetakan kesesuaian lahan untuk mengakomodasikan tiap
peruntukkan open space dengan menganalisis sediaan
lahansesuai karakteristiknya seperti prinsip dan standar yang
digunakan dalam tahap 1.
4. Dimana blok peruntukan untuk kapling min. yang dibutuhkan
bagi kategori open space tertentu, memformulasikan ukuran
standar min (tetapi bukan luas lahan total yang dibutuhkan
karena konsep ini tidak diaplikasikan untuk seluruh
peruntukkan open space).
5. Menganalisis holding capacity dari kesesuaian lahan dengan
menentukan ukuran, bentuk, dan karakteristik lainnya yang
memungkinkan untuk menyediakan peruntukkan open space.
6. Mencoba-coba membuat alokasi peruntukkan open space
(mendesain open space system).
 Menentukan tujuan yang harus dilayani oleh Conservation Class :
1. Protection of property and people from natural environment hazards. Kawasan
tempat terjadinya banjir, longsor, gempa, pergeseran sempadan pantai, serta
bencana alam lainnya.
2. Protection of natural resources and environmental processes. Kawasan yang karena
ondisi alamnya rawan terhadap konstruksi, aktivitas penggunaan lahan perkotaan
atau pertanian, kehutanan, serta aktivitas penambangan.
3. Protection and management of natural resources for economic production. Lahan
pertanian yang subur, lahan penebangan kayu (hutan produksi), deposit mineral
(galian pasir/karikil dekat kawasan perkotaan bagi konstruksi industri), lahan
budidaya ikan dan kerang untuk kepentingan komersial serta industri olah raga
memancing serta kawasan serapan bagi air permukaan dan tanah dalam yang
digunakan bagi sediaan air publik.
4. Protection and enhancement of natural and cultural amenities. Fitur unik lansekap
seperti tebing, jurang, dan formasi geologis lainnya.
5. Protection and provision of outdoor recreation, education, or cultural facilities.
Lokasi yang sesuai bagi rekreasi active outdoor, trails (jalan kecil), tempat
kemping, fairground (gelanggang pekan raya), kebun binatang, padang golf, area
konser outdoor, serta kegiatan lain sejenisnya.
6. Shaping urban form. Greenbelts (jalur hijau), open space wedges (tempat
penggergajian) and corridors, buffers area (penyangga), plazas and commons
(ruang bersama), construction setback lines, dan open space lainnya untuk
memberikan citra bagi kota.

Anda mungkin juga menyukai