Untuk D Concert
Untuk D Concert
BAB I
PENDAHULUAN
limfositik kronik merupakan suatu penyakit autoimun dengan tampilan klinis khas
berupa pembesaran difus dari kelenjar tiroid yang diikuti dengan hipotiroidisme
Penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh Hakaru Hashimoto pada tahun
1912. Hashimoto menampilkan 4 orang pasien dengan kelainan tiroid kronis, yang
dia sebut dengan istilah struma limfomatosa, yang ditandai dengan infiltrasi
limfositik difus dengan sentral germinal, fibrosis, atrofi parenkim dan perubahan
eosinofilik pada beberapa sel folikuler tiroid. Istilah Tiroiditis Hashimoto sendiri
baru dikenal dan digunakan secara luas sejak tahun 1956 setelah Deborah
kelenjar tiroid.2
Tiroiditis Hashimoto merupakan kelainan tiroid yang paling tersebar luas dan
insidensi TH adalah 0,3 – 1,5 kasus per 1000 orang pertahun. Wanita yang lebih
2
tua lebih sering menderita kelainan ini dengan prevalensi laki-laki dan wanita
adalah 1 : 10.2
(KTP) merupakan keganasan tersering pada tiroid. Banyak penelitian yang telah
terjadinya KTP.3
Tiroiditis Hashimoto secara klinis kadang tidak menunjukkan gejala yang jelas,
terutama pada fase awal. Diagnosa dari TH dapat ditentukan dengan pemeriksaan
infiltrasi limfositik saja tidak dapat menegakkan diagnosa secara pasti TH tanpa
penyakit tiroid yang seperti pada kelainan TH ini karena resolusinya yang tinggi,
nyaman, tanpa radiasi, dapat dipergunakan secara luas dan biaya yang cukup
efektif. Modalitas pencitaran lain seperti Computed Tomography scan (CT scan)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat dilakukan dalam membantu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi
Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ endokrin yang terletak di regio coli di
bagian depan. Tiroid berasal dari istilah Yunani yaitu thyreoidos yang berarti
berbentuk seperti tameng. Kelenjar tiroid terdiri dari 2 lobus yaitu lobus kanan
Kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitelium farings. Evaginasi ini berjalan
turun dari dasar lidah ke daerah leher sampai akhirnya mencapai letak
superior ke inferior, dengan lebar sekitar 15-20 mm dan tebal sekitar 20-39 mm,
dengan berat sekitar 15-25 gram. Lobus kanan dan kiri dihubungkan oleh isthmus
tiroid yang terletak di anterior trakea. Pada kasus tertentu dapat dilihat adanya
lobus piramidalis, merupakan lobus kecil yang berlokasi di dekat garis tengah.
Ukuran tiroid ini dapat berubah dengan drastis sesuai dengan penyakit yang
menyertainya.
4
Tiroid dibungkus oleh kapsul yang terdiri dari jaringan fibrous tanpa disertai
gambaran lobulasi yang nyata. Lobus lateral tiroid terletak di sebelah medial dari
trakea dan laring, serta di sebelah lateral dari muskulus sternocleidomastoid. Pada
bagian anterior, tiroid dibungkus oleh fasia superfisial dan platisma, pada bagian
posterior dibungkus oleh struktur campuran yang berasal dari fascia servikalis
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber yaitu arteri karotis
superior kanan dan kiri serta arteri tiroidea superior yang berasal dari arteri karotis
eksterna yang memperdarahi bagian superior dan posterior kelenjar tiroid serta
arteri tiroidea inferior yang berasl dari trunkus tiroservikalis yang memperdarahi
bagian medial dan inferior tiroid. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior
5
yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena
tiroidea inferior.
Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada sel sel tubuh, dimana
hormon tiroid ini sangat penting dalam metabolisme lemak, hidrat arang dan
pertumbuhan serta maturasi yang normal. Pada pasien dengan kadar hormon tiroid
yang rendah akan mengalami gangguan pertumbuhan baik secara fisik maupun
mental.
dihasilkan akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam parenkim tiroid. Sebagian
besar T4 akan dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dan sebagian kecil lainnya
Dalam sirkulasi darah, T4 ini akan berikatan dengan Thyroid Binding Globulin
tiroid ini dipengaruhi oleh sebuah hormon bernama Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Berdasarakan mekanisme ini
maka sekresi kelenjar tiroid dapat disesuaikan dengan kondisi ataupun perubahan
2.3 Histologi
lingkaran yang disebut folikel tiroid. Setiap folikel berisi koloid yang terdiri dari
6
simpanan tersebut cukup untuk digunakan lebih dari tiga bulan tanpa adanya
Bentuk sel folikular yang gepeng dan lumen penuh berisi koloid menandakan
bahwa kelenjar inaktif. Sebaliknya, jika sel folikular berbentuk kuboid dan lumen
kosong maka kelenjar aktif. Selain itu, sel folikular memiliki inti yang bulat
dengan daerah basal yang kaya dengan retikulum endoplasma kasar dan apikal
(yang menghadap ke lumen), terdapat kompleks Golgi dan granul sekretorik berisi
koloid.10
2.4 Definisi
limfositik kronis merupakan sebuah kelainan autoimun organ spesifik tiroid yang
ditandai dengan adanya goiter difus dengan infiltrasi limfositik dimana antibodi
membentuk antibodi ini, walaupun ada kecenderungan bahwa kondisi ini mungkin
berakibat pada kegagalan kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid, yang
2.5 Epidemiologi
Amerika Utara. Insidens puncak dari TH terjadi pada dekade ketiga sampai
kelima dari kehidupan. Rasio kejadian antara wanita dan pria dari Tiroiditis
Hashimoto ini adalah 10-15 : 1 dan mengenai kurang lebih 2 % populasi dari
seluruh wanita.6,11
subklinis ditemukan pada 6-8 % wanita (10% pada usia lebih dari 60 tahun) dan
2.6 Etiologi
Walaupun sampai saat ini penyebab dari TH belum diketahui secara pasti, tapi
genetik, efek epigenetik dan berbagai pemicu dari lingkungan (seperti yodium,
infeksi).
genetik terhadap TH. Tingkat kesesuaian antara kembar monozigotik adalah 55%
menunjukkan beberapa lokus telah dikaitkan dengan TH, seperti HLA-DR, gen
regulator imun (CD40, CTLA-4, PTPN22, FOXP3 dan CD25) dan spesifik-tiroid
(reseptor thyroglobulin dan TSH). HLA-DR β1 Tyr26, Gln70, Lys71 dan Arg74
secara genetik suseptibel, faktor lingkungan seperti infeksi, faktor diet (yodium),
hormon atau langsung toksik terhadap sel tirosit, yodium dapat menginduksi
9
molekul tiroglobulin dan dapat juga melepaskan oksigen radikal bebas melalui
tepatnya mekanisme dari induksi yodium autoimun pada tiroid belum dapat
dijelaskan.
berikutnya pada tiroid. Akhir-akhir ini, telah diajukan bahwa infeksi virus dan
reseptor bawaan mungkin mempunyai peran dalam etiologi dari TH. Akan tetapi,
2.7 Patogenesis
Patogenesis dari TH ini melibatkan infiltrasi dari sel T dan sel B dari
kelenjar tiroid yang reaktif terhadap antigen tiroid. Sel B yang teraktivasi
sitotoksik secara luas bertanggung jawab terhadap kerusakan dari parenkim tiroid,
TH ini, yang mana termasuk diantaranya berupa aggregasi limfosit dengan sentral
10
dari ekspresi sel tiroid antigen-HLA dan aktivasi apoptosis sel tiroid oleh interkasi
Wiersinga dkk pada tahun 2014 menjelaskan tentang 5 tahapan dari Tiroiditis
Hashimoto.
11
Pada fase awal ini, seseorang akan memiliki predisposisi genetik dari TH,
tetapi mereka belum terpapar oleh pemicu yang penting sehingga akan memiliki
kadar hormon TSH, T4/T3 yang masih normal, tidak ada antibodi tiroid dan tidak
akan memiliki kelainan pada kelenjar tiroidnya. Dengan kata lain ini dapat disebut
juga tahap 0, karena tidak ada manifestasi dari penyakit TH pada fase ini.
Pada tahap awal dari TH ini, seseorang biasanya akan memiliki kadar
antibodi tiroid yang meningkat. Peningkatan level antibodi tiroid hingga sampai
Beberapa orang bisa saja tidak menunjukkan adanya antibodi tiroid pada
biopsi, perubahan pada kelenjar tiroid yang konsisten dengan tanda TH akan
terlihat.
terjadi dan perubahan level hormon tiroid dapat terdeteksi pada pemerikasaan
darah, pada tahap ini level TSH, T3 dan T4 bebas akan normal.
fase ini, kadar TSH mungkin akan sedikit meningkat pada pemeriksaan darah, dan
kadar T3/T4 bebas akan normal. Antibodi tiroid akan lebih tinggi pada tahap ini
meningkatkan inflamasi pada kelenjar tiroid. Akan tetapi pada beberapa pasien
Pada tahap ini, seseorang akan mulai mengalami kegagalan kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroidnya akan rusak sampai pada fase dimana penderita TH tidak akan
kadar T3/T4 bebas yang rendah. Antibodi tiroid akan lebih tinggi dibandingkan
tahap yang sebelumnya. Inilah tahapan yang paling sering dimana seseorang
didiagnosa menderita TH, sebagaimana pada fase ini seseorang akan memiliki
gejala tiroid yang signifikan. Pada tahap inilah seseorang akan membutuhkan
Sjogren, penyakit lupus, Multiple sclerosis, dan banyak kondisi autoimun yang
lainnya.
Hal ini merupakan perkembangan dari respon autoimun, sejalan dengan sistem
imunitas yang berlanjut menjadi tidak seimbang, dapat ditemui kelenjar hormon
lain dan jaringan tubuh lainnya juga diserang seperti pada usus halus terjadi
penyait Celiac, kelenjar air ludah dan air mata dengan penyakit Sjogren’s dan
2.9 Diagnosis
sitologi.
Diagnosis TH juga dibuat berdasarkan tanda-tanda dan gejala dan hasil dari
pemeriksaan darah yang mengkur kadar hormon tiroid dan TSH yang diproduksi
mendeteksi jumlah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan kelenjar
pituitari. Jika kelenjar tiroid kurang aktif, kadar dari hormon tiroid akan rendah.
Pada saat yang sama, kadar TSH akan meningkat karena kelenjar pituitari akan
tiroid peroksidase (antibodi TPo), sebuah enzim yang normalnya dijumpai pada
tiroid.
tinggi, nyaman, tanpa radiasi, penggunaan yang luas dan biaya yang efektif.
Selain itu biopsi aspirasi jarum halus (FNA) yang dituntun oleh USG juga
Modalitas pencitraan lain seperti CT scan dan MRI juga dapat digunakan
tiroid.5,15
dengan menggabungkan evaluasi secara USG dengan gejala klinis dan penilaian
pada awalnya, atau bisa juga ditemukan pembengkakan di leher depan (goiter).
turunnya kadar hormon tiroid di dalam darah. Tanda dan gejala umumnya terjadi
merupakan akibat dari kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme). Gejala
Kelelahan
Konstipasi
Wajah sembab
Rambut rontok
Pembesaran lidah
15
Kelemahan otot
Depresi
Kehilangan memori.
pembesaran yang lebih terlokalisir. Kapsul intak, dan kelenjar memiliki batas
limfosit kecil, sel-sel plasma dan sentra-sentra germinal yang berkembang dengan
baik.
Folikel-folikel tiroid atrofi dan dibatasi pada banyak area oleh sel-sel
disebut sel-sel Hurtle. Hal ini merupakan respon metaplastik dari epitel folikuler
kuboidal rendah yang normal terhadap proses trauma yang sedang berjalan.
menunjukkan adanya sel-sel Hurtle dalam populasi limfosit yang heterogen yang
merupakan karakteristik dari TH, jaringan ikat interstitial meningkat dan banyak
16
dijumpai. Varian fibrosa digambarkan oleh atrofi folikuler tiroid yang berat
(severe) serta fibrosis dengan densitas tinggi yang meyerupai keloid (”keloid
like”), pita yang kasar dari kolagen aseluler mencakup jaringan tiroid residual.
Fibrosis pada TH tidak meluas hingga diluar kapsul kelenjar. Parenkim tiroid
Gambar 2.4 A. Potongan permukaan dari lobus tiroid yang menunjukkan nodul
berbatas tegas pada lobus kanan dan kiri. B. Infiltrasi limfositik
dengan sentra germinal (HE x40), C. Folikel-folikel tiroid yang
mengandung koloid metaplasia sel-sel Hurtle (HE x100), D. Sel-sel
Hurtle dengan sitoplasma granular eosinofilik (HE 400x)
Dikutip dari Gayathri BN dkk18
Pemeriksaan USG adalah aman karena tidak menggunakan radiasi ionisasi dan
konvensional digunakan dalam evaluasi nodul pada tiroid dan selama biopsi
17
aspirasi jarum halus (FNAB). Tiroid dan nodul dapat diukur dengan akurat
yang rendah (45,2%) dalam diagnosa TH. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Tabur dkk yang menemukan spsesifisitas yang tinggi (90%) dan sensitifitas yang
spesifisitas USG tiroid sekitar 92,1% dan sensitifitas 87,2% dalam diagnosis
Gambaran USG yang khas pada TH difus sekarang cukup dikenali dengan
baik. Pada USG, kelenjar tiroid yang menderita TH khasnya akan memberikan
gambaran perubahan parenkim yang luas. Kelenjar tiroid umumnya akan tampak
membesar dan hipoekhoik dengan ekhostruktur yang heterogen dan septasi yang
43% dari pasien dengan dengan gambaran USG TH difus, termasuk dengan
hipotiroidisme.1,3, 20
18
Gambar 2.6 Kelenjar tiroid yang membesar merupakan gambaran khas pada
Tiroiditis Hashimoto dengan pola hipoekhoik tetapi heterogen
Dikutip dari Baskin H.J dkk5
parenkim tiroid yang disebabkan oleh perusakan dari struktur homogen normal
arsitektur ‘’ground glass” pada jaringan tiroid berujung pada pembentukan dari
pseudonodul yang bis banyak jumlahnya dan menyerupai sebuah gambaran ‘’bag
of marbles”. Pseudonodul ini tidak memiliki batas yang tegas. Pseudonodul ini
juga dapat hilang timbul, yang berarti gambaran ini dapat terlihat hari ini tapi bisa
Gambaran USG yang lain yang telah dilaporkan memiliki angka diagnostik
prediktif postif hingga 95%. Mikronodul ini dilaporkan berukuran berkisar antara
1-7 mm. Nodul ini hipoekhoik sebagai akibat dari infiltrasi limfosit dan memiliki
A B
Gambar 2.9 Tiroiditis Hashimoto : Mikronodularitas A. USG potongan transversal,
dan B. potongan longitudinal, gambaran dari lobus kiri tiroid
menunjukkan nodul kecil multipel yang merupakan infiltrasi limfosit
dari parenkim tiroid.
Dikutip dari Rumack dkk 21
Temuan lain yang juga sering pada USG tiroid adalah gambaran lesi kistik
kecil yang bisa digambarkan sebagai gambaran “swiss cheese” pada parenkim
kelenjar tiroid. Lesi kistik difus ini biasanya berukuran 2-3 mm.5
Gambar 2.10 “Swiss cheese” ; Lesi kistik kecil multipel difus menyebar di sepanjang
parenkim tiroid yang terlihat normal menggambarkan fase awal dari
Tiroiditis Hashimoto
Dikutip dari Baskin H.J dkk5
Karakter lainnya dari tampilan TH pada USG adalah untaian garis yang
ekhogenik, atau septa. Untaian-untaian garis ini dideskripsikan sebagai septa tipis
Fibrosis ini juga bisa terjadi di dalam pseudonodul, mengubah gambaran dari
Gambar 2.11 USG lobus kiri tiroid dari pasien dengan TH. Fibrosis telah
berkembang dengan bentuk menyerupai lembaran-lembaran dengan
lapisan jaringan ikat melintasi parenkim tiroid yang hipoekhoik.
Dikutip dari Baskin H.J dkk5
Sebagai tambahan dari bentuk difus TH ini, dapat juga terbentuk nodul
yang tampak normal secara USG. Bentuk kedua dari TH juga dikenal sebagai TH
dari TH. Sebagian peneliti lainnya berpikir bahwa itu merupakan bentuk klinis
lainnya dari TH. Penelitian terakhir belum dapat membuktikan teori yang mana
diantara kedua ini yang paling benar. Akan tetapi penelitian terakhir menunjukkan
bahwa insidensi hipotiroidisme lebih rendah pada pasien dengan nodular TH saja
(tanpa ada bukti USG adanya tiroiditis difus) dibandingkan dengan pada pasien
bahwa TH nodular saja secara klinis lebih ringan dibandingkan dengan TH yang
difus.
difus dan pada yang tidak difus, TH nodular yang disertai dengan TH difus
tampaknya memiliki gambaran yang lebih solid, lebih hiperekhoik, memiliki halo
yang tipis, sedikit kalsifikasi, dan tampil sebagai sebuah nodul soliter. Sementara
di sisi lain, TH nodular tanpa adanya TH difus tampaknya lebih memiliki elemen
Gambar 2.13 USG potongan longitudinal pada pasien Tiroiditis Hashimoto, wanita
usia 63 tahun menunjukkan nodul solid hipoekhoik sedikit inhomogen
batas tegas (kursor). Latar belakang parenkim tampak normal.
Dikutip dari Anderson dkk 1
Gambar 2.14 Wanita 37 tahun dengan Tiroiditis Hashimoto nodular. USG potongan
transversal menunjukkan nodul solid hiperekhoik homogen batas
tegas (kursor) dengan halo hipoekhoik. Latar belakang parenkim
tampak mikronodular.
Dikutip dari Anderson dkk 1
dijumpainya pembesaran kelenjar getah bening (KGB). Hal ini bisa dijumpai
bilateral maupun unilateral; biasa pada bagian sentral maupun bagan lateral dari
KGB normal dengan rasio pendek/panjang < 0,7. Pembesaran KGB yang
USG.5
Ketika gambaran USG dari nodul jinak dan ganas pada TH difus
pada nodul jinak dan ganas apada pasien tanpa TH difus. Nodul jinak pada TH
tampak lebih hiperekhoik, memiliki halo tipis dan reguler, dan kurang kalsifikasi.
Nodul ganas pada pasien dengan TH difus tampaknya lebih isoekhoik ataupun
Gambar 2.19 Wanita 55 tahun dengan Tiroiditis Hashimoto dan KTP. USG
potongan longitudinal dari lobus kiri tiroid menunjukkan nodul solid
hipoekhoik (kursor) dengan area kalsifikasi internal (tanda panah)
Dikutip dari Anderson dkk22
Gambar 2.20 Wanita 45 tahun dengan Tiroiditis Hashimoto dan KTP. USG
potongan longitudinal dari lobus kiri tiroid menunjukkan nodul solid
hipoekhoik (kursor) dengan mikrokalsifikasi internal
Dikutip dari Anderson dkk22
Gambar 2.22 Limfoma pada Tiroiditis Hashimoto. USG potongan transversal dari
lobus kiri tiroid menunjukkan pembesaran difus hipoekhoik yang
disebabkan oleh limfoma pada kelenjar tiroid dengan TH.
Dikutip dari Rumack 21
tiroid memiliki konsentrasi yodium yang sangat tinggi, yang berakibat pada
ditentukan dengan pembesaran kelenjar yang difus dan kelenjar tiroid yang
oleh kerusakan sel folikuler dan penurunan dari konsentrasi yodium. Penyangatan
homogen yang nyata biasanya terlihat. Penyangatan homogen yang moderat pada
kasus tiroiditis menyokong suatu proses inflamasi yang luas. Temuan CT scan ini
sangat penting untuk dibandingkan dengan pemeriksaan fungsi tiroid dan antibodi
serum.23
28
Gambar 2.23 Laki-laki , 19 tahun yang dengan goiter moltinodular dan TH. a,b
potongan sagital USG greyscale dan colour doppler dari leher
memperlihatkan pembesaran kelenjar tiroid lobus kiri yang
hipoekhoik dengan nodul-nodul regeneratif kecil hiperekhoik dan
hipervaskularisasi yang jelas (tanda panah putih). c,d gambaran CT
scan potongan aksial dari leher menunjukkan sebuah pembesaran
kelenjar tiroid dimana kiri lebih besar dari kanan dan penyempitan
trakea.
Dikutip dari Saeedan MB dkk23
Gambar 2.24 Wanita, 33 tahun dengan keluhan pembengkakan leher dan nyeri
kemudian didiagnosa dengan TH a. CT scan kontras potongan
aksial dari leher menunjukkan sebuah pembesaran minimal
kelenjar tiroid, terutama istmus (tanda panah putih). B. potongan
transversal USG greyscale dari leher memperlihatkan pembesaran
kelenjar tiroid lobus inhomogen dan penebalan dari istmus
(ukuran 8,6 mm.)
Dikutip dari Saeedan MB dkk 23
Tidak banyak penelitian yang menjelaskan tentang gambaran spesifik dari MRI
pada penyakit TH. Sebuah penelitian dilakukan oleh Takashima dkk (1995) untuk
menilai kegunaan klinis dari pemeriksaan MRI pada kelenjar tiroid pada penderita
29
histopatologis dan tes fungsi tiroid. Penelitian ini menemukan bahwa intensitas
sinyal pada pasien dengan TH secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada
pasien kontrol yang normal pada semua sekuens akan tetapi lebih kecil
terdapat kenaikan intensitas sinyal yang signifikan pada sekuens T1, T2 dan
menggambarkan hasil dari tes fungsi tiroid dan temuan histopatologis. Rasio dari
meningkat pada kenaikan titer serum TSH dan atrofi folikel serta juga dengan
penurunan level antibodi anti-tiroglobulin dan infiltrasi dari limfosit. Akan tetapi
semua hubungan antara gambaran intensitas sinyal pada MRI dan histopatologi
a b c
Gambar 2.25 Wanita umur 53 tahun dengan TH, pembesaran homogen kelenjar
tiroid tergambar pada (a) potongan axial T1WI, (b) Proton-density
WI, dan (c) T2 WI. Kursor melingkar pada gambar (a)
menunjukkan posisi dari ROI untuk mengukur intensitas sinyal
pada kelenjar tiroid. Rasio intensitas sinyal adalah 1,33 pada T1-
WI, 1,33 pada proton density-WI dan 3,52 pada T2-WI.
Dikutip dari Takashima S dkk 24
30
a b c
Gambar 2.26 Wanita, 53 tahun dengan TH dan Limfoma tiroid primer, (a)
potongan axial T1WI, limfoma tiroid tidak dapat dibedakan dengan
TH (b) axial Proton-density WI, (c) axial T2 WI. Tumor (tanda
panah) adalah daerah dengan sinyal yang hiperintens homoge. Rasio
intensitas sinyal limfoma adalah 1,22 pada T1-WI, 1,74 pada proton
density-WI dan 4,46 pada T2 WI.
Dikutip dari Takashima S dkk 24
Pada fase awal dari TH, fungsi tiroid masih normal. Hal ini disebabkan karena
pada awalnya sedikit penurunan dari hormon tiroid pada sirkulasi ditangkap oleh
sensor pada kelenjar pituitari, dan sebagai kompensasi terjadi peningkatan sekresi
tiroid. Folikel dari tiroid pada beberapa contoh, menunjukkan berbagai respon
31
yang berbeda terhadap stimulasi kronik dari TSH, yang mengakibatkan proliferasi
yang tidak sempurna dari folikel-folikel ini. Fenomena ini pada skan tiroid
terhadap TSH) dan daerah dengan penurunan aktifitas (folikel yang tidak
Uptake (RAIU) dapat tetap meningkat akibat dari stimulasi dari TSH. Sejalan
dengan perubahan parenkim tiroid yang digantikan oleh jaringan fibrosa, pada
akhirnya kadar serum tiroid akan menurun sebagai akibat dari kegagalan kelenjar
merespon peningkatan kadar TSH, dan hipoiroidisme yang nyata akan terjadi,
sepanjang tiroid.25
Gambar 2.26 Fase Awal Tiroiditis Hashimoto pada wanita umur 42 tahun, yang
datang dengan goiter dan juga kekerasan pada tiroid kanan. Nilai
laboratorium sbb : T4 = 7,6 µg/dl, T3 = 11 ng/dl, dan TSH = 5,5
µIU/mL. RAIU 24 jam sedikit meningkat pada 39%. Sintigram
anterior menunjukkan pembesaran tiroid dengan peningkatan luas
ambilan radiotracer, temuan yang sama pada goiter toksik.
Perhatikan penurunan aktifitas pada latar yang ditunjukkan dengan
konsentrasi yang rendah dari radiotracer pada kelenjar saliva
(panah tipis). Area fotopenic (panah tebal) mewakili marker sternal
dingin.
Dikutip dari Intenzo C dkk 25
32
Gambar 2.27 Tiroiditis Hashimoto dengan tampilan goiter multinodular pada pria
umur 51 tahun, yang datang dengan nodul multipel yang teraba.
Nilai laboratorium sbb : FT4 = 0,7 ng/dl, T3 = 95 ng/dl, dan TSH =
6,1 µIU/mL. RAIU 24 jam adalah 40%. Sintigram anterior
menunjukkan pembesaran tiroid dengan nodul baik yang dingin
(panah tipis) dan juga “panas” (panah tebal).
Dikutip dari Intenzo C dkk 25
Tiroiditis sunyi, yang juga dikenal sebagai tiroiditis tanpa nyeri ataupun
sementara yang diikuti oleh hipotiroidisme sementara. Sindroma ini pada awalnya
digambarkan sebagai bentuk tidak nyeri dari tiroiditis subakut, sebuah kelainan
peningkatan kadar antibodi TPo dan antibodi Tg. Analisa histopatologi dari
tiroiditis sunyi ini memperlihatkan infiltrasi limfosit pada folikel tiroid, yang
Gambar 2.28 Silent Thyroiditis : kelenjar tiroid yang inhomogen dengan area
hipoekhogenik batas tidak jelas, dan tepi yag sedikit lobular.
Dikutip dari Yamashiro dkk 26
Quervain) adalah penyakit inflamasi terbatas pada kelenjar tiroid yang sering
terjadi akibat infeksi virus. Insidensi penyakit ini jarang dan mewakili sekitar 0,16
sampai 0,36% dari seluruh kelainan pada kelenjar tiroid. Penyakit ini terjadi
umumnya pada wanita dalam dekade kedua sampai kelima dari kehidupan.
Wanita lima kali lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan pada pria.
daerah tiroid. Nyeri akan kambuh dengan menggelengkan kepala ataupun pada
saat menelan, dan nyeri dapat menjalar ke rahang, telinga maupun dada.
Pada fase awal dari penyakit ini, gambaran USG menunjukkan daerah
hipoekhoik dengan batas yang tidak tegas dan ireguler, terutama di daerah
daerah sentral dari kelenjar tiroid. Vaskularisasi pada fase awal mungkin tampak
berkurang.24-28
34
LLobus kanan
A B
Gambar 2.31 Tiroiditis De Quervain : A. USG potongan longitudinal menunjukkan
daerah hipoekhoik dengan batas tidak jelas (panah).
B. Daerah tersebut kembali tampak normal pada pemeriksaan follow-
up 4 minggu kemudian setelah terapi medis.
Dikutip dari Yamashiro dkk 26
35
Penyakit Graves’ merupakan kelainan difus umum pada kelenjar tiroid dan
yang lebih inhomogen dibandingkan pada goiter difus yang pada dasarnya akibat
khususnya pada pasien yang lebih muda, parenkim akan tampak lebih hipoekhoik
yang luas akibat dari infiltrasi limfosit atau karena sebagian besar kandungan
selular pada parenkim, yang mana akan hampir menjadi substansi koloid.
spektral Doppler akan selalu menunjukkan Peak systolic velocity (PSV) melebihi
70 cm/sec yang merupakan kecepatan yang paling tinggi pada kelainan tiroid.
Tidak ada hubungan antara derajat hiperfungsi kelenjar tiroid dari pemeriksaan
A B
Gambar 2.32 Penyakit Graves : A. USG potongan transversal tiroid tampak
pembesaran difus yang nyata dari kedua lobus dan isthmus.
Kelenjar tampak hipoekhoik yang luas. B. USG color doppler
potongan transversal lobus kiri, tampak vaskularitas yang
meningkat, indikasi fase akut dari proses penyakit Graves.
Dikutip dari Rumack dkk 21
36
Pengobatan dari TH bisa terdiri dari observasi dari dan penggunaan obat-
obatan. Jika dalam observasi tidak terlihat adanya bukti kekurangan hormon
tiroid, dan fungsi tiroid masih dalam batas normal, maka akan dipergunakan
pengganti dari hormon tiroid. Biasanya ini akan menggunakan hormon sintetik
Hormon sintetik levotiroksin ini identik dengan hormon tiroksin, versi alami
dari hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Pengobatan oral hormon ini
akan mengembalikan kadar hormon yang cukup adekuat dan bisa mengembalikan
berlangsung selama seumur hidup pada pasien TH. Dosis terapi hormon akan
BAB III
RINGKASAN
endemik goiter. Tiroiditis Hashimoto mengenai sampai dengan 10-15 kali lebih
tinggi pada wanita dibandingkan pada pria dan mengenai kurang lebih 2% dari
populasi wanita. Puncak kejadian TH ini terjadi pada dekade 3 sampai 5 dari
kejadian TH ini.
Secara klinis tampilan dari TH ini bisa muncul sebagai goiter keras yang tanpa
terjadinya TH ini masih belum dapat ditentukan secara pasti, namun diduga TH
berkembang pada individu yang memiliki faktor predisposisi genetik yang dipicu
Patogenesis dari Tiroiditis Hashimoto ini melibatkan infiltrasi dari sel T dan
sel B dari kelenjar tiroid yang reaktif terhadap antigen tiroid yang bertanggung
jawab terhadap kerusakan dari parenkim tiroid secara luas, yang pada akhirnya
menjadi hipotiroidisme.
rendah, kadar hormon TSH yang tinggi, dan ditemukannya autoantibodi Tg dan
TPo.
serologis. Metode paling akurat dalam mendiagnosa TH ini tetaplah biopsi dengan
pemerikasaan histopatologis.
luas dengan ekhostruktur yang inhomogen dan hipoekhoik, mikronodul dan nodul
soliter pada parenkim tiroid. Pada pemeriksaan USG color Doppler parenkim
Graves’.
DAFTAR PUSTAKA
Springer; 2011
8. https://www.britannica.com/science/thyroid-gland
Clinical Practice Guidelines. 2nd Ed. Boca Raton. FL. Taylor and Francis
10. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology 12th ed. Singapore: Mc.Graw
11. Staii A et al. Hashimoto thyroiditis is more frequent than expected when
http://www.thyroidresearchjournal.com/content/3/2/11
thyroiditis)http://cursoenarm.net/UPTODATE/contents/mobipreview.htm?
1/59/1969/contributor-disclosure
20. Zhou H et.al . A Modified Thyroid Imaging Reporting and Data System
www.nature.com/scientificreports. 6:26410
18:741-46
40(2): 75-79.