Anda di halaman 1dari 55

KERANGKA ACUAN KERJA

TAHUN ANGGARAN 2020

Kementrian Negara / Lembaga : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Unit Eselon I / II : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Program : Pengelolaan Sumber Daya Air

Hasil (Outcome) : Meningkatnya Kinerja Pengelolaan Sumber Daya


Air
Kegiatan : Pengelolaan Bendungan, Embung, dan
Bangunan Penampung Air Lainnya
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah dokumen rencana teknis untuk konstruksi
bendungan, embung, dan bangunan penampung
air lainnya
Keluaran (Output) : Rencana teknis untuk konstruksi bendungan,
embung, dan bangunan penampung air lainnya
Jenis Pekerjaan : Penyusunan Dokumen Lingkungan dan LARAP
Pembangunan Bendungan Merangin di Kab.
Merangin
Volume : 1
Satuan Ukur : Dokumen

1. LATAR BELAKANG
Kabupaten Merangin memiliki potensi air permukaan yang cukup melimpah. Kondisi ini dicerminkan
oleh sebagian besar sungai-sungai yang ada disepanjang tahun dapat dikatakan tidak mengalami
kekeringan, sehingga potensi air permukaan sangat besar. Disamping potensi sungai yang sangat
besar, dibeberapa wilayah kondisi air sungai dan air permukaan banyak terjadi overland flow. Maka
banyak dibeberapa wilayah sering dijumpai terjadinya banjir dan genangan. Sungai Batang
Merangin mengalirkan air yang dapat diandalkan sepanjang tahunnya. Dengan kondisi demikian,
ada potensi untuk dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dengan perkiraan kapasitas daya ±
100 MW.

Salah satu pendekatan dalam pemecahan masalah ini yaitu perlu dibuat suatu bangunan
penampung air berupa bangunan air bendungan. Bendungan tidak hanya digunakan sebagai
tampungan air pada saat musim hujan tetapi dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan lainnya.
Sehingga dalam tahap perencanaannya perlu dilakukan perencanaan yang seksama sehingga di
dapat manfaat yang optimal.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pada Tahun Anggaran 2020, Balai Wilayah Sungai Sumatera VI
telah melaksanakan pekerjaan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan LARAP Pembangunan
Bendungan Merangin di Kabupaten Merangin, dimana tujuannya adalah mengkaji perencanaan

1
bendungan dalam menampung air yang pada musim kemarau bisa dimanfaatkan untuk mensuplai
air dengan berbagai kebutuhan sehingga dapat mewujudkan ketahanan air, pangan dan energi. Di
samping itu, tujuan utama pembangunan bendungan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk mengendalikan banjir, pembangkit tenaga listrik, melestarikan tanah, serta dapat
dimanfaatkan untuk air baku dan air minum, air baku untuk irigasi dan lain-lain.

Studi kelayakan merupakan tahap yang sangat penting untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu daerah aliran sungai dikembangkan ditinjau dari segi teknis, ekonomis dan lingkungan. Dalam
beberapa kasus berdasarkan prioritas pengembangannya, sebelum dilakukan studi kelayakan juga
perlu dilakukan prastudi kelayakan. Pada dasarnya kedua jenis studi ini mempunyai objek
penyelidikan dan urutan pelaksanaan yang sama. Perbedaannya adalah dalam hal bobot
penyelidikan dan segi penilaiannya.

Manfaat Bendungan Merangin :


a. Mensuplai air baku untuk Kabupaten Merangin dan sekitarnya sebesar 2 m3/dt;
b. Mengairi areal irigasi untuk areal dengan luas 12.000 ha;
c. Potensi PLTA sebesar ± 100 MW.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari pekerjaan ini adalah menyiapkan Dokumen Lingkungan dan LARAP Bendungan
Merangin.
Adapun tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memperoleh Dokumen Lingkungan dan LARAP
Bendungan Merangin.

3. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan LARAP Pembangunan Bendungan
Merangin di Kabupaten Merangin yaitu :
1. Untuk menunjang ketahanan energy
2. Untuk menunjang ketahanan air
3. Untuk menunjang ketahanan pangan
4. Pengendalian banjir di Provinsi Jambi

4. LOKASI KEGIATAN
Secara administrasi lokasi kegiatan dilaksanakan di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten
Merangin

2
Gambar 1. Peta Kabupaten Merangin

5. SUMBER PENDANAAN
Sumber dana untuk pekerjaan ini adalah dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Tahun Anggaran 2020 sebesar Rp. 3.465.000.000,- (Tiga milyar empat ratus enam puluh lima juta
rupiah).

6. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


PK. Perencanaan dan Program Balai Wilayah Sungai Sumatera VI Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

7. DATA DASAR
a. Data Hidrologi, Klimatologi Dan Tinggi Muka Air
b. Peta-Peta RTRW, RUTR, Peta Jaringan, RBI
c. Peta Geologi Permukaan
d. Data Demografi (Kependudukan) dan Sosial Ekonomi
e. Data Wilayah Administrasi
f. Peta Lokasi Bendungan
g. Laporan Studi Terdahulu

8. STANDAR TEKNIS
a. SNI 06-1416-1989 tentang Cara pengambilan contoh air.

3
b. SNI 03-6870-2002 tentang Cara uji kelulusan air di laboratorium untuk tanah berbutir halus
dengan tinggi tekan menurun.
c. SNI 06-2412-1991 tentang Metode pengambilan contoh uji kualitas air.
d. SNI 03-6802-2002 tentang Tata cara penyelidikan dan pengambilan contoh uji tanah dan
batuan untuk keperluan teknik.
e. SNI 19-7119.6-2005 tentang Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas
udara ambien.
f. Petunjuk Teknis tentang Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (SPI 306)
g. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi ,
Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
h. Dan Standar Teknis lain yang berhubungan dengan Rencana Kerja Pengadaan Tanah dan
Pemukiman Kembali (RK-PTPK).
i. Standar teknis lain yang diperlukan untuk mengenai perencanaan Bendungan

9. STUDI STUDI TERDAHULU


a. FS Bendungan di Kabupaten Merangin (2017);
b. Detail Desain Bendungan Merangin Kab. Merangin (2018)
c. Investigasi Geologi Tambahan dan Model Test Bendungan Merangin Kab. Merangin (2019)

10. REFERENSI HUKUM


a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
27/PRT/M/2015 Tentang Bendungan.
c. Undang-undang RI No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
d. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
e. Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2012, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 tahun 2015 tentang
Bendungan;
g. Peraturan presiden No.71 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum beserta perubahannya
h. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.38 Tahun 2019 Tentang Jenis Rencana
Usaha dan / atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
i. Peraturan Perundangan dan Standar Lainnya yang Berlaku.
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.07/PRT/M/2019 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Kontruksi Melalui Penyedia.

4
11. LINGKUP KEGIATAN
A. Pekerjaan Persiapan
1. Pengumpulan data teknis/data Sekunder yang berkaitan dengan kebutuhan Studi LARAP
Bendungan Merangin di Kab. Merangin,
2. Kajian Studi Terdahulu
3. Survey pendahuluan
4. Penyusunan Rencana Kerja
B. Kegiatan Survey Lapangan
1. Penyusunan Rencana Survey Dan Pemetaan Yang Terkena Dampak
2. Survey Pendataan Luas Bidang Pada Peta
3. Survey dan Pemetaan Kadastral
4. Survey Sosial Ekonomi
5. Survey Inventarisasi Aset
6. Survey Status Kepemilikan dan Kelayakan Harga
7. Kegiatan survey dan analisa data komponen lingkungan meliputi pengambilan sampel
rona lingkungan awal secara umum di lokasi rencana rencana kegiatan yang mencakup :
• Pengambilan sampel dan analisa kualitas air
• Pengambilan sampel sedimen
• Pengambilan sampel tanah
• Pengambilan sampel dan analisa kualitas udara
• Pengukuran dan analisa tingkat kebisingan
• Survey komponen biologi seperti vegetasi, fauna, keberadaan spesies langka atau
endemik.
C. Kegiatan Pengolahan Analisa Data
1. Analisa Data Sekunder Pada Peta
2. Analisa Hasil Survey Dan Pemetaan Topografi
3. Analisa Sosial Ekonomi
4. Analisa Pendataan Aset
5. Analisa Status Kepemilikan dan Kelayakan Harga
6. Penggambaran Peta Bidang
D. Kegiatan Penyusunan Kebijakan LARAP
1. Penyusunan RAB Pembebasan Lahan dan Relokasi
2. Penyusunan Rekomendasi
3. Penyusunan Kebijakan Rencana Pengadaan Tanah Termasuk Rencana Relokasi
E. Penggambaran
a. Peta Ikhtisar skala 1 : 20.000
b. Peta Situasi skala 1 : 2.000
c. Peta Kepemilikan Lahan skala 1 : 2.000
d. Peta rincik Lahan skala 1 : 2.000
F. Dokumen Studi
G. Asistensi dan Diskusi

5
H. Pertemuan Konsultansi Masyarakat (PKM)

12. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan
LARAP Pembangunan Bendungan Merangin di Kabupaten Merangin adalah tersedianya data
dasar berupa kajian evaluasi kelayakan terhadap rencana pembangunan bendungan beserta
analisis pendukung yang dituangkan kedalam dokumen studi.

13. PERALATAN, MATERIAL, PERSONIL DAN FASILITAS DARI PPK


a. Laporan dan data studi terkait yang ada di wilayah ini pada tahun sebelumnya.
b. Staf Pengawas dan pendamping, untuk memperlancar kegiatan studi Balai Wilayah Sungai
Sumatera VI akan mengangkat seorang pengawas/pendamping yang berpengalaman dari
petugas Balai Wilayah Sungai Sumatera VI

14. PERALATAN DAN MATERIAL DARI PENYEDIA JASA KONSULTANSI


Untuk kelancaran kegiatan ini penyedia jasa wajib menyediakan fasilitas penunjang seperti
mobil, sepeda motor dan selutu peralatan sebagaimana dituntut dalam KAK ini.

15. LINGKUP KEWENANGAN PENYEDIA JASA


a. Sewaktu-waktu penyedia dapat diminta oleh pemilik pekerjaan untuk mengadakan diskusi
atau memberikan penjelasan tentang hasil pekerjaan.
b. Penyedia harus menunjuk wakilnya yang sewaktu-waktu bisa dihubungi dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan dan mempunyai kuasa untuk bertindak atau mengambil keputusan
atas nama penyedia.
c. Penyedia diminta menyerahkan foto dokumentasi saat pelaksanaan di lapangan maupun
kegiatan kantor.

16. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATAN


Masa pekerjaan maksimal 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender, terhitung mulai tanggal
ditetapkan dalam SPMK.

6
17. PERSONIL
a. Profesional Staf
KUALIFIKASI JUMLAH
ORANG
NO. POSISI
PENDIDIKAN KEAHLIAN PENGALAMAN BULAN
(OB)
1 Ketua Tim / Minimal Sarjana Memiliki sertifikat ✓ Berpengalaman *)
Team Leader Teknik Sipil (S1) atau keahlian Ahli kerja 9 tahun untuk
Sarjana S-2 Teknik Sumber Daya Air (S1) atau minimal 5
Sipil/Pengairan, (SDA madya yang tahun (S2) dengan
lulusan Perguruan dikeluarkan oleh pengalaman
Tinggi Negeri atau LPJK. minimal 6 tahun
Perguruan Tinggi bidang manegirial,
Swasta yang telah perencangan,
terakreditasi perencanaan
supervisi konstruksi
dari Pekerjaan yang
berhubungan
dengan pekerjaan
embung dan
bendungan.
2 Ahli Minimal Sarjana S-1 ✓ Berpengalaman *)
Lingkungan Jurusan Teknik kerja 7 tahun untuk
Lingkungan, lulusan (S1) di bidang
Perguruan Tinggi AMDAL untuk
Negeri atau perencanaan dan
Perguruan Tinggi pelaksanaan
Swasta yang telah embung serta
terakreditasi bendungan, serta
didukung referensi
dari pengguna jasa.
3 Ahli Geodesi Minimal Sarjana S-1 Memiliki Sertifikat ✓ Berpengalaman *)
Geodesi/Geologi, Keahlian Ahli kerja 7 tahun untuk
lulusan Perguruan Geodesi Muda (S1) di bidang
Tinggi Negeri atau yang dikeluarkan Geodesi untuk
Perguruan Tinggi oleh LPJK. perencanaan dan
Swasta yang telah pelaksanaan
terakreditasi embung serta
bendungan, serta
didukung referensi
dari pengguna jasa.
4 Ahli Sosial Minimal Sarjana (S1) ✓ Berpengalaman *)
Ekonomi Jurusan kerja 7 tahun untuk
Budaya Sosial/Ekonomi, (S1) di bidang
lulusan Perguruan sosial ekonomi dan
Tinggi Negeri atau budaya untuk
Perguruan Tinggi perencanaan dan
Swasta yang telah pelaksanaan
terakreditasi pembangunan
embung atau
bendungan dan
didukung referensi

7
dari pengguna jasa
✓ Berpengalaman
dalam pelaksanaan
pekerjaan di
bidang sosial
ekonomi sub
bidang estimasi
ganti rugi tanaman
dan rumah
penduduk serta
bangunan-
bangunan penting
yang terkena
genangan
bendungan,
dampak sosial
yang terjadi, dsb.
5 Ahli Penilai Minimal Sarjana S-1 Sertifikasi Penilai ✓ Berpengalaman *)
Ekonomi, lulusan MAPPI tingkat kerja 7 tahun untuk
Perguruan Tinggi Penilai Pratama (S1) di bidang
Negeri atau analisis nilai tanah
Perguruan Tinggi untuk perencanaan
Swasta yang telah dan pelaksanaan
terakreditasi pembangunan
embung atau
bendungan dan
didukung referensi
dari pengguna jasa

Jumlah tenaga dan lama penugasan tenaga pendukung tersebut disesuaikan dengan kebutuhan

8
b. Uraian Tugas Tenaga Ahli
NO TENAGA AHLI TUGAS
1 Ketua Tim / Team - Melakukan persiapan administrasi kantor dan lapangan;
Leader - Melaksanakan Expose Pendahuluan, Interim dan Draft Final;
- Mengarahkan jalannya keseluruhan kegiatan mulai dari awal hingga
akhir penyelesaian kegiatan;
- Melakukan interpretasi system planning terdahulu terhadap rencana
kegiatan;
- Melakukan evaluasi kemajuan pekerjaan secara berkala;
- Melakukan koordinasi, diskusi dengan Tim, Direksi Pekerjaan serta
pihak intitusi/instansi/lembaga terkait lainnya;
- Mengendalikan jalannya Inventarisasi lapangan, pengumpulan data,
peta dan pengadaan peta digital;
- Mengendalikan pelaksanaan kegiatan Pertemuan Konsultasi
Masyarakat (PKM);
- Mengoreksi hasil Analisa dan Pra Desain bendungan di lokasi studi;
- Mengarahkan penyusunan laporan hasil studi;
- Bertanggung jawab terhadap mutu pekerjaan dan waktu
pelaksanaan sesuai Kontrak dan RMK;
- Bertanggung jawab terhadap pengajuan progress report (termijn)
pekerjaan;
- Bertanggung jawab atas dokumen laporan produk perencanaan
yang diserahkan baik secara kualitas maupun kuantitas;
- Bertanggung jawab langsung kepada PPK Perencanaan dan
Program BWSS VI terhadap pengendalian waktu, mutu pekerjaan
dan waktu penugasan;
2 Ahli Lingkungan - Melakukan survei dan menganalisis data lingkungan yang terkait
dengan bidang fisik, kimia, biologi dan kesehatan masyarakat di
wilayah studi yang terkena dampak positif maupun negative;
- Mengidentifikasi, memprakirakan dan mengevaluasi dampak yang
mungkin timbul dari rencana kegiatan;
- Melakukan analisa pengelolaan lingkungan termasuk jenis flora dan
fauna yang ada di daerah tersebut yang harus dijaga kelestariannya;
- Menyusun laporan terkait kajian mengenai dampak lingkungan;
- Membantu team leader dalam menarik kesimpulan apakah rencana
kegiatan layak dilihat dari aspek lingkungan;
- Mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya kepada Team
Leader.
3 Ahli Geodesi - Menyiapkan rencana detail kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan

9
geodesi;
- Mengarahkan tim pengukuran di lapangan;
- Membuat peta situasi;
- Menghitung dan menyusun hasil perhitungan serta laporan
Topografi;
- Mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya kepada Ketua Tim.
4 Ahli Sosial Ekonomi - Menyiapkan rencana detail kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan
Budaya social ekonomi;
- Mempelajari laporan terhadulu;
- Mengumpulkan data-data social ekonomi di sekitar lokasi pekerjaan;
- Menentukan dan melakukan survey serta wawancara dengan
penduduk setempat;
- Melakukan Analisa-analisa perhitungan kelayakan mengenai
pekerjaan yang dilakukan;
- Membantu team leader melaksanakan kegiatan Pertemuan
Konsultasi Masyarakat (PKM);
- Membuat laporan Sosial Ekonomi.
- Mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya kepada Team
Leader.
5 Ahli Penilai - Tenaga ahli ini bertanggungjawab dalam pelaksanaan pekerjaan dari
mulai tahap persiapan sampai pekerjaan selesai dan diterima dengan
baik oleh pemberi pekerjaan
- Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dibawah koordinasi ketua
tim guna menciptakan suasana kerja yang harmonis dan efektif
- Membantu team leader dalam penyusunan laporan untuk setiap
tahap kegiatan
- Melakukan koordinasi dan asistensi dengan pemberi pekerjaan
sesuai dengan bidang keahliannya
- Membuat daftar data primer dan sekunder yang diperlukan
- Mengidentifikasi dan menganalisa kondisi lokasi LARAP
- Mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya kepada Team
Leader.

c. Staf Pendukung
• Surveyor
• Surveyor Topografis
• Surveyor Sosial Ekonomi Budaya
• Surveyor Lingkungan
• Pembantu Lapangan
• Operator Komputer

10
• Pembantu Umum
• Juru Gambar
• Sopir

d. JADWAL TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Penyedia jasa wajib menyediakan jadwal tahapan kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan
dan LARAP Pembangunan Bendungan Merangin di Kabupaten Merangin dan tidak melebihi 240
(dua ratus empat puluh) hari kalender.

e. RENCANA MUTU KONTRAK


Penyedia jasa membuat Draft Rencana Mutu Kontrak (RMK) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) dan Rencana Mutu Kontrak disetujui sebagai Dokumen oleh Direksi Pekerjaan
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sejak dikeluarkannya SPMK. RMK yang
telah disetujui digandakan sebanyak 5 (lima) rangkap.

f. LAPORAN BULANAN
Penyedia jasa selama waktu pelaksanakan kegiatan membuat laporan bulanan, sebagai bagian
dari pengendalian RMK, yang diserahkan kepada direksi setiap bulannya selambat-lambatnya 5
(lima) hari setiap terhitung 30 (tiga puluh) hari kalender pelaksanaan kegiatan. Laporan bulanan
digandakan sebanyak 3 (tiga) rangkap.

Laporan bulanan sekurang-kurangnya berisikan, yaitu:


- Informasi tentang progress pekerjaan selama periode pelaporan
- Permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah yang diambil
- Pekerjaan yang akan dilakukan selanjutnya

g. LAPORAN PENDAHULUAN
Penyedia jasa menyerahkan draft laporan pendahuluan untuk dikoreksi oleh direksi pekerjaan
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK). Draft laporan yang telah disetujui dijadikan bahan untuk diskusi pendahuluan dan
diperbanyak sebanyak 3 (tiga) rangkap. Draft laporan pendahuluan sekurang-kurangnya
berisikan:
- Bab I. Pendahuluan
- Bab II. Gambaran Umum
- Bab III. Metodologi Kegiatan
- Bab IV. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Laporan pendahuluan harus memuat sebagai berikut :
• Metodelogi pelaksanaan pekerjaan
• Rencana survei
• Mobilisasi personil dan peralatan
• Jadwal kegiatan
• Peta titik pengamatan

11
• Persiapan formulir untuk pencatatan dan survei
• Kurva S

Laporan pendahuluan berisikan perbaikan dari draft laporan pendahuluan yang didasarkan pada
hasil diskusi pendahuluan dan digandakan oleh penyedia jasa selambat-lambatnya 60 (enam
puluh) hari kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Laporan
pendahuluan digandakan sebanyak 5 (lima) rangkap dan laporan melampirkan glosarry, daftar
pustaka, dasar hukum dan notulensi beserta dokumentasi.

h. LAPORAN PENDUKUNG
Penyedia Jasa diharuskan membuat Draft laporan Pendukung yang memuat tentang gambar
lokasi kegiatan, hasil lapangan, hasil laboratorium dan analisa data . Sebelum laporan pendukung
diperbanyak, penyedia jasa harus menyerahkan Draft laporan pendukung untuk dikoreksi dan
disetujui oleh direksi. Laporan pendukung digandakan sebanyak 5 (lima) rangkap. Adapun
laporan pendukung digandakan sesuai kegiatan pendukung sebagai berikut :
• Laporan Topografi
• Laporan Lingkungan
• Laporan Sosial Ekonomi Budaya
• Laporan Penggunaan Lahan
• Laporan Status Kepemilikan Lahan
• Buku Ukur
• Diskripsi BM

i. LAPORAN ANTARA
Laporan Antara memuat hasil survei, analisa sementara lay-out beserta konsep pra desain dan
menjelaskan dasar seleksi dari lay-out yang dipilih serta berisi data/masukan dari hasil analisa
data dan laboratorium.
Penyedia jasa menyerahkan draft laporan antara untuk dikoreksi oleh direksi pekerjaan
selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK). Draft laporan yang telah disetujui dijadikan bahan untuk diskusi antara dan
diperbanyak sebanyak 3 (tiga) rangkap. Draft laporan antara sekurang-kurangnya berisikan:
- Bab I Pendahuluan
- Bab II Gambaran Umum Lokasi Kegiatan
- Bab III Metedologi Kegiatan
- Bab IV Analisa Data
- Bab V Gambaran Kajian Dampak Lingkungan

Laporan antara memuat tentang situasi dan kondisi prasarana yang ada :
• Jaringan jalan dan aksesibilitas
• Kondisi sosial ekonomi saat ini
• Kondisi rona lingkungan awal

12
• Kesesuaian lahan dan tata guna lahan
• Hasil pengukuran dan pemetaan lokasi rencana bendungan
• Hasil analisa hidrologi (debit andalan, ketersediaan air, Analisa debit banjir rencana,
dan volume genangan)
• Konsep dasar perencanaan
• Opsi alternatif lokasi, tipe, tinggi, volume tampungan, luas genangan, serta
fungsi/manfaat bendungan

Laporan antara berisikan perbaikan dari draft laporan antara yang didasarkan pada hasil diskusi
antara dan digandakan oleh penyedia jasa selambat-lambatnya 150 (seratus lima puluh) hari
kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Laporan antara digandakan
sebanyak 5 (lima) rangkap dan melampirkan glosarry, daftar pustaka, dasar hukum dan
notulensi beserta dokumentasi.

j. Volume Pekerjaan dan Perkiraan Biaya (BOQ dan RAB)


Penyedia diharuskan untuk menyerahkan perhitungan volume pekerjaan dan perkiraan biaya
pelaksanaan sesuai dengan harga satuan yang berlaku di daerah lokasi kegiatan. Sebelum
Volume Pekerjaan dan Perkiraan Biaya diperbanyak penyedia jasa harus mendapat persetujuan
direksi. Laporan ini dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap

k. LAPORAN AKHIR
Laporan akhir digandakan sebanyak 5 (lima) rangkap dimana laporan akhir dilampirkan
Glossary, daftar pustaka, dasar hukum dan notulensi beserta dokumentasi. Laporan akhir
diserahkan selambat-lambatnya sebelum masa kontrak berakhir .Draf laporan akhir 3 (tiga)
laporan akhir 10 (sepuluh) Isi Laporan akhir sekurang-kurangnya memuat :
- Bab I Pendahuluan
- Bab II Gambaran Umum Lokasi Kegiatan
- Bab III Metodologi Kegiatan
- Bab IV Analisa Data
- Bab V Kajian Dampak Lingkungan
Laporan Akhir memuat laporan-laporan sebagai berikut :
• Rangkuman semua kegiatan survey dan hasil-hasilnya
• Desain bendungan dan bangunan pelengkapnya
• Perhitungan Biaya LARAP
• Analisa ekonomi
• Dokumen lingkungan
• Kesimpulan dan rekomendasi

Sebelum draft laporan akhir diperiksa dan disetujui direksi pekerjaan menjadi laporan akhir,
penyedia jasa melakukan diskusi akhir yang membahas tentang hasil pekerjaan akhir yang
diinginkan.

13
l. DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
Dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan oleh Badan Lingkungan Hidup digandakan
sebanyak 10 (sepuluh) rangkap. Isi dokumen lingkungan hidup sekurang-kurangnya memuat :
- Pendahuluan
- Hasil Penapisan
- Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Tata Ruang
- Uraian Mengenai Komponen-Komponen Rencana Kegiatan Yang Dapat Menimbulkan
Dampak
- Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan
- Upaya Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup
- Daftar Pustaka
- Lampiran

m. RINGKASAN LAPORAN / (EXECUTIVE SUMMARY)


Laporan ini memuat ringkasan laporan akhir dan digandakan sebanyak 5 (lima) rangkap dan
diserahkan bersamaan waktunya dengan penyerahan Laporan Akhir.

n. PERKIRAAN BIAYA PEMBEBASAN LAHAN


Laporan ini memuat hasil penilaian untuk perkiraan biaya pembebasan lahan dan digandakan
sebanyak 10 (sepuluh) rangkap dan diserahkan bersamaan waktunya dengan penyerahan
Laporan Akhir..

o. METODE PEMBEBASAN LAHAN


Laporan ini memuat metodologi untuk pelaksanaan LARAP dan digandakan sebanyak 10
(sepuluh) rangkap dan diserahkan bersamaan waktunya dengan penyerahan Laporan Akhir.

p. GAMBAR PERENCANAAN/TOPOGRAFIS
- Gambar A1 dibuat sebanyak 1 (satu) rangkap.
- Gambar A3 dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap.

q. SOFT COPY DOKUMEN


Semua laporan final (dalam berntuk word, excel) dan gambar (dwf/dwg) termasuk data
pendukung dan dimasukkan ke dalam hard disk eksternal dengan kapasitas 1 TB sebanyak 2
unit. Pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan/atau instruksi dari direksi pekerjaan.

r. ASISTENSI DAN DISKUSI


a. Asistensi dilakukan dengan pengawas/direksi pekerjaan yang ditunjuk oleh PPK
Perencanaan dan Program. Hasil asistensi dituangkan pada lembar asistensi, asistensi
dilakukan dikitnya 2 (dua) minggu sekali.
b. Diskusi dan PKM:
Diskusi laporan harus dihadiri Ketua Tim dan didampingi oleh para tenaga ahli, diskusi
dilaksanakan antara lain meliputi :
• Diskusi pendahuluan

14
Tabel 1.1 Rangkuman Laporan Yang Harus diserahkan Penyedia Jasa

No. Produk Set

1 Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK) 5


2 Draf Laporan Pendahuluan 3
3 Laporan Pendahuluan 5
4 Laporan Bulanan 3x8
5 Laporan Pendukung
a. Topografi 10
b. Lingkungan (kualitas air, udara, sedimen, dll) 10
c. Penggunaan Lahan 10
d. Sosial Ekonomi 10
e. Status Kepemilikan Lahan 10
f. Buku Ukur 5
g. Diskripsi BM 5

6 Draft Laporan Antara 3


7 Laporan Antara 5
8 Perkiraan Biaya Pembebasan Lahan 10
9 Metode Pelaksanaan Pembebasan Lahan 10
10 Draft Laporan Akhir 3
11 Laporan Akhir 5
12 Dokumen Lingkungan Hidup 10
13 Ringkasan Laporan (Summary Sub Report) 5
14 Gambar Topografi (LARAP)
a. Ukuran normal (A1) 3
b. Ukuran Kecil (A3) 5

15 Soft Copy Hard Disk External 1 Tb 2

1
LAMPIRAN I

Lampiran Kerangka Acuan Kerja Detail Lingkup Kegiatan Studi LARAP


Sesuai dengan Perpres No. 71 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, paling sedikit
memuat:
a. maksud dan tujuan rencana pembangunan;
menguraikan maksud dan tujuan pembangunan yang direncanakan dan manfaat pembangunan
untuk kepentingan umum.
b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan;
menguraikan kesesuaian rencana lokasi Pengadaan Tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
sebagaimana dimaksud
c. letak tanah;
menguraikan wilayah administrasi:
➢ kelurahan/desa atau nama lain;
➢ kecamatan;
➢ kabupaten/kota, dan
➢ provinsi,
tempat lokasi pembangunan yang direncanakan.
d. luas tanah yang dibutuhkan;
menguraikan perkiraan luas tanah yang diperlukan
e. gambaran umum status tanah;
menguraikan data awal mengenai penguasaan dan pemilikan atas tanah.
f. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;
menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan
Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud
g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.
h. perkiraan nilai tanah;
menguraikan perkiraan nilai Ganti Kerugian obyek Pengadaan Tanah, meliputi : tanah, ruang atas
tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau
kerugian lain yang dapat dinilai.
i. rencana penganggaran.
menguraikan besaran dana, sumber dana, dan rincian alokasi dana untuk perencanaan,
persiapan, pelaksanaan,penyerahan hasil, administrasi dan pengelolaan, serta sosialisasi.

2
Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan studi
kelayakan yang mencakup:
a. survei sosial ekonomi;
dilakukan untuk menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
diperkirakan terkena dampak Pengadaan Tanah.
b. kelayakan lokasi;
dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai kesesuaian fisik lokasi dengan rencana
pembangunan yang akan dilaksanakan untuk kepentingan umum yang dituangkan dalam bentuk
peta rencana lokasi pembangunan.
c. analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat;
dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai biaya yang diperlukan dan manfaat
pembangunan yang diperoleh bagi wilayah dan masyarakat.
d. perkiraan nilai tanah;
dilakukan untuk menghasilkan perkiraan besarnya nilai Ganti Kerugian Objek Pengadaan Tanah.
e. dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan
pembangunan;
dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen
lingkungan hidup lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. studi lain yang diperlukan.
merupakan hasil studi yang secara khusus diperlukan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf e dapat berupa studi budaya masyarakat, studi politik dan keamanan,atau
studi keagamaan, sebagai antisipasi dampak spesifik akibat pembangunan untuk kepentingan
umum.

3
Pada tahapan kegiatan LARAP dijelaskan sebagai berikut :

a. Melakukan Inventarisasi Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder


a) Survey Pendahuluan
Kegiatan ini merupakan tahap awal pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan juga untuk
orientasi/pengenalan lokasi studi, dalam tahap ini penyedia jasa harus melakukan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait dengan berdiskusi yang erat kaitannya dengan peraturan maupun
kebijakan yang berlaku di daerah dalam kaitannya dengan LARAP tersebut. Adapun
beberapa peraturan maupun kebijakan yang berlaku meliputi;
a. Pengelolaan penampungan penduduk (jika ada relokasi penduduk) dan monitoring;
b. Hak-hak kaum minoritas dan penduduk asli;
c. Tata cara mendapat informasi dan keterlibatan penduduk setempat;
d. Proses pembebasan tanah dan tata caranya (Surat keputusan tingkat nasional dan
daerah).
Peraturan serta kebijakan tersebut diatas khususnya yang terkait dengan LARAP sangat
diperlukan dengan melakukan pengumpulan data dan peta wilayah lokasi yang akan
dibebaskan termasuk daerah dan/atau lokasi baru untuk relokasi.

b) Inventarisasi Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder


1) Inventarisasi Lapangan
Penyedia Jasaharus menginventarisasi setiap permasalahan yang ada di wilayah tersebut,
baik permalahan yang ada saat ini maupun potensi yang yang dapat dikembangkan
dikemudian hari di wilayah yang direlokasi (jika ada relokasi penduduk). Beberapa aspek
penting yang terdapat dan harus diidentifikasi meliputi;
i) Inventarisasi data/informasi mengenai kondisi eksisting dan permasalahan kawasan
wilayah jaringan irigasi.
ii) Inventarisasi dan analisis evaluasi hasil pengumpulan data dan masukan masyarakat
dilokasi studi.
iii) Inventarisasi infrastruktur yang ada di sekitar daerah Jaringan Irigasi.
iv) Inventarisasi data demografi (susunan populasi berdasarkan jenis kelamin, kelompok
umur, pendidikan, agama, kepadatan penduduk, dan jumlah kepela keluarga) terutama
untuk penduduk yang tinggal di daerah tampungan dan pemilik lahan.
v) Inventarisasi kegiatan ekonomi (Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan) di daerah
Jaringan Irigasi.
vi) Inventarisasi pengolahan dan penanaman lahan serta pemilik lahan di daerah Jaringan
Irigasi.
vii) Inventarisasi pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi
pelaksanaan pembangunan Jaringan Irigasi serta relokasi berdasarkan Rencana Umum
Tata Ruang (RUTR) yang telah ditetapkan.

4
b. Melakukan Sosialisasi Masyarakat
Penyedia jasa diharuskan melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat dalam bentuk
Pertemuan Konsultasi Publik untuk memperoleh berbagai masukan, saran dan tanggapan
dengan melibatkan masyarakat yang terkena dampak, tokoh masyarakat dan pemerintah
setempat.

c. Melakukan Pengukuran dan Pengumpulan Data Kepemilikan Tanah dan Aset lainnya,
Pemetaan Rencana Pembebasan Tanah, serta data SOSBUD
1. Melaksanakan kegiatan pengumpulan data teknis / informasi pada instansi-instansi terkait
untuk keperluan penyelidikan yang terdiri dari:
- Peta tata guna
- Peta kepemilikan lahan serta peta lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
pengukuran lapangan.
2. Melaksanakan pengukuran KADASTRAL pembebasan lahan (land acquisition) dilokasi
rencana jaringan irigasi serta relokasi Penduduk (bila ada). Beberapa hal yang perlu
dilakukan terhadap kegiatan ini diantaranya adalah:
- Penyusunan tim yang dipimpin oleh tenaga ahli dibidangnya;
- Melakukan orientasi dan survei lapangan;
- Inventarisasi, identifikasi permasalahan, analisis dan evaluasi.
Secara garis besar pengukuran dan pemetaan Persil Kepemilikan meliputi :
▪ Pemasangan patok batas persil
▪ Kontrol horizontal dan vertikal.
▪ Pengukuran detail batas persil kepemilikan dilokasi rencana jaringan irigasi
▪ Penggambaran.
Lingkup Kegiatan Survey

▪ Pengukuran Kerangka Utama


▪ Pengukuran batas Persil kepemilikan
▪ Pengukuran rencana relokasi Penduduk (bila ada).

d. Pemetaan Rencana Pembebasan Lahan/KADASTRAL dan Relokasi Penduduk (bila ada)

Survey dan Pemetaan

Kegiatan survey dan pemetaan Rencana Pembebasan Lahan/KADASTRAL dan Relokasi


Penduduk (bila ada) meliputi :

1. Pemetaan rencana pembebasan lahan diukur berdasarkan jaringan kerangka utama dan
kerangka cabang yang telah dipasang, dengan melakukan pengukuran petak persil
kepemilikan danbatas-batas persil kepemilikan pada rencana jaringan irigasi dan relokasi
(bila ada).

2. Pemetaan relokasi penduduk pengukuran dilakukan detail meliputi pengukuran kontrol


horizontal, kontrol vertikal dan pengukuran situasi yang mengambarkan kondisi existing di

5
relokasi penduduk. Pemetaan relokasi penduduk dilengkapi dengan titik ketinggian dan garis
kontour.

3. Pengukuran petak persil kepemilikan dan batas persil kepemilikan dilakukan dengan
pembacaan sudut horizontal dengan alat theodolite untuk pembacaan Jarak datar.

4. Pengukuran petak persil kepemilikan dan batas persil kepemilikan harus diketahui oleh
masing-masing kepemilikan lahan dan aparat desa setempat.

5. Melakukan pengambaran hasil pengukuran batas persil kepemilikan tanah dan relokasi (bila
ada) dengan skala 1 : 2.000, dan skala 1 : 5000 atau dengan skala disesuaikan dan /atau
dengan petunjuk lain atas persetujuan Direksi.

6. Nomor persil serta luasan masing-masing kepemilikan ditampilkan pada gambar skala 1 :
2.000 dan skala 1 : 5000 atau dengan skala disesuaikan.

7. Pada kolom keterangan gambar ditampilkan nomor persil, nama kepemilikan dan luasan
untuk masing-masing kepemilikan yang terdapat pada setiap lembar gambar.

8. Melakukan analisis/telaah terhadap upaya dan rencana pembebasan dan relokasi Penduduk
(bila ada) maupun lahan. Dalam melakukan kajian ini para tenaga ahli tersebut memerlukan
dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut:
- Kondisi eksisting dan permasalahan kawasan wilayah
- Analisis dan evaluasi hasil pengumpulan data dan masukan masyarakat dilokasi studi
termasuk issue ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah untuk:
a. hak atas tanah;
b. bangunan;
c. tanaman;
d. benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
- Infrastruktur yang ada di sekitar daerah Jaringan Irigasi.
- Demografi (susunan populasi berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan,
agama, kepadatan penduduk, dan jumlah kepela keluarga) terutama untuk penduduk yang
tinggal di daerah tampungan dan pemilik lahan.
- Kegiatan ekonomi (Pertanian, kehutanan, perikanan) di daerah Bendungan Merangin.
- Pengolahan dan penanaman lahan serta pemilik lahan di daerah Bendungan Merangin.

Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi pelaksanaan
pembangunan Jaringan Irigasi D.I Bendungan Merangin serta relokasi berdasarkan Rencana
Umum Tata Ruang (RUTR) yang telah ada, dan bagi daerah yang belum menetapkan RUTR
pengadaan tanah dilakukan berdasarkan perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada
(PERPRES No.71 Tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum).

e. MelakukanAnalisis Inventarisasi dan Identifikasi LARAP


Studi LARAP terutama untuk masyarakat yang diperkirakan terkena dampak langsung yang
disusun sebagai laporan LARAP. Analisa dan pengumpulan data akan dilakukan pada lingkungan

6
sekitar Wilayah Study yang telah ditentukan, dengan ukuran menurut peraturan yang berlaku di
Indonesia.
Analisis yang dilakukan oleh tim konsultan diantaranya berupa:
1. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, termasuk
peraturan dasar pokok-popok pertanahan nasional (BAKOSURTANAL)
2. Pokok-pokok kebijakan pengadaan tanah;
3. Panitia, Musyawarah, dan ganti kerugian.
Hasil analisis tersebut akan dijadikan sebagai dasar penyusunan laporan LARAP.

f. Menyusun Program Persiapan Rencana Lokasi (bila ada relokasi penduduk)


Hasil inventarisasi dan identifikasi yang telah dilakukan, Penyedia jasa harus melakukan analisis
dan menyusun program persiapan rencana lokasi untuk bantuan usaha dan penampungan bagi
masyarakat yang diperkirakan terkena dampak langsung pembangunan Jaringan Irigasi tersebut.

g. Menyusun Tata Cara Pembebasan Tanah/Lahan (land Acquisition)


Penyedia jasa harus melakukan analisis dan menyusun rekomendasi atau tata cara pembebasan
tanah dan penanda tanganan persetujuan ganti rugi dan perbaikan. Rekomendasi tata cara dan
mekanisme pembebasan/pengadaan tanah ini sangat diperlukan oleh pemangku kebijakan
dalam rangka untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang
berhak atas tanah tersebut dalam upaya rencana pembangunan Bendungan Merangin.

h. Menyusun Tata Cara Ganti Rugi dan Alternatif Peluang Usaha


Ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut bangunan, tanaman dan/atau benda-
benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
Penyedia jasa diharuskan melakukan analisis dan menyusun tata cara ganti rugi termasuk
alternatif peluang usaha dan rekomendasi pelatihan bagi masyarakat yang terkena dampak
langsung proyek pembangunan Jaringan Irigasi tersebut. Penyusunan tata cara ganti rugi ini
sangat diperlukan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada
yang berhak atas tanah tersebut dimana pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah
kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang
dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah.
Untuk dasar dan tata cara perhitungan ganti kerugian tanah ditetapkan atas dasar :
- Harga tanah yang didasarkan atas nilai nyata atau sebenarnya, dengan memperhatikan nilai
jual objek Pajak Bumi dan Bangunan yang terakhir untuk tanah yang bersangkutan;
- Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab
dibidang bangunan;
- Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di
bidang pertanian.

7
i. Penyusunan dan Pendataan Permasalahan Berdasarkan Urgensi Masyarakat
Penyedia jasa harus melakukan analisis terhadap hasil pendataan permasalahan yang ditemui
dilokasi kegiatan, serta menyusun konsep tingkatan permasalahan yang dihadapi berdasarkan
urgensi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak langsung akibat pembangunan
Bendungan Merangin.

j. Membuat Skenario Penyelesaian Permasalahan LARAP


Penyedia jasa harus membuat skenario terhadap penyelesaian permasalahan yang akan timbul
sebagai akibat rencana relokasi dalam tingkatan urgensitas masyarakat yang terkena dampak
nyata. Penyusunan skenario ini diperlukan oleh pengambil kebijakan dalam rangka upaya
merelokasikan penduduk dari tempat asalnya ketempat yang lain, dan juga skenario ini
diperlukan oleh panitia ganti rugi tanah dalam rangka pelaksanaan ganti rugi/pengadaan tanah
untuk keperluan pembangunan Bendungan Merangin, agar tepat sasaran didalam pelaksanaan
tugasnya.

k. Menyusun dan menyiapkan Data Kepemiilikan Tanah


Penyedia jasa berdasarkan pendataan/inventarisasi kepemilikan tanah harus menggambarkan
setiap petak (blok) kepemilikan tanah serta menyiapkan data inventarisasi kepemilikannya secara
lengkap. Data ini sangat diperlukan oleh tim pembebasan tanah pada saat akan dilkukannya
proses ganti rugi atas hak atas tanah, bangunan, tanaman serta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah.

l. Menyusun rekomendasi penyelesaian masalah dengan metode skala perioritas.


Penyedia jasa berdasarkan penyusunan skenario yang telah dilakukan maka selanjutnya
diharuskan menyusun rekomendasi tata cara penyelesaian masalah ganti rugi dan relokasi
(LARAP) dengan membuat metode skala perioritas.

m. Menyusun Rencana Anggaran Biaya (EE) Pembebasan dan Pengadaan tanah serta
relokasi penduduk
Penyedia jasa diharuskan menyusun perkiraan biaya (EE) yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembebasan tanah dan relokasi penduduk(bila ada relokasi penduduk) sesuai dengan tingkat
urgensinya. Besarnya biaya perkiraan pembebasan dan pengadaan tanah didasari pada hasil
inventarisasi atau pendataan yang telah dilakukan oleh tim. Beberapa hal pokok yang harus
diperhatikan didalam penyusunan perkiraan biaya tersebut diantaranya adalah;
- Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda
lain yang ada kaitannya dengan tanah yang hak atasnya akan dilepaskan atau diserahkan.
- Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang atasnya akan dilepaskan atau
diserahkan.
- Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian secara keseluruhan dengan nilai biaya
pada saat ini atau atas petunjuk lain akibat fluktuasi.

8
- Memberikan penjelasan dan penyuluhan kepada pemegang hak atas tanah mengenai
rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut.

n. Melaksanakan Lokakarya LARAP


Untuk menampung aspirasi para pihak yang berkepentingan, kosultan harus melakukan kegiatan
Lokakarya LARAP tingkat Pemerintahan Daerah/Kabupaten khusunya melibatkan para
pemangku kepentingan, serta masyarakat di lokasi Bendungan Merangin.
Tujuan dilaksanakan kegiatan Lokakarya LARAP ini dilakukan adalah untuk memperoleh
masukan, tanggapan, koreksi dari masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan terhadap
data keseluruhan yang di inventarisasi, identifikasi kondisi lingkungan dan identifikasi masalah
yang telah dilakukan untuk dibangun suatu kesepakatan-kesepakatan dari semua para pihak
yang berkepentingan dalam upaya pembebasan lahan dan relokasi pembangunan Bendungan
Merangin.
Penyedia jasa memfasilitasi kegiatan lokakarya tersebut dari baerbagai Instansi Lintas Sektor
terkait melalui BAPPEDA Kabupaten, unsur Kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Perangkat Desa (Geuchik Gampong dan masyarakat) didalam memperoleh masukan, tanggapan
masyarakat, seluruh pemangku kepentingan/kebijakan.

o. Menyusun Laporan Hasil Studi LARAP


Penyedia jasa diharuskan menyusun laporan hasil studi LARAP beserta laporan daftar
identifikasi/pendataan masyarakat yang terkena dampak terhadap rencana pembangunan
Bendungan Merangin terkait dengan ganti rugi aset serta gambar-gambar lokasi pembebasan
dan relokasinya.
Hasil yang akan diicapai dalam pekerjaan Studi LARAP ini adalah :
1. Rekomendasi batas-batas (base line) lokasi pembebasan tanah dan relokasi dari hasil
inventarisasi, identifikasi serta analisis dan evaluasi lapangan.
2. Usulan metode tata cara penyelesaian masalah ganti rugi berdasarkan hasil analisis dengan
beberapa metode skala perioritas.
3. Usulan biaya rencana pelaksanaan (RAB) pembebasan dan pengadaan tanah serta relokasi
penduduk.
4. Usulan pengadaan tanah unutk merelokasi penduduk yang tepat untuk rencana
pengembangan permukiman yang sesai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) yang
ada.
5. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
Dalam dokumen ini harus meliputi :
a. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan
b. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan Nasional
dan Daerah
c. Letak Tanah
d. Luas Tanah yang dibutuhkan

9
e. Gambaran Umum Status Tanah
f. Perkiraan Waktu Pelaksanaan Pengadaan Tanah
g. Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan Pembangunan
h. Perkiraan Nilai Tanah
i. Rencana Penganggaran

10
Pada tahapan kegiatan LARAP dijelaskan sebagai berikut :
A. Pekerjaan Persiapan
1. Pengumpulan data teknis/data Sekunder yang berkaitan dengan kebutuhan Studi LARAP
Bendungan Merangin di Kab. Merangin, antara lain :
• Laporan studi terdahulu
• Data Teknis Bendungan Merangin
• Data sosial ekonomi lingkungan
• Peta Topografi, Cathment Area
• Tata guna lahan
• Kependudukan
• Gambar Lay out tata letak Bendungan Merangin
• Gambar lay out jalan akses
• Gambar peta Jaringan Irigasi
• Peta Situasi Skala 1 : 5.000
• Skema Bangunan
• Skema Jaringan
• Trase Saluran Sekunder
• Peta Topografi
• Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000
• Peta Geologi Skala 1 : 250.000
• Peta Geohidrologi Skala 1 : 250.000
• Peta Kesesuaian Lahan Skala 1 : 50.000
• Peta Tata Guna Lahan Skala 1 : 50.000
• RTRW Kabupaten Merangin
• RTRW Propinsi Jambi
2. Kajian Studi Terdahulu
Kajian terhadap data yang didapat:
• Kajian terhadap Lay out Bendungan Merangin termasuk jalan akses
• Kajian terhadap data kepemilikan lahan
• Evaluasi terhadap masyarakat yang terkena dampak
• Kajian permasalahan yang pernah terjadi
3. Survey pendahuluan
Konsultan bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan melakukan peninjauan dan penelusuran
lapangan. Secara umum kegiatan ini akan memberikan gambaran awal tentang kondisi lokasi
pekerjaan dan permasalahannya. Dengan adanya orientasi lapangan pendahuluan diharapkan
dapat diperoleh bahan untuk penyusunan rencana pelaksanaan pekerjaan lapangan. Sebagai
bahan untuk penyusunan Laporan Pendahuluan perlu dilakukan inventarisasi data yang terkait
dengan pembebasan tanah dan pemukiman. Data-data yang dikumpulkan meliputi :

11
a) Inventarisasi data penduduk yang terkena, tanah, tata guna lahan, wawancara dengan
masyarakat untuk mendapatkan data aktual pembebasan lahan dll;
b) Observasi lokasi pekerjaan yang termasuk dalam areal jaringan irigasi
c) Identifikasi terhadap permasalahan yang ada di lokasi pekerjaan
Berdasarkan data-data pendahuluan dan hasil kunjungan lapangan tersebut dapat diidentifikasi
karakteristik daerah yang terkena pembebasan tanah dan pemukiman beserta permasalahan
lain yang selanjutnya dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan.
4. Penyusunan Rencana Kerja
Dalam kegiatan ini dilakukan penyusunan rencana kerja detail sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat dan disetujui oleh direksi pekerjaan, agar pekerjaan ini dapat dilakukan dengan baik,
memenuhi standar mutu yang di inginkan dan tepat sasaran dan waktu.

B. Kegiatan Survey Lapangan


Pekerjaan survey lapangan dilakukan dalam rangka mendapatkan data primer. Kegiatan ini meliputi
pekerjaan penyusunan rencana survey dan pemetaan yang terkena dampak, survey pendataan luas
bidang pada peta, survey dan pemetaan kadastral, survey social ekonomi, survey inventarisasi asset,
dan survey status kepemilikan dan kelayakan harga. Kegiatan ini akan dilaksanakan sesuai jadwal
dalam rencana kerja yang telah disetujui oleh Direksi.
1. Penyusunan Rencana Survey Dan Pemetaan Yang Terkena Dampak
Penyusunan ini dimaksudkan untuk tujuan survey dan pemetaan lahan areal bendungan,
sehingga dapat diperoleh batas dan luas areal/ lahan/ pemukiman yang terkena dampak
pembebasan lahan. Peta topografi disajikan tersendiri dengan pengukuran yang terikat ke
patok BM dan patok CP yang telah dipasang.
Pekerjaan pada kegiatan ini meliputi:
• Menentukan daerah yang akan di survey;
• Mengidentifikasi dan menginventarisasi lahan yang terkena pembebasan lahan;
• Mengidentifikasi luasan lahan;
2. Survey Pendataan Luas Bidang Pada Peta
Survey ini dimaksudkan untuk tujuan pendataan luas bidang yang terkena disesuaikan dengan
luasan bidang pada peta, sehingga dapat diperoleh batas dan luas areal/ lahan/ pemukiman
yang terkena dampak pembebasan lahan.
Pekerjaan pada kegiatan ini meliputi:
• Menentukan luas lahan yang akan di survey;
• Mengidentifikasi dan menginventarisasi lahan yang terkena pembebasan lahan;
• Mengidentifikasi luasan bidang;
3. Survey dan Pemetaan Kadastral
Kegiatan pengukuran topografi ini meliputi pekerjaan pengukuran geometri lahan dan pekerjaan
pengukuran situasi lahan kepemilikan.
Uraian mengenai metode pengukuran dan pemetaan situasi ini, meliputi:
• Metode Pengukuran

12
• Metode Hitungan
• Metode Penggambaran
Survey ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi rupa bumi di lokasi pekerjaan dan
daerah di sekitarnya beserta dengan obyek-obyek dan bangunan-bangunan penting didalamnya
dalam rupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan. Hasil survey ini akan menjadi
tambahan data dari data yang sudah ada hasil dan survey pada pekerjaan sebelumnya. Secara
garis besar pengukuran dan pemetaan situasi meliputi pemasangan patok Beton BM, kontrol
horizontal dan vertical, pengukuran situasi darat dll.
a. Peta dasar
Sebagai Peta Dasar dipakai peta Topografi dalam skala 1 : 50.000 dari Bakosurtanal. Peta
tersebut dianggap dapat memberikan gambaran umum bentuk topografi dan batas
vegetatif maupun morphologi daerah studi yang cukup memadai sebagai patokan dalam
melakukan survey topografi.
b. Pengukuran Pengikatan
Salah satu kegiatan survey topografi adalah pengukuran pengikatan yaitu pengukuran untuk
mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal.
1) Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y)
Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan BM-1 dipakai sebagai
referensi horisontal (X,Y). BM ini harus diikatkan terlebih dahulu terhadap BM yang ada
dilapangan (sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan) yang sudah memiliki nilai koordinat
global. BM yang lain diikatkan terhadap BM-1 ini. Titik-titik referensi ini dilalui atau
termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik
poligon. Jika referensi horizontal ini tidak ada, maka akan digunakan posisi horizontal
dari GPS.
2) Titik Referensi Posisi Vertikal (Z)
Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah tersimpan pada BM di
lapangan, yang juga digunakan pada pekerjaan terdahulu, yang mempunyai datum
(elevasi 0.00 m) pada Lowest Low Water Level (LLWL) pasang surut.
c. Pemasangan BM
Pemasangan BM (Bench Mark) dan CP (Control Point) ditandai dengan pilar-pilar beton
yang ditanam di tempat aman, strategis, dan mudah dicari. Dipasang pada setiap jarak ± 2,0
km untuk pekerjaan pengukuran sepanjang sungailsaluran pembuang. Setiap BM dibuat
deskripsinya dan diberi nama sesuai dengan daerah survey serta nomor urut yang teratur.
Ukuran BM adalah (20 x 20) cm dan diberi marmer, serta ukuran marmer adalah (10 x 10)
cm, BM dicat wama biru, diatasnya dipasang baut dengan diameter 1,50 cm (untuk BM).
Bench Mark tersebut nantinya berfungsi sebagai penyimpan data koordinat/bank data
(X,Y,Z) dilapangan.
Dalam pelaksanaan pemasangan pilar-pilar BM diperhatikan juga ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:

13
• Pilar BM dan CP dipasang berpasangan dan saling terlihat satu sama lain antara 100 -150
m pada jarak setiap interval ± 2,0 km.
• Kerangka pilar dan cetakan BM/CP di Base Camp, sedang pengecoran pilar dilakukan
dilokasi pemasangan.
• Pilar BM/CP dilakukan pengecatan dengan wama biru, dan di potret setiap pilar BM/CP
(dengan nomor kelihatan) untuk melengkapi Deskripsi Bench Mark.
Pilar BM/CP ditanam dengan kuat, tidak goyang dan tidak mudah tercabut, diben nomor unit
sesuai dengan sistem penomoran yang direncanakan serta letaknya dipertimbangkan pada
altematif sebagai berikut :
• Pilar BM/CP dipasang disekitar jalur pengukuran, dalain hal ini didekat sungai.
• Pilar BM/CP dan ditempatkan pada tanah yang keras/relatif stabil.
• Dekat dengan pos penjagaan atau jembatan yang permanen.
• Tanggul/batu kali yang sudah dinormalisasi.
Mengenai pemilihan letak pemasangan ini disesuaikan dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya BM/CP dibuatkan deskripsinya, yang memuat nilai koordinat (X,Y,Z) serta
sketsa dan keterangan lokasi dimana BM/CP tersebut dipasang. Bentuk dan gambar dari
BM/CP dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.
Konstruksi pilar BM (Bench Mark)

Gambar 2.

14
Konstruksi pilar CP (Control Point)

d. Penentuan Posisi Dengan GPS


Survey penentuan posisi dengan GPS (survey GPS) secara umum dapat didefinisikan
sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang
telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi diferensial
(differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase) dan sinyal satelit GPS
(Global Positioning System). Yang selanjutnya titik-titik koordinat hasil penentuan posisi
dengan GPS tersebut, digunakan sebagai titik referensi (titik awal) pengukuran dan hitungan
untuk kerangka dasar pemetaan topografi.

Gambar 3.
Geometrik Lintasan Orbit Satelit GPS Di Angkasa

GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi
menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola Amerika Serikat. Sistem. yang terdiri atas 24
satelit ini dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca, serta didesain
untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai
waktu secara kontinyu di seluruh dunia.
Patut dicatat disini bahwa posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi tiga dimensi (X,Y,Z
ataupun , , h) yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984.
Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (static positioning) ataupun
bergerak (kinematic positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan satu
receiver GPS terhadap pusat bumi dengan rnenggunakan metode absolute (point)
positioning, ataupun terhadap titik Iainnya yang telah diketahui koordinatnya (monitor station)
dengan menggunakan metode differential (relative) positioning yang menggunakan minimal
dua receiver GPS. GPS dapat memberikan posisi secara instant (real-time) ataupun
sesudah pengamatan setelah data pengamatannya diproses secara lebih ekstensif (post
processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik.

15
Gambar 4.
Penentuan Posisi Titik-Titik Dengan Metode Survey GPS

Data pengamatan dasar GPS adalah waktu tempuh (t) dan kode-kode P dan C/A serta fase
(carrier phase, ) dari gelombang pembawa L1 dan L2.
Seseorang dapat mengamati sebagian atau seluruh jenis pengamatan di atas bergantung
pada jenis dan tipe alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) yang digunakan. Hasil
pengamatan ini terkait dengan posisi pengamatan (X,Y,Z) serta parameter-parameter
Iainnya melalui hubungan yang dapat diformulasikan secara umum berikut ini :

Dimana:
Pi = cAt
= pseudorange pada frekuensi fi (m), (i=1,2),
Li = ii
= jarak fase (carrier range) pada frekwensi fi(m),(i=1,2),
 = jarak geometns antara pengamat (X,Y,Z) dengan satelit (m),
c = kecepatan cahaya dalam vakum (m/s),
 = panjang gelombang dan sinyal (m)
= c/f (f adalah frekwensi),
dP = kesalahan jarak yang disebabkan oleh kesalahan ephemeris (orbit),
dtrop = bias yang disebabkan oleh refraksi troposfer (m),
dion = bias yang disebabkan oleh refraksi ionosfer(m) pada frekwensi fi (m),
dt, dT = kesalahan dan offset dari jam GPS receiver dan jam satelit (m),
MPi, MCi = efek dari multipath pada hasil pengamatan P dan L. (m),
N1, N2 = ambiguitas fase dan pengamatan fase sinyal-sinyal L1 dan L2 (dalamjumlah
gelombang), dan
Pi, Ci = gangguan (noise) pada hasil pengamatan Pi dan Li (m).
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi, 2D atau tiga dimensi,
3D) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Posisi tiga dimensi (3D) suatu titik
di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik.
Bergantung pada parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua
sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian/siku-siku ruang (X
Y, Z) dan sistem koordinat Geodetik (L, B, h).

16
Kedua sistem koordinat di atas penting sehingga hubungan kedua sistem koordinat tersebut
perlu ditentukan, agar dapat dilakukan transforinasi antar sistem koordinat.

Gambar 5.
Posisi Titik Dalam Sistem Koordinat Geosentrik

Bila koordinat Kartesian/siku-siku ruang ditulis sebagai (X, Y, Z) dan koordinat geodetik
ditulis sebagai (L, B, h), maka hubungan antara keduanya dapat ditulis sebagai :

Gambar 6.
Hubungan Antara Sistem Koordinat Geodetik
Dengan Sistem Koordinat Kartesian/ Siku-Siku Ruang

Bila koordinat Kartesian/siku-siku ruang ditulis sebagai (X, Y, Z) dan koordinat geodetik
ditulis sebagai (L, B, h), maka hubungan antara keduanya dapat ditulis sebagai :

Dimana :
N = Jari-jari normal =
a = Setengah sumbu panjang ellipsoid
b = Setengah sumbu pendek ellipsoid

17
e = Eksentrisitas pertama ellipsoid
h = Tinggi suatu titik di atas bidang ellipsoid

Hubungan kebalikannya dapat ditulis sebagai :

Dimana :

e. Pengukuran Poligon
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar
horizontal/posisi horisontal (X, Y) digunakan metoda poligon. Dalam pengukuran poligon ada
dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan
dalam penjelasan di bawah ini.
Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak
antara 50 - 100 meter.
Metode pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
• Pengukuran Jarak

Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita


ukur 100 m. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat bergantung kepada :
• Cara pengukuran itu sendiri
• Keadaan permukaan tanah
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti
yang digambarkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 7.
Pengukuran Jarak pada Daerah Miring

Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan pengukuran jarak optis

18
hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

• Pengukuran Sudut Jurusan (Pengukuran Sudut Bidang Persil)

Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran pada saat horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Sedangkan untuk pengukuran jarak
pada bidang persil digunakan dengan pita ukur baja. Besarnya sudut jurusan ditentukan
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Sudut
jurusan sisi-sisi polygon diarahkan pada titik-titik sudut batas bidang persil sehingga
posisi titik tersebut dapat terukur posisi koordinat (x, y, z). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 8.
Pengukuran Sudut Jurusan

Berdasarkan Gambar di atas, besarnya sudut  :

Dimana:
 = sudut mendatar
AC = bacaan skala horisontal ke target kiri.
AB = bacaan skala honsontal ke target kanan.
Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar biasa.
Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
- Jarak antara titik-titik poligon adalah < 50 meter.
- Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
- Alat ukurjarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
- Jumlah serf pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2)
- Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik)
- Ketelitian jarak linier (KI).
• Pengamatan Azimuth Astronomis
Disamping untuk mengetahui arab/azimuth awal, pengamatan matahari dilakukan untuk
tujuan sebagai berikut :
Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut sudut
terukur dalam jaringan poligon. Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik control/

19
poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya. Penentuan sumbu X untuk
koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.
Metodologi pengamatan azimuth astronomis diilustrasikan pada Gambar 6.13 di bawah
mi. Dengan memperhatikan metoth pengamatan azimuth astronomis path gambar
tersebut, maka azimuth target (T) adalah:

Dimana:
T = azimuth ke target.
M = azimuth pusat matahari.
lT = bacaan jurusan mendatar ke target
lM = bacaan jurusan mendatar ke matahari
 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target.
Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok
terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.

Gambar 9.
Pengamatan Azimuth Astronomis

• Pengukuran Sipat Datar

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-
titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai
dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan
pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah
diikatkan terhadap BM.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan
pada Gambar 6.14. Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut :
- Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
- Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
- Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka

20
Gambar 10.
Pengukuran Sipat Datar

- Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap benang
atas, benang tengah, dan benang bawah.
- Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
- Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.
- Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
- Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut :

dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km.

f. Pengukuran Situasi Detail Bidang Persil


Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam maupun
bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang diukur kemudian
dihitung harga koordinatnya (x, y, z). Untuk selanjutnya garis kontur untuk masing-masing
ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang dipasang dengan
melakukan pengukuran keliling serta pengukuran di dalam daerah survey. Bila perlu jalur
polygon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail planimetris
berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh informasi mengenai posisi koordinatnya
yang memadai.
Pengukuran situasi rinci dilakukan dengan cara tachymetri dengan menggunakan alat ukur
Total Station (TS). Dengan cara ini diperoleh data-data sebagal berikut :
- Azimuth magnetis
- Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
- Sudut zenith atau sudut miring
- Tinggi alat ukur

g. Peralatan yang digunakan :


- Theodolite T0
- Waterpass
- GPS
- Dan lain-lain

21
4. Survey Sosial Ekonomi
Data primer dikumpulkan dengan wawancara dengan semi-struktur dan wawancara terstruktur.
Wawancara secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang
telah disiapkan, meliputi berbagai aspek sosial ekonomi yang berkaitan dengan ganti rugi asset
penduduk, pemindahan dan pemukiman kembali penduduk. Wawancara terstruktur dilakukan
terhadap penduduk yang terkena dampak secara sensus. Wawancara semi-struktur dilakukan untuk
memperoleh informasi tambahan yang menunjang bersifat umum yang berkaitan dengan aspek
sosial ekonomi. Wawancara ini dilakukan terhadap penduduk yang mewakili tokoh masyarakat dan
aparat pemerintahan setempat.

a. Wawancara mendalam
Wawancara dilakukan secara mendalam dalam suasana yang tenang, situasi yang akrab,
tidak harus formal dan upayakan menumbuhkan kepercayaan informan kepada
pewawancara. Wawancara dapat dimulai dari hal-hal yang ringan (perkenalan), tidak sensitif,
dan tidak harus berurutan sehingga informan tidak keberatan menjawabnya. Wawancara
dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan waktu luang informan.
Adapun tahapan dalam melakukan wawancara secara mendalam, antara lain:
- mengidentifikasi partisipan/informan sesuai prosedur sampling yang dipilih sebelumnya;
- menentukan informasi bermanfaat apa yang relevan;
- menentukan wawancara bersifat individual atau kelompok terfokus;
- mempersiapkan alat perekam yang sesuai jika memungkinkan (alat perekam perlu dicek
kondisinya seperti baterai, kualitas suara, dan lain-lain);
- menyusun panduan wawancara dan menyediakan ruang yang cukup di antara
pertanyaan untuk mencatat respon terhadap komentar partisipan/informan;
- menentukan tempat untuk melakukan wawancara; dan
- Selama melakukan wawancara tetap mengacu kepada panduan wawancara.

b. Focus Group Discussion (FGD)


FGD dilakukan dengan melibatkan 8-15 peserta yang dipilih berdasarkan representasi latar
belakang informan. Pelaksana pengumpulan data bertindak selaku fasilitator menggunakan
petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi, kemudian memberikan komentar mengenai hasil
pengamatannya.

c. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan melalui pengamatan langsung di lokasi yang akan dipetakan.
Dalam observasi lapangan pelaksana didampingi oleh wakil masyarakat bersama dengan
profesional yang menguasai tentang keadaan social, ekonomi serta budaya masyarakat
setempat.

22
d. Sensus
Berdasarkan definisinya, sensus adalah cara pengumpulan data seluruh elemen populasi
yang diselidiki satu per satu. Sensus yang dilakukan pada studi LARAP Bendungan Merangin
ini adalah survey dari pintu ke pintu untuk semua penduduk terkena dampak, tidak
memperhatikan status hak, penduduk yang tidak mempunyai status hak (misalnya,
penggarap, penyewa, kelompok rentan, penghuni liar) dimasukan dalam sensus. Dengan
demikian, jumlah responden dalam sensus ini belum dapat ditentukan. Jumlah responden
tergantung pada perhitungan lahan penduduk yang terkena pembebasan lahan untuk
Bendungan Merangin oleh tim pengukuran pada saat survey pendataan luas bidang.
Daftar sensus dapat digunakan untuk mengurangi tuntutan yang tidak benar atau kecurangan
orang-orang yang pindah memasuki areal proyek yang bukan haknya dengan harapan diberi
ganti rugi atau dipindahkan untuk :
- Menyediakan inventarisasi lengkap aset masing-masing rumah tangga
- Menyediakan data demografi dan lain-lain mengenai dampak pengadaan tanah pada
tata ekonomi penduduk terkena dampak dan masyarakat, pola tata guna lahan,
pekerjaan, pendapatan dan ketergantungan secara ekonomi antara individu, kemiskinan
organisasi sosial setempat dan kegiatan ekonomi dan pendapatan kaum wanita.

5. Survey Inventarisasi Aset


Survey inventarisasi aset yaitu melakukan inventarisasi bangunan rumah dan fasilitas lainnya
dengan cara mengadakan penggambaran dan memberikan keterangan yang cukup, misal rumah
terbuat dari papan dll sehingga dapat diprediksi nilai ekonominya, guna penyelesaian ganti
ruginya.

6. Survey Status Kepemilikan dan Kelayakan Harga


Tujuan dari survey ini adalah untuk mengidentifikasi pemilik lahan, meneliti catatan-catatan dan
status kepemilikan, mentaksir besarnya kompensasi dan melakukan negosiasi/mufakat dengan
penduduk yang terkena dampak untuk menentukan harga ganti rugi yang wajar sebagai
kompensasi. Survey pengadaan tanah, khususnya mencatat penduduk terkena dampak dengan
status dan hak-haknya untuk mendapat ganti rugi.

C. Kegiatan Pengolahan Analisa Data


Setelah survey lapangan dan pengumpulan data sekunder selesai dilakukan pengolahan data-data
yang diperoleh untuk selanjutnya dilakukan kegiatan analisa dan evaluasi data dari hasil survey
lapangan. Kegiatan analisa dan evaluasi data dimaksudkan untuk mengolah data dan informasi yang
telah dikompilasi. Beberapa kegiatan dalam pekerjaan ini antara lain :
• Meninjau kembali/mempelajari, menganalisa laporan yang sudah ada sekaligus mereview
terhadap perhitungan yang telah ada pada pekerjaan sebelumnya (jika ada).
• Menganalisa dan menjelaskan tentang rencana pembebasan lahan dan pemukiman untuk
pembangunan Daerah Irigasi Bendungan Merangin.

23
1. Analisa Data Sekunder Pada Peta
Kegiatan analisa ini dimaksudkan untuk mengolah data dan informasi yang telah dikumpulkan
yang meliputi data primer maupun data sekunder.
Identifikasi dan verifikasi ini dilakukan pada peta rincik lama di konfirmasikan kebenarannya dengan
staff desa yang paling rendah yaitu ketua RT setempat atau kepala desa setempat, data yang
dikonfirmasikan/verifikasi adalah data yang ada dipeta blok/persil per desa yaitu :
• nama kepemilikan lahan dan luas lahan
• lokasi lahan
• luas bangunan dan kontruksi bangunan yang ada diatas bidang kepemilikan
• jenis dan jumlah tanaman yang ada dibidang kepemilikan
• status hak atas lahan/tanah tersebut
Data tersebut diatas dimasukan kedalam form prakiraan ganti rugi standar yang kemudian dilakukan
perekaman data (data atribut).

2. Analisa Hasil Survey Dan Pemetaan Topografi


Jenis hitungan dalam pengukuran ini terdiri dari:
- Hitungan azimuth matahari
- Hitungan Poligon (koordinat)
- Hitungan Waterpass (elevasi)
- Hitungan Situasi (titik detail)
Perhitungan pendahuluan poligon dan sipat datar dilakukan dilapangan secara konvensional dan
perhitungan definitif dilakukan di kantor. Perhitungan pendahuluan tersebut dilakukan dilapangan
dengan maksud apabila terjadi kesalahan pengukuran bisa langsung diatasi dan diukur kembali.
1) Sistem Proyeksi Peta
Seperti diketahui bahwa permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak
beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik lainnya di permukaan
bumi tersebut sulit untuk ditentukan. Untuk itu dipilih suatu bidang yang teratur yang
mendekati bidang fisik bumi yaitu bidang ellipsoid dengan besaran-besaran tertentu.
Sehingga cara pemindahan data topografi dari atas permukaan bumi ke atas permukaan
peta, dapat dirumuskan dengan suatu formula tertentu.
2) Hitungan Azimuth Matahari
Seperti yang telah dibahas dalam pelaksanaan pengukuran, pengamatan matahari
dimaksudkan untuk mendapatkan azimuth astronomis suatu garis dipermukaan bumi.
Dengan melakukan perhitungan dari azimuth matahari, akan didapatkan sudutjurusan awal
atau sudut jurusan akhir dan juga dapat digunakan sebagai kontrol sudut.
Pelaksanaan pengukuran pengamatan matahari dilakukan misalnya di titik BM-02 dengan titik
target adalah CP-02, yang nantinya akan digunakan sebagai azimuth awal dan kontrol untuk
pengukuran dan perhitungan poligon. Azimuth matahari dihitung dengan metode tinggi
matahari. Untuk dapat menghitung nilai azimuth diperlukan :
▪ Formulir hitungan matahari.

24
▪ Buka almanak matahan tahun 2009
▪ Lintang tempat pengamatan pakai alat GPS.
3) Hitungan Poligon
Hitungan poligon pada pekerjaan ini dilakukan dengan bentuk geometrik tertutup (closed
loop) sebagai jalur kerangka utama, sedangkan untuk jalur cabang dilakukan hitungan
dengan bentuk geometik terbuka terikat sempuma di kedua ujungnya (awal dan akhir).
Metoda hitungan yang dipakai adalah hitungan perataan konvensional metoda bowditch,
misalnya yang dimulai dan titik BM-02 sebagai titik ikat awal dan bertahap pada jalur-jalur
kring/loop berikutnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung salah penutup sudut dan ketelitian linier jarak
adalah sebagai berikut :
a) Hitungan Salah Penutup Sudut.
Hitungan salah penutup sudut dilakukan pada jalur kerangka horizontal (poligon) dengan
menggunakan rumus:
• Untuk Poligon Terbuka Terikat Sempurna :

Gambar 11.
Bentuk Geometris Poligon Terbuka Terikat Sempurna

• Untuk Poligon Tertutup :

- Bila diukur sudut dalam :

Gambar 12.
Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Dalam

25
- Bila diukur sudut luar :

Gambar 13.
Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Luar

Dimana :
f = salah penutup sudut
 = jumlah sudut ukuran
n = jumlah titik sudut
akhir = azimuth akhir
awal = azimuth awal
Toleransi yang harus dipenuhi adalah :

b) Hitungan Salah Penutup Linier Jarak.

Hitungan salah penutup linier akan dihitung dan syarat geometrik poligon yaitu :
• Syarat geometrik koordinat untuk Poligon Terbuka Terikat Sempurna :

Besar Salah Penutup Koordinat adalah :

• Syarat geometrik koordinat untuk Poligon Tertutup :

Besar Salah Penutup Koordinat adalah :

• Sedangkan Salah Linier Jarak poligon adalah

26
• Untuk mengetahui Ketelitian Linier Jarak poligon didapat dengan rumus :

Ketelitian Linier Jarak :

Dimana :
fx = salah penutup absis
fy = salah penutup ordinat
d = jumlah jarak sisi poligon
Toleransi yang harus dipenuhi (KLJ) adalah  1: 5000

c) Hitungan Koordinat

Hitungan koordinat titik-titik poligon dilakukan setelah diketahui salah penutup hasil ukuran
memenuhi batas toleransi yang di syaratkan.
Koordinat titik-titik poligon dihitung secara berantai dengan menggunakan rumus :

Dimana :
ij = nomor urut titik polligon dan 1 ke
n = 1, 2, 3, 4, …

d) Hitungan Sipat Datar

Hitungan waterpass (sipat datar) pada semua jalur pengukuran lahan, metoda dan proses
hitungan pada dasamya sama. Pada tahap ini data-data ukuran dihitung dengan hitungan
perataan sederhana cara bowditch, dimana dalam sistem pemberian nilai koreksi tiap hasil
ukuran adalah dengan perbandingan jarak ukuran dengan jumlah jarak jalur waterpass
dalam satu seksi/loop. Rumus yang dipakai dalam metoda tersebut adalah sebagai berikut
:
Hitungan salah penutup beda tinggi:
• Untuk jalur waterpass terbuka terikat sempuma :

• Untukjalur waterpass tertutup :

maka untuk kesalahan tiap ukuran adalah :

Dimana :
Tawal = tinggi titik ikat awal
Takhir = tinggi titik ikat akhir

27
h = beda tinggi ukuran
fh = kesalahan beda tinggi
d = Jumlah jarak dalam satu seksi / kring
Sedangkan untuk mengetahui baik tidaknya hasil pengukuran waterpass, maka
ditentukan batas harga kesalahan terbesar yang masih dapat diterima yang dinamakan
toleransi pengukuran. Angka toleransi dapat dihitung dengan metode sebagai berikut:

Dimana :
T = Toleransi dalam satuan mm
K = Konstanta yang menunjukan tingkat ketelitian pengukuran dalam
satuan milimeter (mm).
D = Jumlah jarak yang diukur dalam satuan kilometer.

e) Hitungan Titik Detail

Hitungan tachimetry adalah menghitung jarak datar dan beda tinggi titik titik detail yang
telah diukur dilapangan. Pada gambar berikut ini bila titik B adalah titik detail yang diukur
dan titik kerangka A, maka untuk menghitung jarak datarnya dan beda tinggi antara titik A
dan B digunakan rumus-rumus berikut ini :

Gambar 14.
Pengukuran Tachimetry

• Menghitung Jarak Optis:

• Menghitung Jarak Datar:

• Menghitung Beda Tinggi:

28
Dimana :
h = Beda tinggi antara teropong dengan titik sasaran (benang tengah)
hAB = Beda tinggi antara titik A dan titik B
Do = Jarak optis
D = Jarak datar
BT = Benang Tengah
Ta = Tinggi alat
L = Selisih bacaan benang atas dan benang bawah (BA-BB)
M = Sudut miring (heling)
Z = Sudut Zenith
K = Konstanta pengali alat (K100)

3. Analisa Sosial Ekonomi


Setelah survey sosial ekonomi selesai, kemudian dilakukan analisis deskriptif berdasarkan data
kualitatif dan kuantitatif kemudian data disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti untuk para
pembuat keputusan. Data-data yang disajikan meliputi :
- Lokasi dan populasi di daerah yang terkena.
- Jumlah penduduk yang ada di daerah yang terkena dan prediksi perkembangannya.
- Status perkawinan.
- Keluarga inti dan keluarga numpang.
- Pendidikan.
- Pekerjaan.
- Pendapatan.
- Penduduk rentan.
- Lembaga sosial
- Aspirasi dan persepsi kepala keluarga

4. Analisa Pendataan Aset


Menganalisa data-data yang meliputi :
- Penggunaan lahan yang terkena proyek
- Lahan sisa terkena proyek
- Kondisi infrastuktur dan lingkungan hidup
- Bangunan terkena proyek
- Warga terkena proyek berdasarkan kepemilikan asset
- Aset Tanaman

5. Analisa Status Kepemilikan dan Kelayakan Harga


- Jumlah bidang yang terkena proyek
- Jumlah dan ukuran persil
- Status kepemilikan tanah
- Bukti kepemilikan tanah

29
6. Penggambaran Peta Bidang
Peta rincik lahan hasil verifikasi setelah melalui proses scanning dan editing dengan menggunakan
media komputer yang akan dioverlay dengan peta orthopoto hasil digitasi.
Secara garis besar kegiatan pembentukan basis data peta digital ini meliputi kegiatan- kegiatan
sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
b. Evaluasi Peta, Layout dan Koreksi Peta
c. Scaning atau digitasi Peta
d. Editing Data raster dan register
e. Vektorisasi data raster kedalam ke dalam layer-layer sebagai berikut :
• Layer Jalan
• Layer Sungai
• Layer Blok
• Layer Batas Blok
• Layer Batas Desa
• Layer Batas Kecamatan
• Layer Batas Konsesi PTP
f. Cek Plot, Pemeriksaan dan Editing

D. Kegiatan Penyusunan Kebijakan LARAP


1. Penyusunan RAB Pembebasan Lahan dan Relokasi
Penyusunan RAB Pembebasan Lahan dan Relokasi ini pada intinya didasarkan pada dasar
perhitungan pembebasan lahan.
Alternative dasar perhitungan pembebasan lahan dan relokasi/pemukiman kembali penduduk.
Metode penilian yang digunakan oleh appraisal untuk menentukan nilai pasar tanah biasanya
menggunakan metode pendekatan data pasar (market data approach). Dalam hal ini penilaian
tanah didasarkan pada perbandingan secara langsung obyek yang dinilai dengan data transaksi
pembanding yang telah dianalisa dengan menggunakan factor-faktor penyesuaian (adjustment).
Koreksi penyesuaian, mencakup perbandingan :
• Faktor lokasi, yang mencakup kestrategisan, jauh dekatnya lokasi dengan fasilitas
umum.
• Faktor kegunaan, adalah pengaruh dari nilai kegunaan yang maksimal bisa diperoleh
yang disesuaikan dengan zoning/peruntukannya.
• Faktor fisik adalah mencakup sifat-sifat fisik antara lain ukuran, bentuk tnah, topografi,
kondisi tanah dan lain-lain.
• Faktor sarana menyangkut adanya sarana yang dimiliki misalnya jalan masuk, PDAM,
PLN, Telkom, angkutan umum dan lain-lain.
• Faktor waktu adalah berhubungan dengan kapan terjadinya penjualan/transaksi atau
masih dalam bentuk penawaran.

30
Adapun faktor nilai nyata juga ditambahkan sebagai nilai tanah sebagai faktor-faktor penggantian
kerugian yang bersifat fisik dan/atau non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang
mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan
tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan social
ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.
a. Jadwal dan Rencana Anggaran Pembebasan Lahan
Estimasi biaya pembebasan lahan harus memasukkan hal-hal sebagai berikut:
• Semua biaya persiapan dan kompensasi
• Biaya-biaya pergantian ganti rugi
• Semua biaya administrasi mengenai pembebasan lahan
b. Jadwal dan Rencana Anggaran Pemukiman Kembali
Estimasi biaya pemukiman kembali harus memasukkan hal-hal sebagai berikut:
• Semua biaya persiapan pemukiman kembali dan kompensasi
• Biaya-biaya relokasi dan angkutan pindah
• Estimasi biaya untuk perbaikan pendapatan
• Semua biaya administrasi mengenai pemukiman kembali

2. Penyusunan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi ini pada intinya merupakan penyusunan langkah-langkah yang
disarankan dalam kegiatan pembebasan lahan dengan mengacu kepada dasar hukum yang
berlaku dan bersama-sama dengan direksi proyek dan instansi terkait untuk mendapat
tangggapan maupun masukan.

3. Penyusunan Kebijakan Rencana Pengadaan Tanah Termasuk Rencana Relokasi


Penyusunan Kebijakan Rencana Pengadaan Tanah Termasuk Rencana Relokasi ini pada
intinya merupakan penyusunan langkah-langkah yang disarankan dalam kegiatan pembebasan
lahan dengan mengacu kepada dasar hokum yang berlaku dan bersama-sama dengan direksi
proyek dan instansi terkait untuk mendapat tangggapan maupun masukan.
a. Pembangunan Lokasi Pindah dan Infrastruktur
Tahapan dalam pembangunan Lokasi Pindah dan infrastruktur adalah :
• Pemilihan alternatif lokasi
✓ Identifikasi lokasi, kualitas tempat, dan keutuhan pembangunan
✓ Merencanakan tataruang, desain dan infrastruktur sosial
✓ Identifikasi pilihan-pilihan alternatif, apabila diperlukan (misalnya, relokasi mandiri
oleh penduduk terkena dampak, migrasi terencana ke tempat yang lebih jauh)
✓ Menentukan cara-cara menjaga tetap ada pendapatan dan pekerjaan
✓ Menentukan tindakan-tindakan dalam melaksanakan, mengusahakan agar dapat
berintegrasi dengan masyarakat tuan rumah.
• Melibatkan mereka yang potensial akan pindah dan penduduk tuan rumah.
• Kelayakan alternatif lokasi.

31
Desain lokasi, tataruang dan fasilitas umum atau fisik yang diperlukan (misalnya: jalan
akses, drainase, jaringan air bersih, sekolah, pusat rekreasi/tempat pertemuan, klinik
kesehatan, tempat beribadah), perlu disiapkan dengan berkonsultasi dengan penduduk
yang dipindahkan dan penduduk tuan rumah. Masukan dari masyarakat harus
merupakan bagian integral dari pembangunan infrastruktur untuk umum/sosial di lokasi.
b. Strategi Perbaikan Pendapatan
• Identifikasi strategi perbaikan pendapatan
• Menyiapkan rencana menciptakan pekerjaan termasuk ketentuan-ketentuan untuk
pelatihan kembali
• Mengidentifikasi kesempatan-kesempatan kerja, termasuk ketentuan bekerja mandiri.
c. Kerangka Kelembagaan untuk Pelaksanaan Rencana Pemukiman Kembali
• Identifikasi biaya-biaya pengadaan tanah dan pemukiman kembali
• Menyiapkan jadwal dan alokasi penganggaran
• Menentukan sumber-sumber pendanaan dan proses persetujuan
d. Pemantauan dan Evaluasi
• Menyusun sistem Pemantauan dan Evaluasi
• Menyiapkan rencana pemantauan dan pelaporan
• Menentukan apabila ada partisipasi LSM/penduduk yang terkena dampak dalam
pemantauan dan evaluasi
• Merencanakan evaluasi dampak pemukiman kembali yang independen

32
LAMPIRAN 2

Spesifikasi Survei Sosial Ekonomi Budaya


Dalam merumuskan aspek sosial, ekonomi dan budaya, dilakukan dengan cara mengkombinasikan
muatan yang terkandung dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun
2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan. Sesuai
dengan kegiatan proyek dan dugaan dampak yang ditimbulkan, aspek sosial, ekonomi dan budaya
yang perlu dipelajariadalah:
• Aspek kependudukan : struktur penduduk, khususnya jumlah angkatan kerja, pertumbuhan
penduduk, mobilitas horisontal, khususnya wilayah dan intensitas aktivitas ke luar daerah,
kepadatan penduduk dan tingkat pendidikan penduduk.
• Aspek sosial ekonomi penduduk : struktur dan sistem ekonomi yang meliputi matapencaharian
utama dan tambahan seluruh anggota keluarga, tingkat dan sumber penghidupan ekonomi rumah
tangga, sumber penghidupan di luar sektor tradisional, pemilikan dan penguasaan sumber daya
tradisional (lahan), sistem dan bentuk perekonomian lokal, kondisi dan perkembangan
perekonomian lokal.
• Aspek sosial budaya, khususnya berkaitan dengan kemasyarakatan, antara lain: pola
kepemimpinan, struktur dan organisasi sosial masyarakat, bentuk dan peran institusi tertentu
dalam komunitas lokal dan kondisi kamtibmas.
• Aspek khusus lain, seperti pemanfaatan lahan di wilayah rencana pembangunan saluran drainase
utama perkotaan Kota Jambi, sumber dan pemanfaatan air bersih, berbagai jenis bantuan dan
harapan dari pemrakarsa proyek, jenis ketegangan dan mekanisme pemecahannya.

1. Pengumpulan Data Komponen Sosial


Data yang diperlukan adalah komponen sosial ekonomi dan budaya dalam penelitian meliputi
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara
secara terarah/terfokus dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance).
Responden ditentukan dengan metode purposive random sampling. Adapun data sekunder
diperoleh dari instansi terkait di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten. Penentuan lokasi
sampel untuk pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, dengan mempertimbangkan pada kategori-kategori wilayah yang diprakirakan akan
terkena dampak baik pada aspek fisik, biologi, maupun social budaya dari adanya rencana
kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Di Saluran Drainase Utama Perkotaan
Kota Jambi.

Metode pengumpulan dan analisis data demografi, sosial ekonomi dan budaya adalah
sebagai berikut:
a. Demografi
Data kependudukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung kepada masyarakat yang diprakirakan terkena dampak kegiatan.
Adapun parameter kependudukan yang diteliti meliputi antara lain :

33
• Struktur penduduk (kelompok umur menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan
tingkat pendidikan) serta kepadatan penduduk.
• Perkembangan penduduk khususnya pertumbuhan penduduk
• Pola persebaran penduduk
• Tenaga kerja, meliputi angkatan kerja dan tingkat pengangguran

b. Sosial Ekonomi
Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data primer.
Data sekunder meliputi data monografi, data statistik pada instansi terkait di daerah
rencana kegiatan.
Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap masyarakat di
daerah sekitar rencana pembangunan dan pada kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan.
Adapun parameter social ekonomi yang akan diteliti meliputi antara lain :
• Ekonomi rumah tangga terdiri dari:
- tingkat pendapatan,
- pola nafkah ganda.
• Ekonomi sumber daya alam yang terdiri dari:
- pola pemanfaatan sumberdaya alam,
- pola penggunaan lahan.
• Perekonomian lokal yang terdiri dari :
- kesempatan kerja dan berusaha,
- jenis dan jumlah aktivitas ekonomi nonformal,
- pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,
- pendapatan Asli Daerah (PAD),
- aksesibilitas wilayah,
- fasilitas umum dan fasilitas sosial.

c. Sosial Budaya
Pengumpulan data sosial budaya dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan
data primer. Data primer diperoleh melalui penelitian di lapangan yang meliputi observasi
dan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance)
terhadap responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang terarah/terfokus
(indepth interview) terhadap beberapa informan kunci (key person) seperti tokoh
masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama yang dianggap sangat berpengaruh dalam
masyarakat. Adapun parameter sosial budaya yang akan diteliti adalah :
• Kebudayaan masyarakat setempat yang meliputi :
- Adat Istiadat
- Nilai Dan Norma Budaya.
• Proses sosial dalam masyarakat yang meliputi :
- Proses Asosiatif (Kerjasama)

34
- Proses Disosiatif (Konflik Sosial)
- Akulturasi
- Asimilasi Dan Integrasi
- Kohesi Sosial.
• Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana Pembangunan Saluran
Drainase Utama Perkotaan Kota Jambi.
• Secara rinci jenis komponen lingkungan sosial yang akan diteliti beserta metode
pengumpulan data yang selanjutnya dianalisis.

2. Besar dan Penentuan Sampel


Sampling aspek sosial, ekonomi dan budaya, dilaksanakan melalui wawancara secara acak
(random) dengan responden penduduk. Wawancara dengan penduduk diutamakan yang
terdapat di sekitar lokasi rencana kegiatan pembangunan saluran drainase utama perkotaan
Kota Jambi. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane (dalam
Prastowo, 2002), sebagai berikut :
N
n =
N d2 + 1
dengan rincian :
N = Jumlah populasi (KK) yang diteliti
d = Tingkat kesalahan (ditentukan 7%)
d² = 0,07 x 0,07 = 0,0049
n = Jumlah responden

Parameter aspek kependudukan dan matapencaharian diukur dari banyaknya penduduk


masing-masing desa yang dapat terserap/memanfaatkan peluang lapangan kerja yang
tersedia pada kegiatan pengambilan material ini. Parameter adat istiadat diukur dari
banyaknya kejadian yang berlaku akibat interaksi antara pelaku kegiatan proyek tersebut
dengan penduduk desa setempat yang dapat merubah adat istiadat penduduk setempat.
Persepsi negatif akibat timbulnya keresahan di masyarakat, terutama tentang keinginan
merebut peluang kerja yang tersedia, juga adanya pendatang-pendatang baru yang ikut
bekerja, hingga masalah kerusakan jalan maupun lingkungan akibat mobilisasi alat berat dan
bahan-bahan.

3. Pengolahan Data
Pengolahan data dan analisis data serta melaksanakan orientasi lapangan dan survei
pendahuluan dengan tujuan :
- Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan
terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
- Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang diperkirakan akan
terkena dampak besar dan penting dari kegiatan pembangunan,

35
- Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya,
- Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan
pembangunan;

Spesifikasi Survei Lingkungan


Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak rencana pembangunan saluran
drainase utama perkotaan Kota Jambi, meliputi komponen lingkungan fisik-kimia, biologi, serta
komponen sosial ekonomi dan budaya. Untuk keperluan identifikasi, prakiraan dan evaluasi
dampak akibat kegiatan proyek tersebut perlu dilakukan pengumpulan dan analisis data yang
relevan (dapat menjamin reliability dan validity) dari setiap parameter yang dikaji.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengumpulan secara
langsung akan ditempuh dengan cara pengambilan contoh (sampling), yang akan menghasilkan
data primer. Sedangkan pengumpulan data secara tidak langsung akan dilakukan dengan cara
pengumpulan data sekunder dari hasil-hasil studi yang telah dilaksanakan di wilayah studi maupun
melalui pengumpulan data dari lembaga/instansi terkait.

Tujuan pengambilan contoh dan analisis data dalam penyusunan dokumen lingkungan ini yaitu :
1) Mengidentifikasi sumber dampak (diikuti oleh jenis dampak),
2) Penilikan kualitas lingkungan sebagai proses koreksi dalam jangka waktu pendek,
3) Pengelompokan kualitas lingkungan sebagai elemen program pemantauan dalam jangka
panjang.
Ketiga tujuan tersebut merupakan dasar dalam penentuan teknik pengambilan contoh sebagai
perwujudan pengumpulan data lingkungan fisik-kimia, biologi juga sosial ekonomi dan budaya
beserta metode analisisnya.

1. Pengambilan dan Pengolahan Data


a. Iklim
Komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah antara lain : suhu, kelembaban, curah
hujan, arah dan kecepatan angin. Pengambilan data iklim dilakukan pada Stasiun
Klimatologi yang ada di daerah wilayah studi dengan periode pencatatan selama 1
minimal 10 tahun terakhir.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama minimal 10 tahun terakhir pencatatan data
iklim tersebut hasil analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kondisi iklim daerah
penelitian.
Parameter-parameter iklim yang dikumpulkan antara lain meliputi :
• Suhu Udara : Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat,
selain itu suhu udara dapat juga diukur langsung di beberapa lokasi kegiatan.

36
• Kelembaban : Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder hasil
pencatatan stasiun meteorologi terdekat. Selain itu pengukuran akan dilakukan
langsung dilokasi kegiatan.
• Angin : Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu (time series)
akan dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh kemudian
akan diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang
diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan tingkat pencemaran
udara.
• Curah hujan : Data curah hujan dikumpulkan dari stasiun-stasiun penakar hujan
yang ada di wilayah studi untuk periode 10 s/d 15 tahun terakhir untuk mengetahui
hujan rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya.
• Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan
suhu rata-rata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan
kelembaban maksimum dan minimum dihitung secara aritmatik.
• Perhitungan rerata tebal curah hujan harus memperhatikan topografi pada daerah
studi. Penetapan bulan kering dan bulan basah, dapat menggunakan metoda
penggolongan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson atau Oldeman Metode.
Analisis data iklim dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata, maksimum dan minimum
sehingga di dapat tipe iklim dan gambaran iklim di daerah tersebut. Untuk menentukan
keadaan dan tipe iklim setempat digunakan data curah hujan dan hari hujan

b. Kualitas Udara dan Kebisingan


Berdasarkan SNI-19-7119.6-2005 titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan
dengan mempertimbangkan :
• Faktor meteorologi (arah dan kecepatan angina)
• Faktor geografi seperti topografi
• Tata guna Lahan
Dengan demikian penentuan lokasi titik pengambilan contoh uji udara dan kebisingan di
lokasi kegiatan didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu:
• Hubungan rencana kegiatan dengan lokasi sekitarnya.
• Kemungkinan penyebaran zat pencemar, baik yang diakibatkan oleh kendaraan
pengangkut alat berat dan material maupun dari kegiatan konstruksi ke lokasi
terdekat utama permukiman sesuai dengan arah angin dominan.

Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan antara lain meliputi :
• Kualitas Udara Ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan
Pemerintah/Peraturan No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Meliputi paramater diantaranya: SO2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida), NO2
(nitrogen dioksida), O3, dan TSP (debu).

37
• Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dilokasi yang sama dengan lokasi
pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu tingkat kebisingan diatur
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996

Analisis kualitas udara dan kebisingan akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai
peraturan yang berlaku. Hasil perhitungan dikonversi menjadi skala kualitas lingkungan.
Hasil pengukuran kualitas udara terutama parameter-parameter SO2, CO, NOx dan debu,
dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan tingkat kebisingan
dibandingkan dengan baku tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996.

Tabel.1 Baku Mutu Kebisingan Berdasarkan KepMenLH No.48 Tahun 1996

c. Hidrologi dan Kualitas Air


Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi komponen-komponen antara lain
sebagai berikut:
➢ Air Permukaan
- Karakteristik fisik Sungai
- Pola alur sungai
- Kondisi dasar sungai
- Kedalaman sungai rata rata
- Kemiringan
- Kondisi banjir
- Debit aliran

38
- Kualitas air
- Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
- Tingkat erosi dan kondisi daerah resapan.
Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan terkena
dampak tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi terkait,
kemudian rencana lokasi pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana Lokasi
Pengambilan Sampel, yang selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan skala
Kualitas Lingkungannya.
➢ Kualitas Air Tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi studi, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air tanah/sumur penduduk. Jumlah lokasi pengambilan sampel
didiskusikan kepada Direksi Pekerjaan.
➢ Kualitas Air Permukaan
Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi studi, maka
dilakukan pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran,
perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah
RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis
Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan. Pengambilan
sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di Di Saluran Drainase Utama
Perkotaan Kota Jambi dan anak-anak sungainya. Lokasi pengambilan sampel
ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena
dampak kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Pembangunan Saluran
Drainase Utama Perkotaan Kota Jambi

Hasil analisis kualitas air permukaan yang meliputi, parameter fisik, kimia dan parameter
bakteriorologis selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan
Gubernur Jambi No. 20 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup


Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup meliputi :
1. Pendahuluan
Pendahuluan pada dasarnya berisi informasi tentang latar belakang, maksud dan tujuan
dilaksanakannya pembangun Saluran Drainase Utama Perkotaan Kota Jambi, informasi terkait
pemrakarsa dan penanggung jawab rencana usaha dan/atau kegiatan dan pelaksana
penyusun dokumen, tenaga ahli serta asisten peyusun dokumen.
2. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang
Uraian tentang keesesuaian lokasi rencana pembangunan saluran drainase utama perkotaan
Kota Jambi dengan rencana tata ruang sesuai dengan peraturan perundangan, deskripsi

39
rencana kegiatan dengan focus kepada komponen-komponen kegiatan yang berpotensi
menyebabkan dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan, termasuk alternatifnya.
3. Uraian Mengenai Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak
Menguraikan komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan. Uraian tersebut dapat menggunakan tahap pelaksanaan proyek,
yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.
4. Dampak Lingkungan Hidup yang ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Menguraikan dampak lingkungan yang ditimbulkan serta upaya pengelolaan lingkungan yang
berupa informasi mengenai bentuk/jenis pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan,
periode pengelolaan lingkungan hidup serta bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup yang
berisikan tentang informasi mengenai cara, metode, dan/atau teknik untuk melakukan
pemantauan atas kualitas hidup yang menjadi indicator keberhasilan pengelolaan lingkungan
hidup.
5. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat buku- buku, referensi-referensi yang dijadikan bahan acuan / pedoman,
masukan-masukan dalam pengumpulan data-data yang diperlukan yang berkaitan dengan
penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (Kerangka Acuan).
6. Lampiran
Lampiran yang dimaksud memuat dokumen dokumen yang terkait dengan kajian lingkungan
hidup yang dikaji, baik berupa data-data primer, foto-foto, dan dokumen pendukung lainnya.

40

Anda mungkin juga menyukai