Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BISNIS INTERNASIONAL

Program Studi : S1 Akuntansi

Anggota :
BAIQ WITANDUR ISLAMI AMALIA (A1C017028)
I GUSTI AYU PRADNYA P.S (A1C017064)
NOVIA DARMAYANA (A1C117065)
M. FAUZUL AKBAR (A1C117095)
RICHA PRATIWI (A1C018146)

1.
Menurut Griffin (2010) bisnis internasional adalah transaksi
bisnis antara beberapa pihak dalam lebih dari satu negara.
Sedangkan menurut Hadi (2010) bisnis internasional adalah suatu
studi tentang transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan
internasional (ekspor dan impor) dan foreign investment (direct
maupun indirect) yang dilakukan oleh individu dan perusahaan
atau organisasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan
manfaat tertentu. Sedangkan menurut Cavusgil (2008) bisnis
internasional adalah aktivitas perdagangan dan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan melintas batas satu negara dengan
negara lainnya. Pertumbuhan aktivitas bisnis internasional
meningkat sejalan dengan fenomena semakin luasnya pasar yang
diakibatkan globalisasi.
2.

Pihak - pihak yang berkepentingan dalam bisnis internasional


adalah ini terdiri dari :
1. Exportir
Yaitu pengurusan export yang dilakukan oleh
produsen/perusahaan yang bersangkutan.
2. Confirming House
Confirming house yaitu perusahan domestik (lokal) yang
beroperasi sesuai dengan hukum dan undang-undang
daerah. Dan bekerja untuk dan atas perintah kantor pusat
yang berada diluar negri. Perusahaan luar negeri (asing)
banyak yang mendirikan kantor cabang atau bekerja sama
dengan perusahaan daerah untuk mendirikan anak
perusahaan di dalam negeri. Kantor cabang ini bekerja atas
perintah kantor pusat untuk kepentingan kantor pusatnya.
Badan usaha semacam ini disebut dengan confirming
house. Tugas kantor cabang atau anak perusahaan biasanya
melakukan usaha pengumpulan, sortasi, up grading, dan
pengepakan exspor dari komoditi lokal.
3. Pedagang Export (Export-Merchant)
Yaitu sebuah badan usaha yang memiliki izin dari
pemerintah berupa kartu Angka Pengenal Ekspor (APE)
dalam bentuk Surat Pengakuan Eksportir. Dan memiliki izin
untuk melaksanakan ekspor komoditi yang dicantumkan
dalam surat tersebut. Export Merchant beroperasi untuk dan
atas kepentingan dari produsen dalam negeri yang
diwakilinya.
4. Agen Export (Export-Agent)
Dalam hal ini export agent disebut juga sebagai export
merchant. Tidak hanya dalam hal bisnis dalam ruang
lingkup export-import tapi hubungan ini lebih kepada ikatan
perjanjian.
5. Wisma Dagang (Trading House)
Yaitu perusahaan yang telah memiliki status. Dalam hal ini
tidak ada pembatasan pada satu atau dua komoditi saja,
tetapi suatu perusahaan atau eksportir dapat
mengembangkan ekspornya menjadi beraneka macam
komoditi. Maka eksportir demikian mendapat status General
Exporters. Perusahaan yang telah memiliki status seperti ini
sering disebut dengan Wisma Dagang (Trading House) yang
dapat mengekspor aneka komoditi dan mempunyai jaringan
pemasaran dan kantor perwakilan di pusat-pusat dagang
dunia. Perusahaan ini memperoleh fasilitas tertentu dari
pemerintah baik dalam bentuk fasilitas perbankan maupun
perpajakan.
6. Pengusaha Import (Import-Merchant)
Pengusaha import atau yang lebih akrab disebut Import
Merchant adalah suatu badan usaha yang diberikan izin oleh
Pemerintah dalam bentuk Tanda Pengenal Pengakuan
Import (TPPI) untuk mengimpor barang yang bersifat
khusus. Dan tidak berlaku/diperkenankan untuk barang lain
selain yang telah diizinkan.
7. Aproved Importer (Approved-Traders)
Aproved Importer adalah pengusaha import biasa yang
mendapat keistimewaan dari Pemerintah, dalam hal ini
Departemen Perdagangan untuk mengimpor komoditi
tertentu untuk tujuan tertentu dalam keperluan Pemerintah.
8. Importir Terbatas
Pemerintah telah memberikan izin khusus kepada
perusahaan PMA dan PMDN dalam rangka UU PMA/PMDN
untuk mengimpor mesin-mesin dan bahan baku yang
diperlukannya sendiri (tidak diperdagangkan). Izin yang
diberikan dalam bentuk APIT (Angka Pengenal Import
Terbatas) yang dikeluarkan oleh BKPM atas nama Menteri
Perdagangan.
9. Importir Umum
Importit umum adalah sebuah perusahaan impor yang
khusus mengimpor aneka macam barang dagangan.
Perusahaan ini biasanya memperoleh status sebagai
importir umum, yaitu Perusahaan Perseorangan atau
Persero Niaga yang sering disebut Trading House atau
Wisma Dagang yang dapat mengimpor barang-barang mulai
dari barang kelontong sampai instalasi lengkap suatu
pabrik.
10. Sale Agent Importer
Yaitu perusahaan asing yang memiliki minat untuk
memasarkan barang di Indonesia yang seringkali
mengangkat perusahaan daerah/setempat sebagai Kantor
Perwakilannya. Atau menunjuk suatu Agen Tunggal yang
akan mengimpor hasil produksinya di Indonesia.
11. Badan Usaha Transportasi
Tugas dari badan ini adalah pengumpulan muatan,
penyelenggaraan pengepakan sampai pembukuan muatan
yang diperdagangkan.
12. Bank Devisa
Yaitu pihak yang memberikan jasa perkreditan dan
pembiayaan. Apakah itu dalam bentuk kredit eksport
maupun sebagai uang muka jaminan Letter Of Credit (L/C)
import. Selain itu Bank Devisa sangat diperlukan pada
pembukaan L/C, penerimaan L/C, penyampaian dokumen-
dokumen, serta pada saat negosiasi.
13. Maskapai Pelayaran
Dalam hal ini perusahan pelayaran memegang peranan
penting dalam pengangkutan barang dan muatan dari
tempat sampai ke tujuan.
14. Maskapai Asuransi
Maskapai Asuransi memegang peranan yang tidak dapat
diabaikan dalam perencanaan persyaratan kontrak yang
dapat menjamin resiko dari setiap transaksi. Yaitu resiko
atas kualitas barang baik di darat maupun di laut yang tidak
mungkin ditanggung oleh salah satu pihak.
15. Kantor Perwakilan Atau Kedutaan
Sebagai sarana untuk membantu promosi, kantor kedutaan
di luar negeri dapat mengeluarkan dokumen legalitas seperti
consuler invoice yang berfungsi mengecek dan mensahkan
pengapalan suatu barang dari negara tertentu.
16. Surveyor
Instansi ini berfungsi sebagai juru periksa terhadapa
kualitas, cara pengepakan dan keabsahan dokumen-
dokumen terhadap barang-barang yang akan diekspor atau
diimpor. Di Indonesia perusahaan yang ditunjuk sebagai
juru periksa adalah PT. Sucofindo.
17. Pabean
Pabean yaitu sebagai alat pemerintah untuk bertindak
sebagai pengaman lalu lintas barang serta dokumen yang
masuk ke wilayah pabean.

3.

 Ekspor. Menjual produk-produk yang dibuat di dalam


negeri untuk dijual kembali ke negara-negara lain.
Kegiatan ekspor ini dapat dikategorikan menjadi
ekspor insidentil, yaitu terjadi karena adanya
kedatangan orang asing di dalam negeri kemudian
orang asing ini membeli barang-barang dan
kemudian dikirimkan ke negara orang asing tersebut.
Dan ekspor aktif yaitu hubungan bisnis yang rutin
dan kontinyu dan transaksi tersebut makin lama akan
semakin aktif.
 Impor. Impor adalah membeli produk-produk yang
dibuat negara-negara lain untuk digunakan atau
dijual kembali di dalam negeri.
 Lisensi. Lisensi adalah kesepakatan kontrak di mana
suatu perusahaan di suatu negara memberikan
lisensi penggunaan hak kekayaan intelektualnya
(paten, merk dagang, nama merek, hak cipta atau
rahasia dagang) kepada suatu perusahaan di negara
kedua dengan mendapatkan pembayaran royalti.
 Waralaba. Waralaba adalah suatu bentuk khusus
lisensi, terjadi apabila suatu perusahaan di suatu
negara (pemberi waralaba) memberikan wewenang
kepada suatu perusahaan di negara kedua
(pemegang waralaba) untuk menggunakan istem
pengoperasiannya dan juga nama merek, merek
dagang, dan logo dengan mendapatkan pembayaran
royalti.
 Kontrak Manajemen. Kontrak manajemen adalah
kesepakatan dimana suatu perusahaan di suatu
negara setuju untuk mengoperasikan fasilitas atau
memberikan jasa manajemen lainnya kepada
perusahaan di negara lain dengan mendapatkan
imbalan yang telah disepakati.

4.
Secara umum etika bisnis dapat didefinisikan sebagai
suatu standar atau prinsip moral yang diterapkan di dalam
lembaga atau organisasi bisnis dan perilaku yang dapat
diterima (benar) atau tidak dapat diterima (salah) dari
orang-orang yang bergerak di dunia bisnis. Sedangkan,
etika bisnis internasional terkait dengan standar moral
yang diterapkan di dalam kegiatan bisnis internasional.
Pentingnya Etika Bisnis Internasional
Perspektif makro bagi perusahaan multinasional:
o Menghindari konflik dengan karyawan akibat
perbedaan budaya.
o Mengurangi kecurangan-kecurangan yang dilakukan
oleh pihak perusahaan asing.
o Menghindari eksploitasi berlebihan oleh pihak
perusahaan.
o Melindungi norma yang disepakati oleh kedua belah
pihak
Permasalahan Etika Bisnis Dalam Bisnis Internasional
Pertanyaan terkait moral mengenai apakah suatu
tindakan baik atau buruk, benar atau salah, seringkali
menjadi dilema di dalam kegiatan bisnis internasional.
Penilaian terhadap suatu tindakan terkait bisnis yang
dianggap baik atau buruk dan benar atau salah seringkali
berbeda di antara satu negara dengan negara lainnya.
Bahkan di dalam suatu negarapun penilaian ini sering
berbeda dikarenakan perbedaan di dalam budaya dari
masyarakatnya. Di samping faktor budaya, perbedaan
pandangan ini juga sering dipengaruhi oleh sistem
perekonomian dan sistem pemerintahan suatu negara,
disamping kepercayaan dan agama yang ada di masyarakat.
Permasalahan etika bisnis dapat muncul di berbagai
aspek bisnis internasional yakni,
Dalam bidang produksi, misalnya muncul
permasalahan etika terkait perusahaan dengan lingkungan,
baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial,
penggunaan binatang untuk uji coba obat-obatan baru, cara
transportasi ternak, dan diketemukannya teknologi baru
seperti produk transgenik atau genetically modified product
dan cloning.
Dalam bidang pemasaran, misalnya muncul
permasalahan etika terkait pelaksanaan promosi (seperti
adanya unsur sex dalam advertising), pemasaran langsung
di sekolah, dan advertising yang menyesatkan dengan tidak
memberikan informasi produk yang sebenarnya.
Dalam bidang keuangan, misalnya terkait insider
trading, pembayaran yang sangat besar terhadap CEO
perusahaan sebagai excutive compensation, dan pembuatan
laporan keuangan yang tidak benar.

Richard De George menjelaskan bahwa terdapat tiga hal


yang harus kita lakukan jika di bidang bisnis norma-norma
moral di negara lain berbeda dengan norma-norma yang kita
anut, yaitu:
a. Menyesuaikan diri
Seperti peribahasa Indonesia: “Dimana bumi
berpijak, disana langit dijunjung”. Maksudnya adalah
kalau sedang mengadakan kegiatan ditempat lain
bisnis harus menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang berlaku di tempat itu. Diterapkan di bidang
moral, pandangan ini mengandung relativisme
ekstrem.
b. Rigorisme moral
Yang di maksud dengan rigorisme moral adalah
mempertahankan kemurnian etika yang sama seperti
di negeri sendiri. De George mengatakan bahwa
perusahaan di luar negeri hanya boleh melakukan
apa yang boleh dilakukan di negaranya sendiri dan
justru tidak boleh menyesuaikan diri dengan norma
etis yang berbeda di tempat lain. Kebenaran yang
dapat ditemukan dalam pandangan rigorisme moral
ini adalah bahwa kita harus konsisten dalam perilaku
moral kita. Norma-norma etis memang bersifat
umum. Yang buruk di satu tempat tidak mungkin
menjadi baik dan terpuji di tempat lain.
c. Imoralisme naif
Menurut pandangan ini, dalam bisnis internasional
tidak perlu kita berpegang pada norma-norma etika.
Memang kita harus memenuhi ketentuan-ketentuan
hukum tetapi selain itu, kita tidak terikat oleh norma-
norma moral. Malah jika perusahaan terlalu
memperhatikan etika, ia berada dalam posisi yang
merugikan, karena daya saingnya akan terganggu.
Perusahaan-perusahaan lain yang tidak begitu
scrupulous dengan etika akan menduduki posisi
yang lebih menguntungkan. Sebagai argumen untuk
mendukung sikap itu sering dikemukakan: “semua
perusahaan melakukan hal itu”.

Anda mungkin juga menyukai