Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

LANSIA DENGAN ASAM URAT

Disusun oleh Kelompok 7 :

1. Inas Salsa Dwi H (B2018064)


2. Jihan Sukma Aprilia (B2018072)
3. Mukti Susi Okviatri (B2018088)
4. Fitriani (B2018056)
5. Nori Lapitasari (B2018097)
6. Maya dwi P (B2018080)

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hiperurisemia merupakan keadaan meningkatnya asam urat dalam darah akibat


gangguan metabolisme purin. Nukleotida ini bukan merupakan protein esensial karena lima
puluh persen lebih purin berasal dari metabolisme tubuh sendiri. Sebagai bagian dari materi
genetik (DNA dan RNA), purin terdiri atas guanin dan adenin. Salah satu produk limbah
purin pada manusia adalah asam urat yang sulit larut dalam urin (garam urat lebih larut
daripada asam urat). Dalam urin dengan pH 5, hanya 10% asam urat yang larut jika
dibandingkan dalam urin dengan pH 7. Padahal urin kita pada umumnya memiliki pH sekitar
5,8 (Biokimia Harper).

Sebenarnya produk nitrogenus hasil metabolisme purin diekskresikan lewat 3 bentuk:


(1) NH3, (2) urea dan (3) senyawa urat. Hewan yang hidup dalam air seperti ikan akan
mengekskresikan produk limbah tersebut dalam bentuk NH3 karena adanya air sebagai
pelarut. Manusia dan hewan lainnya akan mengekskresikan dalam bentuk urea (ureotelik) dan
senyawa urat (urikotelik). Hanya saja, manusia, burung, amfibi dan reptil tidak memiliki
enzim urikase yang dapat mengubah asam urat menjadi senyawa yang mudah larut, yaitu
alantoin, sehingga terdapat depot asam urat dalam tubuh. Pada laki-laki, depot asam urat
berkisar 1200 mg sedang pada wanita, sekitar 600 mg. Pasien penyakit gout tanpa tofus
memiliki depot asam urat sekitar 2 gm hingga 4 gm, sedangkan pasien dengan tofus bisa
mengandung depot asam urat sampai sebesar 30 gram ! (Biokimia Harper)
Nukleotida lainnya, pirimidin (sitosin, timidin, uridin), jarang menimbulkan permasalahan
kesehatan karena produk limbahnya bersifat larut dalam urin.

Hiperurisemia pada manusia dapat bermanifestasi sebagai penyakit pirai (penyakit


gout) yang dapat berupa inflamasi sendi (artritis gout), pembentukan tofus (endapan asam
urat) dalam tulang dan tulang rawan (misalnya, pada daun telinga), atau batu kemih
(urolitiasis urat). Penumpukan asam urat dalam jaringan kerangka (muskuloskeletal) dapat
menimbulkan cacat (deformitas), sedangkan batu kemih bisa mengakibatkan gagal ginjal.
B. Tujuan

1. Mengurangi pembentukan asam urat sehingga kadarnya dalam darah berada di dalam
batas-batas normal. Tujuan ini dicapai dengan membatasi konsumsi makanan,
khususnya yang tinggi purin (kandungan purin 150 mg – 1500 mg/100 gram bahan
makanan).
2. Mempermudah ekskresi asam urat ke dalam urin dengan peninggian pH urin melalui
diet tinggi sisa basa dan peningkatan asupan cairan. Diet tinggi sisa basa dilakukan
dengan mengurangi konsumsi bahan makanan yang mengasamkan urin dan
memperbesar konsumsi bahan makanan yang membuat urin lebih alkalis.
3. Menurunkan berat badan jika penderitanya terlalu gemuk dan kemudian
mempertahankan berat badan yang normal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gout Arthitis atau Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang
merupakan hasil akhir dari metabolisme purin ( bentuk turunan nukleoprotein ), yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah,
purin terdapat dalam tubuh dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup yakni
makanan dan tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau hewan (daging, ikan, dll).
Jadi asam urat merupakan hasil metaboliisme di dalam tubuh, dimana kadarnya tidak
boleh berlebihan. Setiap orang memiliki asam urat dalam tubuh, karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan, dan
senyawa lain yang banyak mengandung purin. Dalam tubuh telah menyediakan 85%
senyawa purin untuk kebuutuhan setiap hari, yang berarti bahwa kebutuhan purin dari
makanan hanya sekitar 15%.
Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara berlebihan. Purin
diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam urat berlebih, ginjal tidak mampu
mengeluarkan sehingga Kristal asam urat menumpuk di persendian. Akibatnya sendi
terasa nyeri,bengkak dan meradang.
B. Etiologi
1.  Faktor keturunan
2. Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa
purin lainnya. Purin adalah senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam
tubuh
3. Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah satu sumber purin yang
juga dapat menghambat pembuangan urin melalui ginjal
4. Ekskresi asam urat berkurang karena fungsi ginjal terganggu misalnya kegagalan
fungsi glomerulus atau adanya obstruksi sehingga kadar asam urat dalam darah
meningkat. Kondisi ini disebut hiperurikemia, dan dapat membentuk kristal asam urat
/ batu ginjal yang akan membentuk sumbatan pada ureter (Mandell Brian F.
2008). Pasien disarankan meminum cairan dalam jumlah banyak . minum air
sebanyak 2 liter atau lebih tiap harinya membantu pembuangan urat, dan
meminimalkan pengendapan urat dalam saluran kemih.
5. Beberapa macam obat seperti obat pelancar kencing (diuretika golongan tiazid),
asetosal dosis rendah, fenilbutazon dan pirazinamid dapat meningkatkan ekskresi
cairan tubuh, namun menurunkan eksresi.
6. Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri
dan virus yang lebih ganas.
7. Penyakit tertentu seperti gout, Lesch-Nyhan syndrome, endogenous nucleic acid
metabolism, kanker, kadar abnormal eritrosit dalam darah karena destruksi sel darah
merah, polisitemia, anemia pernisiosa, leukemia, gangguan genetik metabolisme
purin, gangguan metabolik asam urat bawaan (peningkatan sintesis asam urat
endogen), alkoholisme yang meningkatkan laktikasidemia, hipertrigliseridemia,
gangguan pada fungsi ginjal dan obesitas, asidosis ketotik, asidosislaktat,
ketoasidosis, laktosidosis, dan psoriasis (Murray RobertK, dkk.2006).
8. Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olahraga
berlebihan.( VitaHealth, 2007 )

C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam, biasanya pada
ibu jari kaki ( sendi metatarsofalangeal pertama Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang
sendi pada saat tengah malam,) atau jari kaki ( sendi tarsal )
2. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri
3. Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris ( satu sisi tubuh )
4. Demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari
walau telah dilakukan perawatan
5. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba ( VitaHealth, 2007 )

D. Faktor Resiko Gout Arthitis


1. Umur
2. Gender
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Riwayat Keluarga
6. Hipertensi
7. Gagal Ginjal
8. Seseorang yang menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang lama
9. Obesitas
10. Konsumsi alkohol
11. Pola Makan

E. Patofisiologis Gout Arthitis

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari
7 mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila konsentrasi asam urat dalam
serum lebih besar dari 7,0 mg/dL dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium
urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi,
akan terjadi respons inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan
adanya serangan yang berulang-ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang
dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan
telinga. Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder dapat menimbulkan
Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dangan disertai penyakit ginjal kronis.

Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan
bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal
monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan immunoglobulin yang terutama berupa
igG. Dimana igG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian dapat
memperlihatkan aktivitas imunologik.
Perjalanan penyakit gout arthritis mempunyai 4 tahapan, yaitu :

1. Tahap 1 (Tahap Gout Arthritis Akut)


Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas untuk
pertama kalinya. Serangan arthritis tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam
waktu sekitar 5-7 hari. Bila dilakukan pengobatan maka akan lebih cepat menghilang.
Karena cepat menghilang maka penderita sering menduga kakinya hanya keseleo atau
terkena infeksi, sehingga tidak menduga penyakit gout arthritis dan tidak melakukan
pemerikasaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan kadang-kadang tidak ditemukan ciri-ciri
penderita terserang gout arthritis. Ini karena serangan pertama berlangsung sangat
singkat dan dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting), maka penderita sering
berobat ke tukang urut dan pada saat penderita sembuh, penderita menyangka hal itu
dikarenakan hasil pijatan/urutan. Namun, jika dilihat dari teori, nyeri yang diakibatkan
asam urat tidak boleh dipijat ataupun diurut, tanpa diobati atau diurut sekalipun
serangan pertama kali ini akan hilang dengan sendiri.
2. Tahap 2 (Tahap Gout Interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu.
Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1-10 tahun.
Namun, rata-rata waktunya 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini
menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan Gout
Arthritis Akut atau menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada
hubungannya dengan penyakit Gout Arthritis.
3. Tahap 3 (Tahap Gout Arthritis Akut Intermiten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala,
maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan arthritis yang
khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh)
yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin
rapat dan lama serangan semakin lama semakin panjang, dan jumlah sendi yang
tersrang semakin banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh setiap
setahun sekali, namun bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka serangan
akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan seterusnya hingga
pada suatu saat penderita akan mendapatkan serangan setiap hari dan semakin banyak
sendi yang terserang.
4. Tahap 4 (Tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih.
Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi
serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini
akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang sekitarnya. Bila ukuran thopi
semakin besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan
sepatu lagi.

F. Komplikasi
1. Erosi deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi
yang menyebabkan degenerasi sendi
2. Hipertensi dan albuminuria
3. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu > 6 mg% normalnya
pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose yaitu cairan
berwarna putih seperti susu dan sangat kental.
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Pemeriksaan ureua dan kratinin
a. Kadar ureua darah normal : 5-20 mg/dl
b. Kadar kratinin darah : 0,5-1 mg/dl
H. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan
dalam terapi penyakit ini :
1. Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2. Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian.
3. Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
a) Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b) Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi
lini pertama dalam menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak
ada kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena
eksresi Aspirin berkompetisi dengan Asam Urat dan dapat memperparah
serangan Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan
klien,misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain
juga diberikan klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang
menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik
seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan Akut (Nurarif, 2015).
2) Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous
Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat.

I. Pencegahan Asam Urat (Gout Arthritis)

Pada penderita Gout Arthritis perlu memperhatikan cara pencegahan dan mengatasi
nyeri yang ditimbulkan penyakit asam urat (Gout Arthritis), antara lain:

1. Mengenali makanan yang dikonsumsi. Salah satu cara adalah dengan meminimalkan
konsumsi makanan yang mengandung purin melalui pengaturan diet. Adapun
penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin yaitu :
a. Golongan A
Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) adalah
hati, ginjal, otak, jantung, paru, udang, remis, kerang, sarden, ekstrak daging,,
alkohol, makanan kaleng dan lainnya
b. Golongan B
Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan) adalah
ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-
kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong,
daun pepaya, kangkung
c. Golongan C
Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan)
adalah keju, susu, telur, sayuran, buah-buahan
2. Menggunakan sepatu yang nyaman. Sepatu yang terlalu ketat dapat membuat trauma
ringan pada ibu jari kaki sehingga dapat memicu nyeri
3. Mengurangi berat badan. Kelebihan berat badan sangat berkaitan dengan kadar asam
urat dalam darah. Penurunan berat badan dapat mengurangi flare-up.Namun jika
penurunan terlalu cepat ddapat memicu terjadinya serangan asam urat.
4. Mengenali obat yang dikonsumsi. Beberapa obat penurun tekanan darah dapat
meningkatkan kadar asam urat,dan beberapa obat asam urat tidak dapat bekerja
dengan baik apabila diminum bersamaan dengan obat lain
5. Istirahat yang teratur dapat enurunkan risiko datangnya nyeri
6. Menggunakan kompres dingin saat sendi sedang bengkak merah dan terasa panas
7. Tidak memijat daerah yang bengkak

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan asam urat meliputi
anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian
psiko sosial.

a. Data objektif
- Klien tampak meringis kesakitan apabila menekuk lutut kirinya.
- Kadar Asam Urat 8,3 g/dl.
- Terlihat adanya kemerahan
- bengkak di sekitar lutut
- mengalami perubahan dalam pergerakan

b. Data Subjektif
- Klien mengatakan kakinya sering kram
- Klien mengatakan kaki sulit digerakkan
- Klien mengatakan rasa nyeri dikakinya mengganggu aktivitas
- Klien mengatakan mengalami kesulitan dalam berjalan
- Ngilu pada persendian
- Linu

2. Diagnose Keperawatan

a. Hambatan mobilitas fisik b.d kaku pada persendian


Do :
- tampak mengalami perubahan dalam pergerakan
Ds :
- klien mengatakan kaki sulit digerakkan
- Klien mengatakan rasa nyeri dikakinya mengganggu aktivitas
- Klien mengatakan mengalami kesulitan dalam berjalan
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda inflamasi
2. Berikan latihan ROM
3. Pantau kadar asam urat
4. Anjurkan klien untuk berobat ke klinik terdekat

b. Kurangnya terpapar informasi b.d deficit pengetahuan


DO :
- Klien terlihat bingung saat ditanya tentang asam urat bagaimana pelaksanaanya.
- Klien memakan memakan apa saja yang diberikan oleh Pengasuh termasuk
makanan yang tidak dianjurkan.
DS :
- Klien mengatakan belum mengetahui tentang Asam Urat
- Klien sering bertanya tentang tujuan dilakukannya kompres hangat

Intervensi :

1. Identifiksi kesiapan berhubungan dengan keperawatan


2. Jelaskan tanda dan yang di timbulkan oleh penyakit
3. Jelaskan proses terapi patofisiologis
4. Jelaskan pada klien yang dijelaskan dengan makanan yang harus benar.

c. Nyeri b.d kondisi kronis


DO :
- Adanya kemerahan dan bengkak di sekitar lutut kanan
- Kadar asam urat 9,3 g/dl
- Klien tampak mringis apabila berjalan lama

DS :

- Klien mengatakan nyeri karena asam urat semenjak 1 tahun yang lalu.
P : Nyeri karna asam urat
Q : Kram dan nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Lutut kanan
S:7
T : Hilang timbul

Intervensi :

1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri


2. Pantau kadar asam urat
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
5. Berikan posisi yang nyaman
6. Berikan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gout arthritis adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus yaitu
arthritis akut. Arthritis Gout lebih banyak terdapat pada pria sering mengenai usia
pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

Gejala Arthrtis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan
kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari penyebabnya, penyakit ini
termasuk kedalam kelainan metabolik.

Asam Urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi
keesimbangan antara produksi dan eksresi sekitar du pertiga (2/3) jumlah yang di produksi
setiap hari dieksresikan melalui ginjal dan sisanya melalui feses. Serum asam Urat normal
untuk laki-laki berkisar 3,5 – 7 mg/dl. untuk perempuan berkisar 2,6 – 6 mg/dl pada level
lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium urat.

B. Saran
Meskipun demikian, bukan berarti penderita asam urat tidak boleh mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein. Asalkan jumlahnya dibatasi tidak masalah. Selain itu,
pengaturan diet yang tepat bagi penderita asam urat adalah mampu mengontrol kadar asam urat
dalam darah dengan mengkonsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin yang rendah
DAFTAR PUSTAKA

Amalina, Nur. 2015. Gout and Hyperuricemia. Volume 4 No 3.


http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/555/556.
diakses pada tanggal 26 Agustus 2016

Ellyza Nasrul, Sofitr. 2012. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas

Kurniawati, Eni. Kaawoa, Adeleida, dkk. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Klien Gout Arthritis Di Puskesmas Tahuna Timur
Kabupaten Sangihe. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.
Universitas Sam Ratulangi Manado
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/5210/4724 diakses tanggal
27 Agustus 2016
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Pada Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : ECG.

Maratus Sholihah, Fatwa. Desember 2014, “Diagnosis And Treatment Gout Arthritis”.
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyaki Edisi 6. Jakarta :
ECG.

Sukma, LY. 2016. Repository USU.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56421/4/Chapter%20II.pdf diakses
tanggal 27 Agustus 2016

Suratun. 2008. Asuha Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : ECG.

Syukri, Maimun. Maret 2007, “Asam Urat dan Hiperuresemia”. Depatemen Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Unsyiah/BPK RSU dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19076/1/mkn-
mar2007-40%20(10).pdf, Diakses 26 Agustus 2016

Syukri, M. (2007). Asam Urat dan Hiperuresemia. Kedokteran , volume 40 No 1.


Ali, Machfud. 2010. Rahasia Pijat Reflrksi, Jakarta: Grafika Mulia.
aliefnews.wordpress.com/2008/01/.../mencegah-mengobati-asam-urat...
sukarja.wordpress.com/.../penanggulangan-penyakit-kelebihan-asam-...
      penyakit.biz/kadar-normal-penderita-penyakit-asam-urat

http://library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312039/bab2.pdf diakses 27 Agustus 2016


pukul 10.30
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus-gdl-rinajulian-6233-2-babii.pdf diakses
27 Agustus 2016 pukul 11.00
http://eprints.undip.ac.id/25234/1/237_Rini_Setyoningsih_G2C005301.pdf diakses pada
tanggal 27 Agustus 2016

http://library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312039/bab2.pdf. Diakses 26 Agustus


2016

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56421/4/Chapter%20II.pdf diakses pada


tanggal 27 Agustus 2016

www.dechacare.com. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai