Pedoman Survei Dan Pemetaan Tanah (4) - Dikonversi
Pedoman Survei Dan Pemetaan Tanah (4) - Dikonversi
Pengarah:
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Penanggungjawab:
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Penyusun:
Wahyunto, Hikmatullah, Erna Suryani, Chendy Tafakresnanto, Sofyan Ritung,
Anny Mulyani, Sukarman, Kusumo Nugroho, Yiyi Sulaeman, Suparto,
Rudi Eko Subandiono, Teddy Sutriadi, Dedi Nursyamsi
Nara Sumber:
Irsal Las, D. Subardja, Fahmuddin Agus, Santun R.P. Sitorus,
Nurwadjedi, Haryono, Widiatmaka, M. Noor
Diterbitkan oleh:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 12, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16114
E-mail: bbsdlp@litbang.pertanian.go.id; csar@indosat.net.id
Website: http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id
ISBN 978-602-6759-14-6
Cara Mengutip/Sitasi:
Wahyunto, Hikmatullah, E. Suryani, C. Tafakresnanto, S. Ritung, A. Mulyani, Sukarman,
K. Nugroho, Y. Sulaeman, Suparto, R.E. Subandiono, T. Sutriadi, D. Nursyamsi.
2016. Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah Tingkat Semi
Detail Skala 1:50.000. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 44 hal.
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Contoh bahan yang diperlukan dalam pemetaan semi detail: (a) Data digital
elevation model (DEM), (b) Peta rupa bumi (RBI), (c) Citra Landsat dan (d)
Peta geologi .................................................................................................... 7
2. Peralatan lapangan yang diperlukan dalam survei dan pemetaan tanah ......... 9
3. Diagram alir pelaksanaan survei dan pemetaan tanah skala 1:50.000 ........... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan data dan informasi geospasial, seperti peta tanah dan peta-peta
turunannya akhir-akhir ini meningkat pesat seiring dengan meningkatnya laju
pembangunan di sektor pertanian. Undang Undang RI No. 4 tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial, Kepres tentang kebijakan menggunakan satu sumber peta dasar (one map
policy movement), Peraturan Menteri Pertanian No. 50 tahun 2012 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan
kebijakan lainnya menuntut ketersediaan data geospasial sumberdaya lahan dan hanya
satu peta yang digunakan secara nasional. Informasi geospasial dibutuhkan oleh semua
Kementerian/ Lembaga, Lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat umum untuk
meningkatkan kualitas perencanaan dan pengambilan keputusan di seluruh tingkatan dan
segala aspek dari pembangunan nasional.
Peta tanah sebagai salah satu Informasi Geospasial Tematik (IGT) disusun dari hasil
kegiatan survei dan pemetaan tanah (soil survey and mapping), yaitu kegiatan penelitian
di laboratorium dan lapangan untuk melakukan identifikasi, karakterisasi, dan evaluasi
potensi sumberdaya lahan/tanah dan fisik lingkungannya di suatu wilayah, yang didukung
oleh data hasil analisis laboratorium. Peta tanah menyajikan informasi geospasial sifat-
sifat tanah dan penyebarannya pada bentang lahan (landscape) di suatu wilayah. Peta
tanah dilengkapi dengan keterangan legenda peta, keterangan karakteristik tanah yang
berkembang di daerah yang dipetakan, lampiran data lapangan dan data analisis
laboratorium.
Kedetilan informasi yang disajikan pada peta tanah dicerminkan oleh skala peta.
Sesuai dengan Undang Undang No. 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, untuk
perencanaan di tingkat provinsi atau nasional diperlukan peta tanah tingkat tinjau skala
1:250.000, sedangkan untuk perencanaan tingkat kabupaten diperlukan peta tanah tingkat
semi detail skala 1:50.000. Saat ini peta tanah skala 1:250.000 sudah diselesaikan untuk
seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan peta tanah skala 1:50.000 saat ini baru mencapai
sekitar 60% dari luas daratan Indonesia (± 191 juta ha) yang dilaksanakan oleh BBSDLP
dan instansi lainnya, sisanya 40% harus segera diselesaikan penyusunannya pada tahun
anggaran 2016-2017.
Karena tuntutan pembangunan pertanian yang sangat pesat, tuntutan penyediaaan
data/ informasi sumberdaya tanah pertanian semakin banyak dan cepat, maka diperlukan
percepatan penyediaan data/ informasi sumberdaya tanah pada tingkat semi detail, melalui
pengembangan metodologi yang lebih cepat dan efisien berdasarkan ketersediaan
sumberdaya yang ada. Dengan demikian, untuk menunjang kelancaran survei dan
pemetaan tanah, baik untuk tujuan identifikasi, karakterisasi sifat-sifat tanah serta
1
klasifikasinya maupun untuk tujuan penggambaran penyebaran secara spasial (delineasi)
satuan peta, memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Buku Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan survei
dan pemetaan tanah, yang mencakup: (1) menyusun Peta Tanah Tingkat Semi Detail
Skala 1:50.000 berbasis wilayah kabupaten/kota dan (2) menyusun basisdata karakteristik
lahan/tanah (spasial dan tabular) berbasis kabupaten/kota, yang terdiri atas data spasial
(format shape file = shp), data titik pengamatan, data morfologi tanah, fisik-kimia dan
mineral fraksi pasir total.
Persiapan Survei
Studi Pustaka
Studi pustaka bertujuan untuk menggali dan mempelajari keadaan daerah yang akan
disurvei dan dipetakan secara menyeluruh melalui pengumpulan informasi dari data dan
peta-peta yang tersedia dan relevan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran
keadaan bentang lahan dan tanah daerah survei, sehingga dapat membantu kelancaran
pelaksanaan survei di lapangan serta penyusunan Peta Satuan Lahan dan peta tanah.
b. Data DEM
Data Digital Elevation Model (DEM) dapat diturunkan dari data SRTM resolusi 30 m
atau dari peta kontur digital. Data DEM digunakan untuk membantu analisis dan delineasi
satuan lahan (landform, litologi, bentuk wilayah/lereng, pola drainase dls).
d. Peta Geologi
Peta geologi hard copy atau digital skala 1: 250.000, 1:100.000 atau 1:50.000 yang
dapat diperoleh dari Puslitbang Geologi Bandung atau dari sumber pustaka lainnya.
Informasi geologi diperlukan untuk menduga jenis batuan induk (litologi) yang mungkin
dijumpai di lapangan, karena bahan induk/litologi menjadi salah satu komponen/faktor
pembentuk tanah serta salah satu parameter yang digunakan dalam analisis satuan lahan.
Apabila data digital belum tersedia, maka peta geologi hard copy dapat di-scan dan dibuat
file .jpg untuk selanjutnya di-overlay-kan dengan data layer lainnya untuk analisis
menduga bahan induk tanah suatu daerah.
e. Data dan Peta Tanah Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Terdahulu
(legacy soil date)
Peta tanah hasil-hasil survei dan pemetaan tanah terdahulu (legacy soil data) di
wilayah yang akan dipetakan perlu dihimpun dan dipelajari untuk dijadikan acuan dalam
analisis satuan lahan dan tanah. Data yang diperlukan dari peta tanah terdahulu adalah
informasi jenis dan macam tanah serta sifat-sifatnya. Peta tanah yang sudah tersedia
adalah peta tanah tingkat tinjau skala 1:250.000 seluruh Indonesia, dan sebagian peta
tanah skala 1:50.000.
f. Data Dukung
Data dukung lain yang diperlukan adalah data iklim terutama curah hujan, suhu
udara, kelembaban udara, dan evapotranspirasi rata-rata bulanan selama 5-10 tahun
terakhir. Data tersebut diperoleh dari stasiun pengamat iklim/pencatat curah hujan di
wilayah kabupaten bersangkutan. Instansi pencatat data iklim adalah BMKG atau instansi
lain yang berkepentingan terhadap data tersebut, antara lain PU dan Dinas Pertanian. Data
curah hujan rata-rata bulanan diklasifikasikan menurut zone agroklimat Oldeman et al.
(1975; 1977; 1978; 1980), tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951). Data lahan
sawah juga diperlukan karena tanah-tanah sawah sering tergenang dan mempunyai
karakteristik khusus (lapisan tapak bajak), sehingga dapat digunakan sebagai satuan peta
tanah tersendiri. Contoh data dukung disajikan pada Gambar 1.
10. Kompas geologi 11. pH lakmus dan pH meter 12. Pisau lapang
Gambar 2. Peralatan lapangan yang diperlukan dalam survei dan pemetaan tanah
Landform
Delineasi satuan landform dilakukan dari data DEM yang di-overlay-kan dengan data
citra landsat, peta kontur/RBI, dan peta geologi. Secara makro Grup Landform dibedakan
atas Grup Aluvial (A), Marin (M), Fluvio-Marin (B), Gambut (G), Karst (K), Tektonik
(T), Volkanik (V) dan Aneka (X). Selanjutnya grup landform dibedakan menjadi sub-
landform. Grup landform diberi simbol berupa huruf besar, sedangkan sub-landform
diberi simbol berupa angka Arab dibelakang huruf besar. Sebagai acuan, digunakan buku
Pedoman Klasifikasi Landform (Marsoedi Ds et al., 1997) seperti Lampiran 1.
Litologi
Informasi dan delineasi jenis litologi atau batuan induk diperoleh dari peta geologi
dengan teknik tumpang tepat (overlay) dengan data DEM dan citra satelit/landsat serta
peta RBI. Setiap jenis litologi/bahan induk diberi simbol huruf kecil yang mengacu
kepada Pedoman Klasifikasi Landform (Marsoedi Ds et al., 1997) seperti Lampiran 1.
Apabila dalam satuan formasi geologi memiliki lebih dari satu jenis litologi/ bahan induk,
maka dipilih 2 jenis batuan yang pertama. Sebagai contoh, dalam satu satuan formasi
geologi disebutkan jenis litologi/ bahan induk komposisinya terdiri dari batupasir,
batulanau, napal, batugamping, dan konglomerat, maka dipilih 2 jenis yang pertama, yaitu
batupasir (kasar) dan batulanau (halus), dan diberi simbol: fq. Hasil interpretasi litologi
harus dicek (diverifikasi) kebenaran disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Pengelompokan jenis bahan induk/ litologi untuk penyusunan Peta Tanah Analisis
disajikan pada Lampiran 2.
Bentuk wilayah/lereng
Interpretasi bentuk wilayah/lereng lebih detail dapat dilakukan dari data kontur peta
RBI dan DEM. Pengelompokan bentuk wilayah/lereng mengacu kepada Pedoman
Klasifikasi Landform (Marsoed Ds et al., 1997) seperti Lampiran 1.Daftar simbol/ kode
untuk relief dan kelas lereng disajikan pada Lampiran 3.
2. SURVEI LAPANGAN
Survei lapangan: pengamatan satuan lahan dan tanah, fisik lingkungan, landuse, iklim, dan pengambilan con
Gambar 3. Diagram alir pelaksanaan survei dan pemetaan tanah skala 1:50.000
3. TAHAP SURVEI LAPANGAN
Survei lapangan ditujukan untuk melakukan pengamatan satuan lahan, pengamatan
tanah dan sebaran sifat-sifatnya, deskripsi penampang tanah, pengambilan contoh tanah
pewakil, penetapan klasifikasi tanah, dan pengumpulan data dukung/sekunder (a.l. data
iklim, penduduk, produksi pertanian).
Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan oleh Pimpinan/Koordinator dan anggota tim untuk
konsultasi dengan Pemerintah Daerah setempat yang relevan berkaitan dengan kondisi
sumberdaya lahan pertanian, pengumpulan data dukung yang relevan, seperti informasi
komoditas pertanian, iklim, aksesibilitas jaringan jalan, tenaga kerja, sarana transportasi,
dan tenaga daerah pendamping tim, serta penyelesaian administrasi. Informasi yang
diperoleh dari hasil konsultasi digunakan untuk perencanaan pelaksanaan survei lapangan.
Survei Utama
Survei utama dilakukan oleh tim survei dan pemetaan tanah dengan tugas
melaksanakan seluruh kegiatan survei dan pemetaan tanah, yang meliputi:
Pengecekan dan perbaikan Peta Satuan Lahan hasil interpretasi;
Pengamatan sifat-sifat tanah dan sebarannya di lapangan;
Penetapan klasifikasi tanah menurut sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Subardja et
al., 2014) dan padanannya menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2014),
Entri data hasil pengamatan lapang dan penyusunan basisdata tanah;
Penyusunan Peta Pengamatan Lapang
Penyusunan Peta Tanah Lapang
No Relief Luas
Satuan tanah Proporsi Landform Bahan induk
SPT (% lereng)
ha %
1 Gleisol Eutrik, dalam, D Dataran Endapan liat Agak datar 1.245 20,89
terhambat, halus, agak aluvial (1-3)
masam, KTK-tinggi, KB
sedang
(Typic Endoaquepts)
Penyusunan Basisdata
Data hasil pengamatan tanah di lapangan, data analisis tanah laboratorium, baik data
spasial maupun tabular disimpan dalam suatu basisdata tanah. Basis data tanah terdiri
atas 3 macam, yaitu:
a. Data hasil pengamatan tanah di lapangan yang berupa site (titik pengamatan) dan data
morfologi tanah. Contoh output uraian morfologi tanah disajikan pada Lampiran 7.
b. Data hasil analisis tanah di laboratorium. Sebelum disimpan, data tersebut perlu diolah
dan dilengkapi dengan ketebalan horizon tanah (cm) dan sifat-sifat tanah yang
dihitung dari data laboratorium tersebut, seperti KTK-liat, KTK-efektif, kelas tekstur,
nilai ESP atau SAR, dsb. Contoh hasil analisis sifat fisika, kimia, dan mineral
disajikan pada Lampiran 8, dan Contoh kriteria penilaian hasil analisis contoh tanah
disajikan pada Lampiran 9.
c. Semua data spasial dan tabular berupa peta titik pengamatan tanah dan peta tanah yang
sudah di layout. Naskah laporan dan lampirannya dibuat copy file dalam CD atau
external hard-disk sebagai back-up data.
A. Profil tanah
1. Tentukan lokasi/site yang masih alami, atau jika lahan pertanian (sudah diolah), pilih
yang permukaannya rata. Hindari lokasi bekas timbunan atau galian.
2. Buat lubang berbentuk persegi panjang atau bujur-sangkar dengan ukuran: panjang x
lebar x dalam 1,0 x 1,0 x 1,5 m 3, dengan sisi bidang penampang yang akan
dideskripsi atau diamati terkena/ menghadap sinar matahari. Bagian atas/permukaan
tanah dari bidang yang akan diamati tersebut jangan ditimbun tanah galian atau
diinjak.
3. Ratakan secara vertikal keempat sisi-sisi bidang tersebut.
4. Selama penggalian lubang berlangsung, amati dan catat apa yang tercantum dalam
form isian bagian depan (Deskripsi Fisik Lingkungan).
5. Deskripsi penampang tanah dimulai dengan mengkorek atau menusuk-nusuk
permukaan bidang tanah sedikit-sedikit dari atas sampai bawah dengan pisau tanah
(pisau belati yang tumpul).
6. Tentukan batas-batas setiap lapisan atau horison dengan pisau tersebut berdasarkan
perbedaan kenampakan warna tanah, tekstur dan/atau struktur, konsistensi, mulai
dari lapisan atas sampai bawah.
7. Tentukan sifat-sifat morfologi tanah untuk setiap lapisan, meliputi: ketebalan lapisan,
warna matriks, warna karatan (kalau ada), tekstur, struktur, konsistensi, bahan kasar
(kalau ada), dan pH tanah. Catat semua data tersebut pada form isian pada bagian B
(Deskripsi Penampang Tanah).
8. Untuk lapisan di bawah 1,5 m, lakukan pemboran dengan alat bor untuk setiap
ketebalan 20 cm (satu mata bor), sampai mencapai dalam 2,0 m dari permukaan
tanah. Lalu tentukan sifat-sifat morfologinya seperti di atas.
9. Bandingkan hasil deskripsi dari lokasi tersebut dengan hasil-hasil deskripsi lainnya
dari suatu transek satuan lahan untuk melihat kemungkinan ada perbedaan sifat-
sifatnya.
10. Tentukan klasifikasi tanah di lapangan menurut BBSDLP (2014) sampai Macam
Tanah, dan Taksonomi Tanah (2014) sampai tingkat subgrup.
B. Pengamatan minipit
1. Tentukan lokasi/site yang masih alami, atau jika lahan pertanian (sudah diolah), pilih
yang permukaannya rata. Hindari lokasi bekas timbunan atau galian.
2. Buat lubang berbentuk persegi panjang atau bujur-sangkar dengan ukuran: panjang x
lebar x dalam 1,0 x 1,0 x 0,5 m3, dengan sisi bidang penampang yang akan
dideskripsi atau diamati terkena/ menghadap sinar matahari. Bagian atas/permukaan
tanah dari bidang yang akan diamati tersebut jangan ditimbun tanah galian atau
diinjak.
3. Ratakan secara vertikal keempat sisi-sisi bidang tersebut.
4. Selama penggalian lubang berlangsung, amati dan catat apa yang tercantum dalam
form isian bagian depan (Deskripsi Fisik Lingkungan).
5. Deskripsi penampang tanah dimulai dengan mengkorek atau menusuk-nusuk
permukaan bidang tanah sedikit-sedikit dari atas sampai bawah dengan pisau tanah
(pisau belati yang tumpul).
6. Tentukan batas-batas setiap lapisan atau horison dengan pisau tersebut berdasarkan
perbedaan kenampakan warna tanah, tekstur dan/atau struktur, konsistensi, mulai
dari lapisan atas sampai bawah.
7. Tentukan sifat-sifat morfologi tanah untuk setiap lapisan, meliputi: ketebalan lapisan,
warna matriks, warna karatan (kalau ada), tekstur, struktur, konsistensi, bahan kasar
(kalau ada), dan pH tanah. Catat semua data tersebut pada form isian pada bagian B
(Deskripsi Penampang Tanah).
8. Untuk lapisan di bawah 0,5 m, lakukan pemboran dengan alat bor untuk setiap
ketebalan 20 cm (satu mata bor), sampai mencapai dalam 1,5 m dari permukaan
tanah. Lalu tentukan sifat-sifat morfologinya seperti di atas.
9. Bandingkan hasil deskripsi dari lokasi tersebut dengan hasil-hasil deskripsi lainnya
dari suatu transek satuan lahan untuk melihat kemungkinan ada perbedaan sifat-
sifatnya.
10. Tentukan klasifikasi tanah di lapangan menurut BBSDLP (2014) sampai Macam
Tanah dan Taksonomi Tanah (2014) sampai tingkat subgrup.
C. Pengamatan bor
1. Tentukan lokasi/site yang masih alami, atau jika lahan pertanian (sudah diolah), pilih
yang permukaannya rata. Hindari lokasi bekas timbunan atau galian.
2. Lakukan pemboran dengan memutar kearah kanan (sesuai jarum jam) sedalam setiap
20 cm (satu mata bor), lalu angkat/tarik (jangan diputar), keluarkan tanah dengan
tangan atau pisau dan tempatkan pada lahan rata.
3. Ulangi/teruskan pemboran tersebut untuk setiap 20 cm, sampai kedalaman 120 cm
atau sampai bahan induk atau batuan, jika kurang dari 120 cm. Tempatkan tanah
hasil pemboran secara berurutan dari lapisan atas ke bawah.
4. Selama pemboran tanah berlangsung, lakukan pengamatan dan catat keadaan
lingkungan setempat seperti yang tercantum dalam form isian bagian depan
(Deskripsi Fisik Lingkungan).
5. Tentukan sifat-sifat morfologi tanah hasil pemboran dimulai dari ketebalan horizon,
warna tanah, tekstur, konsisensi dan gejala lainnya. Ukur pH tanah untuk setiap
horison. Catat semua data tersebut pada form isian pada bagian B (Deskripsi
Penampang Tanah).
6. Bandingkan hasil deskripsi dari lokasi tersebut dengan hasil-hasil deskripsi lainnya
dari suatu transek satuan lahan untuk melihat kemungkinan ada perbedaan sifat-
sifatnya.
7. Tentukan klasifikasi tanah di lapangan menurut BBSDLP (2014) sampai Macam
Tanah dan Taksonomi Tanah (2014) sampai tingkat subgrup.
Lampiran 5. Form isian pengamatan tanah di lapangan (bagian A)
LOCATION DESCRIPTION: \.
5. SITE IDENTIFICATION:date \...:.../....:..../....:.../ init \....:....:...../ obs.nr. \.....:.....:...../ map sheet \.....:.....:.....:...../ \.....:...../ \....../ trans.nr. \....:........../
SOIL CLASSIFICATION
48. SOIL MOISTURE & TEMPERATURE REGIMES: moisture regime AQ PQ AR TO UD PU US XE temperature regime: PE CR FR ME
TH HT IF IM IT IH
49. DIAGNOSTIC HORIZON & PROPERTIES: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
epipedon & subsurface horizon(s) \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \............/
optionally other (include phase PR PE FL ST XX)
diagnostic characteristics: upper limit (cm) \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \.........../
\........../
lower limit (cm)\........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \........../ \.........../
50. SOIL TAXONOMY: year great group subgrouppart. size mineralogy reaction s.temp.reg. other fam.diff.
field 2003 \.....:.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \........../
final 2003 \.....:.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \.....:...../ \........../
51. REMARKS ON SOIL CLASSIFICATION:
Lampiran 5. Form isian pengamatan tanah di lapangan (bagian B)
HORIZON DESCRIPTION
1. Macam Tanah mengacu pada sistem Klasifikasi Tanah Nasional (BBSDLP, 2014).
Rutil + Anatas
Profil SLK9:
SiO2 organik
Lapukan mineral
Kuarsa bening
Fragmen batuan
Hidrargilit
Gelas vulkanis
Labradorit
Bitownit
Lapisan
Kuarsa keruh
Hornblende Hijau
Limonit
Anorthoklas
Hiperstin
Turmalin
Mikroklin
Muskovit
Andalusit
Pro-
fil
……………………………………………….. % ………………………………………………..
SLK
9 I 76 - 10 8 5 - sp - sp - - - - - - - - - - - - - 1 - - -
II 74 - 12 9 5 - sp sp sp - - - - - - - - - - - - - sp - - -
III 61 - 17 12 3 sp 2 1 2 - - - - - - - - - - - - - 2 - - -
IV 70 - 15 10 3 sp 1 sp sp - - - - - - - - - - - - - 1 - - -
Lampiran 10. Format dan layout Peta Tanah Semi Detail skala 1:50.000
(dibuat berbasis wilayah Kabupaten dengan skala garis).