Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN / ASKEP PERSALINAN / PARTUS SPONTAN

A. Definisi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9
bulan. Selama persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya.
Sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi
dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu berrsalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Saifuddin. 2002).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Manuaba membagi persalinan
menjadi 3 yaitu : persalinan spontan bila perssalinan berlangsung dengan tenaga
sendiri, persalinan buatan bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat
kekuatan untuk persalinan dan persalinan anjuran (Manuaba. 1998).

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kelahiran aterm ( bukan
premature atau post matur), mempunyai onset yyang spontan (tidak diinduksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak awitannya, mempunyai janin tunggal dengan
presentasi verteks dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan
artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan mencakup pelahiran plasenta
yang normal (Farrer. 1999).

Baca Juga

 Program TAK (Terapi Aktifitas Kelompok): TAK Orientasi Realita dan Stimulasi Sensori
 Lapoaran Pendahuluan / LP Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) / Tumor Jinak Lengkap Download Pdf
dan Doc
 Laporan Pendahuluan / LP Placenta Previa Lengkap Download Pdf dan Doc
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Winknjosastro. 2005).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

Persalinan dibagi dalam empat kala :

1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi
dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Menurut Helen durasi rata-rata kala satu
persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam pada
multipara.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.

3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit

4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum
(Saifuddin. 2002)

Masa nifas dimulai pada setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandung kemih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin. 2002).

B. Etiologi
Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor
humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan
nutrisi mengakibatkan partus mulai. Perubahan dalam biokimia dan biofisika seperti
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron mengungkapkan mulai dan
berlangsungnya partus. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan ischemic otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat
mengganggu sirkulasi uteroplacenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Bila
nutrisi pada janin berkurang maka konsepsi akan segera dikeluarkan. Tekanan pada
ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks dapat
membangkitkan kontraksi uterus (Wiknjosastro. 2005).

Adapun teori yang menerangkan proses persalinan :

1. Teori kadar progesteron


Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun
dengan makin tuanya kehamilan sehingga otot rahim mudah dirangsang

2. Teori oksitosin
Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk
merangsang persalinan

3. Teori regangan otot rahim


Dengan merengangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi
persalinan dengan sendirinya

4. Teori prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan
kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung
5. Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis
Teori ini diterangkan oleh Linggin menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian
kortikosteroid yang menyebabkan maturitas janin merupakan induksi persalinan.
Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan (Manuaba. 1998).

C. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin melalui panggul
ibu

Ada enam gerakan dengan overlapping yang jelas yaitu :

1. Penurunan
Penurunan Yang Meliputi Engagement Pada Diameter Obliqua Kanan panggul,
berlangsung terus selama persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir.
Serakan-serakan lainnya menyertai penurunan ini. Pada primigravida sebelum
persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas dalam proses
engagement. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah dan pada
kala II dibantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat.

2. Fleksi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini merupakan
sikap alamiah janin dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan
bertambahnya fleksi. Occiput turun mendahului sinsiput, UUK lebih rendah dari bregma
dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini terjadi di PAP, tetapi mungkin pula
baru sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul. Efek dari fleksi
adalah untuk merubah diameter terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi
suboccipito bregamatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat, oleh karena
persesuaian antara kepala janin dengan panggul ibu mungkin ketat, pengurangan 1,5
cm dalam diameter terendah adalah penting

3. Putar Paksi Dalam


sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang, diameter
anteroposterior PTP sedikit lebih panjang dari pada diameter transversal. PBP
berbentuk oval anteroposterior seperti kepala janin. Sumbu panjang kepala janin harus
sesuai dengan sumbu panjang panggul ibu. Karenanya kepala janin yang masuk PAP
pada diameter transversal atau obliqua harus berputar kediameter anteroposterior
supaya dapat lahir. UUK masuk PTP tempat ia berhubungan dengan dasar panggul
(musculus dan fascia levator ani). 
Disini UUK berputar 450 ke kanan (menuju garis tengah). Sutura sagitalis pindah dari
diameter obbliqua kanan ke diameter anterioposterior panggul : LOA ke OA. UUK
mendekati sympisis pubis dan cinciput mendekati sakrum. Kepala berputar dari
diameter obliqua kanan kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu tetap pada
diameter obliqua kiri. Dengan demikian hubungan normal antara sumbu panjang kepala
dengan sumbu panjang bahu berubah, dan leher berputar 450. keadaan ini terus
berlangsung selama kepala masih berada dalam panggul. Putar paksi dalam yang awal
sering terjadi pada multipara dan pada pasien dengan kontraksi uterus yang efisien.
Umumnya putar paksi dalam terjadi pada kala II.

4. Ekstensi
Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh kedua kekuatan yaitu : kontraksi uterus yang
menimbulkan tekanan ke bawah dan dasar panggul yang memberikan tahanan. Dinding
depan panggul (pubis) panjangnya hanya 4 sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang
(sakrum) 10 sampai 15 cm. Dengan demikian sinsiput harus menempuh jarak yang
lebih panjang daripada ociput. Dengan semakin turunnya kepala terjadilah penurunan
perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing). Ociput lewat melalui PAP
perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus subpubicus. Kemudian
dengan proses ekstensi yang cepat sinsiput menelurus sepanjang sakrum dan berturut-
turut lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum

5. Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki panggul. Oleh
karena panggul tetap berada pada diameter obbliqua sedangkan kepala berputar
kedepan, maka leher ikut berputar kembali dan kepala mengadakan restitusi kembali
450 (OA dan menjadi LOA) sehingga hubungannya dengan bahu dan kedudukannya
dalam panggul menjadi normal kembali

6. Putar paksi luar


Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dari dalam dari
pada bahu. Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih rendah
berputar ke depan di bawah simpisis dan diameter bisacromialis berputar dari diameter
obliqua kiri menjadi diameter anterioposterior panggul. Dengan demikian maka
diameter panjang bahu dapat sesuai dengan diameter memanjang PBP. Kepala yang
telah berputar kembali 450 untuk mengembalikan hubungan normal dengan bahu,
sekarang berputar 450 lagi untuk memprtahankannya : LOA menjadi TOA (Harry,
Wiliam. 1986).

D. Pathway Partus Spontan


E. Penatalaksanaan

1. Kala I
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan ;
 Berilah dukungan dan yakinkan dirinya
 Berilah informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan
b. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :
 Lakukan perubahan posisi
 Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya
dianjurkan tidur miring ke kiri
 Sarankan ia untuk berjalan
 Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau
mengosok punggungnya atau membasuh mukanya diatara kontraksi
 Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
 Ajarkan kepada ibu teknik bernapas : ibu diminta menarik napas panjang,
menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara
keluar sewaktu terasa kontraksi
 Jika diperlukan berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) IM
atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB IM atau tramadol 50 mg/oral
atau 100 mg suposutoria atau metamizol 500 mg/oral
c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan
penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin
pasien atau ibu

d.Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaann

e. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah


buang air kecil atau besar

f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
 Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
 Menggunakan kipas biasa
 Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
g. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum
h. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
i. Lakukan pemantauan TTV, DJJ janin, kontraksi, pembukaan seerviks, penurunan
j. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah
selaput ketuban pecah :
1. Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut :
 Warna cairan amnion
 Dilatasi serviks
 Penurunan kepala
2. Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis
in partu belum dapat ditegakkan
Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam
untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan
terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan
diagnosisnya adalah persalinan palsu

2. Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan suudah lengkap atau kepala janin sudah sampai di vulva dengan diameter
5-6 cm.

a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan :


 Mendegarkan ibu agar merasa nyaman
 Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
b. Menjaga kebersihan diri
 Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
 Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
c. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan ibu
d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu,
dengan cara :
 Menjaga privasi ibu
 Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
 Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
e. Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dalam posisi berikut :
 Jokok
 Menungging
 Tidur miring
 Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan,
kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi.

f. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu diajarkan berkemih sesering mungkin
g. Memberikan cukup minum : memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
Ketika kepala bayi lahir, maka lakukan hal berikut :
 Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir
 Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
 Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
 Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir atau darah
 Periksa tali pusat :
1. Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat
melalui kepala bayi
2. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian
digunting diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.
Untuk kelahiran bayi dan anggota seluruhnya, maka :
 Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
 Tempatkan kedua tangan pada sis kepala dan leher bayiLakukan tarikan lembut
ke bawah untuk melahirkan bahu depan
 Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
 Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang abyi sambil
menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
 Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya
 Secara menyeluruh keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernapasan
bayi
Sebagian besar bayi mulai menangis atau bernapas secara spontan 30 detik setelah
lahir, kemudian :
 Klem atau potong tali pusat
 Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dengan
dada si ibu. Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering. Tutup dengan
selimut, dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari
hilangnya panas tubuh
3. Kala III
Penatalaksanaan aktif kala III meliputi :
a. Pemberian oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta :
 Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi
 Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu atau susukan bayi
guna mengahsilkan oksitosin alamiah
b. Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara :
 Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis. Selama
kontarksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorsokranial kearah
belakang dan kearah kepala ibu
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di depan vulva
 Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3
menit)
 Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus,
dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus
c. PTT dilakukan hanya selam uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
kontraksi, ibu dapat juga memberitahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika
uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas tetap berada pada uterus tetapi
bukan untuk melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi
sampai plasenta terlepas

d. Begitu plasenta terasa terlepas, keluarkan dengan mengerakkan tangan atau klem
pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerrakan ke bawah dan
ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta searah
jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban

e. Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar


menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah
perdarahan pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik,
atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi bimanual dalam. Jika
atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca
persalinan

f. Jika menggunakan manajeman aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15
menit, berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitosin dosis pertama

g. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30
menit :
 Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
 Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
 Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitosin dosis pertama
 Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta
h. Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau
vagina atau perbaiki episiotomi

4. Kala IV
1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras.
Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan
2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
3. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan
dan minuman yang disukainya
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
5. Biarkan ibu beristirahat. Bantu ibu pada posisi yang nyaman
6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk mendekatkan hubungan ibu dan bayi,
sebagai permulaan dengan menyusui bayinya
7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena
masih dalam keadaan lemah setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air
kecil dalam 3 jam pasca persalinan
9. Ajarkan ibu atau anggota keluarga tentang :
 Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontrraksi
 Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
F. Tanda dan gejala persalinan
1. Tanda-tanda dini akan dimulainya persalinan
a. Lightening
Menjelang minggu yang ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan oleh :
 Kontraksi braxton hicks
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rontumdum
 Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi ke PAP dirasakan ibu hamil
 Terasa ringan di bagian atas, terasa sesaknya berkurang
 Dibagian bawah terasa sesak
 Terjadi kesulitan berjalan
 Sering miksi
Gambaran ligtening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P
yaitu : power, passage dan pasenger

b. Terjadi his permulaan


Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks. Kontraksi ini terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan memberikan kesempatan
rangsangan oksitosin. Dengan semakin tua kehamilan, pengeluaran progesteron
berkurang sehingga oksitosin menimbulkan kontraksi lebih sering sebagai his palsu.
Sifat his palsu atau permulaan :
 Rasa nyeri ringan dibagian bawah
 Datangnya tidak teratur
 Tidak ada perubahan pada serviks
 Durasinya pendek
 Tidak bertambah bila beraktivitas
2. Tanda persalinan
a. Terjadi his persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
 Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
 Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatanya semakin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Makin beraktivitas kekuatan makin bertambah
b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
 Pendataran dan pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis serviks lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, Ida Bagus.
1998).

G. Pemeriksaan fisik
1. Kala I
Dilakukan pemeriksaan tentang kedudukan janin dalam rahim. Dilakukan pemeriksaan
dalam dengan terbatas dan berapa pembukaannya serta kapan perkiraan persalinan
akan berlangsung. Observasi pada kala I ini sangat penting dilakukan untuk
mengetahui kekuatan his (kontraksi) rahim, pembukaan dan denyut jantung janin

2. Kala II
Dilakukan pemeriksaan ketuban, kekuatan kontraksi. Diperlukan pengawasan yang
ketat untuk mengantisipasi keadaan gawat yang memerlukan pertolongan (Manuaba.
1998). Pantau penurunan presentasi dan perubahan posisi janin (Saifuddin. 2002)

3. Kala III
Observasi secara cermat adanya perdarahan

4. Kala IV
Observasi secara cermat tekanan darah, nadi, pernapasan, kontraksi otot rahim serta
adanya perdarahan pasca persalinan.
(Manuaba. 1998)

H. Analisa Data

No. Data Masalah Kep. Etiologi


DS : -1.klien mengatakan nyeri  pada perut dan menjalar Nyeri Dilatasi serviks
ke punggung
- klien mengatakan nyeri sedang dengan skala 5
N : 88 x/mnt
-  RR : 30 x/mnt
- klien tampak mengosok perut dan
punggungnya
-  klien mangatupkan rahang dan pergelangan
tangan
-  klien tidak mampu melanjutkan aktivitas
selanjutnya
klien mengatakan ia sering BAK dan sering
merasa ingin BAB
klien mengatakan terasa penuh pada kandung
kemihnya Distensi abdomen
2. Perubahan pola eliminasi dan VU
  klien mengatakan cemas menghadapi
persalinannya
   klien mengatakan takut terjadi apa-apa
   klien mengatakan panas dingin
  klien meminta suaminya untuk Kurang
mendampinginya saat persalinan Ansietas pengetahuan
3. DO :  -   klien tampak gelisah tentang proses
-   klien tampak tegang persalinan
          Klien tampak berkeringat

          klien sulit berkonsentrasi

-  klien mengatakan nyeri    pada kemaluannya


-     klien mengatakan sakit ketika buang air
kecil dan buang air besar
-     klien mengatakan nyeri sedang
DO :   - N : 84x/mnt
             RR : 29x/mnt

-     klien terlihat berjalan perlahan dan tampak


berhati-hati
Insisi jaringan
  klien mengatakan nyeri sedang dengan skala Nyeri episiotomi
4. nyeri 4
-     klien mengatakan perutnya   mulas-mulas
-     klien mengatakan nyerinya bertambah
ketika menyusui
DO :  -  N : 75x/mnt
TD 120/80 mmhg
RR : 27x/mnt
T :37  c
pada palpasi abdomen teraba keras dan bulat
-                     lokhea rubra berwarna merah tua

  klien mengatakan ia telah menjadi seorang ibu Involusio uteri


-     klien mengatakan bahagia memiliki seorang Nyeri after pain
5. anak
-     klien mengatakan akan menjadi seorang ibu
yang baik untuk anaknya
DO :  -  klien tampak berseri-seri
  klien tampak memeluk dan mencium anaknya
Penambahan
anggota baru
Perubahan peran
6.

I. Prioritas Diagnosa
Intra Partum
1. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan distensi Vesika Urinaria, Rektum
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses persalinan
Post Partum
1. Nyeri episiotomi berhubungan dengan insisi jaringan
2. Nyeri after pain berhubungan dengan involusio uteri
3. Perubahan peran berhubungan dengan penambahan anggota keluarga
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka episiotomi
J. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Perencanaan
Tujuan intervensi Rasional
1. Nyeri Setelah dilakukan
1.      Bantu dalam1.      Dapat memblok impuls
berhubungan asuhan  keperawatan penggunaan teknik nyeri dalam korteks
dengan dilatasi diharapkan nyeri pernapasan relaksasi serebral melalui respon
serviks terkontrol, dengan yang tepat dan pada kondisi dan stimulasi
kriteria hasil : masase abdomen kutan
1.      Klien tampak tenang 2.      Bantu tindakan
atau rileks kenyamanan (gosokan 2.      Meningkatkan relaksasi
2.      Klien mengatakan punggung, tekanan dan hygiene serta
nyeri terkontrol sakral, perubahan meningkatkan perasaan
3.      Penurunan skala nyeri posisi yaitu dengan sejahtera
4.      Peningkatan perhatian menganjurkan klien
untuk posisi miring
sesuai dengan posisi
punggung janin)
3.      Anjurkan klien untuk
berkemih setiap 1-2
jam. Palpasi diatas
simpisis pubis untuk
menunjukkan distensi
4.      Instruksikan klien
3.      Mempertahankan
dalam menggunakan kandung kemih bebas
analgesik yang distensi yang dapat
dikontrol pasien meningkatkan
5.      Hitung waktu, catat ketidaknyamanan,
frekuensi, intensitas mempengaruhi penurunan
dan durasi pola janin dan memperlama
kontraksi uterus setiap persalinan
30 menit 4.      Memungkinkan klien
6.      Kaji tekanan darah dan mengontrol nyerinya
nadi setiap 1-2 menit sendiri
setelah injeksi regional
selama 15 menit
pertama, kemudian
setiap 10-15  menit 5.      Memantau kemajuan
untuk sisa waktu persalinan  dan
persalinan. Posisikan memberikan informasi
pada posisi miring kiri untuk klien.
dengan kepala datar
dan kaki ditinggikan 6.      Posisikan miring kiri
atau menninggikan meningkatkan aliran vena
lutut dan mengubah dan meningkatkan
posisi uterus secara sirkulasi plasenta
manual ke kiri sesuai
indikasi
7.      Libatkan klien dalam
percakapan untuk
mengkaji sensori

1.      Palpasi diatas simpisis


pubis

2.      Catat dan bandingkan


masukan dan haluaran.
Catat jumlah, warna,
konsentrasi dan berat
jenis urin 7.      Perubahan sensori dapat
3.      Anjurkan upaya menjadi indikator awal
berkemih yang sering terjadinya hipoksia
sedikitnya 1 sampai 2
jam
1.      Mendeteksi adanya urin
dalam kandung kemih dan
derajat kepenuhan.
4.      Ukur suhu dan nadi, Pengosongan tidak
Setelah dilakukan  pertahankan komplit dari kandung
asuhan keperawatan peningkatan. Kaji kemih dapat terjadi karena
diharapkan mampu kekeringan kulit dan penurunan sensasi dan
mengosongkan membran mukosa tonus
kandung kemih 2.      Haluaran harus kira-kira
Perubahan pola dengan tepat 1.      Kaji tingkat ansietas sama dengan masukan
2. eliminasi urin klien melalui isyarat
berhubungan verbal dan nonverbal
dengan
kompresi
mekanik
kandung kemih 3.      Tekanan dari bagian
2.      Berikan dukungan presentasi pada kandung
profesional intrapartal kemih sering menurunkan
kontinu, informasikan sensasi dan menggangu
klien bahwa ia tidak pengosongan komplit
akan ditinggalkan
4.      Memantau derajat
sendiri dehidrasi

3.      Anjurkan penggunaan
teknik pernapasan dan
relaksasi. Bernapas
dengan pasangan
4.      Bantu ibu untuk
menemukan posisi
yang nyaman.
Misalnya dengan
1.      mengidentifikasi tingkat
menganjurkan ibu intervensi yang perlu.
posisi miring dengan Ansietas yang berlebihan
salah satu kaki dapat menyebabkan
diangkat oleh perawat dampak negatif terhadap
atau suami proses persalinan
5.      Pantau DJJ dan
2.      rasa takut terhadap
variabilitasnya, pantau penolakan dapat makin
TD ibu berat sesuai kemajuan
persalinan. Klien dapat
Setelah dilakukan mengalami peningkatan
asuhan keperawatan ansietas dan/atau
diharapkan cemas kehilangan kontrol bila
berkurang dengan dibiarkan tanpa perhatian
Ansietas kriteria hasil : 3.      membentu dalam
berhubungan 1.      Klien tampak rileks 6.      Evaluasi pola menurunkan ansietas dan
dengan proses
2.      Melakukan sendiri kontraksi atau persepsi terhadap nyeri
persalinan teknik relaksasi kemajuan persalinan dalam korteks serebral,
3. 3.      Klien memahami meningkatkan rasa kontrol
proses persalinan 4.      posisi yang nyaman dapat
4.      Klien mampu mengurangi ansietas ibu
mengikuti instruksi
perawat

1.      Kaji derajat
ketidaknyamanan
melalui isyarat verbal
dan nonverbal,
perhatikan pengaruh
budaya dan  respon
nyeri
2.      Inspeksi perbaikan5.      ansietas yang lama dapat
perineum dan menyebabkan
episiotomi. Perhatikan ketidakseimbangan
edema, ekimmosis, endokrin, dengan
nyeri tekan lokal, kelebihan pelepasan
eksudat purulen atau epineprin dan
kehilanga perlekatan norepineprin,
jahitan meningkatkan TD dan
3.      Berikan kompres es nadi
pada perineum 6.      Peningkatan kekuatan
khususnya 24 jam kontraksi uterus dapat
pertama setelah meningkatkan masalah
persalinan klien tentang kemampuan
4.      Berikan kompres pribadi
panas lembab
(misalnya rendam 1.      Tindakan atau reaksi nyeri
duduk atau bak mandi) adalah individu dan
diantara 100  dan berdasarkan pengalaman
0

1050 F (38,0-43,2 0C) masa lalu


selama 20 menit, 3
samapi 4 kali sehari
selama 24 jam pertama
5.      Anjurkan duduk
2.      Dapat menunjukkan
dengan otot gluteal trrauma berlebihan pada
terkontraksi diatas jaringan perineal dan/atau
perbaikan episiotomi terjadi komplikasi yang
6.      Berikan analgesik bila memerlukan intervensi
ada program medik lanjut

1.      pantau frekuensi,
durasi dan intensitas
kontraksi uterus 3.      Memberi anastesia lokal,
2.      kaji nyeri tekan uterus, meningkatkan
tentukan adanya vasokontriksi dan
frekuensi after pain, mengurangi edema dan
Setelah dilakukan perhatikan faktor- vasodilatasi
asuhan keperawatan faktor pemberatnya 4.      Meningkatkan sirkulasi
diharapkan nyeri pada perineum,
terkontrol dengan meningkatkan oksigenasi
kriteria hasil : 3.      masase uterus dengan dan nutrisi pada jaringan,
1.      Klien melaporkan perlahan menurunkan edema dan
nyeri berkurang 4.      instruksikan klien meningkatkan
2.      Klien tampak rileks untuk melakukan penyembuhan
3.      Klien menunjukkan latihan kegel
Gangguan rasa penurunan skala nyeri
nyaman nyeri4.      Klien menunjukkan
berhubungan peningkatan perhatian 5.      anjurkan penggunaan
dengan 5.      Klien mampu bab dab teknik
episiotomi bak tanpa rasa takut nonfarmakologis 5.      Penggunaan
4. 6.      Klien mampu bab dan seperti napas dalam pengencangan gluteal saat
bak tanpa rasa sakit dan relaksasi duduk menurunkan stress
6.      berikan informasi dan tekanan langsung
kepada ibu bahwa pada perineum
menyusui dapat
6.      Penggunaan agen
meningkatkan rasa farmakologis secara tepat
nyeri yang merupakan membantu klien
keadaan fisiologis mengurangi nyeri
7.      berikan lingkungan
yang tenang dengan1.     Mendeteksi kemajuan dan
ventilasi adekuat mengamati respon uterus
yang abnormal
1.      Fasilitasi interaksi
antara klien/ pasangan2.     Selama 12 jam pertama
dan bayi baru lahir pasca post partum,
sesegera mungkin kontraksi uterus kuat dan
reguler dan ini berlanjut
selama 2-3 hari
selanjutnya meskipun
frekuensi dan
intensitasnya berkurang
3.     Masase perlahan
meningkatkan
2.      Berikan klien dan ayah kontraktilitas
kesempatan untuk4.     Latihan kegel membantu
menggendong bayi penyembuhan dan
dengan segera setelah pemulihan dari tonus otot
kelahiran bila kondisi pubokoksigeal
bayi stabil 5.     Membantu mengurangi
3.      Informasikan kepada nyeri dan menurunkan
orang tua tentang ketidaknyamanan after
kebutuhan-kebutuhan pain
Setelah dilakukan neonatus segera dan
asuhan keperawatan perawatan yang
diharapkan nyeri diberikan 6.     Nyeri merupakan tanda
terkontol dengan involusio uteri, pemberian
kriteria hasil: 4.      Tempatkan bayi pada informasi dapat
1.      klien melaporkan lengan ibu atau ayah menurunkan ketakutan ibu
nyeri terkontrol setelah kondisi untuk menyusui bayinya
2.      klien tampak rileks neonatus
3.      klien menunjukkan memungkinkan
penurunan skala nyeri
4.      menggunakan teknik
yang tepat untuk 7.     Lingkungan yang
mempertahankan kondusif dapat membantu
kontrol istirahat klien untuk beristirahat
diantara kontraksi 5.      Anjurkan orang tua secara maksimal
untuk mengelus dan
berbicara pada bayi
baru lahir, anjurkan1.     Membantu
pada ibu untuk mengembangkan ikatan
menyusui bayi bila emosi sepanjang hidup
Gangguan rasa diinginkan diantara anggota-anggota 
nyaman nyeri 6.      Bagi informasi keluarga. Ibu dan bayi
berhubungan tambahan dari mempunyai periode yang
dengan pengkajian fisik awal sangat sensitif pada waktu
involusio uteri bagi bayi baru lahir dimana kemampuan
interaksi ditingkatkan
5. 2.     Kontak fisik dini
membantu
1.      Pantau suhu dan nadi mengembangkan
dengan rutin sesuai kedekatan
indikasi

2.      Catat jumlah dan bau


lokea

3.     Menghilangkan ansietas
orang tua berkenaan
dengan kondisi bayi
mereka. Membantu orang
3.      Kaji terhadap adanya tua untuk memahami
tanda-tanda infeksi rasional intervensi pada
saluran kemih periode awal bayi baru
Setelah dilakukan lahir
asuhan keperawatan, 4.     Jam pertama dari
keluarga mampu 4.      Anjurkan perawatan kehidupan bayi adalah
memulai proses perineal dengan masa yang paling khusus
kedekatan dengan menggunakan teknik bermakna untuk interaksi
cara yang bermakna rendam duduk 3 keluarga dimana ini dapat
dengan kriteria hasil: sampai 4 kali sehari meningkatkan awal
1.      klien menerima setelah berkemih atau kedekatan antar orang tua
kehadiran anaknya defekasi dan bayi baru lahir
2.      klien merasa bahagia5.      Beri informasi kepada sebagai anggota keluarga
ibu tentang tanda- baru
tanda infeksi seperti5.     Memberikan kesempatan
nyeri di daerah kepada orang tua dan bayi
genitalia, kemerahan, baru lahir untuk memulai
adanya pes, lokea pengenalan dan proses
berbau busuk, pendekatan
peningkatan suhu
tubuh
6.      Berikan informasi
kepada ibu tentang6.     Membantu orangtua
pentingnya menjaga memandang bayi sebagai
kebersihan terutama  individu terpisah dengan
daerah genitalia karakteristik fisik yang
7.      Gunakan teknik unik
mencuci tangan dan
pembuangan balutan 1.      Peningkatan suhu tubuh
kotor dengan tepat dalam 24 jam perrtama
Perubahan menandakan infeksi
proses keluarga 2.      Lokea mempunyai
berhubungan karakteristik bau amis,
dengan rabas purulen
penambahan menunjukkan adanya
anggota baru keterlamabatan
penyembuhan
3.      Gejala ISK dapat tampak
6. pada hari kedua sampai
ketiga postpartum karena
adanya infeksi
4.      Pembersihan sering dari
depan kebelakang
membantu mencegah
kontaminasi rektal
memasuki vagina

5.      Perawat tidak selamanya


berada dekat dengan klien
dan klien merupakan
orang yang paling
mengerti kondisi
tubuhnya. Informasi
penting untuk deteksi dini
infeksi

6.      Dapat meningkatkan
motivasi ibu untuk tetap
menjaga personal hygiene
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan klien
menunjukkan bebas
dari tanda-tanda
infeksi 7.      Mencegah atau
menghalangi penyebaran
infeksi
Resti infeksi
berhubungan
dengan insisi
jaringan

7.

K. Implementasi
dx Tgl Implementasi Respon TTD
1 18/8/05       Mengajarkan klien teknik non 1.      Klien mampu
farmakologis untuk mengurangi menggunakan teknik
nyeri yaitu teknik relaksasi dan relaksasi untuk
melakukan masase pada abdomen mengurangi nyeri
klien 2.      Ibu mengatakan nyeri
      Membantu ibu untuk berkurang
meningkatkan rasa nyaman dengan
menggosok punggung ibu
      Menginstruksikan klien untuk 3.      Klien mau berkemih
berkemih setiap 1-2 jam. sesuai dengan instruksi
Melakukan palpasi diatas simpisis
pubis untuk mengetahui adanya
distensi
      Mencatat frekuensi, intensitas dan4.      Klien mau bekerjasama
durasi pola kontraksi uterus setiap dalam pemeriksaan
30 menit 5.      Klien mau bekerjasama
      Mengukur tekanan darah dan nadi dalam pemeriksaan
setiap 1-2 menit setelah injeksi
regional setiap 15 menit pertama,
kemudian setiap 10-15 menit untuk
sisa waktu persalinan 6.      Klien miring kanan sesuai
      Memberikan posisi yang nyaman dengan punggung janin
untuk klien seperti miring kiri
dengan kepala datar dan kaki
ditinggikan, meninggikan lutut dan
mengubah posisi uterus secara
manual ke kiri sesuai indikasi 7.      Klien masih fokus dengan
      Mengkaji sensori dengan pembicaraan
melibatkan klien dalam percakapan
1.      Klien mau diukur TTV
1.      Mengukur TTV 2.      Klien mau bekerjasama
3.      Intake caiarn klien 1-2
2.      Melakukan palpasi pada simpisis liter perhari
pubis 4.      Klien mau bekermih
3.      Mengukur intake dan output cairan sesuia instruksi

4.      Menganjurkan berkemih yang 1.      Ibu tidak terlihat tegang,


sering sedikitnya 1 sampai 2 jam Nadi : 30 x/mnt. TD :
120/80 mmHg
2 18/8/051.      Mengukur tingkat kecemasan
dengan meliihat tanda fisik pada 2.      Suami mendampingi
ibu, serta mengekur TTV ibu dan klien saat persalinan
DJJ janin sehingga klien merasa
2.      Memberikan support yang adekuat lebih tenang
dengan cara meminta pasangan 3.      Klien mampu
berada disamping ibu selama menggunakan teknik
proses persalinan napas dalam sehingga
ansietas berkurang
4.      Klien mengatakan
3.      Mengajarkan teknik napas dalam mengerti dengan proses
3 18/8/05 relaksasi persalinan yang akan
dihadapi nanti

1.      Klien mengatakan nyeri


dalam skala 4 dan nyeri
4.      Menngurangi kecemasan ibu terasa di daerah kemaluan
dengan memberikan informasi karena luka episiotomi
yang adekuat tentang proses 2.      Klien mau diajak
persalinan yang akan dihadapi ibu bekerjasama dalam
pemeriksaan
3.      Klien merasa lebih
      Mengukur tingkat nyeri dengan nyaman
menggunakan skala nnyeri dan
menggunakan pendekatan PQRST
4.      Klien merasa lebih
nyaman
      Melakukan inspeksi perineum dan 5.      Klien mau melakukan
episiotomi instruksi perawat

      Memberikan kompres es pada


perineum, khususnya sselama 24 6.      Klien mengatakan nyeri
jam  pertama setelah kelahiran berkurang
      Memberikan kompres panas
lembab
4 18/8/05       Mengajarkan teknik pengencangan
gluteal dengan cara duduk dengan 1.      Klien mau diajak
otot-otot gkuteal terkontraksi diatas bekerjasama dalam
perbaikan episiotomi pemeriksaan
      Memberikan obat analgetik yaitu

promokiptin dan meperidin


hhidroklorida secara IV 2.      Klien merasa nyaman dan
rileks
1.      Mendeteksi dan memantau3.      Klien merasa panggulnya
kemajuan uterus dengan lebih kencang
menghitung frekuensi, durasi dan 4.      Klien mampu
intensitas konttraksi uterus menggunakan teknik
2.      Memberikan pijatan uterus dengan napas dalam sehingga
perlahan nyeri berkurang dan klien
merasa lebih nyaman
3.      Meminta klien untuk melakukan 5.      Klien bernapas dengan
latihan kegel lega sehingga bisa
mengurangi keletihan
4.      Mengajarkan klien penggunaan setelah persalinan
teknik nonfarmakologis seperti
napas dalam, relaksasi 1.      Klien merasa bahagia
dapat menyentuh bayinya
2.      Klien menanyakan
tentang apa yang harus
5.      Memberikan lingkuungan yang klien lakukan
tenang dengan ventilasi adekuat 3.      Klien menunjukkan
pemahaman terhadap
informasi yang diberikan
oleh perawat
5 18/8/05 4.      Klien mau diajak
1.      Memberikan kesempatan pada bekerjasama dalam
orang tua dan bayi melakukan pemeriksaan
bounding attachment
2.      Mengukur tingkat pengetahuan ibu 1.      Klien mauu diajak
dengan menanyakan pengetahuan bekerjasama dalam
ibu tentang kebutuhan dan pemeriksaan dengan suhu
perawatan bayinya 37,70 C dan Nadi 30
3.      Memberikan informasi kepada x/mnt
orang tua bayi tentang kebutuhan 2.      Lokea  berwarna merah
dan perawatan bayinya tua dan berbau amis darah
3.      Klien bebas dari infeksi

4.      Klien merasa lebih


4.      Melakukan pemeriksaan payudara nyaman
dengan cara melakukan palpasi
pada payudara

1.      Pantau suhu dan nadi dengan rutin


sesuai indikasi 5.      Klien mampu menjaga
personal hygiene dengan
baik

2.      Catat jumlah ddan bau lokea


6 18/8/05

3.      Kaji terhadap adanya tanda-tanda


infeksi saluran kemih
4.      Anjurkan perawatan perineal
dengan menggunakan teknik
rendam duduk 3-4 kali sehari
setelah berkemih atau defekasi
5.      Gunakan teknik mencuci tangan
dan pembuangan balutan kotor
dengan tepat

7 18/8/05

L. Evaluasi
No. Evaluasi TTD
dx
1 S  :   Klien mengatakan nyeri terkontrol
O :  Pengukuran nadi diperoleh hasil 30 x/mnt, tekanan darah 120/80 mmHg
:  Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
  :  Pertahankan hasil ynag telah dicapai

  :  Klien mengatakan merasa lebih nyaman


2 :  Klien berkemih setiap 1 jam, pemeriksaan TTV dengan hasil pengukuran
nadi 30 x/mnt, tekanan darah 120/80 mmHg
A :  Perubahan pola eliminasi urin dapat teratasi
  :  Pertahankan  hasil yang telah dicapai

  :  Klien mengatakan siap menghadapi persalinannya


O : Klien mampu berkonsentrasi, pemeriksaan TTV dengan hasil pengukuran
3 nadi 30 x/mnt, tekanan darah 120/80 mmHg, DJJ 120 x/mnt
A : Kecemasan dapat teratasi
P  : Rencana tindakan dihentikan

  : Klien mengatakan nyeri  berkurang


O : Pemeriksaan TTV dengan hasil pengukuran nadi 30 x/mnt, tekanan darah
120/80 mmHg, DJJ 120 x/mnt
4 A : Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
  : Pertahankan hasil yang telah dicapai

  : Klien mengatakan bahagia dengan kehadiran bayinya


O :  Klien tammpak berseri-seri
A :  Perubahan peran dapat dilalui keluarga dengan baik
5   : Rencana tindakan dihentikan

S :  Klien mengatakan bahagia dengan kehadiran bayinya


O : Klien tampak berseri-seri dan memeluk bayinya
A : Perubahan peran dapat dilalui keluarga dengan baik
6   : Rencana tindakan dihentikan

S : Klien mengatakan nyaman ketika dilakukan teknik rendam duduk, serta


kklien mengatakan tetap menjaga kebersihan daerah genitalnya
O :Tidak tampak tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi, pemeriksaan TTV
7 dengan suhu 370 C
A : infeksi dapat dicegah
P  : pertahankan hasil yang telah dicapai

Daftar Pustaka
 Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta ; EGC
 Doenges, Marilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal Atau Bayi. Jakarta ;
EGC
 Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC
 Harry, William. 1986. Human Labour And Birth. Jakarta ; yayasan essential
medika
 Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC
 Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta ; Arcan
 Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
 Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai