Proposal Disertasi Risfah
Proposal Disertasi Risfah
PENGANTAR
a. Latar Belakang
yang lain ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel
kanker (King, 2000). Salah satu kanker yang menduduki peringkat ketiga di
seluruh dunia setelah kanker paru-paru dan kanker payudara adalah kanker
700.000 orang meninggal disebabkan oleh kanker kolorektal tiap tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa sekitar 2.000 orang meninggal setiap hari. Kanker kolorektal
merupakan kanker yang dapat menyerang pria ataupun wanita dengan frekuensi
kejadian yang hampir sama, yaitu 9,5% pada pria dan 9,3% pada wanita dengan
perkiraan kasus baru di dunia sebanyak 401.000 pada pria per tahun dan 381.000
pada wanita per tahun. Sejak tahun 1975, jumlah kasus baru di dunia cenderung
kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker kolorektal berada pada peringkat
kedua dari angka insidensi dan mortalitas yang terjadi di Eropa dan Amerika
1
Di Indonesia, insidensi kanker kolorektal cukup tinggi demikian halnya
dengan angka kematiannya. Walaupun belum terdapat data yang pasti, tetapi dari
ditemukan sebanding antara pria dan wanita, banyak terjadi pada seseorang yang
berusia muda; dan ditemukan sekitar 75% pada kolon rektosigmoid. Di Negara
Barat frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan pada pria lebih besar daripada
wanita, banyak terjadi pada seseorang yang berusia lanjut; dan ditemukan hanya
sekitar 50% yang terjadi pada kolon rektosigmoid. Di Negara Barat, kanker
kolorektal secara global menempati peringkat ketiga pada kasus kanker yang
terjadi pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolorektal menempati peringkat
keempat dari semua kasus kanker (Fahlevi, 2008; Lee & Marks, 2010; Anonim,
2008).
pengangkatan jaringan kanker atau dengan mematikan sel kanker tersebut serta
meminimalkan efek yang tidak diinginkan terhadap sel-sel normal. Hal ini harus
dengan sinar X untuk mengatasi kemungkinan sel telah mengalami metastasi dan
untuk menghambat proliferasi sel kanker yang mungkin masih tertinggal (King,
2000).
2
Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang terdapat dalam rimpang
(Rao, 1997), antiinflamasi (van der Goot, 1997; Sardjiman et al., 1997),
(Singletary et al., 1998), dan antiviral (Mazumder et al., 1997; Barthelemy et al.,
1998). Kurkumin juga dilaporkan dapat menghambat proliferasi sel kanker paru
in vivo dan sel kanker kolon in vitro, apabila diberikan selama fase inisiasi dan
(Majeed et al., 2007a; Venkateswarlu et al., 2005). Penelitian yang lain juga
tahap inisiasi, progresi, dan metastasis (Hatcher et al., 2008; Cen et al., 2009).
3
Kurkumin juga dapat menghambat pembentukan metabolit reaktif senyawa
Kurkumin juga menghambat siklus sel dan memacu apoptosis pada sel
kanker kolorektal melalui regulasi beberapa jalur sinyal sel dan biomarker seperti
ceramide (Chaudhary & Hruska, 2003; Narayan, 2004; Cen et al., 2009;
ikatan rangkap pada rantai tengah, gugus -diketon, dan gugus hidroksi fenolik
dalam saluran pencernaan dan hati setelah pemberian oral. Metabolisme fase I
4
heksahidrokurkuminol. Metabolisme fase II terdiri dari glukuronidasi dan
sulfat yang dengan cepat diekskresikan (Basu et. al., 2004; Johnson & Mukhtar,
pencernaan dan hati pada manusia dan tikus (Ireson et al., 2002).
dosis oral 30 – 180 mg tidak terdeteksi dalam darah (Sharma et al., 2001).
ditemukan hanya sedikit di dalam darah, tetapi ditemukan kadar tertinggi di dalam
feses (Garcea et al., 2005). Kurkumin dengan dosis 1 sampai 5 g/kg yang
diberikan secara oral pada tikus tidak menyebabkan efek samping dan 75%
Kadar kurkumin sangat kecil ditemukan dalam urin (Anand et al., 2007;
saluran pencernaan dan hati, kebanyakan diekskresikan dalam feses. Kolon yang
per hari tanpa efek toksik membuat kurkumin sangat menarik sebagai bahan
5
Dalam rangka mendukung pengembangan obat baru yang lebih poten dan
struktur kurkumin dengan melakukan variasi gugus metilen aktif. Sintesis derivat
siklovalon juga telah dilakukan dengan penggantian gugus fungsional pada kedua
inti benzen atau dengan mengubah struktur sikloheksanon menjadi struktur bentuk
menunjukkan bahwa kadar PGV-0 dalam darah sangat eratik (Kustaniah, 2001),
cepat hilang dari peredaran darah (hanya 5 menit) dan profil kadarnya dalam
Sardjiman (1997), Liang et al. (2008), dan Robinson et al. (2003) pada cell lines.
Hasil studi dari Sardjiman (1997) diperoleh senyawa analog kurkumin yaitu
20, 40, dan 80 mg/kg bobot badan pada tikus jantan Wistar) dan antibakteri.
Namun demikian, ketiga analog tersebut belum pernah diuji aktivitasnya secara in
6
vivo sebagai antikanker. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini dilakukan
untuk melihat aktivitas analog kurkumin (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) sebagai
2. Perumusan Masalah
2. Apakah analog kurkumin (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) pada dosis 20,
PGV-0, dan HGV-0) dengan dosis 20, 40, dan 80 mg/kg BB terhadap kanker
3. Keaslian Penelitian
dengan oxaloplatin 5 M dapat menghambat proliferasi pada cell line HT-29 (p53
adenoma pada tikus C57Bl/6J. Konversi dosis manusia ke tikus C57B1/6J dengan
7
konsentrasi 1,6 g per hari memiliki potensi kemoprevensi pada saluran usus
(Perkins et al., 2002). Kombinasi antara kurkumin dan katekin memberikan efek
(DMH) dosis 20 mg/kg BB pada tikus jantan Wistar. Efek kombinasi ini
yang diduga melalui efek penghambatan neurotensin pada ekspresi IL-8 dan
sekresi protein. Kurkumin telah dilaporkan dapat menghambat induksi gen IL-8
dari siklus sel yang terderegulasi pada siklin D1 yang terekspresi pada epitel
human colon cancer cell lines (HT-29, HCT-15, dan Caco-2). Di sisi lain,
kurkumin menghambat secara reversibel progresi siklus sel dari sel epitel
protein retinoblstoma (Choudhuri et al., 2005; Hanif et al., 1997; van Erk et al.,
2004). Selain itu, kurkumin dapat menginduksi apoptosis pada human colon
cancer cell (HCT-116) tidak tergantung pada status p21 (Watson et al., 2008).
8
Lev-Ari et al. (2005) menyatakan bahwa kurkumin yang diberikan
et al. (1995), Kawamori et al. (1999), dan Huang et al. (1994) memperlihatkan
bahwa pemberian kurkumin pada tikus jantan F344 dan mencit betina CF1 yang
menghambat ekspresi gen ras, c-fos, c-jun, dan c-myc pada kulit tikus yang
asetat (TPA).
secara in vitro (Tamvakopoulos et al., 2007). Tiga analog kurkumin lainnya [GO-
9
mekanisme menghambat degradasi enzim matriks ekstraselular pada cell lines
aktivitas yang hampir sama dalam menghambat pertumbuhan tumor kolon pada
tikus jantan Wistar yang diinduksi 1,2-dimetilhidrazin (DMH) 20 mg/kg BB. Hal
dalam tujuh karbon inti berperan penting memberikan efek sebagai antikanker
dengan cepat kerusakan DNA untai ganda pada human colon cancer cell
et al., 2009).
Liang et al. (2008) telah mensintesis sembilan mono karbonil dengan lima
yang diujikan kepada makrofag tikus J774 menunjukkan bahwa 3'-metoksil yang
10
preneoplastik kanker payudara tikus yang diinduksi 7,12-dimetilbenz(a)anrasen
dalam metabolisme obat secara in vitro (Appiah-Opong et al., 2007). Hal yang
sama juga dilaporkan oleh Liang et al. (2008a), bahwa analog kurkumin yang
dapat digunakan sebagai antibakteri baik bakteri Gram positif maupun bakteri
Gram negatif.
antikanker lainnya yaitu menginduksi -catenin, Ki-ras, cyclin D1, c-Myc, dan
mitosis dan memiliki potensi terapeutik untuk kanker saluran pencernaan (HCT-
116, HT-29 dan AGS) (Subramaniam et al., 2008). Perkembangan sintesis keton
11
sitotoksin EF24 dan fVIIa membentuk EF-24-FFRmkfVIIa yang diberikan pada
al. 2006). Analog fluoro kurkumin lainnya yaitu CDF dapat menghambat
proteosom dan pertumbuhan sel kanker kolon (HCT116) dan sel kanker pankreas
al., 2009).
siklik dengan gugus –OH pada posisi para di cincin fenil dan substitusi meta
aktivitasnya meningkat dengan adanya substitusi gugus metoksi pada posisi meta
gugus alkil dari metil ke etil yang tersubstitusi N-alkil piperidon meningkatkan
menekan pembentukan antibodi IgE dan efek histamine dari sel mast peritonium
tikus sehingga dapat digunakan sebagai antialergi (Shimoda & Hamada, 2010).
12
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat
aktivitas analog kurkumin (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) pada dosis 20, 40, dan
nodul kanker, derajat kerusakan jaringan dan ekspresi protein tertentu yang
4. Kegunaan Penelitian
penelitian dari analog kurkumin yaitu GVT-0, PGV-0, HGV-0 sebagai antikanker
secara in vivo. Penelitian aktivitas dari analog kurkumin (GVT-0, PGV-0, dan
dalam pencegahan kanker kolorektal yang lebih poten dan aman. Penelitian ini
b. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui dosis dari analog kurkumin (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) yang
13
3. Mengetahui mekanisme kemoprevensi dari analog kurkumin (GVT-0, PGV-0,
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kurkumin
Curcuma sp. (Masuda et al., 1993; van der Goot, 1997) yang pertama kali
diisolasi oleh Vogel dan Pelletier pada tahun 1815 (van der Goot, 1997; Aggarwal
et al., 2006). Selanjutnya kurkumin dikristalisasi pertama kali oleh Daube pada
tahun 1870 dan elusidasi struktur kimia dilakukan oleh Lampe pada tahun 1910.
Sintesis kurkumin dilakukan pada tahun 1913 oleh Lampe dan Milobedzka.
Kurkumin [1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion)
memiliki berat molekul 368,37 g/mol dengan struktur kimia seperti pada gambar 1
O O
H3 CO OCH3
HO OH
dalam saluran pencernaan dan hati setelah pemberian oral. Metabolisme fase I
sulfat yang dengan cepat diekskresikan (Basu et. al., 2004; Johnson & Mukhtar,
15
2007). Kurkumin glukuronida diidentifikasi dalam mikrosom saluran pencernaan
pencernaan dan hati pada manusia dan tikus (Ireson et al., 2002; Pan et al., 1998).
Kurkumin tidak stabil pada pH netral dan basa, dan terdegradasi menjadi
cepat dalam sistem buffer pada kondisi pH basa. Kurkumin harus stabil dalam
perut dan usus kecil karena pH-nya antara 1 dan 6, dan degradasi kurkumin
berlangsung sangat lambat dalam kondisi ini (Wang et al., 1997; Pan et al., 1998).
dan sinusitis (van der Goot, 1997). Penelitian selanjutnya diarahkan pada
kurkumin berperan pada cell cycle arrest pada fase S, fase G2/M dan memicu
16
vitro pada cell cultur dan in vivo pada hewan uji (Chauhan, 2002; Hatcher et al.,
2008; Cen et al., 2009; Bhaumik et al., 1999). Sharma et al. (2001a)
intragastrik dengan dosis 1,2 g/kg BB pada tikus F344. Pemberian intragastrik
dengan dosis yang sama, kurkumin dapat terdeteksi pada mukosa kolon, hati, dan
feses dengan masing-masing konsentrasi sebagai berikut 1,8 ± 0,3 mol/g; 0,8 ±
0,3 nmol/g; dan 8,6 ± 0,6 mol/g (Sharma et al., 2001a). Penelitian yang
dilakukan oleh Wahlstrom & Blennow (1978) melaporkan juga bahwa pemberian
dalam feses. Sharma et al. (2001a) melaporkan bahwa kurkumin glukuronida dan
kurkumin sulfat tidak terdeteksi dalam plasma, jaringan atau feses. Garcea et al.
17
di hati yang mengkonsumsi kapsul kurkumin dengan dosis 450 – 3600 mg.
adduct = M1G) dalam mukosa kolon, dan menurunkan kadar M1G yang
ditimbulkan oleh stimulus yang kuat dari lipid peroksidasi pada hati dan mukosa
kolon. Hal ini membuktikan bahwa kurkumin dapat meningkatkan aktivitas GST
dan kadar M1G adduct in vivo (Sharma et al., 2001a; Pan et al., 1998).
apoptosis sel kanker payudara yang diinduksi kemoterapi secara in vitro dan in
vivo. Kurkumin mempunyai kandungan keton , tidak jenuh yang berikatan
berikatan dengan p50 dalam kompleks NF-B (Brennan & O’Neill, 1998; Moos
et al., 2004). Karbon reaktif dalam beberapa bahan kimia dilaporkan juga dapat
menghambat secara tidak langsung tumor supresor p53 (Moos et al., 2000).
18
b. Gamavuton-0 (GVT-0)
keton. Gamavuton 0 memiliki struktur dasar dienon yang simetris pada bagian
tengah yang menghubungkan dua cincin aromatis dan merupakan derivat aseton
yang telah diuji aktivitasnya dalam menghambat proliferasi sel endothelial yaitu
pada kadar 3 g/mL menunjukkan persen inhibisi 96,6% dan kadar 6 g/mL
Senyawa ini juga dilaporkan memiliki aktivitas antitumor (Youssef & El-
Sherbeny, 2005).
bahkan lebih baik dibanding senyawa induknya di alam (Robinson et al., 2003).
H3 CO OCH 3
HO OH
19
c. Pentagamavunon-0 (PGV-0)
pada gambar 3, merupakan salah satu modifikasi struktur pada rantai tengah
1993). Senyawa ini merupakan hasil sintesis antara vanilin dengan siklopentanon
H 3CO OCH 3
HO OH
spektrum yang sama dengan aktivitas kurkumin dengan modifikasi tersebut, tetapi
dengan kualitas yang lebih baik, yaitu berefek lebih besar dan aman.
PGV-0 memiliki aktivitas antioksidan (Sardjiman et al., 1997 dan 1997a; Rianto,
Wistar (Sardjiman, 2000), dan sitotoksik pada sel mieloma (Nurrochmad, 2001).
20
d. Heksagamavunon-0 (HGV-0)
-diketon sedangkan HGV-0 memiliki posisi yang sama sebagian aseton yang
aktivitas biologis HGV-0 terutama pada efek koleretiknya terhadap tikus dan
Pemberian per oral HGV-0 dosis 300 – 500 mg per hari dapat
bermanfaat mengobati penyakit kandung empedu, ikterus, dan pasca hepatitis dan
empedu dari saluran empedu karena aktivitas koleretik HGV-0 relatif lemah
(Hayun, 1995).
(Sardjiman, 2000).
21
O
CH3O OCH3
HO OH
memiliki efek sebagai antioksidan, sedangkan gugus keto dan ikatan rangkap pada
gugus pada cincin aromatik terminal kurkumin menunjukkan bahwa gugus donor
dibanding analog aseton dan siklopentanon (Liang et al., 2008). Substitusi ortho
oleh gugus donor elektron seperti gugus ortho metoksi, meningkatkan kestabilan
22
radikal bebas fenoksi, meningkatkan efek penangkal radikal bebas dan antitumor
pH di atas 6,5 disebabkan oleh gugus metilen aktif. Hilangnya gugus metilen
senyawa yang lebih stabil dan masih memiliki aktivitas antioksidan. Seri analog
dengan adanya faktor sterik pada gugus hidroksi fenolik (Sardjiman et al.,
1997a). Adanya gugus keto dan ikatan rangkap pada rantai tengah kurkumin dan
f. Kanker Kolorektal
Sel tersebut berproliferasi berlebihan dan membentuk tumor lokal yang dapat
menekan atau menginvasi struktur normal berdekatan. Sub populasi kecil dari
sel-sel dalam tumor ini dapat disebut sebagai induk sel tumor yang
berbagai organ dalam proses yang dinamai metastasis (Katzung, 1982). Sel-sel
23
2000). Kanker atau tumor ganas dibedakan dari tumor jinak karena kecepatan
Sel kanker memperlihatkan ciri yang berbeda dengan sel normal, yaitu:
2. Sel normal memberikan tanggapan terhadap adanya sel-sel lain dan dalam
3. Sel kanker bersifat kurang melekat dibanding sel normal, artinya pertautan
antar sel pada sel-sel penyusun kanker kurang terikat erat satu dengan yang
tertentu, tetapi sel kanker terus berkembang biak (Yuswanto & Sinaradi,
2000).
peredaran darah karena didukung oleh kemampuan melepaskan diri dari sel
lain dan menempel pada jaringan lain, sehingga dapat membentuk koloni di
24
7. Sel kanker memiliki kemampuan untuk membentuk saluran darah sendiri
merupakan kanker yang tumbuh di kolon, rektum dan usus buntu. Kanker kolon
merupakan bentuk kanker yang ketiga dan penyebab kematian kedua di antara
655.000 kematian di dunia per tahun (WHO, 2006). Kanker kolorektal umumnya
terjadi pada individu usia 50 tahun atau lebih. Etiologi untuk kebanyakan kasus
terjadi lebih sering pada populasi dengan sosial ekonomi yang tinggi yang hidup
Kira-kira 60% kejadian dari semua kanker usus terjadi pada bagian
rektosigmoid, sehingga tidak dapat teraba pada pemeriksaan rektum atau terlihat
yang paling sering diserang. Kolon transversa dan fleksura merupakan bagian
yang memiliki kemungkinan terserang yang paling kecil (Price & Wilson, 1995).
Kanker kolorektal ditemukan dua pertiga pada kolon kiri dan sepertiganya
pada kolon kanan (gambar 5). Sebagian besar kanker kolorektal ditemukan pada
rektum sebesar 51,6%, selanjutnya diikuti oleh kolon sigmoid 18,8%, kolon
25
menunjukkan bahwa sekitar 60% dari kanker kolorektal ditemukan pada rektum,
hal ini juga terlihat di Cina sekitar 80% kanker kolorektal terdeteksi di rektum
(Fahlevi, 2008).
Kanker kolon banyak timbul dari polip adenomatus di dalam kolon. Polip
ini tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid,
sedangkan polip/polipoid atau lesi yang datar sering terdapat pada sekum dan
kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah
adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan dapat mensekresi mukus yang
limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon dan melalui aliran darah,
relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi
26
dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe (Price &
Tanda dan gejalanya berbeda-beda menurut tempat kanker dan sering dibagi
menjadi kanker yang mengenai bagian kanan dan kiri usus besar (Price & Wilson,
1995).
menyebabkan nyeri yang bisa dirasakan pada bagian bawah abdomen di antara
umbilikus dan pubis, pada daerah midlumbal, atau pada keduanya. Jika sangat
hebat, nyeri bisa mempunyai suatu distribusi seperti sabuk mengelilingi tubuh.
Suatu lesi kolon transversum atau bagian pertama kolon desendens bisa sentral
atau di sisi kiri, dan batas penjalarannya ke bagian belakang tubuh adalah pada
vertebra lumbal kedua sampai ketiga. Jika kolon sigmoid terkena, nyeri terasa
lebih rendah, pada daerah sakral atas dan pada bagian depan pada garis tengah
daerah suprapubik atau kuadran kiri bawah abdomen (Isselbacher et al., 1999).
defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan
kembung sering terjadi karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul
gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mukus
maupun darah segar sering terlihat pada feses, dapat terjadi anemia akibat
kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mengenai
radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai
27
atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau
sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut (Price
Karsinoma kolon kanan, isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar
lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan
darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes guaiak. Mukus jarang
besar yang diturunkan ini dapat dibagi dalam dua kelompok utama: sindroma
jarang yang ditandai dengan munculnya ribuan polip adenomatosa di seluruh usus
besar. Keadaan ini diturunkan dengan cara dominan autosomal; pasien tertentu
lengan panjang kromosom 5 (gen APC). Hilangnya materi genetik ini (yaitu
nonpoliposis yang berhubungan dengan mutasi gen dalam memperbaiki gen DNA
28
Gambar 6. Familial Adenomatus Polyposis (FAP) pada wanita 18 tahun dengan permukaan
mukosa dipenuhi oleh polip adenoma yang sangat banyak (Fahlevi, 2008)
gen yang disebut deleted in colon cancer (DCC), kadang-kadang disebut mutated
molekul sel adhesi (N-CAM) dan kemudian suatu reseptor membran polipeptida
penempatan lokasi kromosom DCC jelas terlihat, kesalahan yang nyata adalah gen
terdekat, SMAD4, yang terlibat dalam jalur penanda untuk pembentukan faktor
transduksi dari faktor ini dapat menyebabkan promosi tumor. Pada tikus APC
sedangkan DCC deletions tidak memiliki efek invasi adenoma (King, 2000).
29
2. Model Kanker Kolorektal
Usus dari tikus yang dibagi ke bagian sebagai berikut yaitu duodenum,
jejunum dan ileum, yang disebut usus kecil; dan sekum, asendens, transversum,
kolon desendens, dan rektum merupakan bagian dari usus besar. Duodenum
jejunum dan ileum tikus adalah 70 – 90 cm. Mukosa usus kecil seperti beludru
dan tidak pernah membentuk lipatan Kerckring. Usus kecil memiliki panjang
Panjang sekum 6 – 9 cm, dan kolon 16 – 20 cm. Vili mukosa tikus terletak
sepanjang usus kecil. Seperti hewan lainnya, epitel usus tikus terdiri dari dua tipe
sel yaitu sel border dan sel goblet. Pada usus kecil juga terdapat sel Paneth dan
Kultchitsky, yang terdiri dari sel Paneth diisolasi pada bagian bawah crypt, yang
dilapisi sel border dengan sitoplasma basofilik. Sel Goblet yang memproduksi
sebagai inisiator atau kombinasi dua bahan kimia bertindak sebagai inisiator-
promotor. Model ini telah banyak digunakan dalam tahap pra-klinik in vivo untuk
30
(DMH) dan 2-asetilaminofluran selama 6 bulan dapat memunculkan tumor pada
kolon desendens. Tumor pada usus kecil terjadi pada sebagian hewan; tumor
eksperimental
dapat dibedakan dalam model. Kedua, evolusi tumor kolon dalam model
DMH/AOM mirip yang terjadi pada manusia, termasuk progresi Abberant Crypt
mirip yang terjadi pada manusia, dan 30 – 60% induksi tumor kolon dengan
DMH/AOM memiliki mutasi K-ras seperti yang terlihat pada tumor kolon
manusia. Selain itu, tidak seperti tumor kolon manusia, induksi tumor dengan
DMH/AOM jarang memperlihatkan mutasi pada Apc (kira-kira 8%) atau p53.
Secara morfologis dan perilaku, induksi tumor usus pada tikus menyerupai
tumor yang terjadi pada manusia. Hampir semua jenis tumor yang terjadi pada
31
elektron dari polip dan karsinoma pada kolon yang diinduksi 3-2-dimetil-4-
manusia dengan tikus (Spjut & Smith, 1967). Demikian pula karakteristik
histologis dari neoplasma epitel yang diinduksi secara kimia pada tikus, mirip
dengan manusia dan anjing (Lingeman & Garner, 1972). Perkembangan tumor
dalam duodenum dan usus kecil jarang terjadi pada manusia, tetapi pada hewan
3. Karsinogenesis Kolorektal
berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun (Albert et al., 1994). Proses
pertumbuhan ini dinamakan karsinogenesis, dimulai dari satu sel kanker yang
memperbanyak diri dan membentuk satu koloni kecil dalam jaringan yang sama.
inisiasi, fase promosi, fase progresi, dan metastasis. Inisiasi merupakan fase
adanya proliferasi abnormal dari satu sel. Promosi merupakan kelanjutan inisiasi,
yaitu adanya pacuan dari faktor promosi tumor yang menyebabkan pertumbuhan
genetik semakin bertambah banyak sehingga akan menambah koloni sel tumor.
Tumor pada stadium ini bersifat invasif dan seringkali diikuti dengan proses
32
berikutnya adalah metastasis, yaitu perkembangan tumor yang bersifat malignan
dan terjadinya pelepasan sel-sel tumor ganas dari koloni primernya. Sel-sel tumor
ganas ini dapat memasuki saluran limfatik, sehingga dapat menyebar ke seluruh
invasi sel kanker dihubungkan dengan banyaknya produksi protease pada sel
tahap yang paling kritis yang menyebabkan gejala klinis dan bahkan kematian
(King, 2000).
terjadi sangat lambat untuk perkembangan kanker pada manusia. Siklus sel dan
kumparan checkpoint mitosis adalah kritikal dalam proses ini untuk memastikan
bahwa proliferasi sel hanya mengikuti replikasi yang tepat dan mengatur materi
33
banyak terjadi pada kanker kolorektal, perubahan genetik ini terjadi melalui
daughter strand DNA selama replikasi DNA (Jass et al., 2002). Mikrosatelit
ditemukan dalam daerah mikrosatelit tumor terhadap germline DNA. Jalur yang
’tradisional’, yaitu CIN, atau jalur ’penekan’ (Grady, 2004). Identifikasi lesi
tercepat pada jalur ini adalah displasia aberrant crypt focus (ACF). Mikroskopik
dan ACF ditandai dengan lesi mukosa yang diawali oleh perkembangan polip
adenomatous polyposis coli (APC) atau kehilangan 5q (gen APC), mutasi K-ras,
hilangnya 18q, dan akhirnya penghilangan 17p yang mengandung gen penekan
tumor penting p53 (Grady, 2004). Perkembangan kanker kolorektal melalui jalur
34
Gambar 7. Tradisional sporadic/CIN/jalur penekan: perubahan patologis dan molekuler
(Worthley, 2007)
a. APC (5q21)
dan merupakan target utama mutagenesis. Mutasi patogen gen APC sering
menurunkan jalur signal Wnt. Secara normal signal Wnt membantu dalam
-katenin dan mengakibatkan jalur signal Wnt aktif. Kadang-kadang mutasi --
bertindak sebagai alternatif mutasi APC, sehingga jalur signal Wnt berperan
35
Kehilangan fungsi APC dapat pula mengganggu pengaturan normal
yang tepat selama pembagian sel. Adenomatus polyposis coli (APC) adalah
urutan kromosom yang tepat dan selanjutnya pemisahan kromosom (Green et al.,
2005). Sel APC tidak mampu mendeteksi kelainan kromosom selama metafase,
namun masih dapat dilanjutkan ke anafase (pemisahan pada fase mitosis) untuk
menghasilkan CIN (Draviam et al., 2006). Mutasi APC ditemukan sekitar 60%
pada kanker di kolon dan 82% pada kanker rektum (Jass et al., 2002).
b. K-ras (12p)
aktif menjadi GDP tidak aktif terhambat, menyebabkan signal konstitutif melalui
aktivasi ras pada model tikus tidak menyebabkan kanker kolorektal (Watson,
2008).
c. p53 (17p)
Kehilangan p53, biasanya melalui kehilangan alelik dari 17p dan membawa
36
ketidaknormalan p53, baik mutasi maupun hilangnya heterozigositas, relatif
dengan foki invasif, dan 50 – 75% pada kanker kolorektal (Leslie et al., 2002).
DNA yang merupakan faktor transkripsi pada kanker kolorektal. Hal ini
siklus sel dan memberi waktu yang cukup untuk perbaikan DNA. Ketika
kerusakan genetik terlalu besar untuk diperbaiki, p53 menginduksi gen pro-
apoptosis.
d. Siklooksigenase (COX)
Dua jenis COX yang merupakan isoform yang ditemukan hingga saat ini
yaitu COX-1 dan COX-2 yang keduanya memiliki aktivitas yang sama sebagai
diekspresi secara nyata oleh hampir seluruh jaringan tubuh mamalia, sedangkan
COX-2 hanya sebagian saja dan dalam level yang rendah atau tidak terdeteksi.
Level ekspresi COX-1 pada umumnya konstan dan hanya akan ada kenaikan
sedikit bila ada stimulasi dari faktor pertumbuhan atau selama masa deferensiasi.
Ekspresi COX-2 biasanya akan lebih banyak karena adanya rangsangan dari
mitogen, sitokin, dan tumor promoter yang bisa diakibatkan oleh adanya
kerusakan sel atau bentuk stres sel lainnya (DeWitt, 1991; Dubois et al., 1998).
37
COX-1 memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga proses-
proses fisiologis pada berbagai jaringan atau organ. Misalnya pada ginjal, COX-1
berfungsi untuk menjaga elastisitas pembuluh darah sehingga proses filtrasi dapat
pendukung fungsi COX-1 atau sesuai dengan kebutuhan (Dubois et al., 1998).
Ekspresi COX-2 menunjukkan adanya peningkatan yang nyata pada beberapa sel
fibroblast dari jaringan yang luka, dibandingkan dengan jaringan yang tidak luka
dan jaringan kolon yang normal. Tingkat dan intensitas dari immunoreaktif
COX-2 dalam sel kanker lebih baik dibanding tipe-tipe sel lainnya. Sebaliknya,
ekspresi COX-1 lemah dalam spesimen normal dan kanker. Oleh karena itu,
38
mencegah apoptosis (Battum et al., 1998). Peningkatan proliferasi sel terjadi
karena adanya aktivasi beberapa onkogen yang terlibat dalam signal mitogenik
seperti Ras, sedangkan inhibisi terhadap proses apoptosis merupakan akibat dari
adanya overekspresi bcl2 (Sheng et al., 1998), di samping itu overekspresi COX-2
pada sel-sel kanker kolon juga ikut memacu proses angiogenesis sehingga akan
karena produk katalisis COX -2 akan memacu aktivasi faktor angiogenik (Chan et
al., 1998).
Gambar 8. Perbedaan Fungsi COX-1 dan COX-2 (Surh & Kundu, 2005)
39
Percobaan menggunakan tikus betina defisiensi gen APC menyebabkan
terjadinya polip kolon. Hilangnya gen COX-2 mengurangi ukuran dan jumlah
polip tersebut (Tuynman et al., 2004). Penghambat COX memiliki efek yang
serupa pada kanker kolon yang diinduksi secara kimiawi. Pada kultur sel kanker
menigkatkan adhesi sel, dan menurunkan apoptosis, selanjutnya efek ini diblok
g. Landasan Teori
radikal terhadap radikal hidroksil, nitrogen, superoksida, dan oksigen dari proses
biologis yang terjadi di dalam tubuh, serta inhibitor lipid peroksidasi yang
terinduksi berbagai agen selular atau asing (Rao, 1997). Selain itu, kurkumin
mempengaruhi proses biologi sel seperti daur sel, metabolisme, dan lain
hanya stabil pada pH di bawah 6,5, hal ini disebabkan oleh adanya gugus metilen
aktif. Penghilangan gugus metilen aktif dan satu gugus karbonil menjadi 1,4-
40
Berdasarkan informasi tersebut, maka pada kesempatan ini akan dilakukan
bioaktivitas yang mirip atau bahkan lebih baik dari kurkumin. Senyawa yang
memiliki struktur kimia yang mirip biasanya juga memiliki bioaktivias yang
hampir sama. Oleh karena itu, GVT-0, PGV-0, dan HGV-0 sangat perlu diteliti
tumor pada model kanker kolorektal mirip yang terjadi pada manusia.
secara morfologis dan prilaku, induksi tumor kolorektal pada tikus menyerupai
41
h. Hipotesis
42
Kurkumin(in(invitro):
vitro): genetika
Kurkumin
- -Antoksidan
Antoksidan diet
- Antiiinflamasi epidemiol
- Antiiinflamasi
- Antibakteri ogi
- Antibakteri
- -Antikanker
Antikanker
Kanker Kolorektal
Analog Kurkumin:
- aktivitas lebih bagus
- in vitro : Molekular
Antioksidan, antiinflamasi, Genetik:
antibakteri, antifungi, APC
antiangiogenesis K-ras
P53
COX-2 Epitel normal dari kolon
Displasia
Adenoma
Kanker
Gambar 9. Kerangka Konsep Berpikir Kolorektal
43
BAB III
CARA PENELITIAN
a. Bahan
asam asetat glasial, asam klorida, etanol, etil asetat, heksan, kloroform, metanol
galur Wistar dengan bobot badan 150 – 200 g dan umur 2 bulan, dan phosphate
buffered-saline (PBS)
b. Alat
Alat pemeriksaan titik lebur (Buchi Melting Point B-540), beker gelas,
40), labu hisap, lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam GF254,
44
Alat suntik, eppendorf, kandang hewan, kannula, timbangan hewan
c. Jalannya Penelitian
PGV-0, dan HGV-0; (2) Uji kemurnian dan identifikasi hasil sintesis kurkumin,
kemoprevensi in vivo hasil sintesis GVT-0, PGV-0, dan HGV-0 dengan model
Vanilin (38,5 g;0,25 mol), (27,75 ml;0,38 mol) aseton, 3,5 ml HCl pekat.
Aduk pada suhu -10oC (dalam lemari pendingin) selama 1 jam, kemudian pada
suhu kamar selama 2 jam. Setelah didiamkan selama 8 hari (warna menjadi
warna jingga. Campuran dicuci dengan air dingin sampai bebas asam lalu
dikeringkan.
ml; 0,05 mol) diaduk sampai homogen pada suhu 25 – 30 oC. Ditambahkan 2,0 ml
memadat). Hasil didiamkan selama 2 hari pada suhu kamar, kemudian diisolasi
dengan maserasi campuran asam asetat glasial – air (1:1), kemudian disaring
dengan cepat dalam keadaan dingin dan dilanjutkan dengan campuran asam asetat
45
glasial – air sampai warna hijau tua hilang. Dicuci dengan air panas sampai bebas
ml; 0,05 mol) diaduk sampai homogen pada suhu 25 – 30 oC. Ditambahkan 2,0 ml
memadat). Hasil didiamkan selama 2 hari pada suhu kamar, kemudian diisolasi
dengan maserasi campuran asam asetat glasial – air (1:1), kemudian disaring
dengan cepat dalam keadaan dingin dan dilanjutkan dengan campuran asam asetat
glasial – air sampai warna hitam kemerahan hilang. Dicuci dengan air panas
2. Uji kemurnian dan identifikasi hasil sintesis GVT-0, PGV-0, dan HGV-0
Senyawa hasil sintesis dan hasil pemurnian diuji jarak leburnya dengan
pada lempeng silica gel GF254 dari aluminium, dengan fase gerak campuran
heksan, kloroform, etil asetat, dan metanol dengan perbandingan bervariasi untuk
46
Elusidasi struktur dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS,
jumlah dosis yang akan digunakan. Keesokan harinya, hewan coba ditimbang
selama 10 minggu lalu dibedah dan diamati kanker yang terjadi (Ravnik-Glavac
et al., 2000).
Saat otopsi, semua organ dalam diperiksa kecuali sistem saraf pusat.
luar. Bagian perut dibuka melalui lengkungan utama sedangkan usus secara
47
longitudinal pada sisi antimesenterial; setelah dibuka, organ-organ tersebut dicuci
dengan air. Bagian akhir ileum, usus besar, anus dan neoplasma dalam usus kecil
disebar di atas papan polystirene dengan mukosa usus menghadap ke atas. Semua
jaringan disimpan dalam buffer formalin 10%. Seluruh lesi pada usus dinilai
3.4. Pewarnaan untuk Ekspresi Protein p53, K-ras, APC, dan COX-2
endogen. Teteskan antibodi monoklonal primer untuk protein yang ingin diamati,
hal yang sama dengan kelompok 1 dengan pemberian senyawa kurkumin dan
analognya (GVT-0, PGV-0, dan HGV-0) sebanyak 20, 40, 60 mg/kg bobot badan
48
yang dibuat suspensi dengan Na CMC 0,5% diberikan per oral dan dibuat segar
dengan larutan fisiologis 1 ml. Tikus pada kelompok 1 dan 5diberikan akuades
secara per oral. Bobot badan seluruh hewan ditimbang satu kali seminggu sampai
akhir pemberian injeksi DMH, dan setiap minggu sampai akhir perlakuan pada
minggu ke-5. Hewan dibedah pada minggu ke-25. Kolon dikeluarkan dan dibuka
Skema/alur kerja pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 10.
d. Analisis Data
49
Ekspresi protein yang berkaitan dengan progresi/pertumbuhan kanker
kolorektal dianalisis dengan one way ANOVA diikuti dengan Poshoc Test
(Tukey Test)
Berat badan analisisnya dengan multi factor random design (Split Splot)
50
Tikus Wistar Jantan
Sintesis analog
Induksi 1,2- kurkumin
dimetilhidrazin.2HCl
1 hari kemudian
Analog
kurkumin
Diberikan 2xseminggu
p.o selama 25 minggu
Makroskopik Mikroskopik
- jumlah nodul - derajat kerusakan jaringan
- area (PxL) - ekspresi protein
51
Jadwal Penelitian
Waktu (Bulan)
KEGIATAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan
penelitian:
Alat dan
Bahan
Sintesis dan
pengukuran
perhitungan
tetapan kimia-
fisika
Uji aktivitas
antikanker
kolorektal (in
vivo)
Analisis Data
52