0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan3 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen membahas tentang latar belakang permasalahan hunian lansia di Indonesia dan kota Palangka Raya khususnya.
2. Masalah utama yang diidentifikasi adalah desain bangunan hunian lansia di Palangka Raya belum sepenuhnya memperhatikan kenyamanan dan aksesibilitas ruang.
3. Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana kriteria desain bangunan hunian
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen membahas tentang latar belakang permasalahan hunian lansia di Indonesia dan kota Palangka Raya khususnya.
2. Masalah utama yang diidentifikasi adalah desain bangunan hunian lansia di Palangka Raya belum sepenuhnya memperhatikan kenyamanan dan aksesibilitas ruang.
3. Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana kriteria desain bangunan hunian
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen membahas tentang latar belakang permasalahan hunian lansia di Indonesia dan kota Palangka Raya khususnya.
2. Masalah utama yang diidentifikasi adalah desain bangunan hunian lansia di Palangka Raya belum sepenuhnya memperhatikan kenyamanan dan aksesibilitas ruang.
3. Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana kriteria desain bangunan hunian
Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. [1] Sebagai wujud dari penghargaan terhadap orang lanjut usia, pemerintah membentuk Komnas Lansia ( Komisi Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia), dan merancang Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia di bawah koordinasi kantor Menko Kesra. Komnas Lansia dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 52 tahun 2004 dan bertugas sebagai koordinator usaha peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia.Pemerintah daerah memperingati Hari Lansia dengan kegiatan yang melibatkan orang lanjut usia, seperti acara senam bersama, berbagai perlombaan, dan penyerahan paket bantuan bagi orang lanjut usia. Selain itu, Hari Lansia juga diperingati dengan mengadakan seminar dan diskusi bertemakan orang lanjut usia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Lanjut_Usia_(Indonesia) Sekarang ini, ragam alternatif hunian lansia di Indonesia sudah tersedia. Di Indonesia cukup lazim bagi warga lansia (senior) di atas 60 tahun untuk tinggal dengan anaknya. Namun tidak semua orang mempunyai anak, mungkin anaknya tinggal di kota/negara lain, atau karena satu dan lain hal seorang warga lansia tidak dapat tinggal bersama dengan anaknya. Dalam situasi demikian tentunya seorang warga lansia perlu mempunyai solusi alternatif hunian lansia yang lain. Panti werdha (kerap disebut panti jompo) adalah sarana hunian bersama bagi warga senior yang dikelola oleh badan pemerintah atau yayasan swasta. Pada saat ini, panti werdha adalah alternatif hunian lansia bersama yang paling lazim di Indonesia. Tergantung fasilitas dan kelas kamar yang tersedia, seorang warga senior bisa menyewa dari kamar tidur sendiri, sekamar berdua atau lebih, hingga ruangan bangsal, dan memakai sarana umum untuk kegiatan sehari-hari lainnya seperti ruang makan, area kegiatan, dan ruang duduk bersama. Cukup sering terjadi di Palangka Raya terdengar kabar ada lansia yang terlantar, dalam kondisi fisik yang diatas umur 60. Bukan berarti sebagian dari mereka tanpa keluarga tetapi karena masalah perekonomian. (Dinas Sosial. 22 januari 2020 ). Di Palangka Raya terdapat Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sinta Rangkang atau lebih dikenal dengan nama Panti Jompo Tangkiling merupakan Unit Pelaksana Teknis yang memberikan pelayanan kepada Lanjut Usia (lansia). Jumlah lansia di PSTW sebanyak 56 orang dengan pengurus atau pegawai berjumlah 29 orang. Kegiatan yang dilaksanakan di PSTW Sinta Rangkang meliputi bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian jaminan hidup. (Berita Dinsos, 03 Agustus 2020) Oleh karna itu dengan memperhatikan pola aktifitas keseharian lansia menjadi penghubung untuk melihat keterkaitan kenyamanan aksesibilitas yang terjadi didalam suatu hunian. Kebutuhan perancangan ditinjau dari karakteristik, perilaku dan pergerakan lansia terhadap pemakaian didalam kegiatan keseharian.
1.2 Identifikasi Masalah
Masih banyak detail perancangan kurang diperhatikan dalam memberi keamanan dan kenyamanan lansia. Sehingga konteks pembangunan perumahan bagi lansia tergolong rendah didalam mendukung keberhasilan penyejahteraan.Berdasarkan kebutuhan perancangan ditinjau dari karakteristik, perilaku dan pergerakan lansia dengan tujuan agar dapat menjawab harapan masyarakat terhadap hunian lansia aktif produktif. Terutama didalam mengutamakan kenyamanan aksesibilitas ruang antar ruang dalam dan luar bangunan hunian didalam perancangan. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana kriteria desain bangunan hunian lansia di Palangka raya dengan menerapkan mengutamakan kenyamanan aksesibilitas ruang antar ruang dalam dan luar bangunan hunian didalam perancangan.