Perilaku Bullying Harga Diri Dan Pemaham
Perilaku Bullying Harga Diri Dan Pemaham
Bentuk ancaman atau pemalakan lebih Perilaku bullying tidak hanya dalam
sering muncul dalam beberapa bentuk seperti bentuk fisik yang bisa terlihat jelas, tetapi bentuk
minta makanan, minta dibuatkan tugas sampai bullying yang tidak terlihat langsung dan
disaat ujian minta untuk diberikan contekan. berdampak serius. Misalnya, ketika ada siswa
Kasus lain yaitu berupa ejekan kepada teman‐ yang dikucilkan, difitnah, dipalak, dan masih
temannya sampai teman yang diejek menangis. banyak lagi kekerasan lain yang termasuk dalam
Selain itu juga terjadi kebiasaan untuk memanggil perilaku bullying ini (Djuwita, 2006, h. 2).
temannya dengan nama bapaknya atau bukan Alexander (dikutip SEJIWA, 2008, h.10)
nama siswa yang sebenarnya dengan maksud menjelaskan bahwa bullying adalah masalah
melecehkan. kesehatan publik yang perlu mendapatkan
Kekerasan‐kekerasan yang dilakukan perhatian karena orang‐orang yang menjadi
siswa tersebut yang berlangsung secara sistematis korban bullying kemungkinan akan menderita
disebut dengan istilah bullying. Bullying sendiri depresi dan kurang percaya diri. Penelitian‐
didefinisikan sebagai tindakan menyakiti secara penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang
fisik dan psikis secara terencana oleh pihak yang menjadi korban bullying akan mengalami
merasa lebih berkuasa terhadap yang lemah kesulitan dalam bergaul. Merasa takut datang ke
(Kompas, 2007). Istilah lain untuk bullying adalah sekolah sehingga absensi anak tinggi dan
peer victimization dan hazing. Bullying secara ketinggalan pelajaran, mengalami kesulitan
sederhana diartikan sebagai penggunaan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan
kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti kesehatan mental maupun fisik jangka pendek
seseorang atau kelompok sehingga korban maupun panjang akan terpengaruh (Rigby, 1999
merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya dikutip Djuwita, 2006). Sedangkan menurut Bangu
(Suryanto, 2007, h. 1). Perbuatan pemaksaan atau (2007, h. 2), anak korban bullying sering
menyakiti ini terjadi di dalam sebuah kelompok, menampakkan sikap : mengurung diri atau
misalnya kelompok siswa satu sekolah, itulah menjadi school phobia, minta pindah sekolah,
sebabnya disebut sebagai peer victimization konsentrasi berkurang, prestasi belajar menurun,
(Djuwita, 2007, h. 2). Sedangkan hazing adalah suka membawa barang‐barang tertentu (sesuai
perilaku yang sama namun dilakukan oleh yang di minta si pelaku bullying). Anak jadi
anggota yang lebih senior kepada yuniornya. penakut, gelisah, tidak bersemangat, menjadi
Djuwita juga menjelaskan kasus lain dari bullying pendiam, mudah sensitif, menyendiri, menjadi
yang berkenaan dengan kegiatan orientasi kasar dan dendam, mudah cemas, mimpi buruk,
sekolah untuk siswa baru, dimana siswa senior melakukan perilaku bullying kembali terhadap
sering "membenarkan diri" memerintah adik‐adik orang lain.
kelasnya yang baru masuk.
Perilaku Bullying, Harga Diri, dan Pemahaman Moral Anak 3
Bauman dan Rio (2006, h. 219) buruk anak masih mengacu pada suatu tingkah
menjelaskan bahwa di dalam bullying, pelaku laku benar bila tidak dihukum dan salah bila
maupun korban berkaitan dengan drop out dari dihukum (Monks dkk, 2004, h. 200). Pemahaman
sekolah, kurangnya penyesuaian psikososial dan anak yang berdasar perilaku baik bila tidak
perlakuan negatif dari orang lain. Swearer dkk dihukum dan buruk dihukum termasuk dalam
(dikutip Bauman dan Rio, 2006, h. 219) pemahaman moral yang pra‐konvensional.
menemukan bahwa baik pelaku maupun korban Kohlberg (dalam Monks dkk, 2004, h.203)
bullying memiliki self esteem atau harga diri yang menjelaskan bahwa fase perkembangan
rendah. pemahaman moral anak terdiri dari 6 fase dan
Hal ini berkaitan dengan penilaian diri tingkatan itu tidak berkorelasi dengan
pada pelaku bullying yang terlalu tinggi. Pada meningkatnya usia seseorang. Seorang anak yang
Workshop Nasional Anti‐bullying 2008 memiliki pemahaman moral yang tinggi, maka
diungkapkan bahwa salah satu penyebab kecenderungan melakukan tindakan yang
seseorang menjadi pelaku bullying adalah adanya melanggar norma seperti mengejek, memukul,
harga diri yang rendah. Coopersmith (dikutip menendang temannya lebih rendah. Hal ini
Harre dan Lamb, 1996, h. 273) menyatakan bahwa berkaitan dengan pemahaman moral bahwa hal‐
harga diri adalah penilaian yang dibuat seseorang hal tersebut merupakan tindakan yang tidak baik
dan biasanya tetap tentang dirinya. Hal itu dan melanggar moral. Pendapat ini dikuatkan oleh
menyatakan sikap menyetujui atau tidak Hains (1984, h. 72) bahwa semakin seorang
menyetujui, dan menunjukkan sejauh mana orang individu yang memiliki tingkat pemahaman moral
menganggap dirinya mampu, berarti, sukses dan yang tinggi akan mengurangi perilaku
berharga. menyimpangnya.
Bukhim (2008, h. 1) mengatakan berbagai Pemahaman moral menekankan pada
perilaku menyimpang yang dilakukan anak alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, dari
ditengarai disebabkan oleh minimnya pada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat
pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif. dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk.
Sikap saling menghargai, menolong, berempati, Budiningsih (2004, h. 25) menjelaskan bahwa
jujur, lemah lembut dan sebagainya tidak jarang pemahaman moral bukanlah tentang apa yang
hilang dari pribadi anak. Sebaliknya, mereka justru baik atau yang buruk, tetapi tentang bagaimana
akrab dengan hal‐hal yang negatif seperti seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa
kekerasan, kebohongan, licik, egois dan sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman
sebagainya. moral ini yang menjadi indikator dari tahapan
Bukan berarti anak tidak tahu bahwa apa kematangan moral seseorang.
yang dilakukan salah tetapi pemahaman baik
4 Chr. Argo Widiharto
Harga diri yang rendah dan pemahaman anak merasa mampu pada beberapa tugas di
moral anak yang rendah memunculkan perilaku sekolahnya, dapat merasa nyaman dengan teman‐
bullying. Anak yang melakukan bullying pada temannya, serta memiliki rasa bangga diri, merasa
temannya disebabkan karena anak ingin dapat diterima dalam keluarganya, dan dapat
mendapatkan perhargaan dari temannya dan menerima keadaan fisik apa adanya. Penerimaan
anak belum memahami suatu perbuatan benar dan penghormatan diri mengakibatkan anak
atau salah berdasarkan norma moral. merasa senang dan bangga dengan keadaan diri
sehingga secara emosional dirinya tidak mudah
Harga Diri dan Perilaku Bullying marah dan pada akhirnya anak mampu membina
Harga diri tidak hanya sebatas bagaimana hubungan baik dengan teman dan menjaga
individu menilai dirinya tetapi juga merupakan hubungan pertemanan tersebut agar tidak
nilai‐nilai individu, persetujuan, penghargaan, melukai perasaan maupun fisik temannya,
hadiah atau rasa suka terhadap dirinya sendiri sehingga anak tersebut terhindar dari hal‐hal yang
(Blascovic dan Tomaka dalam John dan mencerminkan perilaku bullying.
MacArthur, 2004, h.1). Rosenberg (dalam Albo Berbeda dengan anak yang memiliki harga
dkk, 2007, h.460) menyatakan bahwa aspek harga diri negatif, anak tersebut akan memandang
diri ada 2 (dua) yaitu penerimaan diri dan dirinya sebagai orang yang tidak berharga. Rasa
penghormatan diri. Kedua aspek tersebut tidak berharga tersebut dapat tercermin pada
memiliki 5 (dimensi) yaitu (a) dimensi akademik rasa tidak berguna dan tidak memiliki
yang mengacu pada persepsi individu terhadap kemampuan baik dari segi akademik, interaksi
kualitas pendidikan individu, (b) dimensi sosial sosial, keluarga, dan keadaan fisiknya. Harga diri
yang mengacu pada persepsi individu terhadap yang negatif ini dapat membuat anak merasa
hubungan sosial individu, (c) dimensi emosional tidak mampu menjalin hubungan dengan
yaitu keterlibatan individu terhadap emosi temannya sehingga dirinya menjadi mudah
individu, (d) dimensi keluarga yang mengacu pada tersinggung dan marah. Akibatnya anak tersebut
keterlibatan individu dalam partisipasi dan akan melakukan perbuatan yang dapat menyakiti
integrasi di dalam keluarga dan (e) dimensi fisik temannya atau dengan kata lain anak tersebut
yang mengacu pada persepsi individu terhadap melakukan perilaku bullying.
kondisi fisik individu. Pemahaman Moral Anak dengan dan Bullying
Mengacu pada beberapa penjelasan teori Pemahaman moral menekankan pada
di atas dapat dikatakan bahwa anak yang memiliki suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk. Hal
harga diri yang positif memiliki penerimaan diri ini sesuai dengan pendapat Budiningsih (2004,
dan penghormatan diri yang cukup. Adanya h.25) yang mengatakan bahwa pemahaman moral
penerimaan dan penghormatan diri menjadikan menekankan pada alasan mengapa suatu
Perilaku Bullying, Harga Diri, dan Pemahaman Moral Anak 5
tindakan dilakukan, dari pada sekedar arti suatu atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan
tindakan, sehingga dapat dinilai apakah tindakan bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan
tersebut baik atau buruk. Pemahaman moral diakui atau tidaknya kemampuan dan
bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian
tentang bagaimana seseorang berpikir sampai tersebut terlihat dari penghargaan terhadap
pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau keberadaan dan keberartian dirinya (Santrock
buruk. dalam Ling dan Dariyo, 2002, h.38). Harga diri
Berlandaskan pendapat di atas, maka dapat dikatakan pula sebagai sikap yang
dapat dikatakan bahwa anak dengan pemahaman menyenangkan atau tidak menyenangkan
moral yang tinggi akan memikirkan dahulu terhadap diri individu (Rosenberg dalam John dan
perbuatan yang akan dilakukan. Pemikiran MacArthur, 2004, h.1).
tersebut adalah apakah perbuatannya nanti Pemahaman moral menekankan pada
merupakan perbuatan yang dikatakan bernilai alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, dari
baik atau buruk. Adanya pemahaman moral anak pada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat
tersebut dapat mengakibatkan anak memiliki dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk.
kemampuan untuk menilai tindakan bullying yang Pemahaman moral bukan tentang apa yang baik
menyakiti orang lain sebagai perbuatan yang atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang
buruk yang sebenarnya tidak noleh dilakukan, berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu
sehingga anak dengan pemahaman moral yang adalah baik atau buruk (Budiningsih, 2004, h.25).
tinggi tidak melakukan perilaku bullying. Berpegang pada pendapat beberapa
Anak yang kurang memiliki pemahaman tokoh di atas yang menjelaskan pengertian harga
moral, tidak memikirkan setiap tindakannya diri dan pemahaman moral, maka dapat pula
apakah mengandung nilai‐nilai yang baik atau dijelaskan bahwa anak yang memiliki harga diri
buruk. Anak tersebut tidak mau tahu apakah yang positif akan menerima keberadaan dirinya
perbuatannya akan melukai temannya atau tidak dan mengakui akan kemampuan yang dimilikinya.
akibatnya anak tersebut memiliki kecenderungan Adanya penerimaan dan pengakuan diri tersebut,
untuk melakukan perilaku bullying. membuat anak tidak perlu melakukan sesuatu
sebagai upaya pertahanan diri agar tidak
Harga Diri, Pemahaman Moral Anak dan Perilaku direndahkan oleh temannya. Akibatnya anak tidak
Bullying melakukan perilaku bullying. Pemahaman moral
Individu yang memiliki harga diri positif yang tinggi pada anak mengakibatkan dirinya
akan menerima dan menghargai dirinya sendiri dapat menilai suatu perbuatan yang akan
apa adanya. Harga diri merupakan evaluasi dilakukan bernilai baik atau buruk. Adanya harga
individu terhadap dirinya sendiri secara positif diri yang positif dan pemahaman moral yang
6 Chr. Argo Widiharto
tinggi, membuat anak akan menjaga perilakunya diakui atau tidaknya kemampuan dan
agar tidak melukai temannya dan tidak bertindak keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian
menyakiti orang lain atau dengan kata lain tidak tersebut terlihat dari penghargaan terhadap
melakukan perilaku bullying. keberadaan dan keberartian dirinya. Individu yang
Sebaliknya, anak dengan harga diri yang memiliki harga diri positif akan menerima dan
negatif dan pemahaman moral yang rendah, menghargai dirinya sendiri apa adanya. Rosenberg
dirinya kurang dapat menerima keadaan dirinya (dalam John dan MacArthur, 2004, h.1)
dan tidak mampu menghargai diri sehingga memberikan definisi yang lebih sederhana dari
menganggap orang lain atau temannya juga tidak harga diri yaitu sikap yang menyenangkan atau
menghargai dirinya. Akibatnya anak tersebut tidak menyenangkan terhadap diri individu.
melakukan sesuatu sebagai bentuk pertahanan Budiningsih (2004, h.25) menekankan
diri agar orang lain tidak meremehkannya. Bentuk pemahaman moral pada alasan mengapa suatu
pertahanan diri tersebut dapat dilakukan dengan tindakan dilakukan, dari pada sekedar arti suatu
melukai atau membuat orang lain takut terhadap tindakan, sehingga dapat dinilai apakah tindakan
dirinya yaitu dengan melakukan perilaku bullying. tersebut baik atau buruk. Pemahaman moral
Anak tersebut tidak memikirkan apakah bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi
perbuatannya bernilai baik dan buruk jika dilihat tentang bagaimana seseorang berpikir sampai
dari segi moralitas. Akibatnya setiap tindakannya pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau
tidak dipikirkan apakah memiliki nilai baik atau buruk.
buruk sehingga memiliki kecenderungan untuk Mengacu pada pendapat di atas
melakukan perilaku bullying. mengenai harga diri dan pemahaman moral, maka
Hasil dari pengambilan data mengenai dapat dikatakan bahwa anak yang memiliki harga
harga diri, pemahaman moral dan perilaku diri yang positif, dirinya akan menerima
bullying, terhadap 73 siswa kelas 5 dari tiga keberadaan dirinya dan mengakui akan
sekolah dasar di kota Semarang yang pernah kemampuan yang dimilikinya. Anak dengan
menjadi pelaku bullying, menyatakan bahwa ada pemahaman moral yang tinggi, dirinya akan
hubungan yang sangat signifikan antara harga diri menilai suatu perbuatan apakah bernilai baik atau
dan pemahaman moral anak dengan perilaku buruk. Akibat dari harga diri yang positif dan
bullying. pemahaman moral yang tinggi, maka anak
Santrock (dalam Ling dan Dariyo, 2002, h. tersebut akan menjaga perilakunya agar tidak
38) menjelaskan bahwa harga diri merupakan melukai temannya dan tidak bertindak menyakiti
evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara orang lain atau dengan kata lain tidak melakukan
positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan perilaku bullying.
bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan
Perilaku Bullying, Harga Diri, dan Pemahaman Moral Anak 7
Berbeda dengan anak yang memiliki harga Physical, Verbal, and Relational Bullying.
diri yang negatif dan pemahaman moral yang Journal of Educational Psychology. Vol. 98.
rendah, mereka kurang menerima keberadaan No. 1. 219‐231.
dirinya dan tidak menghargai dirinya, serta setiap Budiningsih, C A. 2004. Pembelajaran Moral.
tindakannya tidak dipikirkan apakah memiliki nilai Berpijak pada Karakteristik Siswa dan
baik atau buruk sehingga memiliki kecenderungan Budayanya. Jakarta : Rineka Cipta.
untuk melakukan perilaku bullying. Bukhim, M. 2008. Membentuk Moral anak Melalui
Oleh karena itu, anak hendaknya PAUD Informal.
mempertahankan harga diri yang sudah tergolong http://koranpendidikan.com. 25 Juni 2008
tinggi atau positif seperti menerima dan Djuwita, R. 2006. “Kekerasan Tersembunyi di
menghormati diri yang berkaitan dengan dimensi Sekolah” : Aspek‐aspek psikososial dari
akademik, teman, keluarga, emosional, dan bullying. www.didplb.or.id.
dimensi fisik, sehingga perilaku bullying dapat Djuwita, R. 2007. Bullying : kekerasan terselubung
ditekan. Sementara itu, berkaitan dengan di sekolah. www.anakku.net.
pemahaman moral, anak perlu mempertahankan Hains, AA. 1984. Variable in Social Cognitive
pemahaman moral yang sudah tergolong tinggi Development : Moral Judgment, Role‐
sehingga perilaku bullying dapat ditekan. taking, Cognitive Processes, and Self‐
concept in Delinquents and
Nondelinquents. The Journal of Early
Adolescence. 1984; 4; 65.
Harre, R. & Lamb, R. 1996. Ensiklopedi Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA Pembahasan dan Evaluasi Lengkap
Berbagai Topik, Teori, Riset dan Penemuan
Albo, JM., Nunez, Jl., Navarro, JG., Grijalvo, F. Baru dalam Ilmu Psikologi. Editor :
2007. The Rosenberg Self‐Esteem Scale: Danuyasa Asihwardji. Jakarta : Arcan.
Translation and Validation in University John, D. & MacArthur, C.T. 2004. Self‐Esteem.
Students. The Spanish Journal of Journal of Behavior Medicine. 18, 355‐376.
Psychology. Vol. 10, No. 2, 458‐467. Koespradono, G. 2008. Kick Andy : Menonton
An. 2007. Bullying sebabkan gangguan mental dengan Hati.Yogyakarta : Bentang.
pada anak. www.kompas.com Ling, Y & Dariyo, A. 2002. Interaksi Sosial di
Bangu, AE. 2007. Waspadai fenomena bullying di Sekolah dan Harga Diri Pelajar Sekolah
sekolah. www.batampos.co.id. Menengah Umum (SMU). Jurnal Ilmiah
Bauman, S & Rio, A.D. 2006. Preservice Teacher’ Psikologi Terapan. Vol. IV. No. 7.
Responses to Bullying Scenario: Comparing
8 Chr. Argo Widiharto
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 2004.
Psikologi Perkembangan. Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Remaja Hanya Korban. “Bullying” Sudah
Memunculkan Keinginan Bunuh Diri.
Kompas. Rabu, 14 November 2007.
Sejiwa. 2008. Bullying : Mengatasi Kekerasan di
Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak.
Jakarta : Grasindo.
Suryanto, SB. 2007. Bullying bikin anak depresi
dan bunuh diri. www.migas‐indonesia.net.