Anda di halaman 1dari 34

Rencana Aksi Nasional

Pencegahan dan Pengendalian


TUBERKULOSIS
di Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
Tahun 2020-2024

LEMBAGA PEMASYARAKATAN

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Bekerja sama dengan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

2019
!%(%%,! -*-"(',"(-+
"++ '0(*',*',"('%
.%()&', +*"''+"%
&'-$-' )&-,'-$-"'"
&%%-"!%%'  *+*$'$,',-'
*#'#"'(   
 

-$-'' $+"+"('%"'",*/-#-,+
-$-' '*$0, &*"$&%%-" 

+"&'#",' -' #/!%%'  


',"$&'*&"'$'."+" ,-
&*"',! &*"$*"$,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Bekerja sama dengan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

2019
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
REPUBLIK INDONESIA Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN Indonesia Nomor 3614);
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
NOMOR PAS-529.PK.07.06.06 TAHUN 2019 Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
TENTANG 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
RENCANA AKSI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
TUBERKULOSIS Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PEMASYARAKATAN Republik Indonesia Nomor 5063);
TAHUN 2020-2024 5.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5256);
Menimbang : a. bahwa akuntabilitas kinerja organisasi diperlukan dalam rangka
mewujudkan pertanggungjawaban yang transparan, akuntabel 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
dan dapat diukur atas keberhasilan/kegagalan pelaksanaan 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
program dan kegiatan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
b. bahwa Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
3447);
PAS -02.PR.01.02 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis Bagi Warga 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Binaan Pemasyarakatan Tahun 2015-2019 perlu disesuaikan 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
kebutuhan tahun berjalan; Binaan Pemasyarakatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
dalam huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Rencana 1999 tentang Kerja Sama Penyelenggaraan Pembinaan dan
Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan Tahun 2020-
2024.

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun MEMUTUSKAN :
1999 tentang Syarat - Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan Menetapkan :
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL
3858); PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI UNIT
PELAKSANA TEKNIS (UPT) PEMASYARAKATAN TAHUN 2020-
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik 2024.
Indonesia Nomor M.HH.02.UM.06.04 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelayanan Kesehatan di Lingkungan Kementerian KESATU :
Rencana Aksi Nasional dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis
Hukum Dan Hak Asasi Manusia (Berita Negara Republik Pemasyarakatan untuk melakukan pelayanan kesehatan bagi
Indonesia Tahun 2011 Nomor 217); Narapidana, Tahanan, dan Anak sesuai standar yang ditetapkan.

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/ KEDUA :


Rencana Aksi Nasional sebagaimana disebut dalam DIKTUM
Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan KESATU disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Praktik Kedokteran; A. Pendahuluan;
B. Analisis Situasi;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21
C. Tujuan, Rumusan Strategi dan Implementasi Kegiatan;
Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS;
D. Monitoring dan Evaluasi;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 E. Pembiayaan;
Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular; F. Daftar Pustaka.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 KETIGA :
Rencana Aksi Nasional sebagaimana terlampir merupakan bagian
Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis; yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
15. Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Pencegahan dan KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku
Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian pada tanggal ditetapkan dan apabila ada perubahan maka akan
Kesehatan Republik Indonesia selaku Authorized Principle dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Recipient Hibah Global Fund Tuberculosis (GF TB) dengan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum
dan HAM Republik Indonesia selaku Sub Recipient GF ATM Ditetapkan di Jakarta
Komponen TB nomor HK.05.01/1/34.1/2018. pada tanggal 22 Mei 2019

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

Sri Puguh Budi Utami


NIP. 19620702 198703 2 001
SAMBUTAN
Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
telah menyusun Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis
di Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan tahun 2020-2024. Rencana aksi ini disusun
sebagai bentuk komitmen Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam penanggulangan
tuberkulosis dan merespon situasi tuberkulosis di UPT Pemasyarakatan.

Rencana Aksi Nasional ini disusun sebagai panduan bagi jajaran Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
untuk mendukung target program penanggulangan tuberkulosis nasional yaitu eliminasi
pada tahun 2030 dan Indonesia bebas TB tahun 2050, yang tertulis dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan
berkontribusi dalam pengembangan dokumen ini, terutama kepada Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Global Fund, Challenge TB, dan WHO.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan
kekuatan kepada kita dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada Bangsa dan Negara.

Jakarta, 22 Mei 2019

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

Sri Puguh Budi Utami


NIP. 19620702 198703 2 001

vii
KATA PENGANTAR

Pencegahan dan pengendalian tuberkulosis bukan hanya menjadi tanggung jawab


Kementerian Kesehatan, namun dibutuhkan peran semua pihak termasuk Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan guna mendukung target program penanggulangan tuberkulosis
nasional.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan (Rutan), dan RSU Pengayoman


Cipinang sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
memiliki tugas pokok dan fungsi pengamanan dan pembinaan untuk Narapidana,
Tahanan, dan Anak termasuk penyediaan akses layanan kesehatan.

Situasi UPT Pemasyarakatan yang umumnya memiliki overkapasitas hunian


berkontribusi terhadap meningkatnya kerentanan Narapidana, Tahanan, dan Anak
untuk tertular penyakit tuberkulosis. Selain itu, keterbatasan tenaga kesehatan dan tidak
tersedianya anggaran pembiayaan kesehatan untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak
menyebabkan tidak optimalnya layanan kesehatan.

Menyadari besarnya beban permasalahan kesehatan di dalam Lapas dan Rutan,


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan memandang perlu mengeluarkan Rencana Aksi
Nasional Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di UPT Pemasyarakatan. Dokumen
ini menjadi acuan bagi semua pihak pelaksana program tuberkulosis di jajaran Direktorat
Pemasyarakatan dan pihak terkait untuk tahun 2020 – 2024 dalam mencapai target yang
telah ditetapkan.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan Rencana Aksi Nasional ini. Segala kritik dan saran
yang membangun demi perbaikannya pada masa mendatang sangat diharapkan.

Semoga buku ini bermanfaat dalam pencegahan dan pengendalian tuberkulosis di


UPT Pemasyarakatan di Indonesia.
Jakarta, 22 Mei 2019
DIREKTUR PERAWATAN KESEHATAN DAN REHABILITASI

A Yuspahruddin
NIP. 19630528 198503 1 002

ix
TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR DAFTAR ISI

Kementerian Hukum dan HAM RI Kementerian Kesehatan RI vii SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
A. Yuspahruddin Imran Pambudi ix KATA PENGANTAR
Heru Prasetyo Sulistya Widada
Heri Azhari Suhardini x TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR
Tri Winarsih xi DAFTAR ISI
Ummu Salamah
Lusi Utari Mitra Kerja Program xiii DAFTAR TABEL
Hetty Widiastuti
Bey Sonata xiv DAFTAR GAMBAR
Astia Murni
Merry Samsuri
Narya xv DAFTAR SINGKATAN
Adele Hutapea
Hendra Wahyudi
Betty W Yolanda Nababan 1 BAB I PENDAHULUAN
Irma Setyapratiwi
Rini Palupy 1 A. LATAR BELAKANG
Irna
Italiana 3 B. TUJUAN
Kartika Pratiwi
Maria Regina Loprang 3 C. RUANG LINGKUP
Mohamad Iqfal
3 D. LANDASAN HUKUM
Oke Tri Komaladewi
5 E. VISI MISI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK
Rawdhatul Mawa
INDONESIA
Reza Anthakusuma
Siti Khodijah 7 BAB II ANALISIS SITUASI
Dina Fitriani 10 A. SITUASI UPT PEMASYARAKATAN
Mahyudi 10 B. SITUASI PELAYANAN KESEHATAN DI UPT
Meta Ardiana PEMASYARAKATAN
Retika Najmamulat Asih 12 C. ANALISA SITUASI KEGIATAN TB TAHUN 2015 – 2018
Yulius Sumarli 19 D. ISU-ISU STRATEGIS
Yuniarti
Yusman Akbar 25 BAB III TUJUAN, RUMUSAN STRATEGI, DAN IMPLEMENTASI
KEGIATAN
25 A. TUJUAN, INDIKATOR DAN TARGET
27 B. RUMUSAN STRATEGI

x xi
37 BAB IV MONITORING DAN EVALUASI
37 A. TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB DAFTAR TABEL
38 B. PEMANFAATAN HASIL MONITORING DAN EVALUASI

39 BAB V PEMBIAYAAN
10 TABEL 1. DATA DAN SITUASI UPT PAS DI INDONESIA
42 DAFTAR PUSTAKA TAHUN 2015 - 2019
11 TABEL 2. STANDAR KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN DI
LAPAS/RUTAN
14 TABEL 3. TANTANGAN DALAM AKSES JKN UNTUK NARAPIDANA,
TAHANAN, DAN ANAK DAN POTENSI KERJA SAMA
DENGAN INSITUSI TERKAIT DI DAERAH DAN PUSAT
15 TABEL 4. CAPAIAN PROGRAM PENANGGULANGAN TB
TAHUN 2015 - 2018
18 TABEL 5. HASIL KEGIATAN SKRINING MASSAL TB DENGAN
MENGGUNAKAN RONSEN DAN GEJALA TB DAN TCM
SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS
26 TABEL 6. INDIKATOR UTAMA DAN TARGET PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN TB TAHUN 2020 - 2024
27 TABEL 7. INDIKATOR OPERASIONAL DAN TARGET PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN TB TAHUN 2020 - 2024
32 TABEL 8. RUMUSAN STRATEGI DAN TARGET KEGIATAN TB
TAHUN 2020 - 2024
38 TABEL 9. TANGGUNG JAWAB INSTANSI DALAM MONITORING
DAN EVALUASI
41 TABEL 10. RENCANA ANGGARAN KEGIATAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN TB DI UPT PAS TAHUN 2020 – 2024
(DALAM RUPIAH)

xii xiii
DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN

ART Antiretroviral Therapy


9 GAMBAR 1. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PERAWATAN ARV Antiretroviral
KESEHATAN DAN REHABILITASI BAP Berita Acara Pemeriksaan
15 GAMBAR 2. CAPAIAN PENEMUAN KASUS TB DI UPT PAS TAHUN Bapas Balai Pemasyarakatan
2015 – 2018 Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
16 GAMBAR 3. CAPAIAN ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BPSDM Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
TAHUN 2015 - 2018 FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
17 GAMBAR 4. CAPAIAN KOLABORASI TB-HIV TAHUN 2015-2018: HAM Hak asasi manusia
MENURUNKAN BEBAN HIV PADA PASIEN TB HIV Human Immunodeficiency Virus
19 GAMBAR 5. HASIL PENGOBATAN PASIEN TB RO DI RSU HTBS Hari Tuberkulosis Sedunia
PENGAYOMAN CIPINANG Kanwil Kantor wilayah
KIS Kartu Indonesia Sehat
Kemenkumham Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Lapas Lembaga Pemasyarakatan
LPKA Lembaga Pembinaan Khusus Anak
LPAS Lembaga Pembinaan Anak Sementara
Mahkumjakpol Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM RI,
Jaksa Agung RI, dan Kapolri
MDGs Millenium Development Goals/Tujuan Pembangunan Milenium
MoU Memorandum of Understanding
NIK Nomor Induk Kependudukan
ODHA Orang dengan HIV/AIDS
P2P Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
PBI Penerima Bantuan Iuran
PKS Perjanjian kerja sama
Pokja Kelompok Kerja
PPI TB Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis
Rakor Rapat Koordinasi
Rutan Rumah tahanan
RS Rumah Sakit
SBK Standar Biaya Keluaran
SDGs Sustainability Development Goals/Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan

xiv xv
SDM Sumber Daya Manusia
SDP Sistem Database Pemasyarakatan BAB I
SITB Sistem Informasi Tuberkulosis
SITT Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu
PENDAHULUAN
SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional
TB atau TBC Tuberkulosis
TB RO Tuberkulosis Resistan Obat
TB SO Tuberkulosis Sensitif Obat
TCM Tes Cepat Molekular
UHC Universal Health Coverage
UPT PAS Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
WBP Warga Binaan Pemasyarakatan
WHO World Health Organization

A. LATAR BELAKANG

T
uberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru dan organ tubuh lainnya. Di
dunia, TB merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian utama. Di tahun 2017,
diperkirakan 1,3 juta kematian akibat TB pada orang dengan HIV negatif dan ditambah
300.000 pada orang dengan HIV positif. Diperkirakan sepuluh juta orang di dunia terkena
TB di tahun 2017 dengan rincian 5,8 juta diderita oleh lelaki, 3,2 juta perempuan dan 1
juta anak-anak1. Karena itulah TB masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi
salah satu tujuan dalam Sustainability Development Goals (SDGs).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban tinggi untuk TB, TB/HIV dan
TB resistan obat (TB RO); serta menjadi negara urutan ketiga setelah India dan Cina untuk
kasus TB terbanyak di dunia. Di tahun 20171, diperkirakan angka kejadian TB sebesar
842.000 atau 319 per 100.000 penduduk dengan perkiraan kasus TB/HIV adalah 36.000.
Angka Kematian akibat TB diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk.
1
WHO Global TB Report, 2018

xvi
Sebelum tahun 2015 dicanangkan Strategi Stop TB untuk pengendalian TB di dunia B. TUJUAN
yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals –
MDGs) dan target Stop TB Partnership, yaitu suatu strategi yang secara dramatis mengurangi Buku ini disusun sebagai pedoman perencanaan dan pelaksanaan pencegahan dan
beban global TB pada tahun 2015. Setelah tahun 2015 dicanangkan suatu startegi yang pengendalian tuberkulosis di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
lebih masif dan berani yaitu eliminasi TB di tahun 2035 dengan visi: a world free of TB; Republik Indonesia khususnya di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Zero deaths, disease, and suffering due to TB. Pemerintah Indonesia mendukung eliminasi
TB 2030 dengan menyepakati empat area komitmen dan seruan untuk bertindak pada
acara First Global Ministerial Conference Ending TB in the Sustainable Development C. RUANG LINGKUP
Era di Moskow, pada 16 - 17 November 20172. Di tahun 2018, percepatan eliminasi
1. Pendahuluan;
TB menjadi salah satu tema bahasan dalam rapat kerja kesehatan nasional dan salah
2. Analisis situasi;
satu pokok bahasannya adalah perluasan penemuan kasus pada kelompok berisiko
3. Tujuan, rumusan strategi dan implementasi kegiatan;
seperti pada warga binaan Rutan/Lapas, sekolah berasrama, masyarakat yang tinggal di
4. Monitoring dan evaluasi; dan
lingkungan padat kumuh3.
5. Pembiayaan.
Narapidana, Tahanan, dan Anak merupakan salah satu populasi berisiko tinggi
untuk terkena TB. Di tahun 2018, terdapat 522 unit pelaksana teknis pemasyarakatan
(UPT PAS) dengan kapasitas hunian sebesar 126.981 orang. Namun, jumlah penghuni D. LANDASAN HUKUM
tidak sebanding dengan kapasitas ruangan yang ada; dimana dihuni oleh 255.380
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Narapidana, Tahanan, dan Anak (202% overkapasitas). Hal tersebut menjadi penyebab
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran
untuk memudahkan transmisi penyakit TB di antara Narapidana, Tahanan, dan Anak.
Negara Republik Indonesia Nomor 3614);
Di tahun 20184, sebanyak 1.269 kasus TB sensitif obat (SO) dan 57 TB resistan obat
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(RO) telah ditemukan. Diperkirakan angka kasus TB SO baru mencakup sekitar 31% dari
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 nomor 100, Tambahan Lembaran
perkiraan estimasi kasus TB pada Narapidana, Tahanan, dan Anak5. Selain itu, dari hasil
Negara RI nomor 3495);
penelitian di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Kota Bandung yang dilakukan pada tahun
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Pembinaan
2015, ditemukan sebanyak 49% WBP mengalami infeksi TB laten6. Penelitian infeksi TB
dan Pembimbingan WBP dan tahanan Pemasyarakatan;
laten juga dilakukan di Rutan Kelas I Cipinang dan Lapas Kelas IIA Salemba di tahun 2016
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerja Sama
dan ditemukan prevalensi infeksi TB laten sebesar 48,57% di Rutan Kelas I Cipinang dan
Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
55,77% di Lapas Kelas IIA Salemba7.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan
2
Moscow Declaration to End TB, WHO, 2017 Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
3
Rangkuman hasil rapat kerja kesehatan nasional 2018; sinergi pusat dan daerah dalam rangka mewujudkan universal
health coverage (UHC) melalui percepatan eliminasi tuberkulosis, penurunan stunting dan peningkatan cakupan serta 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-
mutu imunisasi Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan
4
Data Laporan Triwulan TB Ditjenpas 2018, update Maret 2019
5
Estimasi kasus TB di UPT PAS dihitung berdasarkan 5 kali estimasi kasus TB pada populasi umum di tahun 2017 Tahanan;
(319/100,000, WHO, Global TB Report 2018, Indonesia) 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
6
Waworuntu, Fatimah and Asyary, Al and Nurhasanah, Hanifah and Saputra, Irfan Iriawan and Alisjahbana, Bachti and
Simon, Sumanto and Widjanarko, Bagoes Gambaran Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Tuberkulosis Laten Di Rumah Tahan- Pelayanan Minimal;
an Kelas I Bandung. In: XIII National Conference of Indonesian Public Health Expert Association (IAKMI), 3-5 November 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama
2016, Makassar, Indonesia
7
Sumarli, Yulius et al. Prevalence of TB Latent in Salemba Prison and Cipinang Detention Center: A Pilot Study In Jakarta. Daerah;
2016.

2 3
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan E. VISI MISI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan; REPUBLIK INDONESIA
10. Permenkumham Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; Visi
11. Permenkumham Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Sistem Database Masyarakat memperoleh kepastian hukum.
Pemasyarakatan; Misi
12. Permenkumham Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan 1. Mewujudkan peraturan perundang-undangan yang berkualitas;
Revitalisasi Pemasyarakatan; 2. Mewujudkan pelayanan hukum yang berkualitas;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang 3. Mewujudkan penegakan hukum yang berkualitas;
Penanggulangan HIV dan AIDS; 4. Mewujudkan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan HAM;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang 5. Mewujudkan layanan manajemen administrasi Kementerian Hukum dan
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional; HAM; serta
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang 6. Mewujudkan aparatur Kementerian Hukum dan HAM yang professional dan
Penanggulangan Penyakit Menular; berintegritas.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang
pedoman pemeriksaan laboratorium HIV dan infeksi oportunistik;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2015 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2018 Tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/350/2017 tentang Rumah
Sakit dan Balai Kesehatan Pelaksana Layanan Tuberkulosis Resistan Obat;
23. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia Nomor PAS -02.PR.01.02 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan
Tahun 2015-2019;
24. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia Nomor PAS.32.PK.01.07.1 Tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Dasar
Perawatan Kesehatan Di Lapas, Rutan, Bapas, LPKA Dan LPAS.

4 5
BAB II
ANALISIS SITUASI

D
irektorat Jenderal Pemasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan
serta standarisasi teknis di bidang Pemasyarakatan. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
terdiri atas:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal;


2. Direktorat Keamanan dan Ketertiban;
3. Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi;
4. Direktorat Pelayanan Tahanan dan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan
Negara;
5. Direktorat Teknologi Informasi dan Kerjasama;
6. Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak; dan
7. Direktorat Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 29 Tahun Dalam pelaksanaan tugas pokok Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dibantu oleh:
Republik Indonesia, Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi mempunyai tugas
1. Subdirektorat Perawatan Kesehatan Dasar, Penyuluhan, dan Evaluasi;
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan
2. Subdirektorat Perawatan Kesehatan Lanjutan;
teknis dan supervisi, pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
3. Subdirektorat Perawatan Kesehatan Khusus dan Rehabilitasi;
perawatan kesehatan dan rehabilitasi narapidana dan tahanan sesuai dengan kebijakan
4. Subdirektorat Kebutuhan Dasar dan Kesehatan Lingkungan;
teknis yang diterapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan
5. Subbagian Tata Usaha; dan
HAM Republik Indonesia.
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi
Subdirektorat tersebut berkewajiban menghimpun data-data dan menyiapkan bahan
menyelenggarakan fungsi:
kebijakan, pembinaan dan pelaksanaan teknis pada UPT PAS sesuai dengan tugas masing-
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perawatan kesehatan dasar, penyuluhan, masing dan memberikan solusi pada permasalahan-permasalahan yang ditemui, kemudian
perawatan kesehatan lanjutan, perawatan kesehatan khusus dan rehabilitasi serta dianalisis, untuk dilaporkan kepada pimpinan dalam rangka penetapan kebijakan secara
pemenuhan kebutuhan dasar dan kesehatan lingkungan; umum (Gambar 1).
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perawatan kesehatan dasar, penyuluhan, perawatan
kesehatan lanjutan, perawatan kesehatan khusus dan rehabilitasi serta pemenuhan Direktorat Perawatan
Kesehatan dan Rehabilitasi
kebutuhan dasar dan kesehatan lingkungan;
3. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perawatan kesehatan dasar, Sub Bagian Tata
Usaha
penyuluhan, perawatan kesehatan lanjutan, perawatan kesehatan khusus dan
rehabilitasi serta pemenuhan kebutuhan dasar dan kesehatan lingkungan;
Sub Direktorat Perawatan Sub Direktorat Sub Direktorat Perawatan Sub Direktorat Kebutuhan
4. Pelaksanaan pemantauan evaluasi dan pelaporan di bidang perawatan kesehatan dan Kesehatan Dasar, Perawatan Kesehatan Kesehatan Khusus dan Dasar dan Kesehatan
Penyuluhan dan Evaluasi Lanjutan Rehabilitasi Lingkungan
rehabilitasi; dan
5. Pelaksanaan penyusunan rencana, program dan anggaran serta urusan tata usaha dan Seksi Perawatan Dasar Seksi Perawatan Seksi Perawatan Seksi Kebutuhan
Pencegah Penyakit
Kelompok Rentan Rujukan Dasar
rumah tangga di lingkungan Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi. Menular

Indikator Kinerja Utama Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi adalah: Seksi Penyuluhan
dan Pencegahan
Seksi Perawatan
Mental dan Paliatif
Seksi Perawatan
HIV / AIDS
Seksi Gizi dan
Makanan

1. Menurunnya persentase angka kesakitan Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan; Seksi Rehabilitasi
Seksi Evaluasi dan Seksi Sanitasi dan
Kelompok
2. Menurunnya persentase angka kematian Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan; Pelaporan Jabatan
Ketergantungan
Narkotika, Psikotropika
Kesehatan Lingkungan
Fungsional
3. Persentase Kebutuhan dasar Tahanan dan WBP yang terpenuhi di UPT Pemasyarakatan; dan Zat Adiktif

4. Persentase kualitas layanan kesehatan dasar Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan
sesuai standar; Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi
5. Persentase Tahanan dan WBP yang mendapatkan akses layanan kesehatan lanjutan
saat dibutuhkan; dan
6. Meningkatnya jumlah kantor wilayah (Kanwil) yang 50% UPT nya melaksanakan
kegiatan perawatan kesehatan dan rehabilitasi sesuai standar.

8 9
A. SITUASI UPT PEMASYARAKATAN Tabel 2. Standar Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Lapas/Rutan

Jumlah Lapas/Rutan setiap tahunnya bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah STANDAR TOTAL KETERSEDIAAN TENAGA
penghuni. Namun demikian, jumlah tersebut belum mencukupi bila dibandingkan dengan JENIS TENAGA JUMLAH SDM KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DI LAPAS/
KESEHATAN PER LAPAS/ UNTUK 522 LAPAS/ RUTAN**
kapasitas setiap Lapas/Rutan (tabel 1). Over kapasitas di Lapas/Rutan mempercepat RUTAN* RUTAN
penyebaran penyakit menular, termasuk TB. Dokter Umum 1 522 267
Dokter Gigi 1 522 21
Perawat Umum 2 1.044 835
Tabel 1. Data dan Situasi UPT PAS di Indonesia Tahun 2015 - 2019 Perawat Gigi 1 522 3
Bidan 1 522 20
UPT PAS DAN SITUASI 2015 2016 2017 2018 2019
Asisten Apoteker 1 522 4
I Rutan 157 157 158 160 160 522 6
Analisis Laboratorium 1
Cabang Rutan 58 58 58 58 58 Psikolog 1 522 5
Lapas 235 235 257 264 264 Sanitarian 1 522 0
Lapas Terbuka 7 7 7 7 7 Ahli Gizi 1 522 1

Lembaga Pembinaan Khusus 20 20 33 33 33 Petugas pencatatan dan


1 522 0***
Anak (LPKA) ________ ________ ________ ________ ________ pelaporan (administrator)

Total 477 477 512 522 522 *Sumber: Standar Pelayanan Dasar Perawatan Kesehatan Di Lapas, Rutan, Bapas, LPKA, dan LPAS 2016
Kapasitas Hunian 122.260 122.260 124.386 126.543 126.963* ** Data dasar UPT PAS Program TB, Ditjen PAS, Agustus 2018
*** Fungsi pencatatan dan pelaporan sering dikerjakan oleh perawat atau kesehatan masyarakat.
Jumlah Penghuni 176.754 204.550 232.081 255.381 265.231*
% over kapasitas 145 167 187 202 109* Selain data pada tabel di atas, terdapat tenaga kesehatan lain yang tersebar di
2 RS Pengayoman 1 1 1 1 1 beberapa UPT PAS yaitu 2 dokter spesialis THT, 4 apoteker, 1 psikologi klinis, dan 2
3 Bapas 71 71 71 71 71 tenaga kesehatan masyarakat.
Sumber: Sistem Database Pemasyarakatan / SDP (http://smslap.ditjenpas.go.id/)
Bersumber pada hasil pengumpulan data dasar program TB di UPT PAS untuk tahun
*Kondisi bulan April 2019
2018, sebanyak 346 UPT PAS mempunyai sedikitnya 1 tenaga kesehatan, 10 UPT PAS
mempunyai laboratorium pemeriksaan mikroskopis mandiri, 4 UPT PAS melakukan
fiksasi, dan 40 UPT PAS mampu melakukan pemeriksaan HIV secara mandiri. RSU
B. SITUASI PELAYANAN KESEHATAN DI UPT PEMASYARAKATAN Pengayoman Cipinang telah ditunjuk sebagai pelaksana layanan TB RO berdasarkan
Berdasarkan standar pelayanan kesehatan permasyarakatan tahun 2019 yang Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2017 dan menyediakan pelayanan
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, setiap Lapas/Rutan mempunyai Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk diagnosis TB. Selama periode pelaporan triwulan 1
kebutuhan minimum sumber daya tenaga kesehatan. Namun ketersediaannya belum tahun 2019, terdapat 3 UPT PAS (Lapas Kelas IIA Pematang Siantar, Rutan Kelas I Medan,
mencukupi standar yang telah ditentukan (tabel 2). dan Lapas Kelas IIA Yogyakarta) melaporkan menerima dan melakukan perawatan pasien
TB RO.

10 11
Meski ketersediaan sumber daya terbatas, UPT PAS berusaha untuk memberiksan Malang, dan Rutan kelas I Medaeng Surabaya di bulan Februari 2019, keenam Lapas/Rutan
akses kesehatan untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak sesuai dengan kemampuan. tersebut sudah mengakses TCM sebagai alat diagnosis TB. Selain itu, Dinas Kesehatan
Mayoritas UPT PAS melakukan kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk membantu memastikan ketersediaan obat TB bila ditemukan ada Narapidana, Tahanan,
mendapatkan akses pemeriksaan diagnosis TB dan obat TB bagi Narapidana, Tahanan, dan Anak yang terdiagnosis TB.
dan Anak yang sakit TB, termasuk juga bantuan tenaga kesehatan yang berkunjung secara
Narapidana, Tahanan, dan Anak mendapatkan akses Jaminan Kesehatan Nasional
berkala dari puskesmas setempat terutama untuk UPT PAS yang tidak mempunyai tenaga
(JKN). Di tingkat nasional, Narapidana, Tahanan, dan Anak sudah masuk ke dalam penerima
kesehatan.
bantuan iuran (PBI) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 76 tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Dalam prosesnya terdapat tantangan untuk memastikan
C. ANALISA SITUASI KEGIATAN TB TAHUN 2015 – 2018 setiap Narapidana, Tahanan, dan Anak mempunyai Nomor Induk Kependudukan (NIK)
Dasar pelaksanaan program TB di UPT PAS adalah Perjanjian Kerja Sama antara sebagai syarat menjadi PBI (tabel 3). Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia sudah membuat Memorandum of Understanding
Kesehatan Republik Indonesia dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian (MoU) Nomor 119/4112/DUKCAPIL dan Nomor PAS-30.HM.05.02 Tahun 2016 dengan
Hukum dan HAM Republik Indonesia nomor HK.05.01/1/34.1/2018. Dalam pelaksanaan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kementerian Dalam Negeri
program TB, UPT PAS bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang Republik Indonesia untuk melakukan rekam sidik jari untuk memperoleh NIK. Saat ini,
diperkuat dengan perjanjian kerja sama (PKS). seluruh UPT PAS sudah melakukan rekam sidik jari ulang. Di beberapa daerah, Narapidana,
Tahanan, dan Anak yang belum mendapatkan akses JKN, dapat menggunakan jaminan
Sebanyak 467 UPT PAS sudah melaporkan kegiatan program TB di lapas/rutan, dan kesehatan daerah berdasarkan keputusan gubernur setempat.
450 UPT PAS sudah melakukan skrining gejala TB pada Narapidana, Tahanan, dan Anak
baru. Selama tahun 2018 terdapat 130.038 Narapidana, Tahanan, dan Anak (84%) sudah
dilakukan skrining. Adanya keterbatasan tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan
ke Narapidana, Tahanan, dan Anak baru datang. menyebabkan adanya Narapidana,
Tahanan, dan Anak baru yang belum terskrining gejala TB.

Skrining gejala TB untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak baru merupakan salah satu
metoda untuk penemuan kasus TB secara aktif. Selain itu ada empat cara lainnya yaitu
skrining gejala TB melalui kader kesehatan pemantauan batuk atau yang dikenal juga
dengan survei batuk, pelacakan kontak, skrining gejala TB menjelang bebas, dan skrining
gejala TB massal secara berkala.

Sebanyak 10 UPT PAS sudah mempunyai laboratorium mikroskopis dan 4 UPT PAS
melakukan fiksasi. Beberapa Lapas dan Rutan sudah mendapatkan askes diagnosis TB
dengan menggunakan TCM (data tidak tersedia). Berdasarkan hasil kunjungan ke enam
Lapas/Rutan yaitu Lapas Kelas IIA Pontianak, Rutan Kelas IIA Pontianak, Rutan Kelas IIA
Singkawang, Lapas Kelas IIA Jember, Lapas Kelas I Malang, Lapas Kelas IIA Perempuan

12 13
Tabel 3. Tantangan dalam Akses JKN untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak dan
Potensi Kerja Sama dengan Insitusi Terkait di Daerah dan Pusat

POTENSI KERJASAMA
TANTANGAN
INSTITUSI DI INSTITUSI DI
DAERAH PUSAT

Salah satu sumber pembiayaan kesehatan 1. Dinas 1. Kementerian


untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak Kependudukan Dalam Negeri
melalui Jaminan Kesehatan Nasional. Un dan Catatan
tuk mendapatkan akses tersebut dibutuhkan Sipil 2. Kementerian
Nomor Induk Kependudukan (NIK). Namun Sosial
seringkali Narapidana, Tahanan, dan Anak 2. Dinas Sosial
tidak mempunyai NIK karena KTP yang hilang 3. BPJS Kantor
saat proses penahanan atau tidak diurus oleh Wilayah
keluarga sehingga tidak mempunyai akses Gambar 2. Capaian Penemuan Kasus TB di UPT PAS Tahun 2015 – 2018
untuk mendapatkan NIK yang ada di kartu
keluarga.
Ada banyak Narapidana, Tahanan, dan Anak Pemerintah Provinsi Kementerian Dalam Tabel 4. Capaian Program Penanggulangan TB Tahun 2015 - 2018
yang berada di UPT PAS bukan berdomisili (melalui Surat Negeri
sesuai dengan wilayah UPT PAS tersebut. Keputusan Guber-
Oleh karena itu, Pemerintah kabupaten/kota nur) 2015 2016 2017 2018
di wilayah UPT PAS tidak dapat mengurus INDIKATOR
PBI untuk mereka. Dibeberapa provinsi, kasus TARGET HASIL TARGET HASIL TARGET HASIL TARGET HASIL
seperti ini akan ditanggung oleh Jamkesda.
Jumlah UPT
Di DKI Jakarta, Klinik UPT PAS sudah 1. Kementerian Pemasyarakatan
bekerja sama dengan BPJS sebagai klinik Keuangan yang melaksanakan 319 311 339 314 359 379 379 467
pratama dan mendapatkan dana kapitasi dari strategi DOTS**
BPJS. Namun, dana kapitasi tersebut belum 2. Bagian keuangan
dapat dimanfaatkan dan dikembalikan ke kas di Ditjen PAS Jumlah UPT
negara karena belum ada dasar hukum di Pemasyarakatan
Kemenkumham untuk mata anggarannya. yang melakukan
skrining TB pada 220 213 260 238 300 247 340 450
WBP baru (diantara
seluruh Lapas, Rutan
dan Cabrutan)
Selama tahun 2015 – 2018, penemuan kasus TB di UPT PAS meningkat, walaupun
di tiga tahun pertama tidak mencapai target (gambar 2). Perbaikan monitoring pelaporan, * UPT Pemasyarakatan yang dimaksud terdiri dari Lapas/Rutan/Cabrutan LPKA dan RS Pengayoman
** melaporkan laporan triwulan TB
meningkatnya jumlah UPT PAS yang melaporkan program TB, serta sudah semakin banyak Sumber data: Laporan Triwulan TB Ditjenpas Tahun 2018, update Maret 2019
UPT PAS melakukan kegiatan penemuan TB secara aktif mempengaruhi penemuan kasus

TB di lapas/rutan (tabel 4).
Capaian angka keberhasilan pengobatan masih dibawah target yang telah ditetapkan
(gambar 3). Tantangan yang dihadapai adalah pasien TB yang bebas. Pada saat pasien
TB tersebut dipindahkan pengobatannya ke fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju dan

14 15
berada di luar dari kabupaten/kota dimana UPT PAS berada, seringkali tim kesehatan
di UPT PAS kesulitan untuk mendapatkan hasil pengobatannya meski sudah berjejaring
dengan Wasor TB di dinas kesehatan. Selain itu, terdapat pula pasien TB yang dipindahkan
ke beberapa lapas/rutan selama masa pengobatannya, sehingga tim kesehatan UPT PAS
yang memulai pengobatan kesulitan untuk menelusuri keberadaan pasien tersebut.
Disamping itu, masih ada tim kesehatan UPT PAS yang belum memahami pentingnya
mendapatkan informasi hasil pengobatan (TB.10) dari fasilitas pelayanan kesehatan yang
menerima pindahan pasien TB.

Gambar 4. Capaian Kolaborasi TB-HIV Tahun 2015-2018: Menurunkan Beban HIV


pada Pasien TB

Penguatan internal di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia


dilakukan melalui penyusuan panduan, sosialisasi program TB, dan pelatihan petugas.
Kegiatan yang telah dilakukan selama periode 2015 - 2018 antara lain:
- Penyusunan panduan
Gambar 3. Capaian Angka Keberhasilan Pengobatan TB Tahun 2015 - 2018 o Panduan Penanggulangan Tuberkulosis di UPT Pemasyarakatan (2015);
o Standar Penanggulangan Tuberkulosis di UPT Pemasyarakatan (2017); dan
o Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis (2018).
- Sosialisasi:
Disamping itu, UPT PAS perlu bekerjsama dengan Dinas Sosial setempat untuk
o Program TB kepada 414 (81,5%) dari 508 Lapas/Rutan/RSU Pengayoman
memastikan Narapidana, Tahanan, dan Anak yang bebas dengan sakit TB tapi tidak
Cipinang dan 33 Kanwil Kemenkumham;
memiliki tempat tinggal. Hal tersebut untuk memastikan pasien tersebut menyelesaikan
o TB RO kepada 9 Kanwil Kemenkumham dan 41 UPT PAS;
pengobatannya.
o Pencegahan dan pengendalian infeksi TB kepada 33 Kanwil
Komponen kolaborasi TB-HIV untuk menurunkan beban HIV pada pasien TB Kemenkumham; dan
dilakukan dengan memastikan pasien TB mengetahui status HIV dan pasien TB-HIV o Standar Penanggulangan TB di UPT Pemasyarakatan kepada 33 Kanwil
mendapatkan ART selama pengobatan TB. Testing HIV pada pasien TB masih rendah, Kemenkumham.
salah satu penyebabnya adalah akses testing HIV dan pemahaman untuk mencatat dan - Pelatihan:
melaporkan. Sementara, akses ART pada pasien TB/HIV relatif lebih baik meski belum o Program TB untuk 240 petugas kesehatan di Lapas/Rutan/RSU Pengayoman
semua pasien TB/HIV mendapatkan ART (gambar 4). Cipinang;
o Pencatatan dan pelaporan program TB di Lapas dan Rutan untuk 33 staf
Registrasi Perawatan Kanwil Kemenkumham;

16 17
o Kolaborasi TB/HIV untuk 148 Lapas/Rutan/RSU Pengayoman Cipinang; dan
o TB Resistan Obat untuk 9 Lapas yang menjadi Satelit TB RO.

Di tahun 2015-2017, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bekerja sama dengan


Kementerian Kesehatan dan Challenge TB melakukan kegiatan skrining TB secara massal
dengan menggunakan ronsen dan gejala TB dan TCM sebagai alat diagnosis. Sebanyak
11 UPT PAS mengikuti kegiatan tersebut yang ditujukan untuk narapidana, tahanan dan
petugas UPT PAS. Meskipun dengan cara ini banyak mendapatkan kasus TB (tabel 5),
namun dalam pelaksanaannya membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit. Memastikan
ketersediaan alat ronsen, listrik, pembiayaan, keamanan, ketersediaan logistik dan tim
laboratorium menjadi hal yang perlu diperhatikan saat kegiatan tersebut.

Tabel 5. Hasil Kegiatan Skrining Massal TB dengan Menggunakan Ronsen dan Gejala
TB dan TCM sebagai Alat Diagnosis
Gambar 5. Hasil Pengobatan Pasien TB RO di RSU Pengayoman Cipinang
SKRINING TB MASSAL
NARAPIDANA DAN
(RONSEN/GEJALA TB DAN PETUGAS PAS
TAHANAN
TCM)
Pendanaan program TB di Lapas/Rutan tidak tersedia secara khusus di lingkungan
Jumlah peserta 21.754 763 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan namun dialokasikan secara umum untuk anggaran
Kasus TB perawatan kesehatan bagi Narapidana, Tahanan, dan Anak. Di tingkat UPT PAS,
• Sensitif obat 180 5 pendanaan program TB digabung di dalam dana kesehatan yang bersumber dari Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Sebagian besar sumber pendaann kegiatan program
• Resistan obat 9 0
TB masih bergantung kepada donor dan mitra, seperti Global Fund dan Challenge TB,
Total 189 5 serta dana APBD.

RSU Pengayoman Cipinang melakukan penatalaksanaan TB RO sebagai satelit sejak


tahun 2012 dan saat ini dalam proses untuk menjadi RS TB RO. Terhitung sampai bulan
D. ISU-ISU STRATEGIS
Desember 2018, sebanyak 88 pasien TB RO sedang dan telah diobati. Memastikan 1. Komitmen Lintas Sektoral untuk Program TB di UPT PAS
pengobatan merupakan tantangan dalam pelaksanaan TB RO, terutama untuk pasien
yang pindah karena bebas (gambar 5). Selain TB RO, RSU Pengayoman Cipinang juga UPT PAS merupakan bagian dari institusi vertikal Kementerian Hukum dan HAM
menyediakan layanan tatalaksana TB-HIV. Semua pasien TB rutin dimintakan tes HIV. Republik Indonesia yang berada di wilayah pemerintah daerah. Pencegahan dan
Apabila pasien dinyatakan HIV positif, maka pasien tersebut akan mendapatkan ARV. pengendalian TB di UPT PAS tidak terlepas dari tanggungjawab lintas sektor yang berada
Untuk menjamin akses ARV bagi ODHA termasuk pasien TB/HIV, RSU Pengayoman lingkungan koordinasi sistem otonomi daerah. Dengan demikian, dukungan tersebut
Cipinang menjadi layanan pengampu ARV untuk lapas dan rutan yang ada di Jakarta dijembatani oleh kerja sama birokrasi mulai dari tingkat nasional sampai ke daerah.
kecuali Lapas Kelas IIA Salemba yang sudah menjadi satelit dari RS Sint Carolus. Strategi dukungan lintas sektoral adalah modalitas membangun sinergi yang berkelanjutan
antara unsur pelaksana teknis institusi vertikal dengan pemerintah daerah, guna mencapai
target eliminasi TB 2030 di seluruh Indonesia.

18 19
Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit minimnya pemahaman para pemangku kebijakan terkait tanggung jawab perawatan
a.
Menular Langsung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Direktorat kesehatan di UPT PAS; dan
Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia nomor
sistem penganggaran yang terbatas pada pagu Unit Eselon 1 di Kementerian Hukum
b.
HK.05.01/1/34.1/2018 menjadi dasar untuk membuat PKS antara Dinas kesehatan
dan HAM.
Provinsi dengan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan lapas/rutan. Namun, ada keterbatasan bila MoU/ Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merata bagi Narapidana,
PKS hanya dilakukan di tingkat Kementerian Kesehatan atau dinas kesehatan. Tidak Tahanan, dan Anak di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
semua kebutuhan di UPT PAS bisa diselesaikan di level tersebut. Sebagai contoh, NIK diperlukan ketersediaan pembiayaan kesehatan yang merata. Pembiayaan kesehatan
untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak sebagai salah satu syarat untuk menjadi PBI, dapat bersumber dari:
membutuhkan kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Dinas Sosial setempat
untuk pelaksanaannya. Sasaran PKS tidak terbatas dengan dinas kesehatan saja, tetapi a. dana pemerintahan yaitu anggaran pada Kementerian/DIPA
termasuk dengan gubernur, atau bupati/walikota yang merupakan pimpinan tertinggi di b. dana dari donor atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
wilayah kerja tersebut. Dengan pelibatan gubernur atau bupati/walikota, diharapkan akan
ada kontribusi dari Pemerintah Daerah dan jajarannya untuk membantu UPT PAS dalam Alokasi dana tersebut dilakukan sesuai dengan aturan yang disepakati oleh donor
pelaksanaan program TB. dan pemerintah terkait, dengan memperhatikan kebijakan pemerintah dalam
pengalokasian dan pemanfaatan.

c. dana Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial


2. Komitmen di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM untuk pencegahan (BPJS) Kesehatan berupa Penerima Bantuan Iuran (PBI).
dan pengendalian program TB di UPT PAS
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 40 tentang Sistem Jaminan Sosial
Beberapa UPT PAS memiliki keterbatasan SDM seperti jumlah tenaga kesehatan Nasional (SJSN) dan Undang – Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan
yang belum merata di beberapa provinsi. Hal tersebut menjadi kendala dalam program Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional merupakan program negara yang
pencegahan dan pengendalian program TB di UPT PAS. Selain itu, belum semua tenaga bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial
kesehatan mendapatkan pelatihan tentang program TB sehingga pemahaman dan bagi seluruh rakyat, termasuk Narapidana, Tahanan, dan Anak. Narapidana,
pelaksanaan program TB tidak sesuai dengan pedoman. Tahanan, dan Anak termasuk PBI melalui program Kartu Indonesia Sehat (KIS) hasil
Pencegahan dan pengendalian program TB di UPT PAS membutuhkan sarana ruangan kesepakatan Rapat Koordinasi antara Mahkumjakpol8, Kementerian Kesehatan,
pemisah untuk pasien yang terdiagnosis TB untuk menjalani perawatan dan pengobatan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial serta Badan Narkotika Nasional
sementara selama dua minggu, agar tidak menularkan ke penghuni yang lain. Namun, dan berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Sosial Republik Indonesia Nomor.
over kapasitas di beberapa UPT PAS masih menjadi kendala dalam hal penyediaan 58/HUK/2015.
ruangan pemisah (isolasi).

Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan memuat tugas dan
tanggungjawab UPT PAS dalam menjamin tersedianya perawatan kesehatan jasmani dan
rohani bagi Narapidana, Tahanan, dan Anak di UPT PAS. Namun demikian, hingga saat
ini alokasi penganggaran kesehatan di lingkungan UPT PAS masih sangat terbatas yang
disebabkan oleh:
8
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM RI, Jaksa Agung RI dan Kapolri

20 21
3. Intensifikasi Penemuan Kasus TB dan Askes Diagnosis serta Pengobatan TB 5. Surveilans, Monitoring dan Evaluasi Pogram TB secara Terpadu

Tenaga kesehatan di UPT PAS terbatas, belum sesuai dengan standar pelayanan dasar Pelaporan program TB di Kementerian Hukum dan HAM masih menggunakan
perawatan kesehatan. Selain itu, belum semuanya terlatih untuk menjalankan program TB. laporan manual (agregat). Hal tersebut menyulitkan pada saat melakukan pengecekan
Sarana untuk melakukan program TB masih belum memadai, seperti contoh ketersediaan dan perekapan. Sebanyak 53 UPT PAS sudah melaporkan data pasien TB melalui Sistem
masker dan pot dahak. Untuk askes diagnosis TB dan pemeriksaan lanjutan penderita TB Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT), dan ditemukan adanya perbedaan angka yang ada
sangat bergantung dengan jejaring yang dibangun bersama dengan dinas kesehatan. di SITT dengan laporan manual. Saat ini Kementerian Kesehatan telah memberikan akses
untuk Kanwil memantau hasil laporan dari UPT PAS di SITT. Namun, belum semua UPT
Di beberapa lapas/rutan, masih terdapat kendala pada saat pengumpulan dahak
sudah mengakses SITT terkait kendala dimasing-masing UPT PAS seperti komputer dan
pagi dan ketepatan dalam mengirimkan sampel dahak ke laboratorium TCM. Kurangnya
jaringan internet serta username untuk masuk ke dalam web SITT.
tenaga kesehatan mempengaruhi aktivitas untuk melakukan penemuan kasus TB secara
aktif, selain pertimbangan keamanan. Pelibatan tenaga non kesehatan menjadi salah satu Tidak adanya alokasi anggaran untuk kegiatan program TB di tingkat Kanwil sehingga
solusi, salah satu contohnya adalah pelibatan Narapidana, Tahanan, dan Anak sebagai tidak adanya pertemuan evaluasi untuk membahas capaian keberhasilan dan tantangan
kader. Namun harus dipertimbangkan regenerasi kader tersebut karena suatu saat akan program TB di UPT PAS. Di beberapa tempat, dinas kesehatan kab/kota melibatkan UPT
bebas. Akses untuk pengobatan TB SO relatif lebih mudah dikerjakan oleh tim kesehatan PAS atau dinas kesehatan provinsi melibatkan kanwil dalam kegiatan evaluasi program
di UPT PAS. Hal yang berbeda terjadi pada pengobatan TB RO, mengingat efek samping TB.
yang banyak dan jangka waktu pengobatan yang lama.

Memastikan hasil pengobatan TB untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak yang 6. Inovasi Pencegahan dan Manajemen TB Laten
bebas masih menjadi tantangan. Kerja sama dengan dinas kesehatan setempat menjadi
TB laten adalah keadaan respon imun yang persisten terhadap stimulasi dari antigen
penting untuk memastikan Narapidana, Tahanan, dan Anak mengakses dan melanjutkan
Mycobacterium tuberculosis tanpa adanya TB aktif yang termanifestasi secara klinis.
pengobatan TB di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).
Seseorang memiliki TB laten jika mereka terinfeksi bakteri TB tetapi tidak memiliki gejala-
gejala penyakit TB aktif dan tidak merasa sakit. Namun, TB laten dapat menjadi TB aktif
4. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis (PPI TB) untuk ketika penderita memiliki imunitas yang rendah9. Dengan adanya pencegahan TB akan
Petugas UPT Pemasyarakatan dan Narapidana, Tahanan, dan Anak melindungi seseorang untuk tidak sakit TB.

Overkapasitas di UPT PAS menyebabkan usaha untuk pencegahan penularan TB Di lapas/rutan sendiri, tidak sedikit Narapidana, Tahanan, dan Anak terjangkit TB
terhambat. Tidak adanya ruangan pemisahan untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak aktif saat baru mendekam di lapas/rutan selama 1 – 4 minggu. Hal tersebut mungkin
yang sakit TB minimal selama 2 minggu dan ventilasi yang kurang baik di dalam sel dan terjadi dikarenakan sebelum masuk ke lapas/rutan, penderita sudah mengidap TB laten
kamar di UPT PAS menyebabkan mudahnya penyebaran penyakit. Hal tersebut tidak dan keadaan tersebut didukung oleh daya tahan tubuh yang rendah dan kondisi lapas/
hanya berdampak pada penghuni UPT PAS, namun juga petugas yang ada di lingkungan rutan yang memungkinkan TB laten menjadi TB aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang
UPT PAS. Dari hasil skrining massal dengan menggunakan ronsen dan TCM sebagai alat dilakukan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Kota Bandung pada tahun 2015, ditemukan
diagnosis di 11 UPT PAS tahun 2016 - 2017, ditemukan adanya petugas yang sakit TB. sebanyak 49% penghuni Rutan tersebut mengalami infeksi TB laten10. Kemudian,
Saat ini, belum adanya penjaminan hak untuk petugas yang sakit TB, seperti diliburkan penelitian di dua UPT PAS di Jakarta pada tahun 2016 memperoleh hasil yang kurang
selama 2 minggu untuk menjalani pengobatan fase awal TB, dan kebijakan pemeriksaan lebih sama, sebanyak 48,57% penghuni di Rutan Kelas I Cipinang dan 55,77% di Lapas
kesehatan secara berkala bagi petugas pemasyarakatan. Salemba menderita TB Laten11.
9
WHO. tanpa tahun. Latent Tuberculosis Infection (LTBI). www.who.int/tb/areas-of-work/
preventive-care/ltbi_faqs/en/
10
Ibid, halaman 2
11
Ibid, halaman 2

22 23
Saat ini belum ada kebijakan manajemen TB laten di UPT PAS sehingga dibutuhkan
adanya pengembangan dan penelitian untuk manajemen TB laten sebagai langkah BAB III
pencegahan TB aktif pada Narapidana, Tahanan, dan Anak di UPT PAS.
TUJUAN, RUMUSAN STRATEGI, DAN
IMPLEMENTASI KEGIATAN
7. Rumah Sakit Umum Pengayoman Cipinang sebagai Pusat Rujukan
Tatalaksana TB
RSU Pengayoman Cipinang berdiri sejak 2011 dengan visi mampu memberikan
pelayanan kesehatan kepada WBP, pegawai/keluarga dan warga masyarakat secara
professional. Dalam program TB, RSU Pengayoman Cipinang menyediakan layanan
pemeriksaan diagnosis TB dengan TCM dan pemeriksaan lanjutan mikroskopis untuk
pasien TB, layanan ART untuk akses pengobatan bagi pasien koinfeksi TB-HIV, dan
menjadi satelit untuk pengobatan TB RO. Saat ini RSU Pengayoman Cipinang masih
berproses untuk menjadi rumah sakit TB RO.

Tantangan dari RSU Pengayoman Cipinang adalah keterbatasan pendanaan dari


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk melaksanakan kegiatannya. Sampai saat ini,
dukungan dari Kementerian Kesehatan melalui Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur masih
berjalan untuk menyediakan ketersediaan logistik obat TB, cartridge TCM, and ARV.
A. TUJUAN, INDIKATOR DAN TARGET

T
ujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian melalui upaya pencegahan dan


pengendalian tuberkulosis dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan Narapidana,
Tahanan, dan Anak.

Tujuan Khusus
1. Meningkatkan jumlah penemuan kasus TB;
2. Meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB sensitif obat;
3. Meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB resistan obat;
4. Meningkatkan persentase pasien TB yang mengetahui status HIV;
5. Meningkatkan persentase pasien TB-HIV mendapatkan ART
selama pengobatan TB;

24
6. Mengurangi stigma dan diskriminasi pada pasien TB; Tabel 7. Indikator Operasional dan Target Pencegahan dan Pengendalian TB
7. Meningkatkan peran RSU Pengayoman Cipinang sebagai pusat rujukan TB resistan Tahun 2020 - 2024
obat.
BASELINE TARGET
INDIKATOR 2018
Indikator dan Target 2020 2021 2022 2023 2024
Jumlah UPT yang melaksanakan
Indikator dan target kegiatan pencegahan dan pengendalian TB di UPT PAS tahun 450 470 490 510 522 522
Program TB*
2020 - 2024 dibagi menjadi dua bagian:
UPT yang melaksanakan program
t.a - 2 5 10 15
TB laten
1. Indikator utama: mengukur hasil dan dampak program; dan
2. Indikator operasional: mengukur proses untuk menuju dampak yang diinginkan. Jumlah UPT PAS yang mempunyai
sedikitnya 1 tenaga kesehatan 195** 245 295 345 395 445
terlatih TB
Jumlah UPT PAS yang mempunyai
Tabel 6. Indikator Utama dan Target Pencegahan dan Pengendalian TB 214** 522 522 522 522 522
PKS dengan Pemerintah Daerah
Tahun 2020 - 2024 Jumlah UPT PAS yang memiliki
ruangan pemisahan untuk 129** 150 170 190 210 230
BASELINE TARGET perawatan penyakit infeksi
NO INDIKATOR 2018 2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah UPT PAS yang
melaksanakan skrining TB pada t.a 470 490 510 522 522
1 Jumlah penemuan kasus
petugas
TB (Sensitif dan resistant 1.276 2.246 3.459 4.349 5.381 5.919
obat) Jumlah UPT yang melaporkan
53 100 200 300 400 450
program TB melalui SITB/SDP***
2 Angka Keberhasilan
pengobatan TB sensitif 74% 80% 85% 90% 90% 90% *UPT Pemasyarakatan yang minimla melakukan kegiatan skrining TB untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak Baru
obat **Data Operasional program TB 2018 Ditjenpas

3 Angka Keberhasilan ***SDP akan dihitung bila sudah memasukkan komponen pelaporan nasional program tuberkulosis
pengobatan TB resistan 33%* 75% 75% 80% 80% 90%
obat*
4 Persentase pasien TB B. RUMUSAN STRATEGI
yang mengetahui status 28% 90% 90% 90% 90% 90%
HIV Terdapat tujuh rumusan strategi untuk pencegahan dan pengendalian TB di UPT PAS
5 Persentase pasien TB/ tahun 2020 – 2024 berdasarkan hasil analisa situasi program TB di Direktorat Jenderal
HIV yang mendapatkan
89% 100% 100% 100% 100% 100% Pemasyarakatan, yaitu:
ART selama pengobatan
TB
1. Memperkuat dukungan lintas sektoral di level nasional, provinsi, kabupaten/
*khusus RSU Pengayoman Cipinang. Baseline 2018 merupakan hasil saat RSU Pengayoman Cipinang masih
kota dan teknis layanan;
menjadi satelit TB RO
2. Memperkuat komitmen pencegahan dan pengendalian TB di lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM;
3. Meningkatkan intensifikasi penemuan kasus, akses diagnosis, dan
pengobatan TB;

26 27
4. Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi TB (PPI TB) Permenkumham Perawatan Kesehatan bagi Narapidana, Tahanan, dan Anak;
untuk petugas UPT PAS, Narapidana, Tahanan, dan Anak; c. Menyusun Standar Biaya Keluaran (SBK) Pencegahan dan Pengendalian TB bagi
5. Memperkuat monitoring dan evaluasi program secara terpadu dan surveilans Narapidana, Tahanan, dan Anak; dan
TB; d. Memperkuat BPSDM Kementerian Hukum dan HAM dalam menyelenggarakan
6. Inisiasi layanan untuk pencegahan dan manajemen TB laten di UPT PAS; pelatihan bagi petugas terkait pencegahan dan pengendalian TB.
7. Meningkatkan layanan TB resistan obat di UPT PAS.

Kegiatan yang akan dikerjakan oleh setiap rumusan strategi dijabarkan sebagai Strategi 3: Meningkatkan intensifikasi penemuan kasus, akses diagnosis, dan pengobatan
berikut. TB

Strategi 1: Memperkuat dukungan lintas sektoral di level nasional, provinsi, kabupaten/ Kegiatan:
kota dan teknis layanan
a. Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih TB/Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
untuk 33 Kanwil yang akan dilaksanakan pada tahun 2020. Kegiatan ini akan
Kegiatan:
melibatkan Kementerian Kesehatan (Direktorat P2ML) dan Kementerian Hukum &
a. Pertemuan advokasi tingkat kementerian dan lembaga terkait tentang pelaksanaan HAM (Direktorat Perawatan Kesehatan & Rehabilitasi);
program TB bagi Narapidana, Tahanan, dan Anak di UPT PAS untuk dimasukkan ke b. Pelatihan TB bagi UPT PAS yang akan dilaksanakan dua kali per tahunnya dari tahun
dalam agenda tingkat nasional; 2020 – 2024, tiap pelatihan mengundang 25 UPT PAS (1 orang perwakilan/UPT
b. Pertemuan tingkat nasional yang melibatkan kementerian/lembaga terkait PAS). Untuk menunjang kegiatan ini diperlukan informasi dasar UPT dengan tenaga
perencanaan dan penganggaran di tahun 2020. Strategi ini akan dijalankan dengan kesehatan terlatih TB beserta tahun pelatihan terakhir;
melibatkan Bappenas, Kementerian Sosial, dan Kementerian Kesehatan melalui c. Pembaharuan Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis Pencegahan dan Pengendalian TB;
kegiatan pertemuan tingkat nasional; d. Pelaksanaan intensifikasi penemuan kasus TB pada Narapidana, Tahanan, dan Anak
c. Pertemuan advokasi tingkat provinsi tentang program TB di UPT PAS dengan baru, pemantauan batuk, skrining massal, investigasi kontak, dan skrining menjelang
melibatkan beberapa stakeholder dengan menyesuaikan agenda advokasi; dan bebas. Kegiatan ini akan melibatkan Kepala UPT dan pejabat terkait di internal Lapas,
d. Membuat MoU dan PKS secara berjenjang di 34 provinsi dan 273 kabupaten/kota Rutan, LPKA, Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS), Kepala Puskesmas,
intensif. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, laboratorium TCM, dan para pihak lain;
e. Melaksanakan intensifikasi penemuan kasus dengan menggunakan ronsen paru
Strategi 2: Memperkuat komitmen pencegahan dan pengendalian TB di lingkungan sebagai skrining awal; dan
Kementerian Hukum dan HAM f. Pelatihan kader kesehatan pemantau batuk di setiap tahunnya. Kegiatan ini akan
melibatkan Kepala UPT PAS dan pejabat terkait di internal Lapas, Rutan, LPKA, LPAS,
Kegiatan: serta tenaga kesehatan.

a. Mengadakan rapat koordinasi (Rakor) minimal 6 bulan sekali disetiap wilayah dengan
luaran untuk meningkatkan optimalisasi peran tim kelompok kerja (Pokja) serta
peningkatan kapasitas SDM terkait program TB;
b. Membuat Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Teknis Pencegahan dan Pengendalian TB sebagai turunan dari

28 29
c. Kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan on job training
Strategi 4: Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis
(OJT) SITB untuk UPT PAS oleh Kanwil sehingga terjadi peningkatan jumlah UPT PAS
(PPI TB) untuk petugas UPT PAS, Narapidana, Tahanan, dan Anak
yang melaporkan program TB melalui SITB;
d. Pertemuan monitoring dan evaluasi tahunan untuk 33 Kanwil oleh Direktorat Jenderal
Kegiatan:
Pemasyarakatan;
a. Petugas
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi tahunan di tingkat Kanwil dengan sasaran
1) Pelaksanaan skrining gejala TB bagi petugas pemasyarakatan minimal 1 tahun
petugas TB UPT PAS;
sekali bersamaan dengan Hari TB Sedunia (HTBS);
f. Melakukan supervisi minimal ke 5 UPT per Kanwil dengan capaian pelaporan rendah
2) Peningkatan pemahaman Petugas Pemasyarakatan mengenai penyakit TB
oleh Kanwil;
(bersamaan dengan HTBS) dan PPI TB di 384 UPT terpilih; dan
g. Melaksanakan supervisi ke wilayah yang capaian program TB rendah oleh Ditjen
3) Pengadaan alat pelindung diri untuk petugas yang menangani kasus TB RO di
PAS; dan
522 UPT.
h. Publikasi laporan program TB di UPT PAS di website Direktorat Jenderal
b. Narapidana, Tahanan, dan Anak
Pemasyarakatan dan Kementerian Hukum dan HAM per semester.
1) Peningkatan pemahaman Narapidana, Tahanan, dan Anak mengenai penyakit
TB (bersamaan dengan HTBS) dan PPI TB di 384 UPT terpilih;
2) Penyediaan ruang pemisahan pasien TB di UPT Pemasyarakatan;
Strategi 6: Inisiasi layanan untuk pencegahan dan manajemen TB laten di UPT PAS
3) Penyediaan masker bedah untuk Narapidana, Tahanan, dan Anak batuk di UPT
Pemasyarakatan; dan
4) Pemberian makanan tambahan (extra fooding) untuk meningkatkan daya tahan Kegiatan:
tubuh pasien TB. a. Advokasi kepada pimpinan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk melaksanakan
c. Melaksanakan intensifikasi penemuan kasus TB secara masif di hari peringatan TB manajemen TB laten di UPT PAS terpilih;
sedunia (HTBS) dengan melaksanakan skrining pada pengunjung b. Penguatan jejaring persiapan kegiatan manajemen TB Laten di UPT PAS terpilih
d. Pemberian pengobatan pencegahan TB pada kelompok beresiko (anak di bawah lima dengan memfokuskan ke UPT PAS dengan jumlah penghuni yang banyak dan terdapat
tahun, orang dengan HIV AIDS (ODHA), dan kontak satu blok) dukungan sumber daya untuk melaksanakan manajemen TB laten; dan
e. Menyediakan area bebas rokok dan tempat berludah di tempat strategis (ruang c. Pertemuan evaluasi pelaksanaan manajemen TB laten.
kunjungan, perkantoran, dan poliklinik)

Strategi 7: Meningkatkan layanan TB resistan obat di UPT PAS


Strategi 5: Memperkuat monitoring dan evaluasi pogram secara terpadu dan
surveilans TB
Kegiatan:
Kegiatan: a. Meningkatkan layanan RSU Pengayoman Cipinang sebagai pusat rujukan dan
a. Mengoptimalkan fitur sistem database pemasyarakatan (SDP) sebagai sistem pelaporan pembelajaran tatalaksana TB RO bagi UPT PAS;
satu pintu program TB di lingkungan UPT PAS; b. Meningkatkan layanan Lapas Pengampu dalam pelaksanaan dalam Pencegahan dan
b. Sosialisasi transisi pelaporan TB ke SITB oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Pengendalian TB RO;
kepada 33 Kanwil dan Dinas Kesehatan Provinsi di tingkat nasional; c. Penguatan dalam sarana dan prasarana untuk pelaksanaan TB RO; dan
d. Penguatan jejaring eksternal terkait tatalaksana TB RO.

30 31
Tabel 8. Rumusan Strategi dan Target Kegiatan TB Tahun 2020 - 2024

RUMUSAN STRATEGI DAN KEGIATAN BASELINE 2020 2021 2022 2023 2024 STAKEHOLDER
2018 TERLIBAT
a. Memperkuat dukungan lintas sektoral di level nasional, provinsi, kabupaten/kota dan teknis layanan
1. Pertemuan advokasi tingkat kementerian dan lembaga terkait t.a √ √ √ √ √ Disesuaikan dengan
tentang pelaksanaan program TB bagi Narapidana, Tahanan, dan agenda advokasi
Anak di UPT PAS untuk dimasukkan ke dalam agenda tingkat
nasional

2. Pertemuan tingkat nasional yang melibatkan Kementerian/Lembaga t.a √ - - - - Bappenas, Kemensos,


terkait perencanaan dan penganggaran di tahun 2020. Kemenkes

3. Pertemuan advokasi di tingkat provinsi tentang program TBC di t.a √ √ √ √ √ Disesuaikan dengan
UPT PAS agenda advokasi

4. Membuat MoU dan PKS secara berjenjang di 34 provinsi dan 259 t.a √ - - - - Jajaran Pemda
kabupaten/kota intensif setempat

b. Memperkuat komitmen pencegahan dan pengendalian TB di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM

32
1. Mengadakan Rakor minimal 6 bulan sekali disetiap kantor wilayah t.a √ √ √ √ √ Kepala Kanwil, Kepala
divisi PAS, Kepala UPT
PAS

2. Membuat Surat Edaran Dirjenpas tentang Petunjuk Pelaksanaan t.a √ - - - - Ditjenpas


dan Teknis Pencegahan dan Pengendalian TB sebagai turunan dari
Permenkumham Perawatan Kesehatan bagi Narapidana, Tahanan,
dan Anak

3. Menyusun standar biaya keluaran (SBK) pencegahan dan t.a √ - - - - Ditjenpas


pengendalian TB bagi Narapidana, Tahanan, dan Anak

4. Memperkuat BPSDM Kemenkumham dalam menyelenggarakan t.a √ √ √ √ √ Kemenkumham


pelatihan bagi petugas terkait pencegahan dan pengendalian TB

c. Meningkatkan intensifikasi penemuan kasus, akses diagnosis, dan pengobatan TB

1. Pelatihan untuk Pelatih TB– FKTP untuk 33 Kantor Wilayah t.a 1x - - - - Kemenkes (Dir P2ML),
Kemenkumham
(Dirkeswathab)

RUMUSAN STRATEGI DAN KEGIATAN BASELINE 2020 2021 2022 2023 2024 STAKEHOLDER
2018 TERLIBAT

2. Pelatihan TB bagi UPT Pemasyarakatan t.a 2x 2x 2x 2x 2x Kemenkes (Dir P2ML),


Kemenkumham
(Dirkeswathab)

3. Pembaharuan petunjuk pelaksanaan dan teknis pencegahan dan t.a √ - - - - Ditjenpas, Subdit TB,
pengendalian TB perwakilan Kanwil,
dan UPT PAS

4. Pelaksanaan intensifikasi penemuan kasus TB: Kanwil Kemenkum-


ham, Kepala UPT PAS,
o Skrining TB Narapidana, Tahanan, dan Anak baru t.a 522 522 522 522 522 Kasi Binadik/Kasubsi
Perawatan, Kepala
o Pemantauan Batuk 150 366 431 431 431
KPLP, Registrasi,
o Skrining Massal (menjelang HTBS) 195 195 195 195 195 Kepala Puskesmas,
Dinkes Kab/Kota, dan
o Investigasi Kontak 522 522 522 522 522 laboratorium TCM

o Skrining menjelang bebas 522 522 522 522 522


33

5. Melakukan intensifikasi penemuan kasus dengan menggunakan t.a 5 10 15 20 25 UPT PAS


ronsen paru sebagai skrining awal

6. Pelatihan Kader Kesehatan Pemantau Batuk t.a √ √ √ √ √ Kepala UPT PAS,


Kasi Binadik/Kasubsi
Perawatan, tenaga
kesehatan UPT PAS
RUMUSAN STRATEGI DAN KEGIATAN BASELINE 2020 2021 2022 2023 2024 STAKEHOLDER
2018 TERLIBAT

d. Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis (PPI TB) untuk petugas UPT PAS, Narapidana, Tahanan, dan Anak

A. Petugas: t.a Dinkes, UPT PAS

1. Pelaksanaan skrining gejala TB bagi petugas pemasyarakatan 384 384 384 384 384
minimal 1 tahun sekali bersamaan dengan Hari TB Sedunia
(HTBS)

2. Peningkatan pemahaman Petugas Pemasyarakatan mengenai 384 384 384 384 384
penyakit TB (bersamaan dengan HTBS) dan PPI TB

3. Pengadaan alat pelindung diri untuk petugas yang menangani


kasus TB RO 522 522 522 522 522

B. Narapidana, Tahanan, dan Anak: t.a

1. Peningkatan pemahaman Narapidana, Tahanan, dan Anak 384 384 384 384 384 Dinkes, UPT PAS
mengenai TB dan PPI TB (HTBS)

2. Penyediaan ruang pemisahan pasien TB di UPT PAS

34
150 170 190 210 230 UPT PAS
3. Penyediaan masker bedah untuk Narapidana, Tahanan, dan
Anak batuk di UPT PAS √ √ √ √ √ UPT PAS

4. Pemberian makanan tambahan (extra fooding) untuk


meningkatkan daya tahan tubuh pasien TB
√ √ √ √ √ UPT PAS

C. Melaksanakan intensifikasi penemuan kasus TB secara masif di t.a √ √ √ √ √ Dinkes, UPT PAS
HTBS dengan melaksanakan skrining pada pengunjung

D. Pemberian pengobatan pencegahan TB pada kelompok resiko t.a √ √ √ √ √ Dinkes, UPT PAS
(anak di bawah 5 tahun, ODHA, dan kontak satu blok)

E. Menyediakan area bebas rokok dan tempat berludah di tempatt t.a √ √ √ √ √ UPT PAS
strategis (ruang kunjungan, perkantoran, poliklinik)

RUMUSAN STRATEGI DAN KEGIATAN BASELINE 2020 2021 2022 2023 2024 STAKEHOLDER
2018 TERLIBAT

e. Memperkuat monitoring dan evaluasi pogram secara terpadu dan surveilans TB

1. Mengoptimalkan fitur SDP sebagai sistem pelaporan satu pintu t.a √ - - - - Ditjenpas
program TB

2. Sosialisasi transisi pelaporan TB ke SITB oleh Ditjenpas kepada 33 t.a 33 - - - - Kemenkes (Dir P2ML),
Kanwil dan Dinkes Provinsi di tingkat nasional kanwil Kemenkumham
(Dirkeswathab),

3. Kerja sama dengan Dinkes Kab/Kota untuk melakukan OJT SITB t.a √ √ √ √ √ Dinkes Kab/Kota
untuk UPT PAS oleh Kanwil

4. Pertemuan monitoring dan evaluasi tahunan untuk 33 Kanwil oleh t.a 1x 1x 1x 1x 1x Ditjenpas
Ditjen PAS

5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi tahunan di tingkat Kanwil t.a 1x 1x 1x 1x 1x Kanwil Kemenkumham
dengan sasaran petugas UPT PAS

6. Melakukan supervisi minimal ke 5 UPT per Kanwil dengan t.a 165 165 165 165 165 Kanwil Kemenkumham
capaian pelaporan rendah oleh Kanwil
35

7. Melaksanakan supervisi ke wilayah yang capaian program TB t.a √ √ √ √ √ Ditjenpas, Kanwil


rendah oleh Ditjen PAS Kemenkumham

8. Publikasi laporan TB di UPT PAS di website Kemenkumham dan t.a √ √ √ √ √ Ditjenpas


Ditjenpas per semester

f. Inisiasi layanan untuk pencegahan dan manajemen TB laten di UPT PAS

1. Advokasi pimpinan di Ditjen PAS untuk melaksanakan t.a √ - -- - - Kemenkes (Dir P2ML),
manajemen TB Laten di UPT PAS terpilih Kemenkumham
(Dirkeswathab)

2. Penguatan jejaring untuk persiapan kegiatan manajemen TB laten t.a - 2 3 5 5 Dinkes, Kanwil
untuk UPT PAS terpilih Kemenkumham, Tim
Kesehatan

3. Pertemuan evaluasi pelaksanaan manejemen TB laten t.a - √ √ √ √ Dinkes, Kanwil Tim


Kesehatan
BAB IV

Pengayoman Cipinang

Pengayoman Cipinang
Dinkes Prov/Kota,

Dinkes Prov/Kota,

Dinkes Prov/Kota,

Dinkes Prov/Kota,
Kemenkumham, MONITORING DAN EVALUASI

Kemenkumham,

Kemenkumham,

Kemenkumham,
STAKEHOLDER

Ditjenpas, RSU

Ditjenpas, RSU
TERLIBAT

Ditjenpas

Ditjenpas
2024


2023


2022


2021


2020


BASELINE
2018

t.a.

t.a.

t.a.

t.a.

A. TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB

T
3. Penguatan dalam sarana dan prasarana untuk pelaksanaan TB RO
1. Meningkatkan layanan RSU Pengayoman Cipinang sebagai pusat
rujukan dan pembelajaran tatalaksana TB RO bagi UPT PAS
RUMUSAN STRATEGI DAN KEGIATAN

2. Meningkatkan layanan Lapas Satelit dalam pelaksanaan

4. Penguatan jejaring eksternal terkait tatalaksana TB RO

ujuan umum monitoring dan evaluasi adalah untuk mengukur kemajuan, efektivitas,
g. Meningkatkan layanan TB resistan obat di UPT PAS

efisiensi dan dampak terhadap program dengan mengumpulkan data, menganalisis


capaian pelaksanaan kegiatan TB selama tahun 2020–2024. Pengukuran keberhasilan
Pencegahan dan Pengendalian TB RO

pelaksanaan kegiatan TB di UPT PAS dapat dinilai dengan menganalisis capaian indikator
berbasis target program serta kegiatan yang telah direncanakan (BAB III). Format dan waktu
pelaporan untuk monitoring dan evaluasi mengacu pada buku panduan pelaksanaan TB
di UPT PAS.

Penerapan RAN Pencegahan dan Pengendalian TB tahun 2020 - 2024 akan dipantau
secara berkala dan dievaluasi secara sistematis. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
dilakukan secara berjenjang mulai dari UPT PAS, Kanwil Kementerian Hukum dan
HAM, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bekerja sama dengan jajaran Kementerian
Kesehatan Sub Direktorat TB, Sub Direktorat AIDS/PMS serta Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten/Kota (tabel 9).

36
Tabel 9. Tanggung Jawab Instansi dalam Monitoring dan Evaluasi

INSTANSI TANGGUNG JAWAB


BAB V
Direktorat Jenderal 1. Membuat panduan monitoring dan evaluasi;
PEMBIAYAAN
Pemasyarakatan 2. Menetapkan indikator dan target;
3. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi ke Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dan UPT; dan
4. Memberikan umpan balik terhadap hasil monitoring dan
evaluasi.

Kantor Wilayah 1. Sosialisasi panduan monitoring dan evaluasi serta indikator dan
Kementerian target wilayah;
Hukum dan HAM 2. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi ke UPT PAS
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi;
3. Kompilasi dan validasi laporan Triwulan dari masing-
masing UPT PAS di wilayahnya dan melaporkan ke Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan secara berkala dengan tembusan ke
Dinas Kesehatan Provinsi; dan
4. Memberikan umpan balik terhadap hasil monitoring dan
evaluasi.

UPT 1. Melakukan pencatatan TB dengan menggunakan formulir


Pemasyarakatan standar;
2. Melaporkan hasil pencatatan TB ke Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara
berkala;
3. Melakukan evaluasi internal secara berkala.

B. PEMANFAATAN HASIL MONITORING DAN EVALUASI


Hasil monitoring dan evaluasi serta analisa capaian dapat dimanfaatkan untuk rencana
tindak lanjut jangka pendek berupa perencanaan kegiatan dan rencana tindak lanjut
D
alam waktu lima tahun mendatang, sumber pembiayaan kegiatan
penanggulangan TB di UPT PAS yang bersumber dari bantuan hibah akan berkurang
secara proporsional dan diganti dengan sumber pendanaan nasional dan daerah. Proporsi
jangka panjang berupa pembuatan kebijakan. Selain itu, hasil tersebut dapat dijadikan kontribusi pendanaan nasional dan daerah diharapkan secara bertahap meningkat setiap
rekomendasi dalam pembuatan RAN Pencegahan dan Pengendalian TB di UPT PAS tahunnya. Sumber pembiayaan berasal dari:
untuk periode lima tahun yang akan datang.
a. Sumber pendanaan pemerintah:
Informasi dari hasil monitoring dan evaluasi disebarluaskan terutama kepada 1. Anggaran Pemerintah Pusat (Kementerian Hukum dan HAM dan
pembuat kebijakan, pengelola program dan lintas sektor lainnya melalui berbagai media kementerian lainnya); dan
komunikasi yang mudah untuk di akses. 2. Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) di tingkat provinsi dan kabupaten/
kota.

38
ribu rupiah).
c. Dana hibah luar negeri
b. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

40
Selama periode tahun 2020 - 2024, total biaya (tabel 10) yang diperlukan untuk
kegiatan pencegahan dan pengendalian TB di UPT PAS adalah Rp. 41.754.667.000
(empat puluh satu miliar tujuh ratus lima puluh empat juta enam ratus enam puluh tujuh

Tabel 10. Rencana Anggaran Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian TB di UPT PAS Tahun 2020 – 2024
(dalam Rupiah)

RENCANA ANGGARAN
STRATEGI 2020
2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL

Memperkuat dukungan lintas


1 sektoral di level nasional, provinsi, 1.443.822.000 809.145.000 809.145.000 809.145.000 809.145.000 4.680.402.000
kabupaten/kota dan teknis layanan

Memperkuat komitmen pencegahan


2 dan pengendalian TB di lingkungan 10.992.000 8.672.000 8.672.000 8.672.000 8.672.000 45.680.000
Kementerian Hukum dan HAM

Meningkatkan intensifikasi
3 penemuan kasus, akses diagnosis, 2.558.882.000 2.337.944.000 2.150.464.000 2.150.464.000 2.150.464.000 11.348.218.000
dan pengobatan TB
41

Meningkatkan upaya pencegahan


dan pengendalian infeksi
4 tuberkulosis (PPI TB) untuk petugas 3.687.620.000 3.687.620.000 3.687.620.000 3.687.620.000 3.687.620.000 18.438.100.000
UPT PAS, Narapidana, Tahanan,
dan Anak

Memperkuat monitoring dan


5 evaluasi program secara terpadu 1.707.409.000 1.210.951.000 1.210.951.000 1.210.951.000 1.210.951.000 6.551.213.000
dan surveilans TB

Inisiasi layanan untuk pencegahan


6 dan manajemen TB laten di UPT 2.760.000 79.522.000 167.364.000 235.030.000 206.378.000 691.054.000
PAS

Meningkatkan layanan TB resistan


7 - - - - - -
obat di UPT PAS

TOTAL 9.411.485.000 8.133.854.000 8.034.216.000 8.101.882.000 8.073.230.000 41.754.667.000


DAFTAR PUSTAKA

Panduan Penanggulangan Tuberkulosis di UPT Pemasyarakatan, Kementerian Hukum


dan HAM Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2015.

Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis (TB) bagi Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) Tahun 2015 – 2019, Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2015.

Rencana Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2016 – 2020, Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, DIrektorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, 2016.

Waworuntu, Fatimah and Asyary, Al and Nurhasanah, Hanifah and Saputra, Irfan Iriawan
and Alisjahbana, Bachti and Simon, Sumanto and Widjanarko, Bagoes Gambaran
Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Tuberkulosis Laten Di Rumah Tahanan Kelas I Bandung.
In: XIII National Conference of Indonesian Public Health Expert Association (IAKMI),
3-5 November 2016, Makassar, Indonesia.

Sumarli, Yulius et al. Prevalence of TB Latent in Salemba Prison and Cipinang Detention
Center: A Pilot Study in Jakarta. 2016.

Moscow Declaration to End TB, WHO, 2017. Web. 13 Mei 2019.


https://www.who.int/tb/features_archive/Moscow_Declaration_to_End_TB_final_
ENGLISH.pdf?ua=1.

Global tuberculosis report 2018. Geneva: World Health Organization; 2018.

Rangkuman hasil rapat kerja kesehatan nasional 2018; sinergi pusat dan daerah dalam
rangka mewujudkan universal health coverage (UHC) melalui percepatan eliminasi
tuberkulosis, penurunan stunting dan peningkatan cakupan serta mutu imunisasi,
Kementerian Kesehatan, 2018.

Latent Tuberculosis Infection (LTBI), WHO, tanpa tahun. Web. 20 Mei 2019
<https://www.who.int/tb/areas-of-work/preventive-care/ltbi_faqs/en/>.

42
Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Pengendalian
TUBERKULOSIS
di Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
Tahun 2020-2024

Anda mungkin juga menyukai