ABSTRAK
Standardisasi merupakan salah satu instrumen regulasi teknis yang dapat melindungi kepentingan konsumen
nasional dan sekaligus produsen dalam negeri. Melalui regulasi teknis yang berbasiskan standardisasi dapat
dicegah beredarnya barang-barang yang tidak bermutu di pasar domestik khususnya yang terkait dengan
kesehatan, keamanan, keselamatan, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Melalui instrumen yang sama,
dapat dicegah masuknya barang-barang impor bermutu rendah yang mendistorsi pasar dalam negeri karena
berharga rendah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pemberlakuan SNI Wajib sebagai masukan bagi
pengambil kebijakan dalam rangka menyempurnakan tercapainya sasaran regulasi teknis terkait. Penelitian
dilakukan terhadap 447 perusahaan SNI Wajib yang tersebar di 22 propinsi di Indonesia. Data diperoleh pada
akhir tahun 2009 melalui survei dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SNI Wajib sudah cukup efektif diterapkan, namun masih memerlukan
banyak peningkatan. Hal ini antara lain ditandai dengan masih rendahnya validitas kepemilikan SPPT SNI yang
hanya mencapai 55,05%. Sebanyak 79,3% telah menerapkan sistem manajemen mutu, namun sekitar 46,9%
masih menggunakan Pedoman BSN 10 dalam manajemen mutunya dan belum menerapkan ISO 9001 sebagai
sistem manajemen mutu yang diakui internasional. Daya dukung LSPro dan Laboratorium Uji dalam fungsi
penilaian kesesuaian dianggap cukup efektif, seperti disebutkan oleh sekitar 75% responden. Sementara,
hambatan utama yang dihadapi produsen dalam penerapan SNI wajib ialah ketidaksiapan SDM, disusul oleh
kesulitan dalam mengkalibrasi peralatan, distorsi produk substandar, biaya pengujian/sertifikasi yang relatif
mahal, dan kepedulian konsumen yang masih rendah.
Kata kunci: regulasi teknis, SNI Wajib, industri, efektifitas.
ABSTRACT
Standardization is one of the instruments of technical regulations that can protect the interests of
consumers nationwide and as well as domestic producers. Through technical regulations based on
standardization can be prevented circulation of goods that are not qualified in the domestic market,
especially related to health, safety, security, and environment conservation. Through the same
instrument, can be prevented the entry of imported goods of low quality which distort the domestic
market because of low-priced.
The purpose of this study to determine the extent to which the effectiveness of the implementation of
Mandatory SNI as input for policy makers in order to enhance the achievement of targets related
technical regulations. Research conducted on 447 companies Mandatory SNI scattered in 22
provinces in Indonesia. Data obtained at the end of 2009 through surveys and interviews.
The results indicate that Mandatory SNI has been sufficiently effective applied, however, there are still
need improvement. This is partly characterized by low validity SPPT ownership which only reaches
55.05%. As much as 79.3% have implemented a quality management system, but about 46.9% still
use the BSN Guide 10 in quality management, the later companies have not been implemented ISO
9001 as recognized internationally quality management system. Carrying capacity of the LSPro and
Testing Laboratory in the conformity assessment functions are considered quite effective, as have
been stated by 75% of the responden. Meanwhile, the main obstacles facing manufacturers in the
application of SNI is the unpreparedness of human resources, followed by difficulties in calibrating the
equipment, market distortion of substandard products, cost of testing / certification is relatively
expensive, and consumer awareness which is still low.
Keywords: technical regulations, mandatory SNI, industry, effectiveness.
121
Pemberlakuan SNI Secara Wajib……….(Eddy Herjanto)
122
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, Hal 121-130
123
Pemberlakuan SNI Secara Wajib……….(Eddy Herjanto)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Namun di sisi lain, produk pakan udang,
terdapat sembilan jenis produk yang tingkat baja profil, lampu pijar, dan kakao bubuk
kepemilikan SPPT-SNI mencapai 100% kepemilikan SPPT-SNI masing-masing
terhadap jumlah objek penelitian. Diantara industri masih di bawah 50%, bahkan 47
kesembilan jenis produk tersebut, hanya buah perusahaan pada kelompok produk
satu perusahaan industri semen yang masa lain-lain tidak ada yang memiliki SPPT-SNI.
berlaku SPPT-SNI nya sudah kadaluarsa.
124
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, Hal 121-130
125
Pemberlakuan SNI Secara Wajib……….(Eddy Herjanto)
126
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, Hal 121-130
SPPT-SNI. Tanda SNI belum berperan dijelaskan sebagai berikut. Secara rata-rata,
sebagai selling point, tetapi lebih dominan lebih dari 50% responden memberikan
karena adanya keharusan. Hal ini umumnya tanggapan positip terhadap efektifitas
terjadi pada perusahaan-perusahaan besar penerapan SNI Wajib pada masing-masing
yang telah memiliki merek yang terkenal aspek kelembagaan, peraturan daerah,
atau memiliki berbagai tanda sertifikasi. ekonomi, pasar, produksi, LSPro, serta
Dari hasil kajian dapat ditarik gambaran bahwa laboratorium uji dan kalibrasi (lihat Gambar
perusahaan sudah mengetahui tentang 6). Sedikit kelemahan terdapat pada aspek
manfaat SNI wajib terhadap produk-produk kelembagaan (43%), aspek peraturan
yang dihasilkan dalam rangka perlindungan daerah (40%), dan aspek ekonomi (33%)
konsumen dan produsen sehingga produk yang dianggap belum efektif dan masih
yang dihasilkan mempunyai daya saing yang memerlukan penyempurnaan lebih lanjut.
tinggi. Hasil survei menunjukkan bahwa 85,1% Aspek kelembagaan khususnya menyangkut
responden perusahaan menyatakan pengawasan penerapan SNI dan tindakan
pentingnya manfaat SNI wajib, hanya sebagian hukum bagi pelanggaran. Kelemahan aspek
kecil perusahaan (14,6%) mengganggap peraturan daerah disebabkan karena
pemberlakuan SNI secara wajib tidak dukungan kebijakan yang masih lemah di
bermanfaat (lihat Gambar 5). Hal ini diduga level daerah. Asosiasi Produsen Ban
karena kurangnya pengetahuan tentang tujuan Indonesia menambahkan bahwa
regulasi teknis dan perusahaan hanya melihat ketidaklengkapan Petunjuk Teknis (Juknis)
dari sisi kepentingannya sendiri. pelaksanaan, seperti belum diaturnya masalah
ban untuk sampling, juga merupakan masalah
dalam penerapan SNI (Tjutju Dharmawa,
2009:132). Sementara, aspek ekonomi
disebabkan oleh banyaknya pelanggaran
terhadap persyaratan SNI dan beredarnya
barang selundupan yang berharga lebih
murah, sehingga 55% responden
mengatakan bahwa harga produk SNI Wajib
menjadi tidak kompetitif. Menjadi tugas
kementerian teknis, khususnya Perindustrian,
Gambar 5. Manfaat SNI Wajib Perdagangan, dan Badan Standardisasi
Nasional, serta Bea Cukai dan Kepolisian
Penerapan SNI Wajib dari Berbagai untuk lebih meningkatkan pengawasan pasar
Aspek terhadap penerapan SNI Wajib ini.
127
Pemberlakuan SNI Secara Wajib……….(Eddy Herjanto)
Profil Lembaga Penilaian Kesesuaian milik swasta atau BUMN. Lembaga ini
tersebar di seluruh nusantara, meskipun
Lembaga penilaian kesesuaian adalah sebagian besar terkonsentrasi di pulau
lembaga yang dalam sistem standardisasi Jawa. LSPro harus memiliki personel terdiri
dipergunakan untuk membuktikan kesesuaian dari asesor, tenaga ahli, petugas pengambil
suatu produk/ proses/ orang atas contoh (PPC) yang kompeten untuk
kesesuaiannya terhadap suatu standar melaksanakan sertifikasi produk dalam
tertentu. Lembaga ini dapat terdiri atas ruang lingkup LSPro dan telah memenuhi
berbagai jenis lembaga, yaitu lembaga persyaratan ISO 19011.
sertifikasi (produk, sistem mutu, sistem mutu Pada Desember 2009, terdapat 26 lembaga
lingkungan, personel, HACCP, ecolabel, dll) yang telah mendapat akreditasi dari KAN
dan laboratorium (uji, kalibrasi, medik, dan sebagai LSPro. LSPro Pusat Standardisasi
lembaga inspeksi). Dalam penelitian ini merupakan lembaga peringkat tertinggi yaitu
hanya diamati dua jenis lembaga yaitu memiliki ruang lingkup 57 SNI Wajib bidang
LSPro dan laboratorium uji. industri dan berbagai SNI sukarela lain.
Perkembangan SPPT-SNI sangat cepat.
Tabel 2. Jumlah Lembaga Penilaian Berdasarkan survei yang dilakukan,
Kesesuaian yang Diakreditasi oleh KAN, diketahui terdapat sejumlah 652 buah
2009 sertifikat yang telah diterbitkan oleh LSPro
Pusat Standardisasi pada pertengahan
2009, dan telah berkembang mencapai lebih
Lembaga Jumlah dari 1000 sertifikat di pertengahan 2000.
Lembaga Sertifikasi Produk Menurut LSPro Pusat Standardisasi,
26 kebutuhan sertifikasi dan surveilan/
(LSPro)
pengawasan dapat dilakukan dengan
Lembaga Sertifikasi Sistem
26 baik, sehingga dari sisi LSPro, dukungan
Mutu (LSSM)
pemberlakuan SNI Wajib tidak menjadi
Lembaga Sertifikasi Sistem
10 masalah.
Mutu Lingkungan (LSSML)
Lembaga Sertifikasi Personel
(LSP)
4 Profil Laboratorium Uji
Laboratorium Uji (LU) 532
Laboratorium Uji harus memiliki personel
Laboratorium Inspeksi (LI) 26
yang kompeten untuk melaksanakan
Laboratorium Kalibrasi (LK) 120 pengujian produk dalam ruang lingkupnya
Sumber: KAN, 2010 (diolah) yang dipayungi skema akreditasi dan telah
memenuhi persyaratan internasional.
Profil Lembaga Sertifikasi Produk Akreditasi laboratorium diberikan oleh KAN
pada laboratorium yang telah memenuhi
Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah persyaratan sesuai dengan metode uji yang
lembaga pihak ketiga yang independen dipilih dan membuktikan kemampuannya
yang melakukan penilaian kesesuaian sesuai dengan persyaratan dalam SNI 19-
produk berdasarkan SNI, dimana hasil 17025-2000 (ISO/ IEC17025-2005)
kesesuaian penilaian dinyatakan dengan Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
SPPT-SNI. LSPro diakreditasi oleh Komite Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
Akreditasi Nasional (KAN) sesuai Pedoman Pengujian adalah suatu kegiatan teknis
BSN 401-2000: Persyaratan Umum Lembaga yang terdiri dari penetapan, penentuan satu
Sertifikasi Produk. LSPro mengacu sistem atau lebih sifat atau karakteristik suatu
yang berlaku secara internasional dan produk, material, fenomena fisik, proses
digunakan sebagai dasar untuk Mutual atau jasa sesuai dengan prosedur yang
Recoqnition Arrangement (MRA). telah ditetapkan. Metode pengujian memiliki
Sebagian besar LSPro merupakan lembaga arti penting dalam kegiatan pengujian.
pemerintah, namun beberapa diantaranya Akreditasi laboratorium ditujukan untuk
128
Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, Hal 121-130
129
Pemberlakuan SNI Secara Wajib……….(Eddy Herjanto)
130