Anda di halaman 1dari 13

Jurnal InFestasi

Vol. 10 No. 2 Desember 2014


Hal. 75 - 87

DOUBLE DUTIES: PAJAK DAN SUMBANGAN KEAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF


MASYARAKAT HINDU BALI
(Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi Umat Hindu Perantauan Asal Bali Di Sektor
Tropodo Sidoarjo)

Made Dudy Satyawan


Lintang Venusita
Universitas Negeri Surabaya
dude05_jr@yahoo.com
lvenusita@gmail.com

Abstract

This study aims to explore the practice of giving Punia Hindu Balinese community in
Sidoarjo Tropodo. Phenomenological qualitative research approach that connects between
the attitudes and behaviours of Hindus who pay taxes to fund events Punia and issuance
of Government Regulation No. 60 in 2010 and other relevant tax laws. Dana Punia is a
form of religious endowments to Hindus which is compulsory that can be deducted from
income payments through Badan Dharma Dana Nasional. Techniques of data analysis
consists of three stages: data reduction, data display, conclusion drawing and verification.
The result of an interview shows that there are two groups of respondents having different
views, the first group looked at double duties: Taxes and Religious Contribution as
subjective norm for individuals to devout Hindus and dutifully fulfilling without being
influenced by tax incentives. The concept of making sincere and honest awareness shapes
individual attitudes and behaviour. The second respondent group has different views,
rights and obligations of the same can be done in accordance with the knowledge that it is
warranted. Utilization tax on funds paid Punia Hindus are justified and act according to
informants would increase the impact on the honesty of taxpayers because there is no
discrimination in the tax laws.

Keywords : Double Duties, PP 60 tahun 2010, Dana Punia, Deductible Expenditure

PENDAHULUAN memberikan sumbangan pada


sesamanya, yang mengakibatkan
Manusia memiliki kewajiban penghasilan atau hartanya berkurang.
individual dalam kedudukannya baik Demikian juga halnya dengan pungutan
sebagai ciptaan Tuhan maupun sebagai dari negara, yang berupa pajak. Tidak
warga negara. Sebagai mahluk ciptaan ada manusia yang secara sukarela
Tuhan, manusia harus memenuhi (apabila tidak ada aturan) memberikan
kewajiban keagamaan sesuai agama pajak dan sumbangan yang
yang dianut dan yang merupakan mengakibatkan take home pay-nya
perintah dari Tuhannya. Sedangkan berkurang.
sebagai warga negara, manusia juga Ada beberapa jenis sumbangan
memiliki kewajiban terhadap negara keagamaan, sesuai dengan agama yang
tempat berbakti. Setiap agama memiliki dianut. Untuk penganut agama Islam
aturan tersendiri yang mewajibkan ada istilah “zakat” yang sifatnya wajib
setiap pemeluk agamanya berbagi dan diharuskan bagi seluruh pemeluk
dengan sesama manusia, entah itu agama Islam. Bagi pemeluk agama
dalam bentuk bantuan atau sumbangan Kristen, ada suatu bentuk kewajiban
uang, barang, dan sebagainya. Bentuk yang dinamakan “perpuluhan”, yang
bantuan atau sumbangan ini berbeda merupakan bentuk pemberian
nama dan jenisnya disesuaikan dengan sepersepuluh dari jumlah penghasilan
agama yang dianut oleh masing-masing seluruhnya. Pemberian perpuluhan ini
orang. Namun, secara manusiawi, tidak mengacu pada perintah Tuhan kepada
ada manusia yang dengan sukarela bangsa Israel untuk mempersembahkan

75
76

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

sepersepuluh dari hasil tanah mereka, yang harmonis antara manusia dengan
dan perintah tersebut berlaku turun- alam.
temurun hingga ke seluruh pemeluk Dalam pelaksanaan Tri Hita
agama Kristen. Dalam agama Buddha, Karana tetap berlandaskan pada Tatwa
ada suatu bentuk pemberian (aturan/kitab suci), Susila (kebiasaan)
sumbangan yang biasa disebut dan Upacara. Dalam kegiatan Upacara
“berdana”. Ada berbagai macam bentuk Keagamaan berpatokan pada Panca
berdana, antara lain: Atthavara Dana, Yadnya. Hakekat Panca Yadnya adalah:
Amisa Dana, dan Nicca Dana. Atthavara Panca artinya lima dan Yadnya artinya
Dana adalah pemberian yang bersifat upacara persembahan suci yang tulus
sementara, misalnya makanan, uang, ikhlas kehadapan Tuhan, yang dalam
dan sebagainya. Amisa Dana adalah istilah masyarakat Hindu Bali disebut
pemberian materi untuk pembangunan sebagai Ida Sang Hyang Widi Wasa.
vihara. sedangkan Nicca Dana adalah Pelaksanaan Panca Yadnya, terdiri
pemberian yang bersifat teratur, dan dari: Dewa Yadnya, Butha Yadnya,
lain-lain. Dalam Hindu, dikenal adanya Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, dan Rsi
istilah “dana punia” yang berarti Yadnya. Dewa Yadnya yaitu upacara
pemberian yang baik dan suci. persembahan suci yang tulus ikhlas
Pemberian dana punia untuk kehadapan para dewa-dewa. Butha
perorangan, dapat dilakukan tiap saat, Yadnya, yaitu upacara persembahan
kapan saja terutama pada saat perasaan suci yang tulus ikhlas kehadapan
dipenuhi rasa syukur kepada Tuhan. unsur-unsur alam. Manusa Yadnya,
Dalam memenuhi kedua yaitu upacara persembahan suci yang
kewajibannya tersebut (keagamaan dan tulus ikhlas kepada manusia. Pitra
negara) tentu saja pemerintah ikut Yadnya, yaitu upacara persembahan
campur tangan. Wujud campur tangan suci yang tulus ikhlas bagi manusia
yang telah dilakukan oleh pemerintah yang telah meninggal. Sedangkan Rsi
antara lain dengan memberikan fasilitas Yadnya, yaitu upacara persembahan
dan menciptakan iklim yang kondusif. suci yang tulus ikhlas kehadapan para
Fasilitas yang diberikan terlihat dari orang suci umat Hindu. Sesuai dengan
aturan-aturan yang dikeluarkan oleh agama dan tradisi di Bali, masyarakat
pemerintah dalam mengatur perlakuan Hindu Bali sesungguhnya manusia yang
zakat dan sumbangan keagamaan lain, penuh ritual agama yang terbungkus
dan aturan aturan yang dikeluarkan dalam Panca Yadnya. Ritual agama itu
dalam mengatur perlakuan pajak, dilakukan terhadap manusia Bali Hindu
seperti tersurat dalam Undang-Undang dari sejak dalam kandungan, dari lahir
Pajak Penghasilan dan berbagai aturan sampai menginjak dewasa, dari dewasa
pelaksanaan lainnya. sampai “mulih ke tanah wayah”
Masyarakat Hindu di Bali dalam (meninggal).
kehidupan sehari-harinya selalu Frekuensi pelaksanaan kelima
berpedoman pada ajaran Agama Hindu jenis upacara tersebut (panca yadnya)
warisan para lelulur Hindu. Hal ini sangat padat. Salah satu contoh, dalam
terutama dalam pelaksanaan upacara satu tahun Bali (tahun Icaka = 420 hari)
ritual yang dalam Falsafah Agama di Bali rata-rata terdapat 108 hari baik
Hindu dikenal dengan nama Tri Hita (rerahinan) secara rutin dilakukan.
Karana. Tri Hita Karana berarti Tiga Diantara ke 108 hari misalnya setahun
Keharmonisan yang menyebabkan terdapat 12 purnama (bulan penuh), 12
adanya kehidupan, yang terdiri dari bulan mati (tilem), 2 kali hari raya
Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. galungan, 2 kali hari raya kuningan, 12
Parhyangan adalah hubungan yang kali masing-masing hari raya seperti
harmonis antara manusia dengan hari raya tumpek, 12 kali kajeng kliwon,
Tuhan. Pawongan adalah hubungan 12 kali anggar kasih, buda wage, coma
yang harmonis antara manusia dengan ribek, dua kali hari raya masing-masing
manusia. Palemahan adalah hubungan
77

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

saraswati, pagerwesi. Ke-108 hari raya Parisada Hindu Dharma Indonesia tahun
ini merupakan hari raya rutin. 2006 adalah Ketetapan Nomor :
Disamping panca-yadnya, IV/TAP/M.Sabha IX/2006 tentang
tersebut, masih banyak upacara lain Dharma Dana Nasional. Dalam
yang dalam pelaksanaannya konsiderannya jelas disebutkan bahwa
memerlukan biaya yang cukup banyak, dalam rangka mendukung program
seperti hari peresmian bangunan pura kegiatan pembinaan umat untuk
(ngeresigana dan ngenteg linggih), meningkatkan kualitas sradha dan bakti
upacara ulang tahun (6 bulan = umat Hindu di Indonesia maka
ngodalin), perkawinan, ngaben dan lain- dipandang perlu mewujudkan Dharma
lain. Dana Nasional dikalangan umat Hindu
Oleh karena itu, kelihatannya di Bali Indonesia. Lebih lanjut ditegaskan
selalu ada pelaksanaan upacara. Sarana bahwa kegiatan memberikan dana
atau perlengkapan yang diperlukan merupakan ajaran agama Hindu yang
untuk upacara tersebut juga cukup bersifat wajib sebagai wujud bhakti
banyak. Penelitian yang dilaksanakan umat Hindu dalam mengamalkan ajaran
tahun 2005 (Sukarsa, 2006) agamanya. Oleh karena itu, dalam
memperoleh hasil rata-rata tiap rumah keputusannya, Mahasabha IX Parisada
tangga melakukan upacara rutin dengan tahun 2006 menugaskan Parisada
menghaturkan persembahan sebanyak untuk membentuk Badan Dharma Dana
34 tanding (berupa canang) dengan Nasional (BDDN) dan dipilih menjadi
rentang antara 9 sampai 105 tanding. program kerja prioritas Parisada Hindu
Pembuatan bahan upacara memerlukan Dharma Indonesia agar kesinambungan
banyak material. Mulai dari janur (daun pendanaan untuk menjalankan roda
kelapa), bunga, bambu, kelapa, daun organisasi dan program-program
pisang, benang sampai dengan uang pembinaan serta pelayanan kepada
kepeng (pis bolong). Sebagai contoh umat.
untuk keperluan upacara di provinsi Selanjutnya Badan Dharma Dana
Bali diperlukan 21.482,65 ton bunga Nasional (BDDN) diberi tugas untuk
setahun, sedangkan busung sebanyak merumuskan strategi, mekanisme dan
37.966,27 ton. Tenaga kerja yang teknis operasional pengumpulan,
dikeluarkan untuk ngaben dengan penyimpangan dan pengelolaannya,
tingkatan sedang (madya) sebanyak 699 sehingga dapat memberikan manfaat
man-days, yang terdiri dari 387 man- yang sebesar-sebesarnya untuk
days laki-laki dan 312 man-days kepentingan umat. Keberhasilan dari
perempuan. Suatu penelitian lain yang program Dharma Dana ini akan sangat
dilakukan pada tahun 2005, masyarakat ditentukan oleh kesadaran umat dalam
Hindu di Bali mengeluarkan melaksanakan dharmanya, dan
pendapatannya untuk keperluan keberhasilan Parisada dan BDDN
upacara sebanyak Rp. 2.650.000,- per membangun tingkat kepercayaan (trust)
rumah tangga per tahun. Jumlah ini yang tinggi dikalangan umat.
hanya 10,54 % dari pendapatannya. Bagi penerima sumbangan,
Jumlah anggota rumah tangga rata-rata dianggap bukan penghasilan, sedangkan
4,8 orang. Total pendapatan per kapita bagi pemberi sumbangan, dapat
setahun Rp.5.244.167,- Dari data dikurangkan dalam Undang-Undang
empiris ini kegiatan upacara yang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun
dilakukan dapat mengakibatkan 2008, tentang perlakuan terhadap zakat
kegiatan ekonomi di Bali menjadi sekitar dan sumbangan keagamaan lainnya.
Rp.1,823 triliun pertahun. Pengaturan ini terdapat di pasal yang
Mengingat besarnya pengeluaran berbeda, tergantung pada sudut
umat hindu setiap tahun dalam rangka pandang pelaku hukum yang
kewajiban keagamaan relatif besar, menggunakan undang-undang ini. Dari
maka salah satu ketetapan yang sangat segi penerima zakat dan sumbangan
penting dilahirkan dalam Maha Sabha IX keagamaan, berlaku ketentuan Pasal 4
78

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

ayat (3) huruf a angka 1, sedangkan dari sifatnya wajib dapat menjadi pengurang
segi pemberi zakat berlaku ketentuan penghasilan neto bagi si pemberi. Zakat
Pasal 9 ayat (1) huruf g. “Maksud dari atau sumbangan keagamaan ini
dikecualikan dari objek pajak adalah merupakan bentuk fasilitas atau insentif
bantuan atau sumbangan, termasuk yang diberikan oleh negara untuk
zakat yang diterima oleh badan amil mendorong warga negara memenuhi
zakat atau lembaga amil zakat yang kewajiban beragamanya. Tempat
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah pencantuman zakat atau sumbangan
dan yang diterima oleh penerima zakat keagamaan lain dalam SPT pun terkesan
yang berhak atau sumbangan ‘eksklusif’, karena terpisah dari
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pengurang-pengurang yang merupakan
pemeluk agama yang diakui di biaya. Zakat atau sumbangan
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan lain menjadi pengurang
keagamaan yang dibentuk atau penghasilan neto, bukan pengurang
disahkan oleh pemerintah dan yang penghasilan bruto. Sesuai peraturan
diterima oleh penerima sumbangan yang pajak penghasilan, yang merupakan
berhak, yang ketentuannya diatur biaya yang dapat dijadikan pengurang
dengan atau berdasarkan Peraturan penghasilan neto adalah biaya yang
Pemerintah” (pasal 4 ayat (3) huruf a digunakan untuk mendapatkan,
angka 1). menagih, dan memelihara penghasilan.
Untuk menentukan besarnya Sedangkan zakat atau sumbangan
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib keagamaan tidak ada hubungannya
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha dengan kegiatan usaha atau pekerjaan
tetap tidak boleh dikurangkan: harta wajib pajak, tapi dapat dikurangkan dari
yang dihibahkan, bantuan atau penghasilan, maka dari itu,
sumbangan, dan warisan sebagaimana perlakuannya berbeda dengan biaya-
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a biaya lain.
dan huruf b, “kecuali sumbangan Keterkaitan yang erat antara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 kewajiban membayar pajak dan
ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m sumbangan keagamaan yang bersifat
serta zakat yang diterima oleh badan wajib adalah bentuk dari pelaksanaan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang ajaran agama dan bakti kepada negara.
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah Adanya unsur-unsur seperti keikhlasan
atau sumbangan keagamaan yang dan kejujuran dari individu merupakan
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang tujuan utama dari pemerintah dalam
diakui di Indonesia, yang diterima oleh menerbitkan peraturan terkait insentif
lembaga keagamaan yang dibentuk atau perpajakan yaitu zakat atau sumbangan
disahkan oleh pemerintah, yang keagamaan sebagai pengurang
ketentuannya diatur dengan atau penghasilan neto yang dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah” secara jujur diharapkan dapat
(Pasal 9 ayat (1) huruf g). memotivasi pelaksanaan kewajiban
Dari kedua ketentuan tersebut, perpajakan yang jujur pula. Lantaran
dapat disimpulkan, bahwa: 1.Bagi kejujuran harus diamalkan dalam tiap
penerima zakat atau sumbangan amal perbuatan. Tidak hanya zakat atau
keagamaan yang sifatnya wajib, bukan sumbangan keagamaan, melainkan
merupakan penghasilan, dan 2. Bagi kewajiban perpajakan juga. Dengan
pemberi zakat atau sumbangan demikian, diharapkan individu
keagamaan yang sifatnya wajib, dapat pengemplang pajak menjadi berkurang.
menjadi pengurang penghasilan. Dalam Layaknya zakat atau sumbangan
banyak referensi tulisan, penekanan keagamaan yang semakin meningkat,
lebih pada bagaimana perlakuan pajak penerimaan Negara dari sektor pajak
terhadap zakat atau sumbangan juga akan tumbuh dan berkembang.
keagamaan dari segi pemberi. Zakat Hal inilah yang memotivasi
atau sumbangan keagamaan yang penelitian ini untuk mengkaji: pertama,
79

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

bagaimana pandangan berdana punia Dalam rangka menciptakan


dari umat Hindu dengan adanya fasilitas keseimbangan, Mansury (1996)
insentif perpajakan dan dengan mengatakan bahwa dengan
ditetapkannya BDDN sebagai lembaga memperhatikan seluruh kepentingan
resmi yang menerima pembayaran dana dengan memegang teguh The Equity
punia umat Hindu, yang oleh Principle, yakni mengutamakan
pemerintah ditujukan untuk mendorong kepentingan masyarakat, sebab
pemenuhan kewajiban individu baik masyarakat atau Tax Payer yang wajib
sebagai umat beragama dan juga memikul baban pajak membutuhkan
sebagai wajib pajak atau diistilahkan kesamaan dan keadilan dalam
dengan double duties?. Kedua, pemungutan pajak. Hukum pajak harus
bagaimana sikap dan perilaku dari wajib diterapkan tanpa pengecualian bagi
pajak orang pribadi agama Hindu asal semua orang Wajib Pajak dalam
Bali perantuan pada sektor Tropodo keadaan yang sama. Terdapat dua
Sidoarjo dalam keputusannya untuk makna yang terkandung di dalamnya,
memanfaatkan (atau tidak yaitu prosedural yang esensial dan
memanfaatkan) fasilitas atau insentif subtantif. Prosedural berarti bahwa
perpajakan dari sumbangan keagamaan hukum harus diterapkan secara
yang bersifat wajib yang dapat menjadi keseluruhan, apapun status dari orang
pengurang penghasilan wajib pajak yang terlibat tersebut. Hal ini berarti
tersebut. tidak ada seorangpun dapat memperoleh
perlakuan khusus atau diskriminasi
RERANGKA TEORI dalam penerapan hukum yang
dilakukan kepadanya.
Dalam penelitian ini menggunakan Pajak berdasarkan Undang-
kerangka pemikiran yakni teori yang undang nomor 28 Tahun 2007 yang
mendukung pemungutan pajak yakni merupakan perubahan ketiga atas
teori bakti dan sloka-sloka dari kitab Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
suci agama Hindu. Kerangka pemikiran tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
ini mempunyai pengaruh yang sangat Perpajakan (disingkat “UU KUP”) adalah
besar dalam penelitian ini, karena di kontribusi wajib kepada Negara yang
dalamnya memiliki tendensi-tendensi terutang oleh orang pribadi atau badan
pemikiran yang kuat untuk yang bersifat memaksa berdasarkan
menganalisis penelitian ini. undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung
Teori Kewajiban Mutlak atau Teori dan digunakan untuk keperluan Negara
Bakti bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Berlawanan dengan teori-teori Dasar atau referensi sloka yang
perpajakan lainnya, seperti teori bersumber dari kitab suci agama Hindu
asuransi, teori kepentingan, teori gaya berkaitan dengan sumbangan
pikul dan teori asas gaya beli, yang keagamaan antara lain: pertama,
melihat ada hubungan antara Sarasamuccaya 262. Sarasamuccaya
pemerintah dengan rakyatnya dan tidak 262, peruntukkan harta hasil kerja itu
mengutamakan kepentingan negara di hendaknya dibagi tiga, yaitu sepertiga
atas kepentingan warganya. Teori ini untuk Dharma, sepertiga lagi untuk
mendasarkan pada paham, bahwa Kama, dan sepertiga untuk Artha. Hal
karena sifat suatu negara, maka dengan ini sesuai dengan kutipan berikut:
sendirinya timbullah hak mutlak untuk “demikian keadaannya, maka dibagi
memungut pajak dan kewajiban rakyat tigalah hasil usaha itu, yang satu bagian
untuk membayar pajak. Hal inilah yang untuk dharma kebajikan, bagian kedua
pada akhirnya menjadi suatu tanda sebagai biaya memenuhi kama
bakti rakyat kepada Negara. dinikmati, dan bagian yang ketiga
diperuntukkan untuk mengembangkan
80

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

modal usaha dalam bidang Artha diketahui melalui laporan yang


ekonomi, agar berkembang kembali. transparan dan akuntabel. Perhitungan
Demikianlah hendaknya hasil usaha itu penghasilan bersih setahun menganut
dibagi tiga, oleh orang yang ingin asas “self assessment” (menghitung
memperoleh kebahagiaan”. sendiri) yaitu setiap individu umat
Kedua, Wrhaspati Tattwa Sloka menghitung sendiri secara jujur
26. Wrhaspati Tattwa Sloka 26, besarnya pendapatan bersih dalam
menyatakan tujuh macam perbuatan setahun. Tidak akan ada pemeriksaan
yang tergolong Dharma, yaitu: 1) Sila, dan pengawasan dari pihak manapun
tingkah laku yang baik; 2) Yajna, atas kebenaran penghitungan sendiri
pengorbanan; 3) Tapa, pengendalian penghasilan bersih setahun, karena hal
diri; 4) Dana Punia, pemberian tulus itu menyangkut kesadaran individu
ikhlas; 5) Prawrja, menambah ilmu umat dalam mengamalkan ajaran
pengetahuan suci; 6) Diksa, penyucian agamanya dan dipertanggungjawabkan
diri/dwijati; dan 7) Yoga, sendiri kepada Hyang Widhi Wasa,
menghubungkan diri dengan Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan pembagian Dharma Setelah soft launching 16
tersebut, serta peruntukkan dari September 2007 di Gedung Sapta
penghasilan seseorang, maka dapat Pesona Departemen Kebudayaan dan
diperinci: a) sebesar 33 1/3% untuk Pariwisata RI Jakarta dan grand
Dharma dibagi 7, sehingga hasilnya bila launching pada Pesamuhan Agung
dibulatkan menjadi 5%. Dengan Parisada tanggal 3-4 November 2007 di
demikian setiap umat Hindu wajib Denpasar Bali, BDDN belum banyak
menyisihkan 5% dari penghasilan dikenal oleh umat Hindu. Hingga
bersihnya secara khusus. Kewajiban semester pertama 2008, telah dilakukan
Dharma 5% itu dibagi dua sehingga sosialisasi di beberapa instansi
diperoleh 2,5% yang wajib dibayarkan khususnya di wilayah Jakarta dan
untuk Dana Punia kepada Lembaga sekitarnya. Masih banyak umat
resmi seperti BDDN, sedangkan 2,5% mempertanyakan keberadaan Bhisama
lagi dikelola sendiri untuk memenuhi Sabha Pandita Nomor:
kewajiban-kewajiban lainnya seperti 01/Bhisama/Sabha Pandita Parisada
banjar, sosial, dan bantuan lainnya. Pusat/X/2002 tentang dana punia.
Pengelolaan dana punia yang Dasar hukum lainnya adalah Ketetapan
dihimpun melalui BDDN, penggunaanya Mahasabha IX Parisada Nomor:
diprioritaskan untuk kegiatan-kegiatan IV/TAP/M.Sabha IX/2006 tentang
sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Dharma Dana Nasional. Kegiatan
antara lain: (1) Santunan kepada fakir sosialisasi telah diadakan pada
miskin, yatim piatu, panti jompo dll. (2) beberapa tempat sekaligus
Bantuan langsung kepada masyarakat menerangkan tentang Sistem Penggalian
yang tertimpa musibah bencana alam. Dana yang dibagi menurut cara-cara
(3) Pendidikan umat. (4) Pendirian dan Konvensional dan Modern. Cara
perbaikan tempat ibadah pada konvensional, yaitu: proposal/satu
umumnya, khususnya rumah ibadah orang membantu, jangka pendek/
umat Hindu. (5) Menjalankan kegiatan- insindental, tidak ada sistem, fokus
kegiatan roda organisasi Parisada baik pada infrastruktur (pura). Cara Modern,
di pusat maupun di daerah, dan (6) yaitu: memiliki sistem aliran dana,
Kesejahteraan para Sulinggih dan jangka panjang/ berkesinambungan,
Pinandita yang bertugas melayani umat serta fokus pada content/kualitas SDM.
dalam upacara-upacara keagamaan. Sosialisasi juga mencakup
Dengan demikian besarnya dana informasi berkaitan dengan
punia wajib yang dibayar oleh setiap perhitungan, waktu dan tempat.
umat Hindu adalah sebesar 2,5% dari Penjelasan penghitungan yaitu besarnya
penghasilan bersih setahun kepada dharma dana wajib yang harus dibayar
BDDN. Penggunaanya oleh umat dapat oleh setiap umat Hindu adalah 2,5%
81

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

dari penghasilan bersih setahun, minat. Tahap kedua, minat tersebut


bersifat self assessment (menghitung dijalankan menjadi sikap terhadap
dan membayar sendiri dharma dana perilaku dan norma-norma subjektif.
tersebut). Penjelasan waktu, yaitu Tahap ketiga, mempertimbangkan sikap
periode waktu pembayaran ditetapkan dan norma subjektif dalam bentuk
sudah dilunasi sebelum merayakan Hari kepercayaan-kepercayaan tentang
Raya Nyepi dengan pertimbangan untuk konsekuensi dari perbuatan perilakunya
memudahkan perhitungan penghasilan dan tentang harapan-harapan normatif
dalam setahun. Penjelasan tempat, yaitu dari orang yang dijadikan panutan
pembayaran dapat dilakukan langsung (referent) yang relevan, seperti pemuka
ke rekening BDDN. Ada 3 (tiga) agama, orang tua, dan teman di
rekening BDDN Bank Nasional, yaitu: lingkungan tempat bekerja. Dapat
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank disimpulkan, terbentuknya perilaku
Nasional Indonesia (BNI) dan Bank individu dapat dijelaskan dari
Mandiri. mempertimbangkan dukungan dan
Sloka kitab suci Veda yang juga dorongan apa saja yang menjadikan
menjelaskan tentang kebajikan umat kepercayaan bagi individu tersebut.
dalam hubungannya dengan perbuatan Theory of Reasoned Action (TRA) ini
berdana punia, adalah pertama, merupakan model tentang pembentukan
Artharvaveda.III.24.5 yang berbunyi : perilaku individu yang dapat dipakai
“wahai umat manusia, kumpulkanlah untuk memprediksi dan menjelaskan
kekayaan dengan seratus tangan dan keputusan dalam bentuk sikap tax
sumbangkanlah kekayaan itu dengan payer dari orang pribadi perantauan
seribu tanganmu, dapatkanlah hasil asal Bali di sektor Tropodo Sidoarjo yang
yang penuh dari pekerjaan dan memanfaatkan (atau tidak
keahlianmu di dunia.” memanfaatkan) hak-nya untuk dapat
Kedua, Rg Veda X.117.4 yang berbunyi mengurangkan sumbangan
: keagamaan/dana punia yang bersifat
“Ia yang hanya mementingkan diri dan wajib dari penghasilan bersihnya
menikmati makanan untuk dirinya setahun.
sendiri dan menolak memberikan
kepada orang-orang yang miskin dan
sangat kelaparan sesungguhnya
tidaklah pantas dijadikan sahabat”. METODE PENELITIAN

Metode dalam suatu penelitian


merupakan upaya agar penelitian tidak
Theory of Reasoned Action (TRA) diragukan bobot kualitasnya dan dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya
Sebuah teori tentang sikap dan secara ilmiah. Bagian ini menjelaskan
perilaku individu dalam melaksanakan tentang apa dan bagaimana pendekatan
kegiatan telah dikembangkan oleh dan jenis penelitian yang digunakan,
Fishbein dan Ajzen (1975). Teori objek penelitian, jenis dan sumber data,
tindakan atau perbuatan beralasan tahapan penelitian, teknik pengumpulan
(TRA) adalah teori yang menjelaskan data, teknik analisis data, dan teknik
bahwa minat dari individu untuk keabsahan data.
melakukan (atau tidak melakukan)
suatu perilaku merupakan penentu Pendekatan dan Jenis Penelitian
langsung dari tindakan atau perilaku.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), Penelitian ini, menggunakan
teori tindakan beralasan (TRA) pendekatan fenomenologi. Menurut
menjelaskan tahapan manusia Moleong (2013), peneliti pada
melakukan perilaku. Pada tahap awal, pandangan fenomenologis berusaha
perilaku diasumsikan ditentukan oleh memahami arti peristiwa dan kaitan-
82

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

kaitannya terhadap orang-orang yang belajar dari pengalaman mereka untuk


berada dalam situasi-situasi tertentu. menetapkan rencana dan keputusan
Alfred Schutz sebagai salah satu tokoh pada waktu yang akan datang.
teori ini juga berpendirian, bahwa Dengan demikian, metode
tindakan manusia menjadi suatu deskriptif ini digunakan untuk
hubungan sosial bila manusia lain menggambarkan secara sistematis dan
memahami pula tindakannya itu sebagai mendalam fakta atau karakteristik
sesuatu yang penuh arti. Ada empat populasi tertentu atau bidang tertentu
unsur pokok dari teori ini yakni: dalam hal ini kajian terhadap double
pertama, perhatian terhadap aktor. duties dikaitkan dengan peristiwa
Kedua, memusatkan pada pernyataan pemberian fasilitas perpajakan oleh
yang penting atau yang pokok dan pemerintah kepada Warga Negara yang
kepada sikap yang wajar atau alamiah memanfaatkan hak untuk
(natural attitude). Ketiga, memusatkan mengurangkan perhitungan pajak
perhatian terhadap masalah mikro. terutangnya dengan pembayaran zakat
Keempat, memperhatikan pertumbuhan, atau sumbangan keagamaan yang
perubahan dan proses tindakan dalam bersifat wajib melalui lembaga resmi
dinamika agama, sosial dan budaya sebagaimana telah diatur dalam PER
masyarakat urban. Sedangkan jenis 15/PJ/2012.
penelitian ini termasuk jenis penelitian Metode deskriptif pada hakekatnya
kualitatif dengan berdasarkan pada data adalah observasi dan suasana alamiah.
yang muncul berwujud kata-kata dan Peneliti bertindak sebagai pengamat.
bukan rangkaian angka. Peneliti hanya membuat kategori pelaku,
Metode yang digunakan dalam mengamati gejala dan mencatatnya
penelitian ini adalah metode deskriptif. dalam buku observasi. Dengan suasana
Metode deskriptif, yaitu melakukan alamiah, berarti peneliti terjun ke
analisis terhadap perspektif masyarakat lapangan dengan tidak berusaha
Hindu asal Bali di perantauan sektor memanipulasi variable karena
tropodo sidoarjo terhadap double duties kehadirannya mungkin mempengaruhi
antara kewajiban kepada Negara dalam gejala, dan peneliti harus berusaha
pembayaran pajak penghasilan dan memperkecil pengaruh tersebut.
kewajiban sebagai umat Hindu berupa Penelitian kualitatif biasanya
sumbangan keagamaan atau lebih menekankan pada observatif partisipatif,
dikenal dengan dana punia. Pada sisi wawancara mendalam dan dokumentasi.
lain sesuai dengan Peraturan Oleh karena itu, dalam penelitian ini
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010, peneliti menekankan pada observasi dan
melalui Direktorat Jenderal Pajak wawancara mendalam untuk menggali
memberikan fasilitas pajak berupa data bagi proses validitas penelitian ini,
pengurang (deductible expense) dari tetapi tetap menggunakan dokumentasi.
penghasilan bruto atas zakat atau Melihat konsepsi penelitian, maka
sumbangan keagamaan yang bersifat sudah sesuai dengan konteks
wajib yang pembayarannya melalui permasalahan yang diangkat dalam
badan/ lembaga yang disahkan dan penelitian ini. Dalam penelitian ini,
ditetapkan oleh pemerintah. peneliti ingin mengetahui bagaimana
Metode penelitian deskriptif pandangan masyarakat Hndu asal Bali
bertujuan untuk: (1) Mengumpulkan di perantauan sektor juanda Sidoarjo
informasi aktual secara rinci yang terhadap double duties, yaitu kewajiban
melukiskan gejala yang ada. (2) membayar pajak dan sumbangan
Mengindentifikasi masalah atau keagamaan serta apa saja yang menjadi
memeriksa kondisi dan praktek-praktek pertimbangan dari keputusan untuk
yang berlaku. (3) Membuat memanfaatkan atau tidak
perbandingan atau evaluasi. (4) memanfaatkan fasilitas perpajakan,
Menentukan apa yang dilakukan dalam deductible expenses atas sumbangan
menghadapi masalah yang sama dan keagamaan yang diperbolehkan
83

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

berdasarkan peraturan perpajakan Peneliti hanya menggunakan alat bantu


tersebut. yang berupa referensi sebagai pisau
Setelah mendapatkan data atau bedah di lapangan dan buku tulis serta
informasi yang dimaksud, maka langkah bolpoint untuk mencatat informasi yang
selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti disampaikan oleh informan. Informan
yaitu menggambarkan informasi atau dalam penelitian ini, yaitu pemimpin
data tersebut secara sistematis untuk peribadatan agama (pemangku), pemilik
kemudian di analisis dengan usaha perorangan, pegawai profesional,
menggunakan perbandingan dan dan pegawai negeri sipil dalam
perpaduan dianatara teori yang sudah komunitas umat Hindu yang berdomisili
ada. di sektor Tropodo Sidoarjo. Kedua,
adalah sumber tertulis. Sumber tertulis
Objek Penelitian ini berasal dari buku-buku, majalah
agama, kitab suci, mailist, jurnal ilmiah,
Wilayah penelitian yang dijadikan peraturan perpajakan dan dokumen
objek atau sasaran penelitian ini adalah lainnya.
informan umat Hindu asal Bali yang
merantau karena pekerjaannya dan Teknik Analisis Data
berdomisili atau bertempat tinggal pada
sektor yang merupakan komunitas Tahap analisis data di mulai sejak
warga beragama Hindu asal Bali, yaitu pengumpulan data: 1) reduksi data yang
di Sektor Tropodo Sidoarjo. Alasan diartikan sebagai proses pemilihan,
dipilihnya komunitas ini adalah pemusatan perhatian pada
kedekatan akses menuju lokasi penyederhanaan dan transformasi data
penelitian dengan tempat tinggal kasar yang muncul dari catatan-catatan
peneliti. Hal ini sangat penting tertulis di lapangan; 2) penyajian data
dilakukan untuk memudahkan (display) dilakukan dengan
dokumentasi dan wawancara mendalam menggunakan bentuk teks naratif dan;
serta kedekatan (rapport) dengan 3) penarikan kesimpulan serta verifikasi.
informan, agar dalam waktu yang relatif Untuk menjawab permasalahan
singkat banyak informasi yang dalam penelitian ini, peneliti melakukan
terjaring. Sebagai sampling internal, pengamatan dan analisa terhadap sikap
informan dimanfaatkan untuk dan perilaku dari individu itu sendiri
berbicara, bertukar pikiran, atau dalam perbuatannya membayar dana
membandingkan suatu kejadian yang punia sekaligus membayar pajak serta
ditemukan dari subjek lainnya (Bogdan pilihan untuk memanfaatkan (tidak
dan Biklen, 1981:65) dalam Moleong memanfaatkan) fasilitas perpajakan,
(2013). karena setiap individu memiliki
subjektifitas persepsi masing-masing
Jenis dan Sumber Data yang akan mendorong mereka
melakukan kegiatan tersebut.
Jenis data dalam penelitian ini
dibagi dalam bentuk kata-kata dan PEMBAHASAN
tindakan serta sumber data yang
tertulis. Pertama, data dalam bentuk Berdasarkan hasil wawancara
kata-kata merupakan hasil dari mendalam dan terstruktur selama
wawancara terstruktur dan mendalam proses penelitian, dapat dikatakan
(indepth interview) yang diperoleh fenomena pembayaran dana punia oleh
melalui sumber informan. Hasil umat Hindu di komunitas sektor
wawancara tersebut disusun dalam Tropodo Sidoarjo telah terlaksana
bentuk transkrip pembicaraan. Peneliti dengan rutin setiap bulan. Hal ini
melakukan proses wawancara dalam berkaitan dengan bergulirnya kewajiban
upaya menggali data atau informasi punia Banten pada saat-saat tertentu
yang berkaitan dengan penelitian ini. seperti Purnama dan Tilem dimana
84

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

upacara keagamaan yang diadakan di bergantung niat kita masing-masing,


Pura Jala Siddhi Amerta Juanda ikhlas dech gak dapat pengurang pajak
Sidoarjo berlangsung setiap bulan. asalkan tujuan saya ber-dharma dana
Sistem penunjukkannya adalah secara membuat hati saya tenang gak ribet
sukarela bagi tiap-tiap Kepala Keluarga apalagi karena ada iming-iming
(KK) yang tulus ikhlas menyiapkan insentif.”
punia Banten secara bergiliran, tercatat Dari pernyataan di atas dapat
dan terkoordinir oleh Pengurus Pura disimpulkan bahwa kewajiban ganda
Jala Siddhi Amerta Juanda Sidoarjo. (double duties) tidak dipandang sebagai
Menanggapi pernyataan peneliti beban individu oleh Bapak Gede
berkaitan dengan double duties dan Sarmawa. Bahkan sebagai seorang yang
pemberian insentif pajak untuk punia, berpendidikan setingkat sarjana yang
maka informan (yang juga merupakan memiliki pengetahuan akan perpajakan
wajib pajak orang pribadi dari pekerjaan dan sebagai umat Hindu yang taat,
bebas) yang berprofesi sebagai profesi Bapak Gede Sarmawa menyatakan
konsultan manajemen, yaitu Bapak bahwa menjadi hal lumrah untuk secara
Gede Sarmawa SE, berpendapat sebagai sadar, tulus ikhlas, dan penuh
berikut : kejujuran memenuhi kedua kewajiban
“Dana punia adalah salah satu dari tersebut karena mengetahui adanya
ajaran agama Hindu yang bersifat wajib sanksi hukuman oleh pemerintah dan
hukumnya sebagai wujud bakti umat takut mendapatkan Karma karena
Hindu dalam mengamalkan hukum perbuatan yang menyimpang dari ajaran
agama…saya memandang terbentuknya agamanya.
Badan Dharma Dana Nasional sebagai Mendukung pernyataan dari
lembaga penghimpun dana punia oleh informan pertama, informan lain
Parisada adalah langkah positif bernama Putu Agus, (berprofesi sebagai
pemerintah untuk mewadahi Pegawai Negeri Sipil di instansi
pembayaran dana punia umat pemerintahan) yang sekarang banyak
Hindu….saransaya....sosialisasi aktivitasnya ngayah/ kerja sosial di
keberadaanya harus terus menerus tempat ibadah umat Hindu atau di Pura
disebarluaskan kepada umat Hindu di sebagai Pemangku (yang memimpin
Indonesia, hingga tujuan dari umat dalam persembahyangan),
dibentuknya BDDN dapat tercapai.” berharap dengan dibentuknya BDDN
Bapak Gede Sarmawa juga sebagai lembaga bentukan Parisada dan
menambahkan adanya double duties diakui oleh pemerintah akan dapat
yang melekat dalam kehidupan setiap mendorong umat Hindu di Indonesia
orang, baik sebagai Warga Negara yang untuk mempercayakan dana punia yang
memiliki penghasilan dan kewajiban menjadi kewajiban setiap umat dalam
atas amalan agama yang dianutnya, menjalankan ajaran agamanya.
menjelaskan pendapatnya sebagai Berkaitan dengan adanya insentif pajak
berikut : dari pembayaran sumbangan
“Sebagai umat Hindu yang telah bekerja keagamaan ke BDDN, Bapak Putu
dan memiliki penghasilan….tiap tahun berpandangan bahwa :
mengisi SPT WP OP…..wajib membayar “Punia seseorang bergantung pada
pajak atas perolehan penghasilan….jika konsepsi tulus ikhlas dalam dharma
memiliki bukti pembayaran punia ke agama….artinya setiap perbuatan umat
BDDN tentunya saya manfaatkan yang berorientasi pada Tuhan-Nya
fasilitas pajak tersebut ….. memasukkan hanya berharap anugerah-Nya, bukan
sumbangan keagamaan sebagai pujian, penghargaan, ataupun materi.
pengurang dari penghasilan di SPT Sehingga jika niat membayar pajak
Tahunan WP OP milik saya, tapi selama sebagai salah satu perbuatan baik
ini punia yang saya bayarkan langsung untuk membangun negeri dan wujud
kepada pengelola pura atau diterima kepedulian kepada sesama….Saya yakin
langsung oleh pinandita….jadi yah pasti umat Hindu akan mengikuti
85

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

ketentuan perpajakan yang ada, tidak berapa pajaknya… takut karma…


berniat menyembunyikan penghasilan Kebalikannya… mungkin jika insentif
dan merupakan pilihan individu untuk pajak itu nggak ada…semakin banyak
memanfaatkan hak-nya tanpa orang yang memilih untuk mengecilkan
bermaksud untuk memperkecil pajak bayar pajak…alasannya manfaatnya
penghasilan terutang.” tidak dirasakan langsung oleh si
Seorang informan yang berprofesi pembayar pajak.”
sebagai Pengajar dan Konsultan Bisnis, Seorang informan lainnya
bernama Drs I Wayan Warta M.M, (berpandangan sama dengan bapak
berpendapat lebih lugas dari kedua Warta), yaitu Ibu Agung (seorang
informan sebelumnya. Beliau pengusaha distributor peralatan rumah
menyatakan bahwa double duties yaitu tangga), menerangkan bahwa kehidupan
kewajiban sebagai warga Negara dengan seorang pebisnis selalu membutuhkan
membayar pajak dan kewajiban umat kepastian-kepastian baik dalam
beragama dengan ber-dana punia menjalankan haknya untuk berusaha
adalah perwujudan tanggung jawab maupun peraturan-peraturan berkaitan
individu untuk patuh terhadap dengan pemenuhan kewajiban sebagai
ketentuan dan peraturan yang ada dan pembayar pajak.
diyakininya. Berikut penjelasan Ibu Agung: “Pebisnis
Berikut kutipan pandangannya: itu membutuhkan iklim berusaha yang
“Saya melihat ada hak dan kewajiban kondusif…patuh bayar pajak, asalkan
pajak bagi pemilik penghasilan begitu pemerintah menjamin tidak ada
pula kedudukannya sebagai umat gangguan seperti pungli, sumbangan
beragama….memanfaatkan hak tidak resmi, transportasi jalan
perpajakan tentu bukanlah tindakan lancar….dijamin deh pengusaha jujur
yang bertentangan dengan semangat bayarnya….saya dengar BDDN telah
membayar pajak ataupun punia menjadi lembaga resmi bagi pembayar
keagamaan…..logikanya begini…sama dharma punia...bagus itu tidak ada lagi
halnya ketika menganganggap bahwa diskriminasi peraturan….perusahaan
melaksanakan kewajiban perpajakan milik saya sering memberikan punia…ke
dan kewajiban agama adalah perbuatan sekolah-sekolah agama Hindu, renovasi
yang benar…maka pemanfaatan hak pura, dan kegiatan sosial lainnya…tapi
untuk memperoleh pengurangan pajak ya pengeluaran itu tidak diakui oleh
yang dibayarkan adalah sah atau pajak….sekarang bisa disalurkan lewat
dibenarkan…bukan begitu aturannya?” BDDN dan dapat potongan pajak
Bapak Warta juga menegaskan tentunya.”
kecerdikan dari pemerintah sebagai Menutup pembahasan dan analisis
pembuat peraturan dan kebijakan di dari penelitian ini, ada seorang bijak
bidang perpajakan dengan memiliki kata mutiara, yang berbunyi: “
memperbolehkan zakat atau sumbangan Tanyakan pada diri anda,
keagamaan menjadi pengurang dari bergunakanlah anda untuk orang lain
penghasilan, tentunya akan membuat dan lingkungan sekitar anda, serta apa
orang-orang yang membayar pajak yang telah anda lakukan terhadap
untuk bersikap jujur karena orang kehidupan dan dunia ini, selain itu,
beragama pastilah takut akan azab atau dinyatakan bahwa ada bagian dari
karma dari perbuatan yang penghasilan yang kita terima adalah
menyimpang. bukan sepenuhnya hak kita, tetapi hak
Berikut pernyataan beliau: orang lain yang dititipkan kepada kita,
“Saya kira pemerintah kita semakin maka bayarkanlah Dharma Dana itu.”
cerdik….untuk mengurangi niat para
pengemplang pajak…. mencampurkan PENUTUP
unsur agama dalam aturan pajak
pastilah berdampak…. orang ikhlas Simpulan
membayar punia juga jujur melaporkan
86

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

Gambaran persepsi praktek ber- untuk kepentingan keagamaan lainnya.


dana punia umat Hindu yang juga Oleh karena itu, merupakan hak
merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi bilamana Tax Payer mengambil
(WP OP) pada komunitas perantauan keputusan untuk memanfaatkan
asal Bali sektor Tropodo Sidoarjo fasilitas atau insentif pajak. Tentunya
(dihubungkan dengan adanya fasilitas dengan memenuhi syarat sebagaimana
atau insentif perpajakan serta diatur dalam ketentuan perpajakan
terbentuknya lembaga pembayaran dalam rangka menjadikan bukti
sumbangan keagamaan (dana punia) pembayaran dana punia ke BDDN
yang disahkan oleh pemerintah yaitu sebagai pengurang (deductible) dari
BDDN), dapat disimpulkan ada 2 (dua) penghasilan bersihnya setahun, yang
kelompok yang menghasilkan dampaknya adalah pajak terutangnya
pandangan yang berbeda menurut menjadi berkurang. Informan juga
prinsip dari apa yang dipercayainya; menyatakan bahwa motivasi dalam
yaitu kelompok pertama dengan membayar pajak dengan jujur akan
pandangan pertama dan kelompok meningkat seiring dengan dorongan
kedua dengan pandangan kedua. untuk melakukan dana punia oleh umat
Pandangan pertama dari informan- Hindu. Hal ini dikarenakan adanya asas
informan pada kelompok yang pertama, keadilan dari sistem perpajakan di
menyatakan bahwa keberadaan BDDN Indonesia yang telah terpenuhi, yaitu
dan pemberian fasilitas insentif tidak adanya diskriminasi peraturan
perpajakan oleh pemerintah tidak pajak. Keberadaan BDDN dan peraturan
mengurangi niat dan perbuatan untuk perpajakan yang terkait, telah memberi
melakukan kewajiban dana punia dan peluang bagi umat Hindu untuk
membayar pajak dengan tulus ikhlas memanfaatkannya dalam menghitung
serta kejujuran. Hal ini didorong atas besarnya pajak terutang, yang
dasar keyakinan umat Hindu akan dilaporkan melalui SPT tahunan. Selain
ajaran agama yang diketahuinya dari itu, keyakinan atas Karma (buah dari
sumber-sumber seperti Pemuka perbuatan) di kalangan umat Hindu
Agama/Pinandita berupa Dharma secara psikologis akan dipercaya
Wacana ataupun nasihat-nasihat bijak menumbuhkan sikap dan perilaku jujur
yang disampaikan saat berlangsungnya untuk membayar pajak apalagi dengan
kegiatan upacara-upacara keagamaan, memanfaatkan pembayaran dana punia
sumber lain juga dapat diperoleh sendiri sebagai pengurang penghasilannya.
oleh umat melalui membaca dan
memahami literatur-literatur kitab suci Saran
agama Hindu. Maka kewajiban ganda
(double duties) menjadi norma subjektif Saran pada penelitian ini adalah
bagi tiap individu umat Hindu untuk bahwa keberadaan PP 60 Tahun 2010
taat dan patuh memenuhi tanpa harus dan peraturan-peraturan perpajakan
dipengaruhi oleh hal-hal lain diluar terkait, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
kepercayaanya, seperti adanya insentif (WPOP), khususnya umat Hindu telah
pajak atau hadirnya lembaga BDDN. mencerminkan asas keadilan dalam
Pandangan kedua disampaikan sistem perpajakan di Indonesia. Oleh
oleh informan-informan pada kelompok karena itu, sosialisasi harus terus
kedua, menyatakan bahwa sama halnya menerus dilakukan baik oleh Parisada
dengan Kewajiban sebagai Tax Payer maupun umat Hindu pada komunitas-
untuk ikut serta berkontribusi komunitas di daerah. Teori kewajiban
membangun bangsa sekaligus mutlak atau teori bakti kepada Negara
mematuhi ajaran agamanya untuk dan pemenuhan untuk ber-dharma
membayar kewajiban dana punia dari dana sesuai ajaran agama bagi umat
penghasilan yang diperoleh dalam Hindu dapat dilaksanakan dengan sikap
setahun sebagai wujud kepedulian dan perilaku tulus ikhlas dan jujur.
kepada sesama yang membutuhkan dan Adanya insentif untuk memanfaatkan
87

Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014

dana punia sebagai pengurang PT.Remaja Rosdakarya Offset.


penghasilan bersih dan akan Cetakan ketiga puluh satu.
memperkecil pajak terutang seseorang Presiden Republik Indonesia. (2010).
adalah tergantung dari apa yang Peraturan Pemerintah Republik
diyakini dan diketahui oleh masing- Indonesia Nomor 60 tahun 2010
masing individu. Oleh karena itu, tentang Zakat atau Sumbangan
terserah individu ingin memanfaatkan Keagamaan yang sifatnya wajib
hak itu atau tidak, lantaran ikhlas atau yang dapat dikurangkan dari
tidaknya pemanfaatan hak itu adalah Penghasilan Bruto. Jakarta.
rahasia individu dengan TuhanNya. Presiden Republik Indonesia. (2008).
Undang-Undang Republik
DAFTAR PUSTAKA Indonesia Nomor 36 tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas
Burnama, Indrajaya. (2013). Zakat, Undang-Undang Nomor 7 tahun
Dikurangkan atau Tidak Terserah 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Anda. Jakarta, Indonesian Tax Jakarta.
Review. Vol VI/Ed 14/2013. Sukarsa, I Made. (2010). Spiritual
Direktorat Jenderal Pajak. (2011). Economics Dalam Era Globalisasi
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Ekonomi. Denpasar, Supporting
Nomor PER-6/PJ/2011 tentang Paper. Seminar Regional. Kampus
Pelaksanaan Pembayaran dan Unud.
Pembuatan Bukti Pembayaran atas Sukarsa, I Made. (2002). Pengeluaran
Zakat atau Sumbangan Keluarga Menurut Konsep Hindu.
Keagamaan yang sifatnya wajib Denpasar, FE Unud. Mimieograph.
yang dapat dikurangkan dari
Penghasilan Bruto. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pajak. (2012).
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-15/PJ/2012 tentang
Perubahan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-
33/PJ/2011 tentang
Badan/Lembaga yang dibentuk
atau disahkan oleh Pemerintah
yang ditetapkan sebagai Penerima
Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang sifatnya wajib
yang dapat dikurangkan dari
Penghasilan Bruto. Jakarta.
Departemen Keuangan. (2010).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
254/PMK.03/2010 tentang Tata
Cara Pembebanan Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang
sifatnya wajib yang dapat
dikurangkan dari Penghasilan
Bruto. Jakarta.
Fishbein, M.,and Ajzen, I. (1975). Belief,
Attitude, Intention and Behavior: An
Introduction to Theory and
Research. Addison-Wesley, Boston
MA.
Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung,

Anda mungkin juga menyukai