Double Duties Pajak Dan Sumbangan Keagam
Double Duties Pajak Dan Sumbangan Keagam
Abstract
This study aims to explore the practice of giving Punia Hindu Balinese community in
Sidoarjo Tropodo. Phenomenological qualitative research approach that connects between
the attitudes and behaviours of Hindus who pay taxes to fund events Punia and issuance
of Government Regulation No. 60 in 2010 and other relevant tax laws. Dana Punia is a
form of religious endowments to Hindus which is compulsory that can be deducted from
income payments through Badan Dharma Dana Nasional. Techniques of data analysis
consists of three stages: data reduction, data display, conclusion drawing and verification.
The result of an interview shows that there are two groups of respondents having different
views, the first group looked at double duties: Taxes and Religious Contribution as
subjective norm for individuals to devout Hindus and dutifully fulfilling without being
influenced by tax incentives. The concept of making sincere and honest awareness shapes
individual attitudes and behaviour. The second respondent group has different views,
rights and obligations of the same can be done in accordance with the knowledge that it is
warranted. Utilization tax on funds paid Punia Hindus are justified and act according to
informants would increase the impact on the honesty of taxpayers because there is no
discrimination in the tax laws.
75
76
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
sepersepuluh dari hasil tanah mereka, yang harmonis antara manusia dengan
dan perintah tersebut berlaku turun- alam.
temurun hingga ke seluruh pemeluk Dalam pelaksanaan Tri Hita
agama Kristen. Dalam agama Buddha, Karana tetap berlandaskan pada Tatwa
ada suatu bentuk pemberian (aturan/kitab suci), Susila (kebiasaan)
sumbangan yang biasa disebut dan Upacara. Dalam kegiatan Upacara
“berdana”. Ada berbagai macam bentuk Keagamaan berpatokan pada Panca
berdana, antara lain: Atthavara Dana, Yadnya. Hakekat Panca Yadnya adalah:
Amisa Dana, dan Nicca Dana. Atthavara Panca artinya lima dan Yadnya artinya
Dana adalah pemberian yang bersifat upacara persembahan suci yang tulus
sementara, misalnya makanan, uang, ikhlas kehadapan Tuhan, yang dalam
dan sebagainya. Amisa Dana adalah istilah masyarakat Hindu Bali disebut
pemberian materi untuk pembangunan sebagai Ida Sang Hyang Widi Wasa.
vihara. sedangkan Nicca Dana adalah Pelaksanaan Panca Yadnya, terdiri
pemberian yang bersifat teratur, dan dari: Dewa Yadnya, Butha Yadnya,
lain-lain. Dalam Hindu, dikenal adanya Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, dan Rsi
istilah “dana punia” yang berarti Yadnya. Dewa Yadnya yaitu upacara
pemberian yang baik dan suci. persembahan suci yang tulus ikhlas
Pemberian dana punia untuk kehadapan para dewa-dewa. Butha
perorangan, dapat dilakukan tiap saat, Yadnya, yaitu upacara persembahan
kapan saja terutama pada saat perasaan suci yang tulus ikhlas kehadapan
dipenuhi rasa syukur kepada Tuhan. unsur-unsur alam. Manusa Yadnya,
Dalam memenuhi kedua yaitu upacara persembahan suci yang
kewajibannya tersebut (keagamaan dan tulus ikhlas kepada manusia. Pitra
negara) tentu saja pemerintah ikut Yadnya, yaitu upacara persembahan
campur tangan. Wujud campur tangan suci yang tulus ikhlas bagi manusia
yang telah dilakukan oleh pemerintah yang telah meninggal. Sedangkan Rsi
antara lain dengan memberikan fasilitas Yadnya, yaitu upacara persembahan
dan menciptakan iklim yang kondusif. suci yang tulus ikhlas kehadapan para
Fasilitas yang diberikan terlihat dari orang suci umat Hindu. Sesuai dengan
aturan-aturan yang dikeluarkan oleh agama dan tradisi di Bali, masyarakat
pemerintah dalam mengatur perlakuan Hindu Bali sesungguhnya manusia yang
zakat dan sumbangan keagamaan lain, penuh ritual agama yang terbungkus
dan aturan aturan yang dikeluarkan dalam Panca Yadnya. Ritual agama itu
dalam mengatur perlakuan pajak, dilakukan terhadap manusia Bali Hindu
seperti tersurat dalam Undang-Undang dari sejak dalam kandungan, dari lahir
Pajak Penghasilan dan berbagai aturan sampai menginjak dewasa, dari dewasa
pelaksanaan lainnya. sampai “mulih ke tanah wayah”
Masyarakat Hindu di Bali dalam (meninggal).
kehidupan sehari-harinya selalu Frekuensi pelaksanaan kelima
berpedoman pada ajaran Agama Hindu jenis upacara tersebut (panca yadnya)
warisan para lelulur Hindu. Hal ini sangat padat. Salah satu contoh, dalam
terutama dalam pelaksanaan upacara satu tahun Bali (tahun Icaka = 420 hari)
ritual yang dalam Falsafah Agama di Bali rata-rata terdapat 108 hari baik
Hindu dikenal dengan nama Tri Hita (rerahinan) secara rutin dilakukan.
Karana. Tri Hita Karana berarti Tiga Diantara ke 108 hari misalnya setahun
Keharmonisan yang menyebabkan terdapat 12 purnama (bulan penuh), 12
adanya kehidupan, yang terdiri dari bulan mati (tilem), 2 kali hari raya
Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. galungan, 2 kali hari raya kuningan, 12
Parhyangan adalah hubungan yang kali masing-masing hari raya seperti
harmonis antara manusia dengan hari raya tumpek, 12 kali kajeng kliwon,
Tuhan. Pawongan adalah hubungan 12 kali anggar kasih, buda wage, coma
yang harmonis antara manusia dengan ribek, dua kali hari raya masing-masing
manusia. Palemahan adalah hubungan
77
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
saraswati, pagerwesi. Ke-108 hari raya Parisada Hindu Dharma Indonesia tahun
ini merupakan hari raya rutin. 2006 adalah Ketetapan Nomor :
Disamping panca-yadnya, IV/TAP/M.Sabha IX/2006 tentang
tersebut, masih banyak upacara lain Dharma Dana Nasional. Dalam
yang dalam pelaksanaannya konsiderannya jelas disebutkan bahwa
memerlukan biaya yang cukup banyak, dalam rangka mendukung program
seperti hari peresmian bangunan pura kegiatan pembinaan umat untuk
(ngeresigana dan ngenteg linggih), meningkatkan kualitas sradha dan bakti
upacara ulang tahun (6 bulan = umat Hindu di Indonesia maka
ngodalin), perkawinan, ngaben dan lain- dipandang perlu mewujudkan Dharma
lain. Dana Nasional dikalangan umat Hindu
Oleh karena itu, kelihatannya di Bali Indonesia. Lebih lanjut ditegaskan
selalu ada pelaksanaan upacara. Sarana bahwa kegiatan memberikan dana
atau perlengkapan yang diperlukan merupakan ajaran agama Hindu yang
untuk upacara tersebut juga cukup bersifat wajib sebagai wujud bhakti
banyak. Penelitian yang dilaksanakan umat Hindu dalam mengamalkan ajaran
tahun 2005 (Sukarsa, 2006) agamanya. Oleh karena itu, dalam
memperoleh hasil rata-rata tiap rumah keputusannya, Mahasabha IX Parisada
tangga melakukan upacara rutin dengan tahun 2006 menugaskan Parisada
menghaturkan persembahan sebanyak untuk membentuk Badan Dharma Dana
34 tanding (berupa canang) dengan Nasional (BDDN) dan dipilih menjadi
rentang antara 9 sampai 105 tanding. program kerja prioritas Parisada Hindu
Pembuatan bahan upacara memerlukan Dharma Indonesia agar kesinambungan
banyak material. Mulai dari janur (daun pendanaan untuk menjalankan roda
kelapa), bunga, bambu, kelapa, daun organisasi dan program-program
pisang, benang sampai dengan uang pembinaan serta pelayanan kepada
kepeng (pis bolong). Sebagai contoh umat.
untuk keperluan upacara di provinsi Selanjutnya Badan Dharma Dana
Bali diperlukan 21.482,65 ton bunga Nasional (BDDN) diberi tugas untuk
setahun, sedangkan busung sebanyak merumuskan strategi, mekanisme dan
37.966,27 ton. Tenaga kerja yang teknis operasional pengumpulan,
dikeluarkan untuk ngaben dengan penyimpangan dan pengelolaannya,
tingkatan sedang (madya) sebanyak 699 sehingga dapat memberikan manfaat
man-days, yang terdiri dari 387 man- yang sebesar-sebesarnya untuk
days laki-laki dan 312 man-days kepentingan umat. Keberhasilan dari
perempuan. Suatu penelitian lain yang program Dharma Dana ini akan sangat
dilakukan pada tahun 2005, masyarakat ditentukan oleh kesadaran umat dalam
Hindu di Bali mengeluarkan melaksanakan dharmanya, dan
pendapatannya untuk keperluan keberhasilan Parisada dan BDDN
upacara sebanyak Rp. 2.650.000,- per membangun tingkat kepercayaan (trust)
rumah tangga per tahun. Jumlah ini yang tinggi dikalangan umat.
hanya 10,54 % dari pendapatannya. Bagi penerima sumbangan,
Jumlah anggota rumah tangga rata-rata dianggap bukan penghasilan, sedangkan
4,8 orang. Total pendapatan per kapita bagi pemberi sumbangan, dapat
setahun Rp.5.244.167,- Dari data dikurangkan dalam Undang-Undang
empiris ini kegiatan upacara yang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun
dilakukan dapat mengakibatkan 2008, tentang perlakuan terhadap zakat
kegiatan ekonomi di Bali menjadi sekitar dan sumbangan keagamaan lainnya.
Rp.1,823 triliun pertahun. Pengaturan ini terdapat di pasal yang
Mengingat besarnya pengeluaran berbeda, tergantung pada sudut
umat hindu setiap tahun dalam rangka pandang pelaku hukum yang
kewajiban keagamaan relatif besar, menggunakan undang-undang ini. Dari
maka salah satu ketetapan yang sangat segi penerima zakat dan sumbangan
penting dilahirkan dalam Maha Sabha IX keagamaan, berlaku ketentuan Pasal 4
78
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
ayat (3) huruf a angka 1, sedangkan dari sifatnya wajib dapat menjadi pengurang
segi pemberi zakat berlaku ketentuan penghasilan neto bagi si pemberi. Zakat
Pasal 9 ayat (1) huruf g. “Maksud dari atau sumbangan keagamaan ini
dikecualikan dari objek pajak adalah merupakan bentuk fasilitas atau insentif
bantuan atau sumbangan, termasuk yang diberikan oleh negara untuk
zakat yang diterima oleh badan amil mendorong warga negara memenuhi
zakat atau lembaga amil zakat yang kewajiban beragamanya. Tempat
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah pencantuman zakat atau sumbangan
dan yang diterima oleh penerima zakat keagamaan lain dalam SPT pun terkesan
yang berhak atau sumbangan ‘eksklusif’, karena terpisah dari
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pengurang-pengurang yang merupakan
pemeluk agama yang diakui di biaya. Zakat atau sumbangan
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan lain menjadi pengurang
keagamaan yang dibentuk atau penghasilan neto, bukan pengurang
disahkan oleh pemerintah dan yang penghasilan bruto. Sesuai peraturan
diterima oleh penerima sumbangan yang pajak penghasilan, yang merupakan
berhak, yang ketentuannya diatur biaya yang dapat dijadikan pengurang
dengan atau berdasarkan Peraturan penghasilan neto adalah biaya yang
Pemerintah” (pasal 4 ayat (3) huruf a digunakan untuk mendapatkan,
angka 1). menagih, dan memelihara penghasilan.
Untuk menentukan besarnya Sedangkan zakat atau sumbangan
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib keagamaan tidak ada hubungannya
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha dengan kegiatan usaha atau pekerjaan
tetap tidak boleh dikurangkan: harta wajib pajak, tapi dapat dikurangkan dari
yang dihibahkan, bantuan atau penghasilan, maka dari itu,
sumbangan, dan warisan sebagaimana perlakuannya berbeda dengan biaya-
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a biaya lain.
dan huruf b, “kecuali sumbangan Keterkaitan yang erat antara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 kewajiban membayar pajak dan
ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m sumbangan keagamaan yang bersifat
serta zakat yang diterima oleh badan wajib adalah bentuk dari pelaksanaan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang ajaran agama dan bakti kepada negara.
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah Adanya unsur-unsur seperti keikhlasan
atau sumbangan keagamaan yang dan kejujuran dari individu merupakan
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang tujuan utama dari pemerintah dalam
diakui di Indonesia, yang diterima oleh menerbitkan peraturan terkait insentif
lembaga keagamaan yang dibentuk atau perpajakan yaitu zakat atau sumbangan
disahkan oleh pemerintah, yang keagamaan sebagai pengurang
ketentuannya diatur dengan atau penghasilan neto yang dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah” secara jujur diharapkan dapat
(Pasal 9 ayat (1) huruf g). memotivasi pelaksanaan kewajiban
Dari kedua ketentuan tersebut, perpajakan yang jujur pula. Lantaran
dapat disimpulkan, bahwa: 1.Bagi kejujuran harus diamalkan dalam tiap
penerima zakat atau sumbangan amal perbuatan. Tidak hanya zakat atau
keagamaan yang sifatnya wajib, bukan sumbangan keagamaan, melainkan
merupakan penghasilan, dan 2. Bagi kewajiban perpajakan juga. Dengan
pemberi zakat atau sumbangan demikian, diharapkan individu
keagamaan yang sifatnya wajib, dapat pengemplang pajak menjadi berkurang.
menjadi pengurang penghasilan. Dalam Layaknya zakat atau sumbangan
banyak referensi tulisan, penekanan keagamaan yang semakin meningkat,
lebih pada bagaimana perlakuan pajak penerimaan Negara dari sektor pajak
terhadap zakat atau sumbangan juga akan tumbuh dan berkembang.
keagamaan dari segi pemberi. Zakat Hal inilah yang memotivasi
atau sumbangan keagamaan yang penelitian ini untuk mengkaji: pertama,
79
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014
Made Dudy Satyawan & Lintang Venusita Jurnal InFestasi Vol.10 No.2 2014