Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI KEPRILAKUAN

“PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN LABA”

OLEH :

KELOMPOK 3

COKORDA BAGUS KRISNA DHARMAYUDA (1807531104 / 09)

NI PUTU PUTRI PRATIWI (1807531133 / 19)

COKORDA ISTRI WAHYUNIYASANTI (1807531144 / 21)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................. i

PEMBAHASAN

A. Fungsi Perencanaan dan Penganggaran Laba...................................... 1


B. Pandangan Perilaku Terhadap Penyusunan Anggaran.......................... 1
1. Tahap Penetapan Tujuan................................................................. 1
2. Tahap Implementasi......................................................................... 2
3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi Kinerja....................................... 2
C. Konsekuensi Penyampaian Proses Penganggaran................................ 2
1. Rasa Tidak Percaya.......................................................................... 3
2. Resistensi......................................................................................... 3
3. Konflik Internal.................................................................................. 3
4. Efek Samping Lain yang Tidak Diinginkan........................................ 3
D. Relevansi Konsep Ilmu Keperilakuan Dalam Lingkungan Perencanaan 4
a. Ukuran dan Struktur Organisasi........................................................ 4
b. Gaya Kepemimpinan........................................................................ 4
c. Stabilitas Lingkungan Organisasi...................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 5
PEMBAHASAN

A. FUNGSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN LABA


Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia
yang muncul dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia
ketika ingin mencoba untuk hidup dengan anggaran. Anggaran merupakan
suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan dan dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka
waktu mendatang. Sementara itu perencanaan anggaran adalah proses
kegiatan yang menghasilkan anggaran sebagai hasil kerja yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran, seperti fungsi-fungsi pedoman
kerja, alat pengoordinasian kerja, dan alat pengawasan kerja. Jika suatu
perusahaan menetapkan tujuan untuk memperoleh pangsa yang lebih besar,
meningkatkan laba dan memperbaiki citra perusahaan di antara pelanggan,
maka anggaran perusahaan tersebut harus membuat komitmen atas sumber
daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini.
Berikut beberapa fungsi anggaran:
a. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan.
b. Anggaran merupakan rancangan suatu perusahaan untuk bertindak yang
mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya
organisasi.
c. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang
menghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi antara yang
satu dengan yang lain dan dengan manajemen puncak.
d. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur,
anggaran berfungsi sebagai standar terhadap hasil operasi aktual dapat
dibandingkan.
e. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan
atau kelemahan perusahaan.
f. Anggaran mencoba untuk memengaruhi dan memotivasi baik manajer
maupun karyawan untuk terus bertindak dangan cara yang konsisten
dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan
organisasi.
B. PANDANGAN PERILAKU TERHADAP PENYUSUNAN ANGGARAN
1. Tahap Penetapan Tujuan
Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi
yang luas kedalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus. Untuk menyusun
rencana yang realistis dan menciptakan anggaran yang praktis, interaksi
yang ekstensif diperlukan antara manajer lini dan manajer staf organisasi.
Dalam suatu perusahaan, direktur perencanaan memainkan peranan
kunci dalam proses manusia dari penyusunan anggaran ini. Direktur
perencanaan bertanggungjawab menginisiasi dan melakukan administrasi
atas proses penyusunan anggaran serta membantu karyawan lini, jika
diperlukan, dalam melaksanakan berbagai tugas perencanaan. Konsep
utama perilaku yang berpengaruh terhadap tahapan penetapan tujuan adalah
proses perencanaan yang meliputi partisipasi, keselarasan tujuan, dan
komitmen.
2. Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, rencana formal tersebut digunakan untuk
mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi
orang secara positif dalam organisasi. Rencana harus dikomunikasikan
secara efektif dengan demikian rencana formal mungkin akan menerima kerja
sama penuh dari berbagai kelompok yang ingin dimotivasi olehnya. Konsep
ilmu keperilakuan utama yang mempengaruhi tahap implementasi adalah
komunikasi, kerja sama, dan koordinasi.
3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi Kinerja
Setelah diimplementasikan, rencana formal tersebut berfungsi sebagai
elemen kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran menjadi tolak ukur
terhadap kinerja aktual. Kebijakan, sikap dan tindakan manajemen dalam
evaluasi kinerja dan tindak lanjut atas varians memiliki berbagai konsekuensi
keprilakuan, yang dapat meniadakan keberhasilan dari seluruh proses
perencanaan dan pengendalian jika tidak dipahami dan dikendalikan. Konsep
ilmu keperilakuan yang mempengaruhi tahap pengendalian dan evaluasi
kinerja adalah leporan kinerja.
C. KONSEKUENSI PENYAMPAIAN PROSES PENGANGGARAN
Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan suatu tujuan, pengendalian
dan mekanisme evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi
disfungsional. Hal ini memiliki implikasi negatif seperti kesalahan alokasi
sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja bawahan terhadap unit
pertanggung jawaban mereka dan akan menimbulkan kesenjangan atau
slack. Adapun konsekuensi disfungsional dalam penyampaian proses
penganggaran yakni:
1. Rasa Tidak Percaya
Anggaran merupakan suatu sumber tekanan yang dapat menimbulkan
rasa tidak percaya, rasa permusuhan, dan mengarah pada penurunan
kinerja. Alasan dari rasa tidak percaya ini didasarkan pada keyakinan
penyelia.
a. Anggaran mencerminkan variabel-variabel kualitatif, seperti pengetahuan
mengenai tenaga kerja, kualitas bahan baku dan efisiensi mesin secara
tidak memadai.
b. Anggaran hanya mengkonfirmasi hal yang telah diketahui oleh penyelia.
c. Laporan anggaran menggangu gaya kepemimpinan penyelia
d. Anggaran cenderung menekan kegagalan seperti
2. Resistensi
Walaupun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat
didukung, anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu
organisasi. Salah satu alasan utama untuk hal itu adalah anggaran menandai
dan membawa perubahan sehingga merupakan suatu ancaman terhadap
status quo. Banyak orang menjadi terbiasa melakukan segala sesuatu dan
memandang kejadian dengan cara-cara tertentu, serta tidak tertarik untuk
berubah. Resistensi anggaran adalah proses anggaran yang memerlukan
waktu dan perhatian yang besar. Manajer atau penyelia mungkin merasa
terbebani dengan permintaan yang ekstensif atas waktu dan tanggung jawab
rutin mereka. Oleh karena itu mereka tidak ingin terlibat dalam proses
penyusunan anggaran.
3. Konflik Internal
Konflik internal menciptakan suatu lingkungan kerja yang kompetitif dan
bermusuhan. Konflik internal menyebabkan orang berfokus pada kebutuhan
departemennya sendiri secara eksklusif daripada kebutuhan organisasi
secara total. Oleh karena itu manajemen harus mengidentifikasi dan
mendiagnosis penyebabnya, kemudian mengambil tindakan untuk
menghilangkan konflik internal dan mengembalikan hubungan kerja yang
harmonis dan produktif.
4. Efek Samping Lain yang Tidak Diinginkan
Anggaran barangkali menghasilkan pengaruh yang tidak diinginkan, yaitu:
a. Terbentuknya kelompok-kelompok informal kecil yang menentang
tujuan anggaran.
b. Penekanan yang berlebihan pada kinerja departemental dan kurang
menekankan pada kinerja organisasi secara keseluruhan.
c. Dapat menghambat inisiatif individual dan inovasi biaya yang efektif.
D. RELEVANSI KONSEP ILMU KEPERILAKUAN DALAM LINGKUNGAN
PERENCANAAN
Dampak dari Lingkungan Perencanaan
Lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, dan pola-pola
interaksi dalam penetapan kerja. Hal ini meliputi tingkat formalitas dalam
interaksi manusia, penerimaan manajemen puncak terhadap ide-ide baru,
prosedur dan perangkat untuk membuat agar pekerjaan dilakukan, perasaan
identifikasi dengan organisasi, tingkat kohesi dari tenaga kerja, dan
seterusnya. Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja di mana pekerjaan
terjadi dijelaskan terdiri dari:
1. Ukuran dan Struktur Organisasi
Ukuran organisasi dipandang sebagai jumlah karyawan, nilai rupiah dari
pabrik fisik, volume penjualan, jumlah kantor cabang, atau ukuran kuantitatif
lainnya yang membedakan organisasi. Struktur organisasi mengacu pada
hubungan formal dan informal antara para anggota organisasi meliputi jumlah
lapisan wewenang, jumlah kantor atau posisi pada setiap lapisan,
tanggungjawab dari setiap kantor, dan prosedur untuk membuat pekerjaan
dilakukan.
2. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi lingkungan perencanaan
organisasi. Teori X dari McGregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang
otoriter dan dikendalikan secara ketat, di mana kebutuhan efisiensi dan
pengendalian mengharuskan pendekatan manajerial untuk berurusan dengan
bawahannya. Berbeda dengan Teori Y dari McCregor dan gaya
kepemimpinan demokratis Likert mendorong tingkat keterlibatan dan
partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengembilan keputusan.
3. Stabilitas Lingkungan Organisasi
Lingkungan eksternal meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan
pasokan, struktur industri yang melayani organisasi, hakikat persaingan dan
lain-lain. Lingkungan yang stabil mengenakan risiko yang terbatas dan
memungkinkan proses penetapan tujuan menjadi demokratis dan partisipatif.
Lingkungan yang berubah dengan cepat menghasilkan situasi yang beresiko
tinggi. Untuk menghadapi perubahan semacam itu, keputusan harus dibuat
dengan cepat dan tegas, dalam kasus ini gaya kepemimpinan otoriter terbukti
lebih efisien dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang demokratis dan
partisipatif.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba


Empat

Anda mungkin juga menyukai