Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI

ANALISIS TEKNOLOGI PLASMID


KAT7 UNTUK MENCEGAH PENUAAN DINI

disusun oleh :
Priscillia Layadi XII MIPA 9 / 29
Regina Putri Nauli XII MIPA 9 / 30
Riccardo Miguel XII MIPA 9 / 31
Satria Barata XII MIPA 9 / 32

SMA Katolik St. Louis 1


Surabaya
Tahun Ajaran 2020/2021

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 3

BAB I 4
PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4

Rumusan Masalah 4
Tujuan 4
Manfaat 4

BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5

Bioteknologi 5
Proses Introduksi Gen 5
Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertanian 6
Contoh Makanan Rekayasa Genetika 6

Keamanan Mengkonsumsi Makanan Rekayasa Genetika 8

BAB III 9

METODE ANALISIS 9

BAB IV 9

HASIL ANALISIS 9

BAB V 12

PENUTUP 12
Simpulan 12
Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 1​3

Lampiran Kasus 1​3


Lampiran Gambar 1​3

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
kesehatan, sehingga penulis dapat diberi kesempatan yang luar biasa untuk menyelesaikan
makalah dengan judul Analisis Teknologi Plasmid KAT7 untuk Mencegah Penuaan Dini ini
dengan tepat waktu.
Dalam menulis makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Yang
pertama kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Dra. Sri Wahjoeni Hadi S., selaku
kepala sekolah SMAK St. Louis 1 Surabaya yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
dan semua siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maria Anita Kurniyasih, S.Si., selaku guru Biologi
yang telah membantu dan membina penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan sepenuhnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf apabila dalam makalah ini ada
kesalahan baik dari segi penyusunan bahasa maupun hal lainnya. Di akhir kata, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan bagi para pembaca.

Surabaya, 19 Februari 2021

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan kulit yang prosesnya jauh lebih cepat dari yang biasanya. Sering
dijumpai orang-orang yang bisa dibilang masih muda tapi sudah terlihat tua karena
timbulnya kerutan-kerutan di wajah. Faktor eksternal penyebab penuaan dini adalah
paparan sinar matahari, polusi, asap, juga kelembaban udara disekitar lingkungan kita.
Penuaan dini sangat ditakuti oleh sebagian besar orang, terutama wanita. Mereka
cenderung merawat kulit dengan baik hingga membeli berbagai macam krim wajah
untuk mencegah penuaan.
Pada awal Januari 2021, jurnal 'Science Translational Medicine'
mengumumkan penemuan baru. Para ilmuwan di Beijing tengah mengembangkan
terapi gen yang dapat mencegah beberapa efek penuaan dini pada tikus hingga
memperpanjang masa hidup mereka. Temuan ini diramalkan mungkin akan
berkontribusi pada pengobatan serupa untuk manusia. Melansir Reuters, metode ini
melibatkan penonaktifan gen yang disebut kat7 yang ditemukan para ilmuwan sebagai
kontributor utama penuaan sel. Hal ini menyebabkan penulis ingin meneliti lebih
lanjut mengenai metode teknologi plasmid yang digunakan pada kat7 dan memahami
efek samping dari terapi gen ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah teknologi plasmid dapat digunakan untuk mengatasi penuaan dini?
2. Apakah teknologi plasmid memiliki efek samping terhadap penggunanya?

C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, berikut adalah
tujuan dilakukannya penelitian ini:
1. Untuk mengetahui apakah teknologi plasmid dapat digunakan untuk mengatasi
penuaan dini.
2. Untuk mengetahui apakah teknologi plasmid memiliki efek samping terhadap
penggunanya.

4
D. Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, serta Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
- Menambah literatur bagi pengembangan IPTEK di masa mendatang
yang berhubungan dengan topik pembahasan

2. Bagi Masyarakat
- Mengetahui manfaat teknologi plasmid dalam kehidupan sehari-hari
- Menambah wawasan mengenai teknologi plasmid
- Memberikan pemahaman mengenai perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan

3. Bagi Pendidikan
- Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada elemen
pendidikan tentang teknologi plasmid

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknologi Plasmid
Plasmid merupakan molekul DNA ekstrakromosomal yang dapat
memperbanyak diri secara mandiri dan ditemukan dalam sel prokariot dan eukariot.
Secara alami plasmid terdapat pada bakteri dan beberapa organisme eukariot seperti
Saccharomyces ceriviseae. Ukuran dari plasmid sendiri bervariasi antara 1 kb sampai
200 kb. Dalam penelitian rekayasa genetika, plasmid digunakan sebagai kendaraan
molekuler untuk memasukkan gen dari luar ke dalam sel inang (Palomares et al. 2004;
Yadav et al. 2011).
B. Komponen Plasmid
Plasmid mempunyai 3 komponen penting, yaitu :
1. Origin of replication (ORI)
ORI adalah komponen yang digunakan pada plasmid sehingga dapat
bereplikasi secara mandiri.
2. Multiple cloning site (MCS)
MCS adalah daerah unik yang fungsinya sebagai situs pemotongan enzim
endonuclease.
3. Penanda untuk seleksi
Fungsi penanda adalah untuk membedakan membedakan antara sel inang yang
mengandung plasmid atau tidak. Penanda seleksi ini biasanya resistensi
terhadap antibioka

C. Pemanfaatan Plasmid
1. Kloning
Kloning adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang
sama yang identik secara genetik. Pengklonaan merupakan proses reproduksi
aseksual yang biasa terjadi di alam dan dialami oleh banyak bakteri, serangga,
atau tumbuhan. Dalam bioteknologi, pengklonaan merujuk pada berbagai
usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA
atau gen, sel, atau organisme. Arti lain dari pengklonaan digunakan pula di
luar ilmu-ilmu hayati.

6
Plasmid telah diproduksi secara komersial oleh sejumlah perusahaan
untuk digunakan sebagai vektor kloning.Agar dapat digunakan sebagai vektor
kloning, plasmid harus memiliki beberapa kriteria, yaitu berukuran kecil,
relatif memiliki jumlah salinan yang tinggi (high copy number), memiliki gen
penanda seleksi dan gen pelapor, serta memiliki situs pemotongan enzim
restriksi untuk memudahkan penyisipan DNA ke dalam vektor plasmid.
2. Produksi protein
Penggunaan utama plasmid yang lain adalah membuat protein dalam jumlah
besar. Terdapat cara yang mudah dan murah dalam memproduksi protein yang
disandi secara genetik. Dalam hal ini, para peneliti menumbuhkan bakteri
yang mengandung plasmid yang menyimpan gen yang diinginkan. Sama
seperti bakteri yang menghasilkan protein untuk memberikan resistensi
antibiotik, bakteri juga dapat diinduksi untuk menghasilkan sejumlah besar
protein dari gen yang dimasukkan.
3. Terapi Gen
Selain produksi protein, plasmid juga dapat digunakan untuk transfer gen ke
sel manusia sebagai pengobatan potensial dalam terapi gen sehingga dapat
mengekspresikan protein yang diharapkan dalam sel. Terapi gen
membutuhkan penyisipan gen terapeutik di lokasi target kromosom yang telah
dipilih sebelumnya dalam genom manusia. Vektor plasmid merupakan salah
satu dari banyak prosedur yang dapat digunakan untuk menggapai tujuan ini.
4. Model penyakit
Terakhir, plasmid juga dapat digunakan untuk merekayasa sel induk
embrionik tikus untuk menciptakan model penyakit genetik tikus. Efisiensi
terbatas teknik berbasis plasmid menghalangi penggunaannya dalam
penciptaan model sel manusia yang lebih akurat.

D. Kat7
Histone acetyltransferase KAT7 adalah enzim yang pada manusia dikodekan
oleh gen KAT7 . Ini secara khusus mengasetilasi histon H4 pada residu lisin 12
(H4K12) dan diperlukan untuk lisensi asal dan replikasi DNA . KAT7 berasosiasi
dengan asal - usul replikasi selama fase G1 dari siklus sel melalui pengompleksan
dengan CDT1 . Geminin dianggap menghambat aktivitas asetiltransferase KAT7
ketika KAT7 dan CDT1 dikomplekskan bersama. Kat7 adalah satu dari puluhan ribu

7
gen yang ditemukan dalam sel mamalia. Para peneliti menonaktifkannya di hati tikus
menggunakan metode yang disebut vektor lentiviral. Hasilnya pun sangat fantastis,
terapi tersebut tidak hanya mencegah penuaan dini, namun juga memperpanjang umur
tikus sekitar 25%. Penelitian ini diakui belum sempurna, namun tentunya akan
memberikan dampak yang sangat besar bagi dunia kedokteran. Apalagi, penelitan ini
menyangkut umur yang dapat diperpanjang.
E. Keamanan Terapi Gen
Terapi gen memiliki sederet risiko. Pasalnya, gen tidak bisa dimasukkan
secara langsung ke dalam sel. Gen harus dimasukkan melalui perantara yang dikenal
dengan nama vektor. Vektor terapi gen yang paling umum adalah virus, karena virus
dapat mengenali sel dan membawa materi genetik ke dalam sel.
Pada salah satu prosedur terapi gen, para peneliti akan mengeluarkan gen
penyebab penyakit dari virus dan menggantinya dengan gen yang dapat menghentikan
penyakit. Tindakan ini dapat menimbulkan beberapa risiko di bawah ini :
● Reaksi sistem imun yang tidak diinginkan
Sistem imun tubuh dapat menganggap virus yang dimasukkan sebagai
ancaman dan menyerangnya. Hal ini bisa memicu peradangan bahkan gagal
organ.
● Reaksi sistem imun yang tidak diinginkan
Karena dapat menyerang lebih dari satu sel, ada kemungkinan virus
menyerang sel lain yang sehat. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
penyakit lain, seperti kanker.
● Infeksi yang disebabkan oleh virus
Ketika dimasukkan ke dalam tubuh, ada kemungkinan virus memicu infeksi
tubuh dan menimbulkan penyakit.
● Kemungkinan terbentuknya tumor
Bila gen baru dimasukkan ke dalam DNA yang salah, tumor bisa saja
terbentuk..

8
BAB III
METODE ANALISIS

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian ini berbentuk narasi
dan referensi. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan
sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula, yang
menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Penulis hanya
melakukan penelitian dengan metode kualitatif karena penulis membutuhkan pemahaman
yang lebih detail dan mendalam dan ingin mempelajari konteks penelitian yang saling
berkaitan, terutama pada kasus KAT7. Sedangkan pengumpulan data yang penulis lakukan
berupa observasi dan diskusi dengan kelompok.

9
BAB IV
HASIL ANALISIS
Hasil analisis didasarkan beberapa pendapat yang didasarkan pada penelitian
dan fakta dilapangan yaitu :
1. Terapi gen yang menyisipkan gen ke dalam sel-sel individu dan jaringan untuk
mengobati penyakit kronis dan kelainan genetik di mana suatu gangguan gen
mutan diganti dengan gen fungsional. Diharapkan terapi gen mencakup semua
aplikasi teknologi DNA untuk mengobati penyakit. Seperti pada hemofilia,
kelainan darah genetik menyebabkan akibat faktor pembekuan darah, terapi
gen memegang janji besar untuk pasien ini karena substitusi dari gen yang
membuat protein yang hilang secara permanen dapat menghapus kebutuhan
protein suntikan.
2. U.S National Library of Medicine menuliskan orang dengan sindrom alport
akan mengalami kehilangan fungsi ginjal secara progresif. Orang dengan
sindrom ini akan ditandai dengan kondisi darah di dalam urin (hematuria) dan
protein tinggi di dalam urin (proteinuria). Lebih lanjut, sindrom ini
menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir. Terapi gen memiliki potensi yang
besar untuk penyakit genetik maupun tidak. Ia menjanjikan banyak hal. Mayo
clinic menuliskan terapi gen telah berhasil dalam mengobati penyakit
defisiensi imun kombinasi parah, hemophilia, kebutaan yang disebabkan oleh
retinitis pigmentosa, dan leukimia.
3. Pada 1998 , penelitian pada 14 pasien kanker pankreas dengan transgen
sitokrom p450 dengan vektor plasmid DNA transfeksi alogenik dengan sel
target ginjal embrionik manusia yang diinjeksikan pembuluh darah tumor
melalui angiografi superselektif dengan Farmaka Volume 15 Nomor 1 59
kombinasi terapi dosis rendah ifosfamide. Hasil pengamatan fase I dan II
menunjukkan 4 pasien menunjukkan regresi tumor, dan sepuluh pasien lain
tetap stabil. Ratarata harapan hidup bertambah dua kali lipat dibandingkan
dengan kontrol. Tingkat kelangsungan hidup pertahun adalah tiga kali lebih
baik
4. Pada 1999 , penelitian pada 6 pasien ( 3 pasien kanker pankreas dan 3 pasien
kanker saluran pencernaan). Digunakan transgen interleukin-2 (IL-2) dengan
vektor adenovirus diinjeksikan pembuluh intratumoral tanpa kombinasi terapi.

10
Hasil pengamatan fase I dan II menunjukkan keamanan obat yang baik tetapi
hasil akhir terhadap tumor tidak dilaporkan
5. Pada 2000, penelitian pada 3 pasien donor sehat dan 1 pasien menderita
kanker pankreas. Digunakan transgen ras onkoprotein termutasi dengan vektor
EB transfeksi autologus dengan sel target limfoblastoid yang diinjeksikan
subkutan tanpa kombinasi terapi. Hasil pengamatan fase I menunjukkan semua
subjek dengan perlakuan vaksin dosis tinggi menyebabkan muRas-specific
cytotoxic T lymphocytes
6. Pada 2001 , penelitian pada 14 pasien dengan indikasi klinis kanker
pankreas.Digunakan transgen GM-CSF dengan vektor plasmid DNA
transfeksi allogenik dengan vaksin sel tumor yang diinjeksikan intradermal
dengan kombinasi kemoradiasi. Hasil pengamatan fase I menunjukkan
terbentuk DTH pada 3 dari 14 pasien dan terjadi peningkatan waktu
kelangsungan hidup pada 3 pasien (setidaknya 25 bulan setelah diagnosa)
7. Pada 2002 , penelitian pada 10 pasien , 2 diantaranya menderita kanker
pankreas dan 8 pasien menderita kanker payudara stadium lanjut dan
karsinoma kandung empedu. Digunakan transgen MUC-1 dengan vektor
plasmid DNA transfeksi autologus dengan sel target dendritik yang
diinjeksikan subkutan tanpa kombinasi terapi. Hasil pengamatan Farmaka
Volume 15 Nomor 1 60 fase I dan II menunjukkan pasien menunjukkan
tanda-tanda kemajuan. Hanya satu pasien yang tetap stabil selama 3 bulan
sampai kemudian dipindahkan ke terapi lain. 3 dari 10 pasien menderita reaksi
vaccinespecific delayed-type hypersensitivity (DTH) . 4 dari 10 pasien
menunjukkan peningkatan sel INF dan sel T CD8+.
8. Pada 2005 , penelitian pada 17 pasien . 3 pasien menderita kanker pankreas
dan 14 pasien menderita kanker kolorektal dan liver.Digunakan transgen
interleukin-12 (IL-12) dengan vektor adenovirus transfeksi autologus sel target
dendritik yang diinjeksikan intratumoral tanpa kombinasi terapi. Hasil
pengamatan fase I menunjukkan pengobatan dapat ditoleransi dengan baik. 11
dari 17 pasien menunjukkan respon. Sebuah respon parsial diamati dalam 1
kasus dengan kanker pankreas , penyakit stabil pada 2 pasien dan
menunjukkan perkembangan di 8 pasien
9. Pada 2007 , penelitian pada 10 pasien dengan indikasi klinis kanker pankreas
stadium lanjut. Digunakan transgen CEA, MUC-1, dan TRICOM (termasuk

11
B7.1, ICAM-1, LFA-3) dengan vektor virus cacar yang diinjeksikan subkutan
dengan kombinasi terapi GM-CSF. Hasil pengamatan fase I menunjukkan
respon sel T spesifik antigen pada 5 dari 8 pasien yang dievaluasi. Terdapat
perbedaan rata-rata hidup 15,1 bulan pada responden dan 3,9 bulan pada
non-responden .Secara keseluruhan kelangsungan hidup rata-rata adalah 6,3
bulan.
10. Pada 2008 , penelitian pada 12 pasien dengan indikasi klinis kanker pankreas
metastasis. Digunakan transgen cyclin G1 dengan vektor retrovirus yang
diinjeksikan intravena tanpa kombinasi terapi .Hasil pengamatan fase I
menunjukkan keamanan yang baik tetapi tidak ditunjukkan bukti terhadap
aktivitas anti tumornya.

12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penuaan kulit yang prosesnya jauh lebih cepat dari yang biasanya. Sering dijumpai
orang-orang yang bisa dibilang masih muda tapi sudah terlihat tua karena timbulnya
kerutan-kerutan di wajah. Pada awal Januari 2021, muncul sebuah penelitian bernama
KAT7 yang dapat mencegah penuaan dini pada tikus. Diramalkan, penelitian ini dapat
diaplikasikan pada manusia pula. Menariknya, KAT7 ini juga dapat memperpanjang
umur makhluk hidup. Sampai saat ini, belum ada kasus timbulnya efek samping yang
disebabkan karena penelitian KAT7 ini. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya
beberapa efek samping yang belum dapat diatasi oleh peneliti
2. Kat7 adalah salah satu penerapan terapi gen yang diciptakan oleh manusia. Tidak
hanya dalam bidang kecantikan, namun terapi gen juga banyak diaplikasikan pada
bidang kedokteran. Banyak manfaat dari terapi gen seringkali diabaikan karena
ketakutan masyarakan akan hal-hal yang sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Hal ini
mendorong gerakan untuk pengedukasian masyarakat agar lebih percaya akan
teknologi yang berkembang dan memberikan manfaat serta tidak mudah untuk
percaya dengan ​hoax.
B. Saran
1. Masyarakat harus mengetahui terlebih dahulu risiko dari setiap tindakan. Bahwa tidak
ada sesuatu yang mutlak keberhasilannya. Oleh karena itu, secanggih apapun
teknologi yang digunakan, tetap ada risiko.
2. Pemerintah sebaiknya menerapkan regulasi yang lebih nyata agar tidak ada
malpraktik yang sekaligus dapat mencoreng teknologi itu sendiri.

.
..
.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://voi.id/teknologi/29009/ilmuwan-di-beijing-temukan-terapi-gen-penunda-penuaan-dari
-tikus
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI/article/download/510/381
Grass, R.N.; Heckel, R.; Puddu, M.; Paunescu, D.; Stark, W.J. Robust chemical preservation
of digital information on DNA in silica with error-correcting codes. Angew. Chem. Int. Ed.
2015, 54, 2552–2555.

.
.

14
LAMPIRAN
A. Lampiran Kasus

Judul berita yang menggemparkan dunia maya


B. Lampiran Gambar

Percobaan yang dilakukan Lembaga MPDI

15
Gambaran umum dari teknologi plasmid pada pencegah penuaan

16

Anda mungkin juga menyukai