Anda di halaman 1dari 16

11

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan

membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat,

manusia dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta

masyarakat yang tentram dan damai. Sebagaimana berinteraksi sosial dijelaskan

dalam Firman Allah dalam surah Luqman/31 ayat 18-19, yang didalamnya

terdapat contoh perilaku berinteraksi sosial.

ُّ‫ا إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ ِحب‬4ۖ 4‫ض َم َر ًح‬ ‫أۡل‬


ِ ‫ش فِي ٱ َ ۡر‬ ِ َّ‫ك لِلن‬
ِ ۡ‫اس َواَل تَم‬ َ ‫ع ِّۡر خَ َّد‬4 ‫ص‬َ ُ‫َواَل ت‬
‫ك إِ َّن‬ َ ۚ ِ‫ ۡوت‬4 ‫ص‬
َ ‫ض ِمن‬ ۡ 4‫ض‬ ُ ‫ٱغ‬ ِ ‫ َو ۡٱق‬١٨ ‫ور‬4
َ ِ‫ي‬4 ‫ ۡد فِي َم ۡش‬4 ‫ص‬
ۡ ‫ك َو‬ ٖ 4‫ال فَ ُخ‬ ٖ َ‫ُك َّل ُم ۡخت‬
)١٩١٨: ٣١/‫ (لقمن‬١٩ ‫ير‬ ۡ ُ ‫ص ۡو‬َ َ‫ت ل‬ ۡ َ ‫أَن َك َر ٱأۡل‬
ِ ‫ص ٰ َو‬
ِ ‫ت ٱل َح ِم‬
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai”. (QS Luqman/31: 18-19).1

Dari ayat pertama penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam

berinteraksi dengan sesama manusia kita harus menggunakan akhlak dan sopan

santun. Kita sebagai manusia tidak boleh memiliki sikap sombong dan saling

menghina. Tetapi kita sebagai manusia harus merasa sikap rendah hati terhadap
1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Bintang Indonesia, 2011),
hlm. 325. 11
12

sesama manusia.2 Selain itu, manusia juga tidak boleh melangkah dengan angkuh

ketika berjalan di bumi, karena sejatinya bumi merupakan tempat berjalan semua

orang baik yang kuat dan lemah, kaya dan miskin, penguasa dan rakyat jelata.

Oleh karena itu, dalam melangkah di bumi kita tidak boleh merasa angkuh. Dan

sikap sombong serta angkuh dalam berjalan merupakan sesuatu yang tidak

disukai oleh Allah SWT.

Ayat yang kedua masih mempunyai keterkaitan dengan ayat yang

pertama. Pada ayat yang kedua, manusia diperintah untuk menyederhanakan

langkahnya dalam berjalan atau tidak merasa angkuh dalam berjalan. Perintah

tersebut masih berkaitan dengan larangan agar manusia tidak angkuh dalam

berjalan di atas bumi. Selain itu, “pada ayat yang kedua ini, kita sebagai manusia

diperintah agar tidak berbicara dengan suara keras. Kata ughdudh pada ayat

tersebut merupakan perintah agar manusia tidak menggunakan kemampuannya

secara sempurna, seperti halnya dalam berbicara kepada sesama manusia”.3

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk individual dan sosial, di

mana sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

lain. Dalam melakukan suatu hubungan sosial, seorang individu pasti melakukan

interaksi sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Gillin dalam Soerjono Soekanto

bahwa “interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis

yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-

2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 11,
Jakarta: Lentera, 2003, hlm. 139
3
Ibid, hlm. 140
13

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia”.4

Menurut Maryati dan Suryawati dalam Yesmil Anwar memberikan

pengertian “interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau inter

stimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan

kelompok”.5 Partowisastro menyatakan bahwa “interaksi sosial adalah relasi

sosial yang berfungsi dinamis yang dapat terbentuk antar individu, kelompok

dengan kelompok dan individu dengan kelompok”. Dapat dijelaskan bahwa

interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang dapat

terjadi saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Interaksi sosial pada anak berlangsung lama terjadi di sekolah. Mereka

akan saling berinteraksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, maupun

siswa dengan lingkungannya. Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya

adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama.

Menurut Hetherington & Parke dalam Desmita menyebutkan bahwa “teman

sebaya sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang

yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti

kesamaan tingkat usia”.6 Interaksi sosial dapat terjadi kapanpun dan dimanapun,

baik dengan guru, lingkungan maupun teman sebaya. Menurut Partowisastro,

4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.
55.
5
Yesmil Anwar dan Adang, Sosilologi (Bandung: Refika Aditama, 2013), hlm. 394.
6
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 345.
14

“pengertian interaksi adalah kedekatan hubungan pergaulan kelompok serta

hubungan antar individu atau anggota kelompok yang mencakup keterbukaan,

kerjasama, dan frekuensi hubungan”.7

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik atau respon yang terjadi pada

suatu kelompok pertemanan dengan memiliki karakteristik yang sama.

b. Bentuk- bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, bentuk- bentuk interaksi dapat berupa

kerjasama, persaingan dan bahkan berbentuk pertentangan atau pertikaian.

1. Kerjasama
Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa kerjasama merupakan
bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerjasama timbul karena orientasi
orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.
2. Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang
pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada,
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
3. Pertentangan atau Pertikaian
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana
individu ahtau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan
jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan.8

c. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi

7
Partowisastro, Psikologi Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2015), hlm. 38.
8
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 78-79.
15

Terjadinya interaksi sosial terdapat beberapa hal yang mempengaruhi

suatu interaksi, hal tersebut akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu

interaksi sosial itu sendiri. Desmita mengemukakan faktor-faktor yang

memungkinkan akan mempengaruhi terbentuknya interaksi sosial adalah sebagai

berikut:

1) Pentingnya aktivitas bersama-sama, adapun aktivitas bersama itu


meliputi berbicara, keluyuran, berjalan ke sekolah, belajar kelompok
dan juga senda gurau. Aktivitas ini dilakukan agar mereka mudah
diterima dalamkelompoknya.
2) Tinggal di lingkungan yang sama, biasanya merupakan individu yang
tinggal di daerah yang sama sehingga menjadi teman sepermainan.
Karena tinggal di lingkungan yang sama, biasanya mempunyai
hubungan dalam kelompok juga dekat sebab intensitas untuk
berkumpul lebihbanyak.
3) Bersekolah di sekolah yang sama, kelompok juga akan mudah
terbentuk di lingkungan sekolahan. Kontak sosial, interaksi serta
komunikasi akan mudah terbentuk.9

Sedangkan menurut Abu Ahmadi faktor yang mendasari berlangsungnya

interaksi sosial adalah:

1) Imitasi. Imitasi adalah proses belajar dengan meniru atau mengikuti


perilaku orang lain. Imitasi dapat bersifat positif dan bersifat negatif.
Bersifat positif apabila yang ditiru adalah hal-hal positif yang
memenuhi kaidah dan nilai namun dapat bersifat negatif apabila yang
ditiru adalah perilaku-perilaku menyimpang. Peranan dalam interaksi
sosial biasanya terjadi pada awal-awal perkembangan anak.
2) Sugesti. Sugesti merupakan pengaruh psikis baik yang datang dari diri
sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya diterima apa
adanya tanpa adanya kritik. Dalam sugesti tedapat dua macam yaitu
auto sugesti yang merupakan sugesti terhadap diri yang datang dari
dirinya sendiri sedangkan hetero sugesti yaitu sugesti yang datang
dari orang lain.
3) Identifikasi. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi sama
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Dalam
9
Desmita, Op.cit, hlm. 15.
16

hubungan sosial identifikasi lebih mendalam daripada sugesti maupun


imitasi karena dalam idetifikasi seseorang berusaha menempatkan diri
dalam keadaan orang lain bahkan menerima kepercayaan dan nilai
yang dianut oleh orang lain.
4) Simpati. Simpati adalah perasaan tertarik pada diri seseorang yang
membuatnya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain. Dalam
proses simpati terkadang berjalan tidak atas dasar logis yang rasional
melainkan berdasarkan perasaan.10

Berdasarkan uraian di atas faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

antara lain imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati serta dipengaruhi oleh

pentingnya aktivitas bersama, tinggal di lingkungan yang sama dan ikut serta

dalam kegiatan di masyarakat.

d. Aspek-Aspek Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan dasar hubungan sosial, dalam melakukan

interaksi sosial harus ada hubungan karena tanpa adanya hubungan antara

individu satu dengan individu lain maka interaksi sosial tidak akan terjadi.

Partowisastro merumuskan aspek- aspek interaksi teman sebaya sebagai berikut:

1) Keterbukaan individu dalam kelompok di mana individu dapat


menjalin hubungan akrab, mendapatkan dukungan, penerimaan serta
individu dapat terbuka terhadapkelompoknya.
2) Kerjasama individu dalam kelompok, individu akan terlibat dalam
berbagai kegiatan kelompok dan saling berbagi pikiran serta ide untuk
kemajuan kelompoknya serta saling berbicara dalam hubungan yang
erat.
3) Frekuensi hubungan individu dalam kelompok, yaitu intensitas
individu dalam bertemu anggota kelompoknya dan saling berbicara
dalam hubungan yang dekat.11

10
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 12.
11
Partowisastro, Op.Cit, hlm. 39.
17

Dalam aspek interaksi sosial terdapat individu yang melakukan hubungan

timbal balik dan saling mempengaruhi, adanya frekuensi hubungan dan

kerjasama dalam mencapai tujuan.

2. Perkembangan Bahasa

a. Pengertian Perkembangan Bahasa

Pada dasarnya bahasa merupakan alat komunikasi sebagai wujud kontak

sosial dalam menyatakan gagasan atau ide-ide dan perasaan-perasaan oleh setiap

individu sehingga dalam mengembangkan bahasa yang bersifat ekspresif,

seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia

taman kanak-kanak dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

pribadi anak tersebut.12 Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi

dengan orang lain. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir

individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan

bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan

menarik kesimpulan.

b. Teori-Teori Perkembangan Bahasa

Adapun teori-teori perkembangan bahasa menurut Nurbiana Dhieni

adalah:

1) Teori Behavioristik

12
Nubiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2013), 1.12.
18

Pada ahli behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa

membawa apapun. Dengan demikian, anak harus belahar (dalam hal ini belajar

berbahasa) melalui pengkondisian dari lingkungan, proses imitasi, dan diberikan

reinforcement (penguat). Ada beberapa ahli behavioristik yang berpendaoat

bahwa bahasa merupakan masalah respons dan sebuah imitasi. Skinner dalam

Nurbiana Dhieni menggunakan teori stimulus respons dalam menerangkan

perkembangan bahasa.Skinner menyatakan teori bahwa bahasa dipelajari melalui

pembiasaan lingkungan dan merupakan hasil imitasi terhadap orang dewasa.13

2) Teori Interaksionis

Kajian tentang teori interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa

bahasa merupakan perpaduan faktot genetik dan lingkungan. Kemampuan

kognitif dan berbahasa diasumsikan terjadi secara bersamaan. Seorang anak

dilahirkan dengan kemampuan untuk mempelajari dan mengemukakan bahasa,

reinforcement, reward, dan peran sosial. Para ahli interaksionis menjelaskan

bahwa berbagai faktor, seperti sosial, linguistik, kematangan, biologis, dan

kognitif, saling mempengaruhi, berinteraksi, dan memodifikasi satu sama lain

sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu.14

c. Tahap Perkembangan Bahasa

13
Nurbiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2012), hlm.2.9.
14
Ibid, hlm.2.25.
19

Perkembangan bahasa anak memang masih jauh dari sempurna. Namun

demikian potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan

menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan

orang-orang yang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi keterampilan

anak dalam berbicara atau berbahasa. Secara umum, perkembangan bahasa anak

dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pralinguistik dan linguistik.

1) Tahap Pralinguistik Tahap pralinguistik ini akan dialami pada fase


bayi. Pada tahapan ini, bahasa bayi berupa simbol-simbol ekspresi
tertentu seperti menangis, menjerit, dan juga tertawa. Berbagai
ekspresi tersebut merupakan bentuk komunikasi bayi dalam
menyampaikan perasaannya mulai dari senang, sedih, nyaman, atau
takut. Bisa juga untuk menyampaikan keinginannya misalnya haus,
lapar, ingin tidur, ataupun minta digendong. Selain itu, bentuk
komunikasi tersebut juga digunakan untuk menyampaikan perasaan
tidak nyaman dengan suatu hal seperti ketika mereka mengompol,
buang air besar, ataupun kesakitan. Seiring berjalannya waktu,
tahapan tersebut akan meningkat perlahan menjadi komunikasi ke
arah verbal. Komunikasi verbal pada tahapan ini masih dalam bentuk
sederhana seperti mengoceh dengan kalimat yang belum begitu jelas.
2) Tahap Lingustik Lebih meningkat dari tahapan pralinguistik, pada
tahapan ini anak sudah dapat melakukan komunikasi verbal dalam
bentuk kata-kata yang dapat dimengerti. Pada tahapan ini pula, anak-
anak sudah dapat menyusun kata dan menyampaikan komunikasinya
dalam sebuah kalimat seperti orang dewasa.15
Secara lebih rinci, tahapan perkembangan bahasa anak usia 0-5 tahun,

perkembangan bahasa anak berdasarkan usia dapat dikategorikan sebagai berikut.

1) Usia 0-12 bulan Pada usia ini, sebagian besar bayi berada pada tahap
pralinguistik. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada
tahapan ini bayi akan lebih banyak menunjukkan komunikasinya
dalam bentuk simbol-simbol ekspresi. Pada fase ini pula, bayi sudah
mampu merespons suara, babling (mengulang konsonan atau vocal),
memahami perintah verbal, serta menunjuk arah. Umumnya, jika
sudah mulai memasuki usia 10 bulan, si bayi sudah mulai
15
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm.31.
20

mengucapkan kata-kata sederhana seperti menyebut orang


terdekatnya (mama atau papa).
2) Usia 1-3 tahun Pada usia ini, anak sudah mulai menunjukkan
peningkatan bahasa. Jika pada tahun pertama anak sudah mulai dapat
memahami intruksi dan mengucap satu kata, maka di tahun kedua
dan ketiga, anak sudah mulai mengenal dan belajar mengucapkan
kata-kata sederhana meskipun pengucapannya belum begitu
sempurna. Seperti “patu” (apa itu), “ndak au” (tidak mau), dan lain
sebagainya.
3) Usia 3-5 tahun Pada tahapan usia ini, anak sudah mampu menyusun
kata dan menyampaikan komunikasinya dalam sebuah kalimat seperti
orang dewasa. Ia sudah mampu mengenal kata kerja dan kata ganti, ia
juga sudah dapat menyampaikan keinginannya dalam bentuk kalimat
seperti “aku ingin makan roti”, “aku mau bermain”, dan lain
sebagainya. Tak hanya bisa menyampaikan keinginannya, pada usia
ini anak juga sudah mampu melontarkan pertanyaan, protes,
penolakan, ataupun menyampaikan perasaan.16

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh “lingkungan anak dan

lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau penutur

yang lebih matang memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu

peningkatan kemampuan anak untuk berkomunikasi atau mengungkapkan

bahasa”.17 Perbedaan perkembangan bahasa anak, “baik bentuk maupun

strukturnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang kultural dan sosial tertentu.

Apakah seorang anak berkata kasar atau halus lingkunganlah yang memberi

masukan, termasuk domain vertikal dan horizontal primer (keluarga dan teman

sebaya)”.18 Madyawati menyatakan bahwa bahasa anak dapat berkembang

dengan cepat jika:

16
Ibid,hlm.35.
17
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm.40.
18
Ibid, hlm.41.
21

1) Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas daritekanan.


Karena lingkungan yang kaya bahasa akan menstimulasi
perkembangan mengungkapkan bahasa anak. Stimulasi tersebut akan
optimal jika anak tidak merasa tertekan.
2) Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak. Anak usiadini
emosinya masih kuat. Karena itu orang tua dan guru
harusmenunjukkan minat dan perhatian tinggi kepada anak.
Orangdewasa perlu merespon anak dengan tulus. Menyampaikan
pesan verbal diikuti dengan pesan non verbal. Dalambercakap-cakap
dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan ekspresiyang sesuai
dengan ucapannya. Perlu diikuti gerakan, mimik muka, danintonasi
yang sesuai.
3) Melibatkan anak dalam komunikasi.Orang dewasa perlu melibatkan
anak untuk ikut membangun komunikasi.Kita menghargai ide-idenya
dan memberi respon yang baik terhadapbahasa anak.19

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa: kealamian

pemerolehan bahasa tidak dibiarkan mengalir begitu saja, tetapi diusahakan

sedemikian rupa, sehingga anak mendapat simulus positif sebanyak dan

sevariatif mungkin. Dengan demikian, anak tidak akan mengalami kesulitan

ketika memasuki tahap perkembangan bahasa untuk kemudian menjadi

seseorang yang terampil mengungkapkan bahasa. Oleh karena itu, pola asuh

yang kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan tahap perkembangan anak

akan menciptakan interaksi dan situasi komunikasi yang memberi kontribusi

positif terhadap kemampuan mengungkapkan bahasa anak.

B. Penelitian Yang Relevan

19
Medyawati, Perkembangan Bahasa Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm. 12
22

Dari telaah pustaka yang dilakukan, ada beberapa banyak hasil penelitian

yang relevan dengan variabel penelitian ini namun peneliti hanya mengambil

beberapa penelitian tersebut diantaranya:

1. Ade Rizkia Rahayu, Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan

Masyarakat Program Sarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat

Surabaya tahun 2016 dengan judul penelitian yang hampir sama dengan

penelitian yang penulis bahas, yaitu “Pengaruh Interaksi Sosial Anak

Usia Dini Dalam Konteks Kesehatan Sosial di Kota Surabaya”.

Kesimpulan dari penelitiannya berdasarkan hasil penelitian Pola interaksi

sosial asosiatif pada anak UPTD Kampung Anak Negeri, Kota Surabaya

lebih banyak ditunjukkan dari pada pola interaksi sosial asosiatif. Pola

interaksi tersebut ditunjukkan melalui tindakan kooperatif, akomodasi, dan

asimilasi oleh anak. Tindakan tersebut mewujudkan pola interaksi sosial

yang baik dan selanjutnya mendukung terciptanya kondisi kesehatan sosial

yang optimal bagi anak. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan

oleh Ade Rizkia Rahayu lebih menekankan kepada Pengaruh Interaksi

Sosial Anak Usia Dini Dalam Konteks Kesehatan Sosial di Kota

Surabaya. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah lebih

menekankan kepada Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Perkembangan

Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun Di RA Al-Alawi Desa Tandam Hilir II

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.


23

2. Murti Dwi Astuti, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi tahun 2017 dengan judul penelitian yang hampir sama

dengan penelitian yang penulis bahas, yaitu “Pengaruh Interaksi Sosial

Anak Usia Dini Dengan Teman Sebaya di KB Ar-Rohmah Desa

Muaro Pijoan”. Kesimpulan dari penelitiannya berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan mengenai pola interaksi sosial anak usia dini

dengan teman lain di KB Ar-Rohmah Desa Muaro Pijoan, peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa ada tiga pola interaksi sosial yang dapat

ditemukan yaitu: Pola interaksi individu dengan individu, pola interaksi

individu dengan kelompok, dan pola interaksi kelompok dengan

kelompok. Didalam proses belajar mengajar peranan guru sangatlah

penting dalam membentuk karakter anak sejak usia dini, dengan pola

interaksi sosial dengan teman lain di KB Ar-Rohmah Desa Muaro Pijoan,

peserta didik cukup berperan dalam membentuk interaksi sosial dengan

teman lainnya. Persamaan penelitian ini adalah melakukan penelitian

tentang interaksi sosial anak usia dini. Perbedaannya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Murti Dwi Astuti lebih menekankan kepada Pengaruh

Interaksi Sosial Anak Usia Dini Dengan Teman Sebaya di KB Ar-Rohmah

Desa Muaro Pijoan. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih

menekankan kepada Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Perkembangan

Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun Di RA Al-Alawi Desa Tandam Hilir II

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.


24

3. Laely Hidayati, Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang tahun 2018 dengan judul penelitian yang hampir sama dengan

penelitian yang penulis bahas, yaitu “Kemampuan Interaksi Sosial

Anak Usia Dini Berdasarkan Pemberian Gadget Oleh Orang Tua Di

Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang”.

Kesimpulan dari penelitiannya berdasarkan pembahasan hasil penelitian,

interaksi sosial anak usia dini berdasarkan pemberian gadget oleh

orangtua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial anak usia

dini berdasarkan pemberian gadget yang setiap hari dan hari tertentu di

Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang memiliki

interaksi sosial anak yang tinggi, yaitu 46,6% pada setiap hari dan 46,6%

pada hari tertentu. Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai sig-2

tailed 0,940 yang berarti nilai sig-2 tailed > 0,05 dengan hasil uji hipotesis

ditolak. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan interaksi

sosial anak usia dini berdasarkan pada pemberian gadget oleh orangtua di

Keluarahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Persamaan

penelitian ini adalah melakukan penelitian tentang interaksi sosial anak

usia dini. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Laely

Hidayati lebih menekankan kepada kemampuan Interaksi Sosial Anak

Usia Dini Berdasarkan Pemberian Gadget Oleh Orang Tua Di Kelurahan

Sukarejo Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Sedangkan penelitian

yang penulis lakukan adalah lebih menekankan kepada Pengaruh Interaksi


25

Sosial Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun Di RA Al-

Alawi Desa Tandam Hilir II Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli

Serdang.

C. Kerangka Berpikir

Interaksi sosial siswa merupakan suatu tindakan seseorang individu yang

dapat mempengaruhi individu-individu lainya dalam suatu lingkungan sosialnya,

dalam bertindak atau berprilaku sosial seorang individu hendaknya

memperhitungkan keberadaan individu lainya yang ada dalam lingkunganya.

Perkembangan bahasa anak merupakan kombinasi antara interaksi sosial,

perkembangan emosinya, kemampuan kognitif, dan perkembangan

fisik/motoriknya. Semua perkembangan tersebut dikombinasikan dengan apa

yang terjadi dalam beberapa tahun tahap perkembangan anak.

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, untuk memperjelas pengaruh

antara variabel x dan y maka peneliti mengilustrasikannya dengan grafik sebagai

berikut:

rxy
Interaksi sosial Perkembangan Bahasa
(X) Anak Usia 4-5 Tahun
(Y)

Berdasarkan kerangka berpikir sesuai skema tersebut di atas tampak

bahwa penelitian dalam mengkaji kemampuan interaksi sosial anak di RA Al-

Alawi Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
26

bahwa dalam interaksi sosial anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan

bahasanya.

D. Hipotesis Penelitian

Untuk mempermudah dalam menganalisa serta pengajuan hipotesis

penelitian ini, maka hipotesis tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk Hipotesis

Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh antara interaksi sosial dengan perkembangan bahasa

Ha: Ada pengaruh antara interaksi sosial terhadap perkembangan bahasa anak.

Anda mungkin juga menyukai