Bab Ii Kerangka Teoritik
Bab Ii Kerangka Teoritik
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Deskripsi Teoritik
1. Interaksi Sosial
manusia dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta
dalam Firman Allah dalam surah Luqman/31 ayat 18-19, yang didalamnya
berinteraksi dengan sesama manusia kita harus menggunakan akhlak dan sopan
santun. Kita sebagai manusia tidak boleh memiliki sikap sombong dan saling
menghina. Tetapi kita sebagai manusia harus merasa sikap rendah hati terhadap
1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Bintang Indonesia, 2011),
hlm. 325. 11
12
sesama manusia.2 Selain itu, manusia juga tidak boleh melangkah dengan angkuh
ketika berjalan di bumi, karena sejatinya bumi merupakan tempat berjalan semua
orang baik yang kuat dan lemah, kaya dan miskin, penguasa dan rakyat jelata.
Oleh karena itu, dalam melangkah di bumi kita tidak boleh merasa angkuh. Dan
sikap sombong serta angkuh dalam berjalan merupakan sesuatu yang tidak
langkahnya dalam berjalan atau tidak merasa angkuh dalam berjalan. Perintah
tersebut masih berkaitan dengan larangan agar manusia tidak angkuh dalam
berjalan di atas bumi. Selain itu, “pada ayat yang kedua ini, kita sebagai manusia
diperintah agar tidak berbicara dengan suara keras. Kata ughdudh pada ayat
mana sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Dalam melakukan suatu hubungan sosial, seorang individu pasti melakukan
interaksi sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Gillin dalam Soerjono Soekanto
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 11,
Jakarta: Lentera, 2003, hlm. 139
3
Ibid, hlm. 140
13
manusia”.4
pengertian “interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau inter
stimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan
sosial yang berfungsi dinamis yang dapat terbentuk antar individu, kelompok
interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang dapat
akan saling berinteraksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, maupun
adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama.
sebaya sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang
yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti
kesamaan tingkat usia”.6 Interaksi sosial dapat terjadi kapanpun dan dimanapun,
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.
55.
5
Yesmil Anwar dan Adang, Sosilologi (Bandung: Refika Aditama, 2013), hlm. 394.
6
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 345.
14
interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik atau respon yang terjadi pada
1. Kerjasama
Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa kerjasama merupakan
bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerjasama timbul karena orientasi
orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.
2. Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang
pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada,
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
3. Pertentangan atau Pertikaian
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana
individu ahtau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan
jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan.8
7
Partowisastro, Psikologi Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2015), hlm. 38.
8
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 78-79.
15
suatu interaksi, hal tersebut akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu
berikut:
antara lain imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati serta dipengaruhi oleh
pentingnya aktivitas bersama, tinggal di lingkungan yang sama dan ikut serta
interaksi sosial harus ada hubungan karena tanpa adanya hubungan antara
individu satu dengan individu lain maka interaksi sosial tidak akan terjadi.
10
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 12.
11
Partowisastro, Op.Cit, hlm. 39.
17
2. Perkembangan Bahasa
sosial dalam menyatakan gagasan atau ide-ide dan perasaan-perasaan oleh setiap
seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia
dengan orang lain. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir
menarik kesimpulan.
adalah:
1) Teori Behavioristik
12
Nubiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2013), 1.12.
18
membawa apapun. Dengan demikian, anak harus belahar (dalam hal ini belajar
bahwa bahasa merupakan masalah respons dan sebuah imitasi. Skinner dalam
2) Teori Interaksionis
13
Nurbiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2012), hlm.2.9.
14
Ibid, hlm.2.25.
19
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan
anak dalam berbicara atau berbahasa. Secara umum, perkembangan bahasa anak
1) Usia 0-12 bulan Pada usia ini, sebagian besar bayi berada pada tahap
pralinguistik. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada
tahapan ini bayi akan lebih banyak menunjukkan komunikasinya
dalam bentuk simbol-simbol ekspresi. Pada fase ini pula, bayi sudah
mampu merespons suara, babling (mengulang konsonan atau vocal),
memahami perintah verbal, serta menunjuk arah. Umumnya, jika
sudah mulai memasuki usia 10 bulan, si bayi sudah mulai
15
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm.31.
20
lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau penutur
yang lebih matang memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu
strukturnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang kultural dan sosial tertentu.
Apakah seorang anak berkata kasar atau halus lingkunganlah yang memberi
masukan, termasuk domain vertikal dan horizontal primer (keluarga dan teman
16
Ibid,hlm.35.
17
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm.40.
18
Ibid, hlm.41.
21
seseorang yang terampil mengungkapkan bahasa. Oleh karena itu, pola asuh
yang kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan tahap perkembangan anak
19
Medyawati, Perkembangan Bahasa Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm. 12
22
Dari telaah pustaka yang dilakukan, ada beberapa banyak hasil penelitian
yang relevan dengan variabel penelitian ini namun peneliti hanya mengambil
Surabaya tahun 2016 dengan judul penelitian yang hampir sama dengan
sosial asosiatif pada anak UPTD Kampung Anak Negeri, Kota Surabaya
lebih banyak ditunjukkan dari pada pola interaksi sosial asosiatif. Pola
Universitas Jambi tahun 2017 dengan judul penelitian yang hampir sama
penelitian dan pembahasan mengenai pola interaksi sosial anak usia dini
mengambil kesimpulan bahwa ada tiga pola interaksi sosial yang dapat
penting dalam membentuk karakter anak sejak usia dini, dengan pola
yang dilakukan oleh Murti Dwi Astuti lebih menekankan kepada Pengaruh
Semarang tahun 2018 dengan judul penelitian yang hampir sama dengan
dini berdasarkan pemberian gadget yang setiap hari dan hari tertentu di
interaksi sosial anak yang tinggi, yaitu 46,6% pada setiap hari dan 46,6%
tailed 0,940 yang berarti nilai sig-2 tailed > 0,05 dengan hasil uji hipotesis
sosial anak usia dini berdasarkan pada pemberian gadget oleh orangtua di
Serdang.
C. Kerangka Berpikir
berikut:
rxy
Interaksi sosial Perkembangan Bahasa
(X) Anak Usia 4-5 Tahun
(Y)
Alawi Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
26
bahasanya.
D. Hipotesis Penelitian
penelitian ini, maka hipotesis tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk Hipotesis
Ho: Tidak ada pengaruh antara interaksi sosial dengan perkembangan bahasa
Ha: Ada pengaruh antara interaksi sosial terhadap perkembangan bahasa anak.