Anda di halaman 1dari 8

MEMBENTUK KEPRIBADIAN MELALUI INTERAKSI SOSIAL

A. Kepribadian

Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: “pesona”. Pada
mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain
sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang
diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan
bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya.

Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum
tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan
melalui interaksi sosialnya.

A.I. Tipe-Tipe Kepribadian

Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Penelitian
tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita mengenal Hippocrates
dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan
menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.

1. Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,


sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis
dan selalu menaruh rasa curiga.
2. Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-
orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan
bersikap optimistis.
3. Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-orang
seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis,
pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4. Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini
bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya
garang dan agresif.

A.II. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian :

1. Faktor genetik

Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda,
Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas,
rentang atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan Sedangkan menurut hasil riset tahun
2007 Kazuo Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan
diaktivasi pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.

2. Faktor lingkungan

Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya


dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat mempengaruhi
kepribadian. Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan : kegagalan anak membentuk
perlekatan yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan
berhubungan dengan ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang lain pada masa
dewasa (Bowlby , 1973).

3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir

Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari Jepang
dalam bukunya The Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa kepribadian
sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang
bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita sering menyalakan
gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian dan nasib kita akan lebih baik.
Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak dapat dirubah. Setiap orang yang
diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan kepribadian. Kepribadian itu sebetulnya adalah
sumbangsih atau pemberian Tuhan ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima
atau kita alami pada masa pertumbuhan kita.

B. Interaksi Sosial

Interaksi terjadi jika satu individu melakukan tindakan, sehingga menimbulkan reaksi pada
individu-individu yang lain. Karena itu interaksi terjadi dalam kehidupan sosial. Dengan kata
lain interaksi dapat diartikan hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi diantara gejala
aneka kehidupan yang dilakukan oleh manusia. Interaksi sosial merupakan sarana atau alat
dalam mencapai kehidupan sosial. Adanya interaksi sosial merupakan naluri manusia yang
sejak lahir membutuhkan pergaulan dengan sesamanya(gregoriousness).

Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap
sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang
dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir
adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat
terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses
tersebut disebut juga dengan interpretative process

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi,
indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor
meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya
memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi
dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah.
Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.

Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang
mengindentikkan (menyadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan
pemain sepakbola idolanya.  Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh foktor rasa
tertarik atau kagum pada orang lain.

Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam.
Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian
membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif.
Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerjasama) (Intinya
interaksi social yang baik-baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasi dll). Contoh kerja sama
antara depertemen pendidikan nasional dengan PT Telkom dalam program Hardiknas.

Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak
baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul anaknya
karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis dengan cara
membentak.

B.I. Macam Macam Interaksi Sosial

a. Interaksi antara individu dan individu

Dalam interaksi itu individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan, atau stimulus
kepada individu lainnya. Sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan
reaksi, tanggapan, atau respons. Wujud interaksinya dapat berupa kerlingan mata, jabat
tangan, saling menyapa, bercakap-cakap, atau mungkin bertengkar, interaksi social dapat
terjadi tanpa berbincang-bincang, misalnya, orang yang sedang marah, tidak menyapa
terhadap temannya, saling berdiam diri atau orang yang bertingkah aneh yang mengundang
perhatian orang banyak.

b. Interaksi antara individu dan kelompok

Dalam interaksi itu seorang individu berinteraksi sosial dengan kelompok. Contohnya,
seorang ketua kelas yang sedang memberlkan penjelasan di depan teman-temannya mengenai
pembagian tugas piket kelas, atau seorang mahasiswa praktek kerja lapangan (PKL) yang
sedang mengajar didepan kelas. Interaksi antara kelompok dan kelompok Dalam interaksi ini
kepentingan individu-individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, dan berhubungan
dengan kepentingan individu-individu dalam kelompok lain. Contohnya, kelompok
dasawisma dalam suatu RT mengundang dasawisma kelompok lain dalam rangka syukuran
atas kemenangannya pada lomba simulasi P-4. Ciri-ciri Interaksi Sosial

B.II. Ciri-ciri Interaksi sosial ada empat macam:

a. Pelakunya lebih dari satu orang.

b. Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.

c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan oleh pelakunya.

d. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang akan
menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

BIII. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

a. Proses-proses social yang asosiatif

Artinya adalah proses-proses social yang mengarah pada kesatuan yang terwujud dalam
bentuk sebagai berikut.
1) Kerja sama (cooperation)

Ada empat bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut.

– Tawar menawar(bargaining) adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang


dan jasa antara dua organisasi atau lebih.

– Kooptasi(cooptation) adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam


kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghundari kegoncangan dalam organisasi.

– Koalisasi(coalitation) adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan yang sama.

– Joint Venture adalah kerja sama dalam mengusahakan proyek-proyek tertentu.

2) Akomodasi (accomodation)

Akomodasi yaitu cara untuk menyelesaikan pertentengan tanpa menghancurkan pihak lawan.
Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, sebagai berikut :

– Koersi (coertion) yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya terjadi karena adanya paksaan
dari pihak yang lebih kuat.

– Kompromi yaitu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibatn masing-masing


mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaiannya.

– Arbitrase yaitu penyelesaian pertentangan oleh pihak ketiga yang dipilah oleh kedua belah
pihak.

– Mediasi yaitu hampir sama dengan arbitrase tetapi pihak ketiga netral, hanya sebagai
penasihat.

– Konsiliasi yaitu suatu usaha mempertemukan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya
persetujuan bersama.

– Toleransi yaitu suatu usaha untuk menghindarkan diri dari perselisihan dengan membiarkan
atau menghormati pihak lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

– Stalemate yaitu suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang bertentangan


mempunyai kekuatan yang seimbang sehingga berhenti pada titik tertentu tanpa bias maju
ataupun mundur.

– Adjudikasi yaitu suatu penyelesaian perkara melalui pengadilan.

3) Asimilasi (asimilation)

Asimilasi yaitu suatu proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-
perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia.
Proses asimilasi dapat terjadi apabila:

a) Ada kelompok-kelompok yang berbeda budayanya.

b) Saling bergaul langsung dan intensif untuk waktu yang lama.

c) Kebudayaan dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing berubah dan saling


menyesuaikan diri. 

PEMBAHASAN

A. MEMBENTUK KEPRIBADIAN MELALUI INTERAKSI SOSIAL

Apa yang didapatkan dari lingkungan sosialnya menjadi modal utama bagi pembentukan
kepribadiannya kelak. Dalam hal ini, bagaimana pengaaruh lingkungan keluarga, masyarakt
dan kebudayaan.

Pembentukan kepribadian seseorang merupakan hasil perpaduan dari berbagai faktor yang
saling terkait satu dengan yang lainnya, dengan berbagai proses pendukungnya. Salah satu
faktor yang memegang peranan penting di dalam hal ini adalah interaksi sosial. Karena pada
dasarnya manusia selama hidupnya mengalami interaksi sosial, yang memungkinkan manusia
yang bersangkutan berkembang. Lalu apakah sesungguhnya yang diseut dengan interaksi
sosial.

W.A. Gerungan merumuskannya sebagai suatu hubungan antara dua atau lebih individu.
Dimana pribadi individu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki prilaku individu yang
laian, atau sebaliknya. (W.A. Gerungan, Psikolgi Sosial, 1978). Dengan pengertian tersebut,
akan memudahkan kita untuk memahami pembahasannya lebih lanjut.

Jika ditelusuri sejarah kehidupan seseorang, akan semakin nyatalah peranan interaksi sosial di
dalam rangkan pembentukan kepribadiannya. Sifat-sifat kemanusiaan manusiapun terbentuk
melalui interaksi sosial. Karena di dalamnya terkandung unsur-unsur manusiawi dengan
lingkungan manusiawi. Proses berlangsung kait-mengait, dengan tahapan-tahapan sistematis.

B. PEOSES MEMBENTUK KEPRIBADIAN MELALUI INTERAKSI SOSIAL

Prosesnya bermula dari lingkungan keluarga, yang berlanjut di dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan maupun di dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas.

Untuk memperjelas bagaimana sesungguhnya kepribadian individu, akan dijelaskan secara


terperincibagaimana proses berlangsungnya.

1. Interaksi Sosial di dalam Keluarga

Keluarga merupakan basis pertama dan utama dalam berbagai rangkaian proses interaksi
sosial yang dialami individu selama hidupnya. Hal tersebut dimungkinkan, karena kedudukan
keluarga sebagai komponen terkecil dari struktur masyarakat, merupakan tempat pertama
bagi individu mengenal manusia lain diluar dirinya. Di samping itu juga di dalam keluargalah
anak mulai mengenal peranan dirinya sebagai manusia.
Proses terjadinya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga dimulai sejak kelahiran. Saat
anak mulai merasakan dunia lain dari dunia kandungan yang selama ini dikenalnya sebelum
kelahiran. Sedangkan kelahiran itu sendiri merupakan prasyarat bagi seseorang untuk
berkembang dan memiliki kepribadian sendiri.

Pada tahapan pertama, apa yang diberikan oleh keluarga merupakan potensi-potensi atau
kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang. Pada perkembangan lebih lanjut hal tersebut
menadapatkan rangsangan dan pengarahan dari lingkungan keluarganya sehingga lebih
berkembang.

Agar perkembangan yang dicapai dapat berjalan dengan normal dan ideal, peranan keluarga
sebagai suatu lingkungan keluarga yang menyediakan segala sarana yang memungkinkan
terjadinya perkembangan sangat menentukan.

Peranan keluarga yang dimaksud dalam hal ini, tidak hanya menyangkut pemenuhan segala
kebutuhan anak yang berwujud materi, tetapi juga menyangkut pemenuhan kebutuhan
psikologis dan sosiaologis. Bahkan dua kebutuhan tersebut seharusnya mendapatkan porsi
yang lebih besar. Karena mengingat pengaruhnya yang cukup besar pada perkembangan
selanjutnya yang dialami anak pada masa-masa mendatang.

Kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosiologis anak meliputi penghayatan-penghayatan


rohani psikis dan sosial yang dialami anak sebagai suasana, sikap pergaulan, antara manusia
yang mengikat anak didalam keluarganya, yang kemudian menjadi dasar untuk pergaulannya
dengan masyarakat sosial yang lebih luas. Wujud yang nyata dari hal itu dibnerikan dalam
bentuk kasih sayang yang memberi anak rasa nyaman., rasa diterima serta rasa diakui
keberadaanya. Dengan demikian interakasi sosial yang pertama kali dirasakan anak adalah
perlakuan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, terutama dari ibunya. Pada saat anak
sepenuhnya tergantung dari kedua orang tuanya untuk memenuhi segala kebutuhannya, baik
yang berupa fisik ataupun psikis.

Dengan semakin bertambahnya usia anak yang diikuti oleh berfungsinya organ-organ tertentu
dari tubuhnya, nteraksi sosial yang dialami anak semakin berkembang. Anak sudah dapat
melakukan komunikasi dengan orangtuanya, meskipun masih dalam bentuk-bentuk yang
sangat sederhana dan bersifat simbolik. Jawaban-jawaban yang diberikan yang diberikan
orang tuanya sebagai pengertian terhadap komunikasi simbolik anak, akan dirasakan sebagai
suatu interaksi sosial, sehingga dengan jawaban-jawaban tersebut anak akan menentukan
sikap yang dianggap sesuai dengan jawaban orang tuanya.

Dengan berfungsinya organ-organ bicara pada anak, komunikasi dengan orang tuanya
berkembang dengan penggunaan bahasa, sehingga interaksi sosialpun semakin menampakkan
bentuk yang nyata. Anak telah mampu mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada
orangtuanya dan sebaliknya orang tuapun dapat mengerti secara benar perasaan anak. Dalam
situasi yang demikian kemungkinan terjadinya hubungan saling pengaruh mempengaruhi
antara orang tua dan anak sangat besar.

Setelah anak mampu menggunakan kognisinya yang didukung dengan berfungsinya secara
sempurna keseluruhan inderanya, anak mulai mengerti wujud yang sebenarnya dari pola-pola
interaksi sosial yang berlaku didalam keluarganya.
Pengertian anak didalam hal ini, terutama didasarkan paa pengalaman-pengalamannya
dengan kedua orang tuanya. Karena itulah keharmonisan hubungan antara suami dan istri
sangat diperlukan, sehingga hal itu memberikan suatu gambaran yang baik kepada anak.
Keduanya harus mempunyai keseragaman didalam cara dan tekhnik-tekhnik melaksanakan
hubungan dengan anak. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan bahwa untuk perkembangan
kepribadiannya, anak memerlukan kedua orangtuanya sebagai pembimbing, pendidik serta
sebagai pengayon.

Adalah satu faktor yang menentukan terjadinya interaksi sosial adalah faktor identiikasi,
khususnya didalam rangka pembentukan ego dan superego anak. Timbulnya identifikasi
tersebut didasarkan pada suatu rasa kagum anak terhadap perbuatan orang tuanya bahkan
menyamainya. Disamping itu juga timbulnya identifikasi disebabkan usaha anak untuk
menghindari hukuman-hukuman yang mungkin diberikan oleh orang tuanya, sehingga anak
berusaha mempersatukan dirinya dengan larangan-larangan yang ditentukan oleh orang
tuanya. Dengan demikian identifikasi dapat dijadikan alasan mengapa anak-anak cenderung
menyerupai orang tua mereka.

Jika keluarga dianggap sebagai suatu lingkungan, masyarakat yang kecil, maka peranannya di
dalam rangka pembentukan ego sangat menentukan. Jika mengingat bahwa ego merupakan
hasil dari tindakan saling mempengaruhi antara lingkungan dengan garis-garis perkembangan
yang ditetapkan oleh keturunan. Begitupun di dalam rangka pembentukan superego anak,
keluarga memegang peranan yang menentukan. Bahkan dalam dalam rangkan pembentukan
superego inilah keluarga sangat menonjol.

Superego merupakan kode moral seseorang yang berkembang dari ego, sebagai akibat
perpaduan yang dialami anak dengan ukuran orang tuanya mengenai apa yang baikl, apa
yang salah, serta apa yang buruk. Dengan memperpadukan kewibawaan tersebut dengan
kewibawaan moril orang tuanya, anak akan mengganti kewibawaan tersebut dengan
kewibawaannya sendiri.

Dengan menuangkan kekuasaan orang tuanya ke dalam batinnya sendiri, anak akan dapat
menguasai kelakuannya sesuai dengan keinginan orang tuanya, dan dengan bertindak seperti
itu anak akan mendapatkan persetujuan dan mencegah kegusaran mereka.

Atau dengan kata lain, anak akan belajar bahwa ia bukan saja harus tunduk kepada prinsip
kenyataan untuk mendapatkan kesenangan, tetapi ia juga harus mencoba berkelakuan sesuai
dengan perintah-perintah moril dari kedua orangtuanya.

2. Interaksi Sosial di dalam Lingkungan Kemasyarakatan

Apa yang didapatkan anak dari lingkungan keluarganya sebagai dasar-dasar untuk menjalani
interaksi sosial yang lebih kompleks di dalam lingkungan masyarakatnya.

Dengan semakin banyaknya manusia yang dikenal anak, menyebabkan pergaulan anak
semakin meluas. Akibatnya apa yang diberikan oleh keluarganya sebagai dasar tersebut juga
akan lebih berkembang, sehingga hal itu akan lebih menyempurnakan interaksi sosialnya.

Anak akan lebih banyak belajar untuk menyesuaikan diri dengan keragaman prilaku yang
ditemuinya didalam lingkungan masyarakatnya. Dimana dari penyesuaian diri tersebut, anak
mendaptkan pengalaman-pengalaman baru yang menjadi masukan-masukan yang sanagt
berharga bagi anak untuk pengemangan kepribadian lebih lanjut. Pengalaman-pengalaman
tersebut menjadi dorongan bagi anak untuk lebih mengaktifkan diri menjalani interaksi
sosialnya. Akhirnya pengalaman-pengalaman tersebut berubah menjadi simbol-simbol yang
memiliki nilai tersendiri bagi anak.

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam interaksi sosial didalam lingkungan
sosial kemasyarakatan ini adalah lembaga-lembaga sosial tersebut berperan sebagai suatu
respon kulturil dari kebutuhan dasar biologis dan psikologis manusia untuk hidup
berkelompok. Juga sekaligus berfungsi sebagai alat untuk mengembangkandiri dan alat yang
memberikan batas-batas tertentu, agar segala jenis hubungan antar manusia dipelihara dalam
keadaan equilibirium yang dinamis.

Disamping itu juga faktor waktu memegang peranan menentukan. Lamanya individu
menjalani inteaksi sosialnya, memberikan kesempatan kepada individu untuk bekerjasama
dan menemukan pola-pola tingkah laku dan sikap yang bersifat timbal balik, serta
menemukan teknik-teknik hidup bersama yang lebih baik.

Akibat lebih lanjut terbentuklah integrasi psikologik dan sosiologik di dalam masarakat yang
menyebabkan pola, sikap, relasi serta reaksi emosi dari anggota masyarakat cenderung
memiliki kesamaan.

Kenampakan dari integrasi tersebut akan terlihat sebagai kesamaan-kesamaan kepribadian


dari segenap individu yang hidup di dalam lingkungan sosial kemasyarakatan tertentu.

3. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Interaksi Sosial

Proses terjadinya interaksi sosial, baik didalam lingkungan keluarga maupun di dalam
lingkungan sosial kemasyarakatan yang lebih luas, tidak dapat dilepaskan dari pola
kebudayaan yang berlaku didalam masyarakat tersebut. Karena lingkungan sosial dan kulturil
menetapkan syarat-syarat bagi individu dalam menetapkan bentuk pemuasan kebutuhan yang
mungkin dipilih oleh indiidu, termasuk didalamnya interaksi sosial.

Hal tersebut sangat mempengaruhi mekanisme kerja dari ego sebagai pembuat keputusan.
Ego berkewajiban menetapkan bentuk tingkah laku penyesuaian sebaik-baiknya dan sesuai
dengan pola-pola kebudayaan yang berlaku, sehingga apa yang diputuskan sebagai pemuasan
kebutuhan akan baik baginya dan juga bagi lingkungan masyarakatnya yang lebih luas. Atau
dengan perkataan lain, kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak, berbuat, serta menentukan sikap jika berhubungan dengan orang lain.
Karena keduanya sebenarnya merupakan perwujudan atau abstraksi dari pada prilaku
manusia dengan kepribadian sebagai latar belakangnya.

Anda mungkin juga menyukai