Anda di halaman 1dari 6

Pengembangan System Pemesanan Kafe manual menjadi

Berbarbasis Wab

Febi Ogan Triansyah

Mahasiswa Informatika Amikom

Emal :

Febi.triansyah@students.amikom.ac.id

ABSTRAK

Yogyakarta merupakan salah satu kota wisata yang banyak digemari oleh turis lokal maupun mancanegara,
banyaknya tempat wisata alam dapat di jadikan pilihan oleh para pelancong untuk menghabiskan waktu
liburan di kota kesultanan ini. Hal ini berkaitan dengan melonjaknya kenaikan usaha kuliner di sebabkan
banyaknya minat pelanggan di Yogyakarta dari kalangan pekerja, mahasiswa, maupun pelajar . seperti yang
kita ketahui pula perkembangan teknologi smartphone saat ini telah memberikan pengaruh yang sangat
besar bagi dunia teknologi informasi dan telekomunikasi. Munculnya berbagai aplikasi untuk smartphone
dapat memberikan pilihan untuk meningkatkan kinerja dan keefektifan suatu aktivitas. Didasari dengan
kebutuhan aplikasi yang dapat memudahkan restoran dalam melakukan proses bisnisnya terutama dalam
proses pemesanan makanan, maka penulis ingin membuat aplikasi pemesanan makanan dan layanan
restoran pada smartphone berbasis Android dengan menggunakan QR Code. Law & So (2010) menyatakan
QR Code atau Quick Response Code merupakan bentuk evolusi dari kode batang (barcode) dari satu
dimensi menjadi dua dimensi. Pengguna yang memiliki smartphone dapat melihat menu yang disediakan
oleh restoran dan melakukan pemesanan. Smartphone pengguna tidak harus terhubung dengan internet
karena akan menggunakan jaringan hot-spot yang dimiliki oleh restoran.
Kata Kunci : Pengembangan Teknologi
PENDAHULUAN

Teknologi berkembang begitu pesat dari tahun ke tahun, sehingga memudahkan orang
untuk mengembangkan usahanya dalam bentuk dan jenis apapun. Persaingan di dunia bisnis yang
semakin ketat membuat para pemilik usaha harus selalu mempunyai inovasi untuk menarik
perhatian pengunjung. Inovasi tersebut harus selalu diperbarui dan pelanggannya merasa
dimudahkan dalam melakukan jual beli. Bisnis rumah makan merupakan salah satu bisnis yang
sedang diincar oleh kebanyakan orang. Rumah makan adalah salah satu tempat favorit tanpa
menghiraukan alasan sebenarnya untuk mengunjungi restoran; pelanggan akan membuat pesanan
dan menunggu makanan yang dipesan (Krishna, Palak, Nirali, & Lalit, 2015). Mereka dapat
menawarkan banyak menu kepada penikmat makanan. Akan tetapi ketika rumah makan tersebut
sudah ramai dikunjungi oleh para pelanggan, seringkali pegawai rumah makan tersebut kewalahan
karena harus mencatat menu makanan dan minuman yang dipesan oleh pelanggan, apalagi jika
ternyata menu yang dipesan tersebut habis, maka pegawai akan kembali ke meja pelanggan untuk
memberi tahu bahwa menu yang dipesan tersebut sudah habis. Belum lagi ketika tercatat menu
yang double, dan permasalahan-permasalahan lainnya yang tentunya dapat memperlambat kinerja
pegawai sehingga pelanggan tidak puas dengan pelayanan rumah makan tersebut. Hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya pelanggan yang berkunjung ke rumah makan tersebut dan membuat
rumah makan tersebut menjadi sepi pelanggan. Dengan permasalahan tersebut, maka dibuatlah
sistem yang mempermudah pemesanan menu makanan dan minuman di rumah makan tersebut
tanpa perlu memanggil pegawai untuk meminta daftar menu ataupun mencatat menu yang akan
dipesan. Tujuannya yaitu agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan pemesanan,
menghemat waktu, menghemat kertas, dan juga dapat menarik perhatian pelanggan dengan sistem
baru tersebut. Sistem pemesanan online ini menyiapkan menu secara online dan pelanggan dapat
dengan mudah melakukan pemesanan sesuai keinginan mereka (Adithya, Singh, Pathan, &
Kanade, 2017). Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan website yang berbasis dengan
database yang dihubungkan dari pelanggan ke pegawai. Sehingga sistem ini dapat digunakan untuk
melihat dan memesan menu yang berada pada rumah makan tersebut beserta dengan harga yang
juga sudah tertera di website tersebut, pelanggan juga dapat mengetahui jumlah total harga yang
harus mereka bayarkan. Website ini dapat dilakukan untuk pemesanan menu dengan cara men-scan
QR Code yang tertera di masing-masing meja yang pelanggan tempati, maka pegawai rumah makan
hanya perlu menunggu dari data admin yang nantinya akan muncul pesanan apa saja yang dipesan
oleh pelanggan. Dewasa ini kopi menjadi suatu komoditas yang menjanjikan. Secara statistik, kopi-
kopi Indonesia memiliki predikat produsen kopi utama di dunia yang menduduki peringkat ke-4,
pada tahun 2015 dari hasil statistik ICO (International Coffee Organization) kopi Indonesia
mengekspor 12.317 karung (dalam ribuan, per karung berisi 60 kg) per tahun (sumber:
http://www.ico.org/prices/po-production.pdf, diakses pada tanggal 03 September 2016). Menurut
Moldaver (2014) di dalam buku karangannya yang berjudul “Coffee Obsession”, mengatakan
bahwa kopi-kopi Indonesia menguasai pasar dunia sekitar 7% dari total keseluruhan permintaan
dunia. Hasil panen kopi dalam negeri yang banyak dan mendunia, maka mulailah terciptanya
budaya “ngopi”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengopi (pelafalan: /me·ngo·pi/ verba)
adalah minum kopi (sumber: http://www.kbbi.web.id/kopi, diakses 03 September 2016). Namun
saat ini, secara familiar mengopi dapat juga disebut dengan kata “ngopi”. Budaya minum kopi atau
ngopi saat ini menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Para pengusaha pun berbondong-
bondong membuka tempat-tempat ngopi yang mampu memenuhi semua keinginan dan hasrat
konsumen khususnya di Yogyakarta.
Yogyakarta merupakan salah satu kota pusat pendidikan dan sebagai salah satu destinasi
wisata yang diminati oleh wisatawan. Yogyakarta memiliki begitu banyak perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta serta memiliki berbagai macam objek wisata yang menawan. Terdapat
kurang lebih 142 perguruan tinggi yang terdaftar (sumber:
http://www.yogyakarta.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah- Istimewa-Yogyakarta-
2014.pdf, diakses tanggal 03 September 2016). Perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta
sebagian besar banyak diminati oleh mahasiswa pendatang non pulau Jawa. Begitu banyak
pendatang, begitu banyak juga budaya/kultur masing-masing dari mereka. Kultur-kultur dari
masing-masing mahasiswa pun mulai berbaur. Kegiatan perkuliahan yang padat akan tugas-tugas
yang diberikan membuat mahasiswa membutuhkan tempat yang nyaman dan aman. Begitu
padatnya tugas, mahasiswa biasanya menghabiskan waktunya di perpustakaan, kampus, dan
bahkan coffee shop atau café. Menurut Moldaver (2014), setiap hari semakin banyak coffee shop
khusus dibuka seluruh dunia. Maldover (2014) mengatakan bahwa coffee shop adalah tempat yang
sempurna untuk bersosialisasi, mengeksplorasi rasa baru, dan menyerap suasana unik. Di
Yogyakarta, coffee shop menjadi salah satu tempat favorit yang diminati oleh mahasiswa sebagai
tempat untuk mengerjakan tugas dan tempat “nongkrong”. Banyaknya istilah-istilah dari tempat
ngopi baik dari coffee shop, café, warung kopi dan atau kedai kopi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, coffee shop, café, warung kopi dan atau kedai kopi adalah sebuah tempat yang menjual
kopi, teh, bir dan makanan lainnya (sumber: http://www.kbbi.web.id/kafe, diakses 03 September
2016). Coffee shop menjadi tempat yang tidak hanya kumpulan orang-orang yang ngopi, namun
saat ini coffee shop banyak digunakan sebagai suatu tempat untuk komunitas-komunitas, sebagai
tempat untuk mengerjakan tugas, dan atau sebagai tempat melakukan negosiasi (lobbying). Para
pengusaha pun merancang strategi-strategi masa depan coffee shop mereka dengan melakukan
berbagai macam riset pasar untuk membuat coffee shop yang mereka dirikan menarik dan mampu
memenuhi segala harapan konsumen yang berkunjung. Para pengusaha pun harus pintar dan cermat
memilih strategi untuk mendapatkan konsumen yang loyal, khususnya di Yogyakarta. Strategi yang
handal sangat dibutuhkan untuk mempertahankan dan atau untuk meningkatkan level dari
perusahaan. Strategi merupakan pembentukan awal dan bagian dari perencanaan perusahaan. Pada
awalnya konsep strategi selalu dikaitkan dengan militer. Kata strategi diambil dari kata Yunani
yaitu startegos, yang mengacu pada peran jendral yang menjadi komandan pasukan, dan kata kerja
Yunani stratego yang mendeskripsikan kejenderalan. Pada zaman Alexander Agung (330 SM) kata
strategi mengacu pada keterampilan untuk menerapkan berbagai kekuatan untuk menciptakan
sebuah sistem penguasan global (Kusumadmo, 2013). Menurut Porter (1985), strategi adalah alat
untuk mencapai keunggulan bersaing. Kim dan Mauborgne (2005) di dalam buku karangannya
yang berjudul “Blue Ocean Strategy – How to Create Uncontested Market Space and Make the
Competition Irrelevant” mengatakan bahwa samudra merah (red ocean) merupakan semua industri
yang ada saat ini. Kim dan Mauborgne (2005) mengatakan bahwa Strategi Samudra Biru (Blue
Ocean Strategy) adalah strategi yang menantang perusahaan keluar dari samudra merah dengan
cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga kompetisi menjadi tidak
relevan. Banyaknya paparan teori-teori yang saling bertentengan dengan fakta di lapangan,
membuat peneliti melakukan suatu penelitian ingin meneliti mengenai pasar dari coffee shop di
Yogyakarta yang telah tercipta dan mengkaitkannya dengan teori-teori strategi yang ada saat ini
dengan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan.
METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

Metode Pengumpulan Data

Pada metode pengumpulan data dengan Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data
produk pakaian dari berbagai sumber untuk dijadikan midal melakukan penelitian ini.
Metode Analisis

Penulis melakukan metode Analisa apa saja yang dibutuhkan system untuk
mempermudah pengguna melakukannya, dan beberapa kebutuhan system seperti
Perangkat Keras (Hardware) dan kebutuhan Perangkat Lunak (Software) dan metode
analisis digunakan antara lain kebutuhan system.

Metode Perancangan

Penulis melakukan metode perancangan setalah mendapatkan data-data yang sudah


terkumpul kemudian di analisa dan pada penelitian ini akan membangun data prediksi
yang sesuai yang diinginkan.
Metode Implementasi

Metode Implementasi ini digunakan terhadap perangkat lunak yang akan dikembangkan
dan berdasarkan yang diperoleh dari perancangan.

Metode Testing

Pada metode testing akan dilakukan percobaan dengan cara memasukkan data pada
website prediksi. Dan hasil dari pengujian dalam bentuk table dan data traning yang
didapatkan dari hasil prediksi menggunakan metode naïve bayes.

PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi smartphone saat ini telah memberikan pengaruh yang sangat
besar bagi dunia teknologi informasi dan telekomunikasi. Munculnya berbagai aplikasi untuk
smartphone dapat memberikan pilihan untuk meningkatkan kinerja dan keefektifan suatu aktivitas.
Beragam aplikasi tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kinerja suatu kegiatan, namun
penerapannya dapat menjadi daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang
belum menerapkan hal tersebut. Penggunaan smartphone merambah ke industri makanan, terutama
restoran. Beberapa restoran telah memasukan teknologi smartphone dalam proses bisnisnya,
contohnya saja restoran D’cost dan Vegas Hotdog. Restoran ini menggunakan smartphone sebagai
media pencatat pesanan customer yang dilakukan oleh pelayan restoran atau untuk melihat daftar
menu yang tersedia di restoran. Hal ini masih kurang efektif karena pelayan harus mendatangi
customer untuk memberikan buku menu, lalu mencatat pesanan yang dipesan oleh customer. Hal
tersebut akan memakan waktu yang cukup besar, apalagi jika kondisi restoran sedang ramai dan
semua pelayan sedang sibuk melayani customer lain. Didasari dengan kebutuhan aplikasi yang
dapat memudahkan restoran dalam melakukan proses bisnisnya terutama dalam proses pemesanan
makanan, maka penulis ingin membuat aplikasi pemesanan makanan dan layanan restoran pada
smartphone berbasis Android dengan menggunakan QR Code. Law & So (2010) menyatakan QR
Code atau Quick Response Code merupakan bentuk evolusi dari kode batang (barcode) dari satu
dimensi menjadi dua dimensi. Pengguna yang memiliki smartphone dapat melihat menu yang
disediakan oleh restoran dan melakukan pemesanan. Smartphone pengguna tidak harus terhubung
dengan internet karena akan menggunakan jaringan hot-spot yang dimiliki oleh restoran. Aplikasi
akan membaca QR Code yang disediakan dengan menggunakan kamera untuk mengubungkan
smartphone pengguna secara otomatis ke jaringan restoran dan untuk identifikasi nomor meja.
Aplikasi akan dibangun pada platform Android karena Android bersifat open-source sehingga lebih
mudah untuk dipelajari dan dikembangkan. Selain itu keberadaan smartphone untuk sistem operasi
Android juga telah mendominasi penjualan smartphone dibandingkan dengan smartphone lainnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari data penjualan smartphone dalam jangka waktu satu tahun yaitu pada
tahun 2012– kuartal kedua tahun 2013, sistem operasi Android meningkat sebanyak 73.5%. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada dan dapat menghasilkan
sebuah aplikasi yang memberikan fitur-fitur menarik dan mendukung sistem pada restoran
sehingga proses pemesanan makanan dan layanan menjadi lebih efisien.

KESIMPULAN

Dari pemaparan panjang di atas, dapat disimpulkan bahwa saya ingin mengembangkan
sebuah teknologi yang memang sudah lumrah digunakan namun belum banyak yang bisa
mengembangkan. Saya ingin membantu pemilik kafe dan juga pra pelanggan untuk memiliki
efesiensi yang baik saat pelakukan proses jual beli dan juga dalam era new normal ini bisa dijadikan
solusi untuk tetap menjaga protokol yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

(Krishna, Palak, Nirali, & Lalit, 2015).


http://www.ico.org/prices/po-production.pdf
http://www.yogyakarta.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah- Istimewa-Yogyakarta-
2014.pdf
http://www.kbbi.web.id/kafe

Anda mungkin juga menyukai