Anda di halaman 1dari 2

EXTENDED ABSTRACT

KAJIAN SISTEM ASSESSMENT PROSES KONSTRUKSI


PADA GREENSHIP RATING TOOL

Rizal Taufiq Fauzi


NIM : 15008072
(Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB)

Konsep green building hadir dan menjadi suatu kebutuhan di tengah fenomena global
warming dan isu kerusakan lingkungan yang sedang melanda umat manusia. Berdasarkan
data World Green Building Council, di seluruh dunia, bangunan menyumbangkan 33%
emisi CO2, mengonsumsi 17% air bersih, 25% produk kayu, 30-40% penggunaan energi
dan 40-50% penggunaan bahan mentah untuk pembangunan dan pengoperasiannya.
Konsep green building dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kerusakan
lingkungan dan meminimalkan emisi karbon, penyebab utama global warming, dari sektor
konstruksi.
Dalam mendukung penyelenggaraan green building, tiap negara dilengkapi oleh perangkat
penilaian (assessment) untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak
bersertifikat green building atau tidak. Di Indonesia sendiri, perangkat penilaian ini
bernama Greenship yang disusun oleh Green Building Council Indonesia (GBCI).
Greenship adalah sistem penilaian (rating) yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pelaku industri konstruksi untuk mencapai suatu standar green building terukur yang dapat
dipahami oleh pengguna bangunan.
Peringkat penilaian Greenship terdiri dari enam kategori penilaian pengelompokkan,
dimana sebagian besar kriteria dalam kategorinya lebih didominasi pada tahap desain dan
operasi daripada tahap konstruksi. Padahal, proyek konstruksi merupakan sebuah sistem
yang terdiri dari berbagai unsur yang saling berkaitan mulai dari proses disain, pengadaan,
konstruksi dan operasi serta perawatan yang membentuk suatu siklus. Karena keterkaitan
inilah, oleh sebab itu, sistem assessment green building yang ada hendaknya harus
memperhatikan siklus yang saling berhubungan ini. Dari penjelasan di atas, kesimpulan
yang bisa diambil adalah perlu adanya kajian pada sistem assessment pada proses
konstruksi yang terdapat pada Greenship rating tool yang berkaitan langsung dengan
penggunaan material sebagai input (kategori MRC-Material Resource and Cycle) dan
penanganan limbah konstruksi (kategori BEM-Building Environment Management)
sebagai proses untuk menghasilkan output produk green building.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada proyek green building yang di
dalamnya mencakup studi dokumen yang digunakan oleh kontraktor selama proses
sertifikasi green building dan wawancara kualitatif terhadap pihak yang terlibat dalam
sertifikasi (GBCI dan Greenship Professional). Dari hasil studi dokumen didapatkan
pemetaan pelaksanaan sertifikasi, sedangkan dari wawancara kualitatif didapatkan kajian
tentang sistem assessment Greenship yang mencakup proses penilaian, asal dokumen,
waktu penyiapan penilaian, tingkat kesulitan, dan kesesuaian penilaian dengan apa yang
ingin diukur pada kategori yang berhubungan dengan proses konstruksi sepeti yang terlihat
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Matriks Respon Kontraktor (Greenship Professional) pada Kategori MRC*
Kategori yang berkaitan dengan
Proses Dokumen Waktu Kesulitan Kesesuaian
Proses Konstruksi
Prasyarat Fundamental Refrigerant √ √ √ √ √
Building and Material Reuse √ √ √ - √
Environmentally Processed Product √ - √ - √
Non ODS Usage √ √ √ √ √
Certified Wood √ √ - - √
Modular Design √ √ √ √ √
Regional Material √ - - √ √
Ket : √ = Sudah baik
Tabel 2. Matriks Respon Kontraktor (Greenship Professional) pada Kategori BEM*
Kategori yang berkaitan dengan
Proses Dokumen Waktu Kesulitan Kesesuaian
Proses Konstruksi
Basic Waste Facility √ √ √ √ √
Pollution of Construction Activity √ √ √ √ -
Advance Waste Management √ √ √ √ -
* Rangkuman hasil wawancara ini didapatkan dengan cara mengambil kesimpulan dari hasil wawancara
GP-1 dan GP-2. Jika terdapat hasil wawancara yang berbeda, kesimpulan diambil dengan cara
membandingkan dengan dokumen acuan dan atau menggunakan personal judgment penulis dalam
melihat conflict things (perbedaan pendapat) ini dengan tetap membandingkan dengan dokumen acuan.
Dari hasil penelitian dapat dianalisa bahwa secara umum, Greenship, jika mengingat
sistem ini adalah sistem rating green building pertama kali di Indonesia, sudah cukup baik
dalam mencakup semua kriteria green building. Pada kategori yang berhubungan dengan
proses konstruksi yakni kategori MRC (Material Resource and Cycle) dapat diidentifikasi
beberapa hal, yakni (1) Kriteria MRC-1 (Building and Material Reuse), secara umum
cukup sulit dalam pencapaiannya karena sedikitnya supplier material reuse, (2) Kriteria
MRC-2 (Environmentally Processed Product), secara umum juga cukup sulit dalam
pencapaiannya karena sedikitnya supplier material daur ulang dan material berasal dari
sumber daya terbarukan, (3) Kriteria MRC-6 (Regional Material), secara umum mudah
dicapai namun sulit dalam sistem penilaiannya karena membutuhkan SPB (Surat
Pengiriman Barang) semua material regional dan material NKRI yang digunakan selama
proyek berlangsung. Adapun pada kategori penanganan limbah konstruksi yakni kategori
BEM (Building Envionment Management) juga dapat diidentifikasi beberapa hal,
diantaranya (1) Kriteria BEM-2 (Pollution of Construction Activity), secara umum tidak
sesuai antara apa yang ingin dicapai (terwujudnya green construction) dengan cara
penilaian dan dokumen yang digunakan dalam penilaian karena tidak adanya inspeksi
langsung ke lapangan, (2) Kriteria BEM-3 (Advance Waste Management), sama seperti
kriteria BEM-2, secara umum tidak sesuai antara apa yang ingin dicapai (terwujudnya
green construction) dengan cara penilaian dan dokumen yang digunakan dalam penilaian.
Hasil dari analisa tersebut, Greenship belum dapat digunakan untuk menilai proses
konstruksinya (green construction) karena semua kategori lebih mengarah ke desain dan
sistem penilaiannya hanya mengandalkan penilaian dokumen, tidak ada inspeksi lapangan,
maka jika ingin menilai penerapan green construction pada suatu proyek perlu adanya
sistem penilaian yang lain yang lebih sesuai.

Anda mungkin juga menyukai