Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PERBANDINGAN ASESMEN GREEN BUILDING

BANGUNAN GEDUNG BARU MENGGUNAKAN SISTEM


GREENSHIP NEW BUILDING VERSI 1.2 DAN VERSI 2.0

*1 2
Windu Nur Azzukhruf Siadari , Yudi Chairin2 dan Erizal

1Mahasiswa, Program Pascasarjana, Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB


2Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB
Korespondensi: windu_siadari@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT

Climate change is a problem that becomes an environmental issue in every government. Increased awareness
of environmental issues has made green building construction an industry that has made many improvements
to be more environmentally friendly. However, green building construction in Indonesia can only be certified
greenship new building version 1.2 issued by Green Building Council Indonesia (GBCI). This research relates
to the greenship new building, which changed from greenship new building version 1.2 to version 2.0 in 2019.
Meanwhile, this study uses comparative and qualitative methods in discussing assessment points in greenship
new building. The study results explained that there were additional points for the assessment criteria with 2%-
3% weighted values increased from the previous standards.

Keywords: GREENSHIP, Global Warming, Sustainable Building, Green Building

1. PENDAHULUAN menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak


Laporan Intergovernmental Panel on 30% pada tahun 2030 pada sektor bangunan [3].
Climate Change (IPCC) tahun 2018 bahwa Salah satu langkah yang dilakukan dari
emisi gas rumah kaca terjadi akibat aktivitas pihak-pihak yang bergerak di bidang konstruksi
manusia. Diperkirakan sudah menyebabkan dengan membentuk Green Building Council
kenaikan suhu sekitar 0,8O C hingga 1,2O C Indonesia (GBCI), untuk mengembangkan
dihitung sejak pra-industri [1]. Kenaikan suhu sektor bangunan lebih ramah lingkungan. Dalam
permukaan bumi mengakibatkan terjadinya pembangunan gedung baru, GBCI
perubahan iklim di berbagai belahan dunia mengeluarkan panduan penilaian dengan nama
ditandai berkurangnya tutupan salju yang ada di greenship new building versi 1.2 pada tahun
daratan [2]. 2012. Penerapan green building ini pada
Dalam menangani perubahan iklim yang bangunan gedung dapat menghemat
terjadi pemerintah Indonesia ikut menjalankan pengeluaran sebanyak 13,84% pada
Paris Agreement to The United Nations pemeliharaan dan 5% pada biaya perawatan
Framework Convention on Climate Change gedung [4]. Kajian yang dilakukan penurunan
(Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka reduksi emisi gas rumah kaca melalui green
Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai building pada tahun 2012 masih belum
Perubahan Iklim) dengan menyerahkan memberikan kontribusi yang signifikan dalam
Dokumen Nationally Determined Contribution proses konstruksi NDC 2018 [5] sehingga
(NDC) kepada Sekretariat Konvensi Kerangka perubahan perangkat penilaian greenship new
Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC). building versi 1.2 diajukan [6].
Dokumen NDC 2018 yang dilaporkan oleh Pada perbaruan menyesuaikan target
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan pemerintah menuju 2030, GBCI mengeluarkan
Iklim (DITJEN PPI) Kementerian Lingkungan panduan sistem penilaian baru pada gedung
Hidup, kontribusi Indonesia direncanakan yaitu greenship new building versi 2.0.

153
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji semen sebanyak 71% sejak tahun 1990-2018
seberapa jauh perbedaan kriteria tolok ukur [8]. Hal ini menjadikan pengembangan dari
antara greenship new building versi 1.2 dan greenship new building versi 1.2 menjadi versi
greenship new building versi 2.0. 2.0.
Pengembangan greenship new building
2. METODOLOGI PENELITIAN pada versi 2.0 ditambahkan kriteria inovasi,
2.1. Data Penelitian sehingga memiliki tujuh kriteria. Dimana setiap
Data-data penelitian merupakan kajian dari bagian tolok ukur yang ditambahkan, dapat
poin per poin yang mengacu pada peraturan- berupa teknologi ataupun sistem terbaru yang
peraturan perundang-undangan di Indonesia memberikan dampak baik pada lingkungan.
tentang bangunan gedung dan lingkungan. Adapun inovasi yang dimaksud tidak terlepas
Kajian juga dilakukan pada penelitian terbaru dari material harus ramah lingkungan, metode-
mengenai hubungan antara lingkungan serta metode tersebut tidak merusak dan mengganggu
bangunan yang ada dalam pedoman kriteria ekosistem ataupun pengolahan limbah yang
greenship new building versi 1.2 dan versi 2.0. dihasilkan dari prosesnya.

2.2.1. Greenship New Building Versi 1.2 2.3. Prosedur Penelitian


Greenship New Building Versi 1.2 adalah Penelitian membandingkan antara
pengembangan pedoman penilaian green greenship new building versi 1.2 dan greenship
building pada bangunan baru dimulai dari desain new building versi 2.0 menggunakan metode
sampai tahapan akhir pada penggunaan, gedung perbandingan kuantitatif. Setiap poin kriteria
dari versi sebelumnya yaitu green building new tolok ukur berdasarkan peraturan-peraturan
building versi 1.0 [7]. yang ada di Indonesia. Hasil kajian ditujukan
Perkembangan pedoman penilaian agar lebih memahami sejauh mana perubahan
berkaitan dengan tahapan teknologi dalam penilaian greenship new building dari versi 1.2,
pembangunan gedung-gedung bertingkat yang menjadi versi 2.0.
semakin membaik dan ramah lingkungan, mulai
dari bahan hingga prosesnya. 3. PEMBAHASAN
Pada pedoman penilaian terdapat 6 kriteria 3.1. Tepat Guna Lahan
penilaian terdiri dari: Penataan ruang erat kaitannya dengan
1. Tepat Guna Lahan ketepatan desain yang memanfaatkan lahan agar
2. Efisiensi dan Konservasi Energi keterpaduan antara lingkungan dan sumber daya
3. Konservasi Air buatan dapat mencegah dampak negatif pada
4. Sumber dan Siklus Material ekosistem kawasan [9].
5. Kesehatan dan Kenyamanan Ruang Perbedaan pada kriteria tepat guna lahan
6. Manajemen Lingkungan Bangunan. terletak seperti pembahasan Tabel 1 yaitu
Dalam penilaian dalam setiap kriteria kriteria persyaratan dan kriteria tolok ukur
memiliki kategori prasyarat dan kategori tolok pemilihan tapak. Penilaian kriteria persyaratan
ukur. Kategori prasyarat wajib dipenuhi agar untuk mengurangi CO2 dan mencegah erosi
dapat dilakukan kategori tolok ukur. Apabila tanah luasan lahan hijau dan vegetasi di
kategori prasyarat tidak memenuhi, maka lebih alamnya.
lanjut kategori tolok ukur tidak dapat dilakukan. Dalam pedoman penilaian greenship new
Pada kategori tolok ukur sendiri, apabila tidak building versi 2.0, masing-masing kriteria utama
terpenuhi maka nilai tidak dapat diperoleh, yang memiliki nilai yang tidak boleh digabung.
mengakibatkan nilai dari sebuah bangunan tidak Pengembangan selanjutnya pada kategori tolok
dapat memenuhi kriteria green building. ukur pemilihan tapak. Banyaknya bencana alam
seperti longsor, dan banjir akibat perubahan
2.2.2. Greenship New Building Versi 2.0 iklim, maka pada tapak bangunan didesain
Perhatian terhadap pemanasan global dengan menerapkan pencegahan dini bencana.
menyebabkan perubahan iklim menuntut setiap Identifikasi bencana di sekitar wilayah tapak
negara lebih baik lagi mengelola sumber bangunan dan mitigasi bencana baik struktural
aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah ataupun non struktur [10].
kaca. Pada bidang konstruksi, penyumbang
polutan karbon terbesar didunia dari industri
154
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348
Tabel 1. Perbedaan kriteria dan nilai 1
Pemasangan
P
Pemasangan sub-
P
maksimum pada kategori tepat guna sub-meter listrik meter listrik
Perhitungan Perhitungan
lahan 2
OTTV
P
OTTV
P
Kategori dan Kriteria Langkah
No Efisiensi dan
Versi 1.2 Versi 2.0 3 penghematan 20 20
Area dasar hijau P konservasi energi
energi
Keanekaragaman Pencahayaan Fitur hemat
P 4 4 3
1 Area dasar hijau P hayati alami energi
Analisis limpasan Pencahayaan
P 5 Ventilasi 1 4
air hujan alami
Ketahanan guna Pengaruh
3 6 1 Ventilasi alami 3
2 Pemilihan tapak 2 lahan perubahan iklim
Pemilihan tapak 3 Energi terbarukan
Aksebilitas Aksebilitas Energi terbarukan
3 2 4 7 dalam tapak 5 5
komunikasi komunikasi (bonus)
(bonus)
Transportasi Transportasi Total Nilai 26 30
4 2 1
umum publik
Fasilitas
Fasilitas Pada pengembangan versi terbaru, tolok
5 2 penggunaan 3
pengguna sepeda ukur prasyarat ditambahkan pada sub meter
sepeda
6
Lanskap pada
3
Lanskap pada
3 listrik yang sebelumnya sistem transportasi
lahan lahan vertikal masuk ke dalam sistem beban lainnya
7 Iklim mikro 3 Iklim mikro 3
kemudian diubah untuk memiliki sub meter
Manajemen
Manajemen air listrik tersendiri. Ini dikarenakan semakin
8 3 limpasan air 5
limpasan hujan majunya teknologi memungkinkan sistem bisa
hujan
Total Nilai 17 25 dinon-aktifkan secara terpisah sehingga beban
listrik bisa lebih hemat. Pada perhitungan
Tolok ukur untuk penggunaan sepeda persyaratan OTTV mulai tahun 2021 berubah
dirincikan bertujuan mengurangi penggunaan mengikuti peraturan SNI 03-6389 dimana faktor
kendaraan bermotor melalui pemberian fasilitas radiasi dilakukan pada seluruh oriantasi
sepeda yang lebih baik. Diantaranya poin tolok matahari dari delapan arah mata angin yang
ukur yang diubah adalah persyaratan parkir dikeluarkan 30 Desember tahun 2020, adapun
sepeda dan jumlah penggunaan shower pada sebelumnya mengikuti peraturan tahun 2011
fasilitas gedung, dimana sebelumnya parkiran dengan faktor radiasi dilakukan hanya pada
untuk sepeda maksimal 100 unit dengan empat arah mata angin saja.
maksimal shower 10 unit. Poin tolok ukur Perubahan lain terletak pada tolok ukur
terbaru menyesuaikan luas lantai pada bangunan ventilasi, dimana dalam pembahasannya untuk
dan dibuat adanya jalur khusus pengguna pencahayaan dan saluran udara menjadi satu-
sepeda. kesatuan penilaian sedangkan pada metode
tolok ukur terbaru dipisahkan antara
3.2. Efisiensi dan Konservasi Energi pencahayaan alami menggunakan jendela dan
Bangunan hijau wajib melakukan efisiensi ventilasi dengan saluran udara alami
energi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan menggunakan ventilasi. Tolok ukur pengaruh
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun perubahan iklim, dijelaskan lebih lanjut emisi
2015 dan SNI 03 6389 tentang Konservasi CO2 harus mengikuti keputusan DNA
Energi Selubung Bangunan Tahun 2011. (Designated National Authorities) pada
Berdasarkan penelitian terdahulu, energi B/277/Dep. III/LH/01/2009, yaitu konversi CO2
yang diperlukan untuk mendinginkan ruangan menjadi energi listrik. Dalam
akibat menerima panas dari fasad atau selubung perkembangannya, tolok ukur tersebut
gedung rata-rata hingga 30%, tergantung dengan dimasukkan dalam tolok ukur efisiensi dan
suhu dan material yang digunakan pada fasad konservasi energi.
gedung [11].
Tabel 2. Perbedaan kriteria dan nilai 3.3. Konservasi Air
maksimum pada kategori efisiensi Peran utama air dalam kelangsungan
dan konservasi energi kehidupan memerlukan penjagaan agar tidak
Kategori dan Kriteria tercemar dan dapat memenuhi kebutuhan.
No
Versi 1.2 Versi 2.0

155
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348
Pemilihan air untuk diminum menimbulkan dengan diadakan evaluasi berkelanjutan dan ahli
dampak berbeda tidak hanya pada kesehatan life cycle costing dalam setiap proyek-proyek
tetapi juga pada lingkungan sekitar.[12], konstruksi [14].
sehingga sangat penting melakukan upaya-
upaya pencegahan dan pengoptimalan air bersih. Tabel 4. Perbedaan kriteria dan nilai maksimum
Kebutuhan air bersih perlu didesain dengan pada kategori sumber dan siklus material
sistem agar digunakan secara optimal dalam No
Kategori dan Kriteria
sebuah bangunan. Sistem pemasangan air pada Versi 1.2 Versi 2.0
Refrigeran Refrigeran
bangunan gedung mengikuti SNI 03-7065 1
fundamental
P
fundamental
P
tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plambing Penggunaan Penggunaan
dan Kebutuhan Air Bersih. 2 gedung dan 2 gedung dan 2
material bekas material bekas
Tabel 3. Perbedaan kriteria dan nilai maksimum Material melalui
Material ramah
3 3 proses ramah 4
pada kategori konservasi air lingkungan
lingkungan
Kategori dan Kriteria Penggunaan Penggunaan bahan
No
Versi 1.2 Versi 2.0 4 refrigeran tanpa 2 yang tidak 1
1 Meteran air P Meteran air P ODP mengandung BPO
Perhitungan Perhitungan 5 Kayu bersertifikat 2 Kayu bersertifikat 2
2 P P
penggunaan air penggunaan air Material pra Material pra
Pengurangan Pengurangan 6 3 3
3 8 8 fabrikasi fabrikasi
penggunaan air penggunaan air Material lokal dan
4 Fitur air 3 Fitur air 4 2
regional
Daur ulang air 3 7 Material regional 2
Siklus hidup
5 Daur ulang air 3 Meteran air 3
1 material (bonus)
tingkat lanjut Total Nilai 14 14
Sumber air Sumber air
6 2 2
alternatif alternatif
Penampungan dan Peraturan pemerintah mengenai material
Penampungan air konstruksi, dalam beberapa tahun ini belum ada
7 3 penggunaan air 3
hujan
hujan yang berubah, menjadikan tolok ukur juga tidak
Efisiensi Efisiensi ada yang perlu untuk berubah. Adapun
8 penggunaan air 2 penggunaan air 3
perubahan hanya penambahan pada tolok ukur
lanskap lanskap
Total Nilai 21 24 penilaian material ramah lingkungan, dimana,
apabila material memiliki sertifikat eko label
Kriteria konservasi air, penambahan ada di yang telah diakui oleh lembaga bangunan hijau
dalam tolok ukur daur ulang air. Daur ulang air yang ada didunia.
dibagi menjadi daur ulang air hujan yang masih
dapat digunakan untuk air bersih dan daur ulang 3.5. Kesehatan dan Kenyamanan Dalam
dari penggunaan grey water (air bekas pakai), Ruang
yang digunakan untuk air menyiram tanaman Gangguan kesehatan akibat buruknya
ataupun flusing. Masing-masing daur ulang air kualitas udara di dalam suatu ruangan
dapat dikontrol penggunaannya dengan meteran disebabkan sistem ventilasi tidak berfungsi
air tingkat lanjut. disebut sick building syndrome (SBS) [15].
Menurut World Health Organitation (WHO),
3.4. Sumber dan Siklus Material SBS disebabkan terjadinya polusi
Konstruksi berkelanjutan tidak bisa lepas mikroorganisme berupa bakteri dan jamur yang
dari bahan-bahan material. Peraturan berkembang secara berlebihan di dalam ruangan
pemerintah berkaitan dengan material dan [16]. Untuk menjaga Kesehatan pada penghuni
sumber material lebih mengarah kepada dibutuhkan sistem ventilasi sesuai SNI 03-6572
renovasi bangunan [13], padahal material- tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi
material konstruksi tersebut dapat berdampak dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan
pada lingkungan karena sisanya menjadi Gedung.
sampah dan pada proses pabrikasi serta Kenyamanan ruangan untuk wilayah
pengirimannya menyumbang jejak karbon yang beriklim tropis memiliki rentang suhu antara
menyebabkan bertambahnya gas rumah kaca. 22,8O-25,8O C dengan kelembapan 70%. [17].
Pemerintah perlu lebih menuangkan indikator Beberapa gedung-gedung di daerah Asia

156
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348
Tenggara, penghuni masih dapat merasa [22]. Sehingga perhitungan kadar karbon
nyaman menerima suhu relatif lebih hangat di monoksida masuk kedalam persyaratan
antara 26,1O C – 29,8O C dengan kontrol Standar ASHRAE 62.1 dan disadur untuk
pengaturan sistem ventilasi, pengaturan dijadikan tolok ukur kedalam versi 2.0
sirkulasi angin secara mekanik (menggunakan greenship new building.
kipas angin), memberikan tirai pada bagian- Pengaruh kesehatan lainnya apabila
bagian bangunan yang langsung terkena sinar aktivitas dalam ruangan terpapar debu,
matahari, dan memberikan naungan pada asbestos dan serat-serat organik lainnya
bangunan yang langsung terkena sinar matahari
[18].
sehingga dapat merusak DNA dari 25%
hingga 123% dibandingkan dengan populasi
Tabel 5. Perbedaan kriteria dan nilai maksimum yang tidak pernah terpapar [23]. World
pada kategori Kesehatan dan Health Organization (WHO) menjelaskan
kenyamanan dalam ruang 35% penyakit jantung iskemik dan 42%
No
Kategori dan Kriteria stoke dapat dicegah dengan mengurangi
Versi 1.2 Versi 2.0 paparan polusi udara rumah tangga, rokok
Introduksi udara
luar
P dan timbal [24]. Komponen polutan kimia
Introduksi udara
Pengendalian mengiritasi lainnya (Volatile Organic
1 P Asap Rokok di P Compounds-VOCs) antara lain CO, Pb,
luar
Lingkungan
Material tanpa NO2, O3 dan SO2 terdapat pada bahan-bahan
P berupa cat dinding, peralatan kayu,
asbestos
Pemantauan ventilator pada AC, obat nyamuk bakar,
Pemantauan
2 1 kadar CO dan 4
kadar CO2
CO2
pestisida dan bahan pelarut pakaian [25].
Kendali asap Hal ini masuk dalam perubahan pada tolok
Konsentrasi
3 rokok di 2
refrigeran
1 ukur persyaratan mengutamakan udara yang
lingkungan
4 Polutan kimia 3 Polutan kimia 6
berkualitas dengan ditambahkan kriteria
Kenyamanan Kenyamanan tolok ukur dimana bebas dari asap rokok dan
5 1 1
visual visual tidak adanya pencemaran akibat
Pemandangan ke Pemandangan ke penggunaan material asbestos.
6 1 1
luar gedung luar gedung
Kenyamanan Kenyamanan
7 1 1 3.6. Manajemen Lingkungan Bangunan
termal suhu ruang
8
Tingkat
1
Tingkat
1
Sebagai negara urutan keempat di Asia
kebisingan kebisingan dalam industri konstruksi, Indonesia masih
Total Nilai 10 15
terkendala pada penolakan pembangunan green
building, pengetahuan dan informasi yang tidak
Perlu diperhatikan kesehatan dalam memadai, mahalnya pelaksanaan dan
ruangan disebabkan aktivitas manusia, 90% ketersediaan produk hijau, serta kurangnya
dilakukan di dalam ruangan dan fitur desain pengawas dan peran manajemen dalam
ruangan mempengaruhi kesehatan manusia [19]. melaksanakan green building [26]. Pemahaman
Penilaian tolok ukur diawal pemantauan peranan manajemen tidak hanya untuk
konsentrasi hanya di khususkan kadar pengelolaan sampah dan limbah tetapi juga pada
pengukur CO2, tetapi perkembangannya manajemen pemeliharaan bangunan [27]. Peran
keracunan karbon monoksida (CO) masuk manajemen yang dimaksudkan adalah adanya
kedalam penyebab kematian yang fatal kemampuan berkelanjutan pada fasilitas
karena tidak memiliki gejala sehingga bangunan untuk tidak memiliki kemampuan
disebut silent killer [20]. Tercatat kasus mencemari dan merusak lingkungan karena
keracunan diperkirakan sebanyak 137 dan dilakukan perawatan.
Pemahaman pelaksanaan bangunan hijau,
4,6 juta kematian diseluruh dunia [21].
selama melakukan kegiatan konstruksi memiliki
Laporan di Indonesia sebanyak 3-40% dapat beberapa dampak negatif yaitu, pembuangan
sembuh dalam satu bulan pertama, sisanya limbah padat dan cair, polusi udara, kebisingan,
sebanyak 25% menjadi cacat permanen getaran permukaan tanah dan adanya gangguan

157
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348
pada air tanah. Pada tolok ukur greenship new Terakhir, ditambahkan penggunaan
building versi 1.2 hanya mengatur pengolahan teknologi terbaru dengan menerapkan sistem
limbah padat dan limbah cair. kontrol dan monitoring layanan fasilitas
mekanika dan kelistrikan bangunan dalam satu
Tabel 6. Perbedaan kriteria dan nilai maksimum program komputer atau lebih dikenal dengan
pada kategori manajemen lingkungan Building Automation System (BAS). Peran BAS
bangunan. dalam pemantauan dan pengelolaan energi yang
No
Kategori dan Kriteria dilakukan secara sistematis dapat menghemat
Versi 1.2 Versi 2.0 energi dan biaya operasi yang lebih rendah
Pengelolaan
sampah tingkat P
untuk kontribusi lingkungan [28]. Dengan
Dasar adanya data BAS yang berhubungan dari waktu
dasar
1 pengelolaan P ke waktu, pola dan kesalahan pada operasi
Keselamatan
sampah
dan kesehatan P kinerja bangunan dapat di analisis untuk
kerja menemukan peluang dalam konservasi energi
GP sebagai GP sebagai
2 anggota tim 1 anggota tim 1
[29].
proyek proyek
Polusi dari Dampak negatif 3.7. Inovasi
3 aktivitas 2 dari aktivitas 5 Memahami berkembangnya teknologi dan
konstruksi konstruksi informasi dengan cepat dari berbagai bidang,
Pengelolaan Pengelolaan
4 sampah tingkat 2 sampah tingkat 2
menjadikan penambahan kriteria inovasi
lanjut lanjut diperlukan dalam sistem penilaian terbaru.
Sistem Meskipun permintaan pasar untuk green
Sistem
5 komisioning yang 3
komisioning
3 building meningkat, tetapi adanya pembiayaan
MVAC yang yang meningkat sampai 30% dalam biaya
baik dan benar
baik dan benar
Penyerahan data Penyerahan data
produksi dan 40% dalam desain menjadi risiko
6 2 2 bagi pengembang [30].
green building bangunan hijau
Kesepakatan Mengingat mahalnya operasional
Kesepakatan
dalam pembangunan, kriteria inovasi dimasukkan
7 dalam melakukan 1 1
melakukan dalam kriteria bonus yang dapat meningkatkan
aktivitas fit out
aktivitas fit out
Survei pengguna
kemampuan dari suatu bangunan, bisa berupa
Survei 1 teknologi atau bentuk-bentuk yang dirancang
gedung
8 penggunaan 2
Informasi digital berdampak baik terhadap lingkungan. Penilaian
gedung 1
dan terintegrasi dalam kriteria ini, yang paling besar dari semua
Total Nilai 13 16 tolok ukur yang ada, yaitu 9 poin.
Peraturan-peraturan pemerintah yang 4. KESIMPULAN
terkait dalam kriteria manajemen lingkungan Hasil perbandingan dengan pembobotan
bangunan yang diterbitkan setelah greenship nilai maksimum menunjukkan, kategori tepat
new building versi 1.2 adalah Peraturan guna lahan (ASD) memiliki penambahan
Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang kriteria tolok ukur terbanyak, mencapai 3%.
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Sedangkan kategori sumber dan siklus material
beracun. Memenuhi peraturan pemerintah (MRC) nilai pembobotan berkurang sebanyak
tersebut tolok ukur pengelolaan sampah tingkat 3%, disebabkan tidak adanya penambahan
lanjut dilakukan penambahan pada kriteria yang signifikan.
memanajemen pengelolaan limbah bahan Dari kajian-kajian yang ada, desain
beracun berbahaya (B3) ditambahkan dalam kawasan agar tetap selaras dengan lingkungan
greensship new building versi 2.0. Manajemen dan kenyamanan menggunakan ruangan dan
pada kebisingan, polusi udara, getaran, dan fasilitas bangunan adalah faktor terbesar dan
menjaga muka air tanah tetap alami dengan terpenting dalam pelaksanaan green building.
sistem dewatering selama proses konstruksi Berkembangnya teknologi memungkinkan
berlangsung juga ditambahkan sehingga tolok untuk pembangunan gedung makin selaras
ukur pada poin polusi dari aktivitas konstruksi dengan lingkungan disertai kenyamanan di
berubah menjadi dampak negatif dari aktivitas dalam ruangan.
konstruksi,

158
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348
Council Indonesia.
BEM 13% [8] Andrew, R, M.Global CO2 Emissions from
13%
Cement Production. Earth System Science
IHC 12% Data. Vol 10, 2018: 195-217.
Kategori Tolok Ukur

10%
[9] Undang-undang Republik indonesia Nomor 26
MRC 11% Tentang Penataan Ruang, Jakarta:2007.
14%
[10] Green building Council Indonesia, Perangkat
WAC 19% Penilaiana Bangunan Hijau Untuk Bangunan
21%
Baru Versi 2.0, Jakarta: Divisi Rating dan
EEC 24% Teknologi Green building Council Indonesia
26%
[11] Mirsadeghi, M,. Costola D,. & Hensen J,.L,.M.
ASD 20%
17% Review of External Convective Heat Transfer
Coefficient Models in Building Energy
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Simulation Program: Implementation and
Bobot Nilai Uncertainty. Thermal Engineering, Vol 56(1-
Versi 2.0 Versi 1.2 2), 2013:134-151
[12] Villanueva, C.M. etc, Health and
Gambar 1. Grafik Perbandingan Bobot Penilaian Environmental Impacts of Drinking Water
Choices in Barcelina, Spain: A Modelling
5. DAFTAR PUSTAKA Study. Journal Science of the Total
[1] IPCC. 2018. “Global Warming 1.5O C. An Environment, Spain. 2021:795
IPCC Special Report on the impact of global [13] Hidayat, M,. S. Perencanaan Lingkungan dan
warming of global warming of 1.5 O C above Bangunan Berkelanjutan di Indonesia:
pre-industrial levels and related global Tinjauan Dari Aspek Peraturan Perundang-
greenhouse gas emission pathways, in the Undangan,Tata Loka,Vol 19 (1), 2017:15-28
context of strengthening the global response to [14] Willar, D & Trigunarsyah, B. Hambatan
the threat of climate change, sustainable Penerapan Konstruksi Berkelanjutan:
development and efforts to eradicate poverty”. Perspektif Pemerintah, Media Komunikasi
Intergoverment Panel on Climate Change. Teknik Sipil, Vol 27, 2021: 18-28.
Switzerland. [15] Yulianti, D, Ikhsan, M, & Wiyono W,.H, Sick
[2] Badan Meterologi, Klimaatologi dan Geofisika, Building Syndrome, Jurnal dan Aplikasi Teknik
“Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Kesehatan Lingkungan ,Vol 15 (2). 2018:673-
Indonesia” (2011), Jakarta: BMKG 678
[3] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan [16] World Health Organitation Regional Office for
Kehutanan Republik Indonesia Nomo Europe, WHO GUIDENLINES FOR INDOOR
P.33/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang AIR QUALITY, Copenhagen, Denmark:2009.
Pedoman Penyusunan Aksi Adaptaso [17] Talarosha, B,. Menciptakan Kenyamanan
Perubahan Iklim. Thermal Dalam Bangunan, Jurnal Teknik
[4] Rahmawati A,. Wisnumurti, & Nugroho Industri Vol 6 (3), 2005: 148-158.
A,.M.Pengaruh Penerapan Green Retrofit [18] Santoso, E,. I, Kenyamanan Termal Indoor
Terhadapa Life Cycle Cost Pada Bangunan Pada Bangunan di Daerah Beriklim Tropis
Gedung. Jurnal Rekayasa Sipil Vol 12 (1), Lembab,Indonesia Green Technology Joural
2018:64-70. Vol 1 (1), 2012:13-19.
[5] Abduh, M. & Fauzi, R., T. (2012) Kajian Sistem [19] McCoy, J,.M,. & Evans, G,. W. When Building
Assesment Proses Konstruksi pada Greenship Don’t Work: The Role of Architecture in Human
Rating Tools, Proseding KoNTeks 6, Health, Journal of Environmental Psychology,
Universitas Trisakti, Jakarta, 1-2 November Vol 18. 1998: 85-94
2012. [20] Byard, R,. W. Carbon Monocide-The Silent
[6] Chandra B. Usulan Perubahan Perangkat Killer. Forensic Science, Medicine and
Penilaian Bangunan Hijau (Greenship) untuk Pathology. 2018: 1-2.
Bangunan Baru Versi 1.2, Jounal of Sustainable [21] Mattiuzzi, C & Lippi, G. Worldwide
City and Urban Development Vol 1, 2018 :3-12 Epidermiology of Carbon Monoxide Poisoning.
[7] Green Building Council Indonesia, Perangkat Human and Experimental Toxicology Vol
Penilaiana Greenship Rating Tools Untuk 39(4). 2019: 387-392.
Bangunan Baru Versi 1.2 (2013), Jakarta: [22] Luvika, S,. G. Delay Neuropsychological
Divisi Rating dan Teknologi Green building Sequelae Pada Keracunan Karbon Monoksida.
Jurnal Agromed Unila Vol 2(4). 2015: 523-529.
159
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348
[23] Bonassi, S., Miliç, M,. & Neri, M. Frequency of Engineering, CPESE, Kitakyushu, Japan. 2016:
Micronuclei and Other Biomarkers of DNA 8-12.
Damage in Populatiions Exposed to Dust, [27] Hwang, B. & Tan, J,.S. Green building Project
Asbestos and other Fibers, A systematic Management: Obstacles and Solution for
review. Mutation Research-Review in Mutation Sustainable Development. Wiley Inter Science
Research, 770. Rome, Italy. 2016: 106-118 Vol 5. 2012: 20.
[24] World Health Organization. The Public Health [28] Chasta, R. Singh, R,. Gehlot, A,. & Mishra, R,.
Impact of Chemicals: Knowns and Unknowns G. A Smart Building Automation System.
International Programme on Chemical Safety. International Journal of Smart Home Vol 10 (8).
2016: 1-16. 2016:91-98.
[25] Mukono, H,. J. 2014. Pencemaran udara [29] Xiao, F., & Fan, C. Data Mining in Building
Automation System for Improving Building
Dalam Ruangan Berorientasi Kesehatan
Operational Performance. Energy and Building
Masyarakat. Surabaya: Airlangga Unoversity
Vol 75. 2014:109-118.
Press.
[30] Chegut, A,. Eichholtz, P,. & Kok, N,. The Price
[26] Wimala, M,. Akmalah, E,.& Sururi, M,. R. of Innovation: An Analysis of The Marginal
Breaking through the Barriers to Green Cost of Green buildings. Journal of
building Movement in Indonesia: Insight from Environmental Economics and Management
Building Occupants, 3rd International Vol 98. 2019:102248
Conference on Power and Energy System

160
REKAYASA SIPIL / Volume 17, No.2 – 2023 p-ISSN 1978 – 5658 e-ISSN 2502 - 6348

Anda mungkin juga menyukai