Anda di halaman 1dari 18

Buku Materi

Mentorship
DAFTAR ISI

BAB 1 : MPKMB

1.1 Kepanjangan MPKMB dan Alasan Pemilihan Kata

1.2 Rangkaian Kegiatan MPKMB Beberapa Tahun Lalu

1.3 Ciri Khas MPKMB Setiap Tahunnya

1.4 Sejarah Pemberian Nama dan Logo

BAB 2 : CHARACTER STRENGTH

2.1 Definisi Character Strength

2.2 Pentingnya Mengetahui Character Strength

BAB 3 : PENTINGNYA LITERASI

3.1 Pentingnya Literasi

3.2 Macam-Macam Jenis Literasi

3.3 Tips dan Trik Meningkatkan Kemampuan Literasi

BAB 4 : ETIKA BERSOSIAL MEDIA

4.1 Etika Bertukar Pesan di Sosial Media

4.2 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Bersosial Media


BAB 1
MPKMB
1.1. Kepanjangan MPKMB dan Alasan Pemilihan Kata
MPKMB atau Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru merupakan acara
penyambutan terbesar untuk mahasiswa baru yang diselenggarakan setiap tahunnya
di kampus tercinta, IPB. IPB tidak pernah mengenalkan kata “Ospek” yang
seringkali menjadi momok menakutkan bagi para mahasiswa baru. Lain halnya
dengan Ospek yang sarat dengan kekerasan, perpeloncoan dll, MPKMB
memberikan makna dan output yang berbeda sehingga esensinya sangat dirasakan
oleh mahasiswa baru.
1.2. Rangkaian Kegiatan MPKMB Beberapa Tahun Lalu
1.2.1 MPKMB 53
Dilaksanakan 5 hari. Pada MPKMB ini, pertama kalinya mempunyai maskot
dan masuk dalam stiker Line. Pada MPKMB ini juga, pemecahan rekor
formasi mozaik 6000 peserta, 7 formasi dalam 42 detik. Ada tingkatan pita
hitam bagi orang yang benar-benar tidak bisa ikut mobilisasi. Ada kegiatan
turun lapang untuk mewawancarai narasumber dan membuat laporan,
kegiatan ini di luar waktu MPKMB.
1.2.2 MPKMB 54
Dilaksanakan 5 hari. Sebelumnya ada penugasan yaitu buku tugas dan dream
mapping. Kelompok besar adalah representasi dari pulau besar di Indonesia.
Ada hari Pra sebagai wadah internalisasi agar lebih akrab. Pada H1,
dilaksanakan penyampaian materi di GWW. Pada H2, dilaksanakan
pengenalan fakultas masing-masing. Pada H3, dilaksanakan pengenalan
departemen dan setelah dhuhur dilanjutkan membuat formasi sesuai ciri khas
fakultasnya masing-masing. Pada H4, satu hari penuh digunakan untuk
simulasi aksi. Pada H5, pelaksanaannya bertepatan dengan 17 Agustus
sehingga kegiatan didahului dengan upacara terlebih dahulu di lapangan
gelora, lalu dilanjutkan pelaksanaan pembuatan formasi menggunakan
duplex. Kegiatan MPKMB diakhiri di GWW dengan awarding meme
challenge, cover jingle, lomba antar Ksatria (kelompok besar).
1.2.3 MPKMB 55
Dilaksanakan 5 hari + 1 hari welcome party. Pada hari pertama, GWW
seperti biasa, wajib merangkum setiap kegiatan dan surat keterangan
kelulusan MPKMB masih menjadi salah satu dokumen pendukung kelulusan
(wisuda). Pada H2, dilaksanakan penyampaian materi dari alumni IPB yang
sukses di bisnis dan pengetahuan tata tertib dalam kampus. Pada H3,
dilaksanakan pengenalan fakultas. Pada H4, dilaksanakan pengenalan
departemen. Pada hari terakhir, pelaksanaan pemecahan rekor The Most 3D
Formation dan dilanjutkan dengan closing berupa konser.
1.2.4 MPKMB 56
Dilaksanakan selama 5 hari + 1 hari Pra. Pelaksanaan MPKMB diawali
dengan mentorship untuk latihan yel-yel dan internalisasi Pra MPKMB. Pada
H1, kegiatan penyambutan di GWW. Pada H2, dilaksanakan pengenalan
fakultas. Pada H3, dilaksanakan pengenalan departemen dan pertama kali ada
Discover IPB. Discover IPB adalah wadah untuk mengenalkan UKM dan
himpro sehingga memudahkan maba untuk lebih mengenal lembaga
organisasi mahasiswa dalam satu tempat. Pada H4, dilaksanakan simulasi
aksi. Pada hari terakhir, diawali pemecahan rekor dan closing.
❖ Secara umum, rangkaian kegiatan MPKMB dilaksanakan antara 3 – 5
hari, yang meliputi pengenalan kampus, fakultas, departemen, peran
mahasiswa, dan kita akan bersenang-senang. MPKMB jauh dari kata
kekerasan dan perpeloncoan
1.3 Ciri Khas MPKMB Setiap Tahunnya
1.3.1 MPKMB 49
Pemecahan rekor makan nasi analog (nasi non beras, memakai bahan umbi-
umbian yang dibentuk seperti beras)
1.3.2 MPKMB 53
Awal mula pemecahan rekor Mozaik. Awal mula reformasi logo angkatan
menjadi rusa. Menggunakan fitur chat tanya jawab via ask.fm.
1.3.3 MPKMB 54
Pelaksanaan pembuatan formasi dilaksanakan 2 kali, yaitu pada saat H
fakultas dan H5.
1.3.4 MPKMB 55
Pemecahan rekor 3D formation
1.3.5 MPKMB 56
Pemecahan rekor the most lenticular 3D formation. Mengundang guest star
Nidji. Terdapat buku Jejak Mimpi Anak Negeri yang berisi 30 kisah
perjuangan masuk ke IPB.
❖ IPB ciptakan tren pelaksanaan ospek kampus, seperti formasi mozaik.
Sering pecahkan rekor.
1.4 Sejarah Pemberian Nama dan Logo
MPKMB 49 Generasi Berkarya MPKMB 50 Generasi Emas
MPKMB 51 Kreator Peradaban MPKMB 52 Cakra Nusantara

MPKMB 53 Garda Adhikarya MPKMB 54 Ksatria Khatulistiwa

MPKMB 55 Saga Agrisatya MPKMB 56 Andamaru Jayantara

❖ MPKMB 53 pertama kali muncul logo yang bagus dan mulai branding logo rusa
dan kujang. Pemilihan rusa dan kujang sebagai ciri daerah Bogor.
BAB 2
CHARACTER STRENGTH
2.1 Definisi Character Strength

Character strength merupakan karakter baik yang mengarahkan individu pada


pencapaian kebajikan (virtue) atau trait positif yang terefleksikan dalam pikiran,
perasaan, dan tingkah laku (Park et. al 2004). Kekuatan-kekuatan tersebut
membentuk satu konsep kebajikan yang sama, namun memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
Terdapat enam jenis kebajikan yang terdiri dari 24 karakter (Peterson dan
Seligman 2004), diantaranya sebagai berikut :
2.1.1. Wisdom and Knowledge
Dipahami sebagai kemampuan kognitif untuk sebuah keahlian dan
ilmu pengetahuan yang menjadi landasan dalam proses mencapai kehidupan
yang baik. Terdapat lima character strength yang menampilkan wisdom and
knowledge, yaitu :
a) Creativity
Creativity ditampilkan dalam bentuk kemampuan menghasilkan ide baru
serta perilaku yang diakui keasliannya dan bersifat adaptif. Feist (dalam
Peterson & Seligman, 2004) mengemukakan ciri khas orang kreatif
diantaranya: independen, non konformis, tidak konvensional, menyukai
seni, tertarik pada berbagai hal, terbuka akan pengalaman baru,
perilakunya menarik perhatian, fleksibilitas kognitif dan berani
mengambil risiko.
b) Curiosity
Curiosity dipahami sebagai rasa ingin tahu, ketertarikan, keterbukaan
dalam mencari hal-hal baru, serta keinginan intrinsik seseorang terhadap
pengalaman dan pengetahuan. Wujud curiosity yang kuat yaitu perilaku
konsisten giat belajar, usaha dan kinerja yang mengarahkan seseorang
mengeksplorasi keingintahuannya untuk meningkatkan kemampuan
pribadi dan interpersonal individu.
c) Open-mindedness
Open-mindedness adalah memikirkan suatu hal secara menyeluruh dan
melihat dari berbagai sisi. Dalam pengambilan keputusan, akan
mempertimbangkan hubungan antara pemikiran dengan kenyataan yang
terjadi. Open-mindedness akan meningkat sejalan dengan usia dan
tingkat pendidikan. Berkaitan aspek sosiokultural, diketahui bahwa
anggota kelompok budaya bermasyarakat berpikir lebih menyeluruh
daripada budaya individualis.
d) Love of learning
Individu yang memiliki character strength ini akan cenderung merasa
positif ketika belajar hal baru, mau berusaha mengatur diri sendiri untuk
bertahan meskipun menghadapi tantangan dan frustasi, merasa mandiri
dan didukung oleh orang lain dalam usaha pembelajarannya.
e) Perspective
Perspective diartikan dalam tiga cara yaitu dalam hal proses
kebijaksanaan, hasil kebijaksanaan, dan orang bijak. Jadi, perspektif
adalah sifat positif yang dimiliki oleh orang yang bijaksana (Assmann
dalam Peterson & Seligman, 2004). Kebijaksanaan ditampilkan dalam
bentuk proses kognitif, seperti kemampuan untuk menilai kehidupan
dengan benar, melakukannya dengan benar, memahami apa yang benar.
2.1.2. Courage
Virtue courage merupakan virtue kedua yang dipahami sebagai
kemampuan emosi untuk mencapai tujuan, walaupun menghadapi tuntutan
eksternal dan internal. Terdapat empat character strength yang menampilkan
virtue courage, yaitu :
a) Bravery
Shelp (dalam Peterson & Seligman, 2004) mendefinisikan bravery sebagai
usaha memperoleh ataupun mempertahankan hal yang dianggap baik bagi
diri sendiri dan orang lain. Bravery tampak ketika individu berada pada
situasi yang mengancam, berbahaya dan beresiko.
b) Persistence
Persistence didefinisikan sebagai tindakan berlanjut yang dilakukan
untuk mencapai suatu tujuan meskipun ada hambatan, kesulitan, atau
keputusasaan. Optimistis akan lebih membuat bertahan untuk terus
berlanjut (Peterson 2000) dan membawa pada hasil yang diinginkan.
c) Integrity
Intregity menggambarkan individu yang bertindak menerima dan
mengambil tanggung jawab atas perasaan dan perilaku yang telah mereka
lakukan. Integritas mengacu pada kejujuran moral dan diri, integritas
bersifat lebih menyeluruh sehingga integritas lebih dibahas.
d) Vitality
Karakter yang ditampilkan dengan semangat dan gairah dalam menjalani
hidup, melakukan sesuatu dengan sepenuh hati dan menganggap hidup
sebagai suatu petualangan. Individu yang memiliki vitality dominan akan
terlihat aktif, antusias, dan semangat dalam menjalani hidup.
2.1.3. Humanity
Humanity adalah kemampuan untuk mencintai, berbuat kebaikan,
menjaga hubungan interpersonal, dan hubungan sosial, sehingga mampu
beradaptasi dengan lingkungan. Terdapat tiga character strength yang
menggambarkan humanity, yaitu :
a) Love
Dipahami sebagai kemampuan untuk menerima, memberikan cinta,
kepedulian pada diri sendiri dan orang lain dengan menerima kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki. Ada tiga bentuk love, yaitu love untuk
orang yang menjadi sumber utama kasih sayang (e.g., ibu), love untuk
individu yang bergantung pada kita (e.g., teman) dan love yang melibatkan
hasrat untuk kelekatan seksual, fisik dan emosional dengan individu yang
kita anggap spesial dan membuat kita merasa spesial, biasa disebut cinta
romantik (e.g.,kekasih).
b) Kindness
Kindness atau altruistic love merupakan tindakan sukarela dalam
memberikan pertolongan, kepedulian kepada orang lain. Kindness ini tidak
didasarkan pada prinsip timbal-balik, pencapaian reputasi, atau hal lain
yang menguntungkan diri sendiri, meskipun efek tersebut bisa saja
muncul.
c) Social Intelligence
Social intelligence adalah kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi
diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan
dengan baik. Ada tiga intelegensi yang ditinjau yaitu personal, sosial dan
emosional. Pertama, kemampuan untuk menilai semua yang berkaitan
dengan emosional sebagai sumber penilaian untuk bertindak tepat. Kedua,
pemahaman dan penilaian terhadap diri sendiri secara akurat, termasuk
kemampuan memotivasi diri. Sedangkan yang berkaitan dengan hubungan
sosial yang melibatkan kedekatan, kepercayaan, persuasi, keanggotaan
kelompok, dan kekuatan politik. Secara konseptual, ketiga intelegensi
saling berkaitan, tetapi secara empiris keterlibatannya tidak dapat
dipahami dengan baik.
2.1.4. Justice
Justice merupakan virtue keempat yang didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memperhatikan hak-hak dan kewajiban individu dalam
kehidupan komunitas. Terdapat tiga character strength yang menggambarkan
justice, yaitu:
a) Citizenship
Citizenship berfokus pada ikatan sosial sebagai warga negara, yakni
kemampuan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri demi
mengutamakan kesejahteraan kelompok daripada pencapaian pribadi, loyal
kepada teman dan orang yang dapat dipercaya. (Seligman & Peterson,
2004).
b) Fairness
Fairness adalah kemampuan untuk memperlakukan semua orang secara
adil dan memberikan kesempatan yang sama pada setiap kelompok.
Fairness berkaitan dengan cara memperlakukan orang lain dengan sama
tanpa adanya perbedaan dan memberikan kesempatan yang sama pada
setiap orang. (M.W Berkowitz, 1997; Sherblom, 1997).
c) Leadership
Leadership mengacu pada kemampuan memperlakukan, mempengaruhi,
mengarahkan dan memotivasi orang lain atau kelompok untuk mencapai
kesuksesan. Orang yang memiliki sifat kepemimpinan merasa nyaman
dalam mengatur aktivitas dirinya maupun orang lain dalam suatu sistem
yang terintegrasi, berusaha agar tugas kelompok dapat selesai disertai
menjaga hubungan baik antar anggota kelompok.
2.1.5. Temperance
Virtue kelima yang dikemukakan ini berkaitan dengan kemampuan
untuk menahan diri dan tidak melakukan sesuatu yang dianggap berlebihan.
Virtue ini terdiri dari empat sifat, yaitu forgiveness and mercy, humility and
modesty, prudence dan self-regulation.
a) Forgiveness and mercy
Forgiveness mengandung arti seseorang menjadi kurang termotivasi untuk
balas dendam, menghindari dan kemudian menjadi murah hati kepada si
pembuat kesalahan. Dengan kata lain, pengampunan melibatkan
perubahan psikologis positif dalam individu terhadap orang yang
melanggar atau pembuat kesalahan.
b) Humility and modesty
Orang yang sederhana, pendiam, membiarkan hasil usaha mereka yang
berbicara, tidak mencari popularitas. Mereka mengakui kesalahan dan
bukan orang yang sempurna. Mereka tidak mengambil yang bukan
haknya, memandang dirinya sebagai orang yang beruntung berada di
posisi dimana sesuatu yang baik terjadi pada mereka.
c) Prudence
Prudence merupakan character strength yang berorientasi pada masa depan
seseorang. Hal ini tampak dalam bentuk kemampuan penalaran praktis dan
pengelolaan diri, sehingga individu dapat mencapai tujuan jangka panjang
secara efektif dengan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya
(Seligman, 2004).
d) Self-regulation
Self-regulation adalah bagaimana individu menggunakan kemampuan
untuk mengatur respon diri yang dimiliki untuk mencapai tujuan dan
memenuhi standar sosial (Seligman, 2004). Respon ini meliputi pikiran,
emosi, rangsangan, performansi dan perilaku lainnya. Jadi, self-regulation
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengatur perasaan dan perilaku
diri kita sendiri menjadi disiplin serta mampu dalam mengontrol keinginan
dan emosi.
2.1.6. Transcendence
Transcendence merupakan character strength terakhir yang
dikemukakan oleh Peterson dan Seligman (2004), character strength ini
berkaitan dengan kemampuan menjalin hubungan dengan kekuatan semesta
yang lebih besar serta dalam memaknai kehidupan individu tersebut.
Terdapat lima character strength yang menggambarkan transcendence, yaitu :
a) Appreciation of beauty and excellence
Appreciation of beauty and excellence merupakan kemampuan untuk
menemukan, mengenali serta mengambil kesenangan dari lingkungan fisik
dan dunia sosial dalam bentuk. (a) keindahan fisik, visual, dan auditori, (b)
keterampilan dan (c) kebaikan moral menampilkan kebaikan, belas kasih,
atau memaafkan. (Seligman 2004) Setiap jenis kebaikan ini dapat
menimbulkan rasa kagum yang berhubungan dengan emosi individu.
b) Gratitude
Gratitude melibatkan pengakuan saat menerima sesuatu dan kemudian
bersyukur atas apa yang diterimanya, baik dari orang lain maupun
kebahagiaan dari keindahan alam. Fitzgerald (1998) mengidentifikasi tiga
komponen dari gratitude, yaitu : (a) perasaan sukacita terhadap seseorang
atau sesuatu. (b) berperilaku baik pada individu atau sesuatu hal. (c)
berperilaku menghargai atas kebaikan tersebut.
c) Hope
Hope ditampilkan dalam bentuk keyakinan atas apa yang dikerjakan akan
memberikan hasil yang terbaik, memiliki gambaran yang jelas mengenai
apa yang hendak dilakukan dan ketika mengalami kegagalan akan
berfokus pada kesempatan lain untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
d) Humor
Humor mungkin lebih mudah untuk dikenali daripada didefinisikan, tapi
diantara maknanya saat ini adalah a) the playful recognition, kesenangan
dan/atau menciptakan keanehan, b) dipandang sebagai orang yang ceria
dan mampu melihat kebaikan saat mengalami kesulitan dengan
mempertahankan suasana hati yang baik, c) mampu membuat orang lain
tersenyum atau tertawa.
e) Spirituality
Spirituality membuat individu memiliki kepercayaan tentang adanya
sesuatu yang lebih besar dari alam semesta ini. Hal ini sering digambarkan
sebagai Tuhan. Individu mampu menempatkan dirinya menjadi bagian dari
alam semesta. Ia menyadari makna hidupnya dan mengetahui apa yang
harus dilakukannya untuk mencapai hal tersebut. Perwujudan dari
kekuatan karakter ini adalah berpegang teguh pada nilai moral tertentu dan
selalu ingin melakukan kebaikan bagi orang lain.
2.2. Pentingnya Mengetahui Character Strength
Biasa kita temukan pada masyarakat umum saling membandingkan
dirinya dengan orang lain, lalu mereka merasa lebih baik atau terpuruk berdasarkan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Permasalahannya, setiap individu
berbeda dan semua itu berdasarkan kepribadian kita. Maka, setiap individu
membutuhkan identifikasi terhadap kekuatan (strength) dan kebajikan (virtue) yang
dimiliki dan digunakan di berbagai aspek kehidupan untuk menghayati
kebahagiaan.
Kebahagiaan lebih mudah didapatkan ketika kita lebih fokus pada
kekuatan yang kita miliki. Mengenal kekuatan diri juga termasuk langkah awal
untuk memperoleh kebijaksanaan. Memudahkan untuk melakukan aktivitas
pengembangan diri. Disisi lain, kelemahan kita bukanlah keburukan kita. Itu adalah
hal yang perlu kita kembangkan. Perbaiki sejenak kelemahan kita, lalu fokus
kembali terhadap kelebihan yang kita miliki.
Manfaat lainnya dari mengenal diri sendiri adalah akan memudahkan
dalam menentukan keputusan. Seringkali kita akan dihadapkan dengan berbagai
macam permasalahan dan pada setiap pilihan yang kita tentukan akan memiliki
dampak positif dan negatif. Kenali kekuatan diri akan membantu kita untuk
memperoleh hasil maksimal dengan risiko yang berdampak lebih kecil bagi diri
sendiri. Selain itu akan memudahkan kita untuk mengontrol diri dan lebih sedikit
konflik internal dalam hati.
Character strength tidak bersifat paten. Oleh karena itu, penting untuk
memiliki cara berpikir untuk selalu berkembang (growth mindset). Ia bisa
berkembang sesuai dengan yang kita inginkan dengan cara mempraktekkannya.
BAB 3
PENTINGNYA LITERASI
3.1. Pentingnya Literasi
Penelitian PISA (2015) menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia
dibanding negara-negara di dunia. Ini adalah hasil penelitian terhadap 72 negara.
Respondennya adalah anak-anak sekolah usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 540 ribu
anak 15. Sampling error-nya kurang lebih 2 hingga 3 skor. Indonesia berada pada
ranking 62 dari 70 negara yang disurvei (bukan 72 karena 2 negara lainnya yakni
Malaysia dan Kazakhstan tak memenuhi kualifikasi penelitian).
Sebagai generasi milenial, kita memerlukan kemampuan literasi untuk
bersaing dengan orang lain. Kesadaran berliterasi sangat mendukung keberhasilan
seseorang dalam menangani berbagai persoalan. Sebagai contohnya, kita telah
dihadapkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang membuat saingan
lapangan pekerjaan dengan seluruh orang se-Asia Tenggara. Salah satu skill yang
diperlukan adalah berpikir kreatif, complex problem solving, dan berpikir kritis.
Ciri-ciri keterampilan berpikir kreatif adalah berpikir dari berbagai perspektif
dan alternatif, kesadaran dan sensitivitas terhadap permasalahan, daya ingat yang
baik, kemampuan menghasilkan banyak ide secara mudah, kemampuan
menghasilkan bermacam ide, orisinalitas (ide yang tidak biasa), adaptif terhadap
sesuatu yang baru.
Complex problem solving dapat dicapai dengan berpikir kreatif ataupun
berpikir kritis. Berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara, kenali masalah,
kumpulkan informasi, pahami hipotesis yang muncul, analisa data, lalu simpulkan.
Seluruh proses tersebut memerlukan kemampuan literasi yang baik.
Di sisi lain, sistem pembelajaran perkuliahan adalah student base learning,
dimana dosen berposisi menjadi fasilitator dan motivator. Seringkali dosen hanya
memberikan kasus di lapangan untuk didiskusikan dalam pembelajaran. Waktu
pembelajaran dalam perkuliahan dengan 14 kali perkuliahan per semester membuat
setiap pertemuan digunakan untuk membahas 1 bab materi pembelajaran. Oleh
karena itu, kemampuan literasi mahasiswa harus ditingkatkan untuk dapat mengikuti
jalannya pembelajaran.
3.2. Macam-Macam Jenis Literasi
3.2.1. Literasi Baca Tulis
Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam
sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan
berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi individu sangat
diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik.
Membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan,
termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi
kehidupan. Ketika menerima resep obat, dibutuhkan kemampuan untuk
memahami petunjuk pemakaian yang diberikan oleh dokter. Jika salah, tentu
akibatnya bisa fatal. Kemampuan membaca yang baik tidak sekadar bisa
lancar membaca. Teks yang dibaca pun tidak hanya kata-kata, tetapi juga bisa
berupa simbol, angka, atau grafik.
3.2.2. Literasi Numerasi
Literasi numerasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan
konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-
hari (misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan
masyarakat dan sebagai warga negara) dan kemampuan untuk
menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita.
Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan
cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk
memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi
dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya
grafik, bagan, dan tabel.
3.2.3. Literasi Sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah
untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta,
memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi
membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk
terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016).
3.2.4. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan
pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat
keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan
kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi
dalam lingkungan masyarakat.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan penekanan
mengenai pentingnya inklusi finansial sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari literasi finansial. Pengertian inklusi finansial sendiri adalah sebuah
proses yang menjamin kemudahan akses, ketersediaan, dan penggunaan
sistem keuangan formal untuk semua individu.
3.2.5. Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997),
literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang
sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Bawden (2001)
menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada
literasi komputer dan literasi informasi.
3.2.6. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan
Literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan
masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari
suatu budaya dan bangsa.
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di
abad ke-21. Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasan, adat
istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia
pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh
karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap
secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang mutlak.
3.3.Tips dan Trik Meningkatkan Kemampuan Literasi
Ada 2 hal fundamental untuk meningkatkan kemampuan literasi. Yang
pertama adalah kenali dahulu minat bakat/kelebihan diri dan yang kedua adalah
tingkatkan rasa ingin tahu yang kuat. Pahami dengan baik kelebihan diri agar
nyaman dalam proses peningkatan kapasitas literasi dan nantinya lebih mudah
termotivasi. Motivasi yang kuat akan mudah memunculkan semangat untuk
berkembang, rasa ingin tahu yang kuat menjadi penunjang untuk menambah
pengetahuan.
Rasa ingin tahu sangat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memicu rasa ingin tahu
a) Buat 70 pertanyaan per hari. Pada saat usia balita, rata-rata manusia
menanyakan 300 hal per hari. Namun, seiring waktu mulai berkurang.
Munculkan kembali kebiasaan untuk selalu bertanya tentang apapun.
b) Awali pertanyaan dengan kata “kenapa”. “Kenapa” adalah jenis pertanyaan
yang akan membawa kita mempelajari lebih dalam. Hindari pertanyaan yang
jawabannya antara “ya” atau “tidak”.
c) Berani bertanya. Faktor yang mempengaruhi berkurangnya intensitas
pertanyaan kita adalah rasa takut, seperti perasaan takut untuk memulai sesuatu
hal baru, takut terlihat kurang pintar, dan lain sebagainya.
d) Jawab sendiri pertanyaannya terlebih dahulu. Setelah kita membuat
pertanyaan, cobalah untuk mencari sendiri jawabannya terlebih dahulu.
Bertanya kepada orang lain itu sarana bantuan saja.
e) Lakukan diskusi. Diskusi dengan orang lain dapat memberikan kita sudut
pandang lain dalam melihat permasalahan, memperkaya pengetahuan kita dari
pengetahuan ataupun pengalaman orang lain.
Sebagai tambahan, berikut ini adalah contoh aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari untuk memaksimalkan kemampuan literasi baca tulis
a) Produktif ilmiah, untuk membuat essay tugas, skripsi, dll
● Titik Handayani (Staf pengajar Rumah KIR)
Membaca satu jurnal sehari, lalu membuat review-nya.
b) Fiksi/hiburan
● Imam Syahid (Presma UNPAD 2019)
Membaca satu buku per pekan.
c) Produktif novel, untuk membuat karya penulisan
● Anonym
Rutin menulis diary/satu part/ satu halaman.
Kunci keberhasilannya adalah dengan prinsip kaizen/istiqomah. Sedikit
asalkan rutin dalam waktu tertentu sampai hal tersebut menjadi kebiasaan.
BAB 4
ETIKA BERSOSIAL MEDIA
4.1. Etika Bertukar Pesan di Sosial Media
4.1.1. Selalu perhatikan penggunaan kalimat
Penggunaan kalimat merupakan bagian yang penting saat berkomunikasi
menggunakan media sosial. Kalimat-kalimat dengan susunan yang tepat,
disertai tanda baca yang tepat juga merupakan salah satu bagian yang penting
supaya etika komunikasi bisa dijaga dengan baik. Hindari menggunakan
kalimat-kalimat yang tidak utuh. Kalimat yang tidak utuh bisa memicu
timbulnya ambiguitas sehingga bisa menjadi sumber dari kesalahpahaman.
4.1.2. Berhati-hati saat menggunakan huruf
Menggunakan huruf dengan benar juga menjadi bagian dari etika komunikasi
di media sosial. Mudahnya, selalu gunakan huruf yang wajar. Menulis
sesuatu di media sosial dengan menggunakan huruf kapital semua bisa
memberikan kesan marah, kecewa, dan menantang.
4.1.3. Pemilihan simbol dan ikon yang tepat
Dalam media sosial, banyak sekali simbol dan ikon yang seringkali
disertakan dalam sebuah informasi atau tulisan. Ada dikenal
simbol emoji atau stiker dan lain sebagainya. Manakala akan menggunakan
simbol tersebut, pastikan simbol yang digunakan juga tepat.
Bila perlu, justru hindari menggunakan simbol atau ikon sehingga tulisan dan
informasi yang kita buat lebih bersifat netral. Kecuali jika dalam percakapan
non-formal yang cenderung santai, itu pun perlu diperhatikan simbol/stiker
yang dipakai agar tidak menimbulkan mispersepsi.
4.1.4. Menggunakan bahasa yang sesuai
Bahasa yang sesuai di sini adalah menunjukkan bagaimana tata krama kita
saat berkomunikasi dengan orang lain. Perhatikan dengan siapa kita
berbicara. Jangan sampai keluar bahasa-bahasa yang kurang sopan pada
orang tertentu sehingga etika dalam komunikasi ini menjadi hilang.
4.1.5. Memberikan respon dengan segera
Saat dihubungi melalui media sosial, pastikan kita juga memberikan respon
dengan segera. Menunda-nunda untuk memberikan respon atau bahkan
mengabaikannya akan memberikan kesan yang jelek. Apalagi sekarang ini
banyak sekali media sosial yang juga sudah melengkapi fitur pemberitahuan
bahwa pesan yang disampaikan sudah dibaca oleh penerima pesan.
4.1.6. Memberikan informasi yang memiliki referensi jelas
Pada zaman sekarang ini banyak informasi palsu atau Hoax yang bertebaran
di media sosial. Bahkan termasuk di dalam grup-grup obrolan keluarga
seperti di Whatsapp/Telegram pun banyak pula hoax yang terkadang belum
tersaring dan masih bertebaran. Oleh karena itu, mahasiswa baru harus cerdas
dalam memfilter informasi, mereka harus mampu membedakan mana
informasi yang hoax dan yang kredibel.

4.2. Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Bersosial Media


4.2.1. Mempublikasikan identitas pribadi yang terlalu detail
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, identitas pribadi merupakan sebuah
informasi yang cukup berbahaya jika dipublikasikan terlalu detail di media
sosial. Penyebaran informasi-informasi yang bersifat pribadi pada sebuah
media sosial bisa berdampak kepada penyalahgunaan informasi tersebut oleh
berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab. Dikhawatirkan, dengan
menampilkan identitas pribadi secara detail, maka informasi tersebut bisa
digunakan oleh pelaku tindak kejahatan dalam menjalankan aksinya.
4.2.2. Mem-posting berbagai foto yang rentan
Apa sajakah yang dikategorikan foto-foto yang rentan tersebut? Terdapat
beberapa foto, di antaranya adalah foto dengan pose dua jari (peace), foto
tiket perjalanan pesawat, foto balita, hingga foto pekerjaan yang bersifat
rahasia.
Dengan kecanggihan teknologi yang ada pada saat ini, sudah ada pelaku
kejahatan yang bisa mendapatkan sidik jari kita hanya dengan memanfaatkan
foto dengan pose dua jari tersebut. Sedangkan, postingan foto tiket perjalanan
pesawat juga cukup berbahaya, karena dibalik barcode tiket pesawat terdapat
informasi pribadi dari kita yang bisa saja disalahgunakan oleh orang lain.
Mengenai foto balita, foto tersebut seringkali akan dimanfaatkan oleh pihak-
pihak tertentu untuk melakukan penipuan hingga perdagangan anak. Dan,
foto pekerjaan yang bersifat rahasia, hal ini bakal cukup rentan untuk
dibagikan karena informasi tersebut bisa saja dimanfaatkan oleh kompetitor
dalam upaya menjatuhkan perusahaan tempat kalian bekerja.
4.2.3. Menulis kata-kata kasar dan spamming
Kebebasan untuk mengekspresikan diri yang dihadirkan di media sosial
seringkali disalah artikan oleh banyak orang, sehingga banyak dari mereka
yang merasa bebas untuk mengemukakan kata-kata kasar maupun spamming
di media sosial. Hal tersebut tentunya tidak boleh dilakukan, karena selain
akan memberikan hal yang negatif bagi para pembacanya, hal tersebut juga
bukanlah merupakan hal yang sepatutnya untuk dilakukan oleh setiap orang.
4.2.4. Mengunggah konten pribadi orang lain tanpa ijin
Mengunggah konten pribadi milik orang lain tanpa ijin dapat berakibat fatal
bagi kita, karena jika si pemilik foto tersebut tidak bersedia dan menerima
fotonya untuk ada di Internet, maka mereka dapat mengajukan tuntutan
secara hukum sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku
4.2.5. Foto karya buatan sendiri
Jika mengunggah konten milik orang lain sudah dilarang, maka mengunggah
karya buatan pribadi juga bukanlah suatu hal yang baik untuk dilakukan di
media sosial, lho. Sebenarnya, bukan tidak boleh, namun pastikanlah agar
karya yang kita unggah tersebut telah memiliki hak cipta atau keterangan
nama pembuat (watermark). Kalian tidak ingin jika karya yang sudah susah-
susah dibuat secara pribadi itu malah diakui orang lain sebagai milik mereka,
bukan?
4.2.6. Tidak memancing pertentangan
Terakhir, hindari melakukan komunikasi yang memancing pertentangan
melalui media sosial. Mengingat persepsi orang yang berbeda terhadap
paparan informasi, maka kita juga harus memperhatikan hal ini supaya
terhindar dampak negatif dari media sosial.

Anda mungkin juga menyukai