Anda di halaman 1dari 3

BAHAN AJAR

a. Pengertian ilmu mawaris


Ilmu mawaris adalah ilmu tentang pembagian harta peninggalan setelah seseorang
meninggal dunia. Imu mawaris disebut juga ilmu Faraidh, artinya disiplin ilmu yang
membahas tentang ketentuan-ketentuan atau bagian-bagian yang telah ditentukan untuk
masing-masing ahli waris.
Ahli waris/Al Waritsun adalah orang yang mendapatkan harta warisan, Al Muwaritsun
adalah orang yang meninggal dan meninggalkan harta warisan. Mirats atau Al Irts adalah
harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris setelah kewajiban lainnya terpenuhi.
b. Dalil Mawaris
1) QS. An Nisa Ayat 7

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian pula dari harta peninggalan kedua
orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah
ditetapkan.”
c. Tujuan mempelajari ilmu mawaris
1) Untuk mengetahui secara jelas orang yang berhak menerima harta warisan dan
berapa bagiannya.
2) Untuk menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar.
3) Untuk menghindari perselisihan dan perebutan harta peninggalan akibat ketidak
jelasan aturan main pembagian warisan.
4) Untuk memperingan beban dan tanggung jawab si mayit.
d. Hukum Mempelajari ilmu mawaris
Pendapat para ulama hukum mempelajari ilmu mawaris adalah Fardlu Kifayah.
e. Sebab-sebab mendapatkan warisan.
1) Sebab Nasab (hubungan keluarga)
2) Sebab pernikahan yang sah
3) Sebab wala’ atau memerdekakan budak
4) Sebab kesamaan agama
Point 1 disebut ahli waris nasabiah (karena keturunan), point 2-3 disebut ahli waris
sababiyah (karena sebab).
f. Sebab-sebab tidak mendapatkan warisan
1) Membunuh
2) Budak
3) Murtad
4) Beda agama
g. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum harta warisan dibagikan.
1)
Zakat
2)
Biaya pengurusan jenazah
3)
Hutang
4)
Wasiat, tidak boleh melebihi 1/3 dari harta peninggalan dan ditujukan bukan
kepada ahli waris.
h. Ahli waris dari pihak laki-laki ada 15
1) Anak laki-laki,
2) Suami
3) Bapak
4) Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus kebawah
5) Kakek dan seterusnya ke atas
6) Saudara laki-laki sekandung
7) Saudara laki-laki seibu
8) Saudara laki-laki sebapak
9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
10) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
11) Paman sekandung
12) Anak laki-laki paman sekandung
13) Anak laki-laki paman sebapak
14) Orang laki-laki yang memerdekakan jenazah (Mu’tiq)

Ahli waris dari pihak perempuan


1) Anak perempuan
2) Ibu
3) Istri
4) Cucu perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke baeah.
5) Ibu dari bapak
6) Ibu dari ibu
7) Saudara pemrempuan sekandung
8) Saudara perempuan sebapak
9) Saudara perempuan seibu
10) Orang perempuan yang memerdekakan jenazah
i. Ahli waris yang tidak bisa gugur haknya.
1) Anak laki-laki
2) Anak perempuan
3) Bapak
4) Ibu
5) Suami/istri
j. Golongan ahli waris
1) Dzawil Furud adalah ahli waris yang memperoleh bagian tertentu, misalnya
suami mendapatkan ½ bila jenazah mempunyai anak dan ¼ jika jenazah tidak
mempunyai anak.
2) Dzawil Arham adalah keluarga jenazah yang hubungan kekeluargaannya jauh,
maka tidak termasuk ahli waris. Dzawil arham bisa mendapatkan warisan jika:
tidak ada ahlul ashobah, dan tidak ada dzawil furud suami istri.
k. Ahlul Ashobah, yaitu ahli waris yang memperoleh sisa harta atau menghabiskan
sisa, setelah ahli waris yang lain mengambil bagiannya masing-masing. Macam-
macam Ashobah:
1) Ashobah binafsihi, yaitu ahli waris yang memperoleh sisa harta dengan
sendirinya tanpa sebab.
2) Ashobah bigoirihi, yaitu ahli waris yang berhak mendapatkan semua harta
karena ada saudaranya yang menjadi asobah.
3) Ashobah ma’al goir, yaitu ahli waris yang berhak mendapatkan semua harta
karena bersama yang lain.
l. Hijab dalam waris
1) Hijab Nuqson, yaitu penghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian
warisan disebabkan karena ada ahli waris lain yang menjadi penghalangnya.
2) Hijab Hirman, yaitu penghalang yang menyebabkan tertutupnya kesempatan
ahli waris mendapatkan bagian warisan, disebabkan ada ahli waris lain yang
lebih dekat dengan jenazah.
m. Aul dan Rad
1) Aul artinya bertambah, maksudnya adalah bertambah asal masalah (KPK)
dikarenakan jumlah bagian ahli waris melebihi jumlah asal masalah.maka
bagian masing-masing ahli waris jadi berkurang.
2) Rad artinya mengembalikan. Maksudnya adalah mengembalikan kelebihan
harta kepada ahli waris, kecuali suami dan istri menurut bagian masing-masing.
n. Hikmah pembagian harta waris:
1) Menghindari keserakahan yang bertentangan dengan syariat Islam
2) Menjalin ikatan persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban yang seimbang
3) Menghindari fitnah sesama ahli waris
4) Menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
5) Mewujudkan kemaslahatan hidup keluarga dn masyarakat
6) Memelihara harta peninggalan dengan baik
7) Memahami tentang hak-hak waris.

Tabel Pembagian Waris

Ahli Waris Bagian Keterangan


Ayah 1/3 Jika pewaris tidak meninggalkan anak
1/6 Jika pewaris meninggalkan anak
Asobah Jika tidak ada ahli waris yang mendapatkan sisa, dan masih ada sisa
warisan maka diberikan kepada ayah, namun sebelumnya ayah
tetap mendapat bagian zawil furud (ahli waris yang telah
mendapatkan bagian yang ditentukan).
Ibu 1/3 Jika pewaris tidak meninggalkan anak
1/6 Jika pewaris meninggalkan anak
Suami ½ Jika pewaris tidak meninggalkan anak
1/4 Jika pewaris meninggalkan anak
Istri ¼ Jika pewaris tidak meninggalkan anak
1/8 Jika pewaris meninggalkan anak
Anak laki-laki Asobah Mendapat semua sisa harta dengan sendirinya (asobah binafsihi)
Anak perempuan ½ Jika anak perempuan tunggal
2/3 Jika lebih dari satu bersaudara perempuan
Asobah Jika bersama anak laki-laki, bagiannya setengah dari anak laki-laki

Anda mungkin juga menyukai