Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia ISSN : 2302-

2016 3805

EVALUASI KINERJA INSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN


PROFESIONALISME PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PENERBANGAN
Safrizal

Manajemen Informatika Universitas Potensi Utama


Jl K.L Yos Sudarso Km. 6.5 No 3A,Tanjung Mulia, Medan
20241 Email :rizalsyl75@yahoo.co.id

Abstrak mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai


langkah terobosan yang bertujuan memaksimalkan
Sistem Pendukung Keputusan adalah sistem yang peran guru dalam melaksanakan tugas dan
dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan kewajibannya yakni : mendidik, mengajar,
dalam suatu organisasi, perusahaan, atau lembaga membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan
pendidikan. Instruktur merupakan pelaksana akademik mengevaluasi anak didik. Salah satu cara yang dapat
utama didalam lembaga pendidikan dan pelatihan dilakukan adalah dengan memberlakukan sistem
penerbangan. Salah satu faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja guru yang dapat memotivasi para
keberhasilan LPP Penerbangan adalah komitmen dan guru untuk meningkatkan kualitas kerjanya[2].
kinerja para istruktur. Untuk melihat kinerja instruktur Salah satu metode yang dapat digunakan untuk evaluasi
maka diperlukan suatu sistem evaluasi dimana sistem ini kinerja tenaga pengajar adlah AHP karena metode ini
menilai kinerja instruktur dan menghasilkan prioritas dapat digunakan untuk menentukan keputusan dari
instruktur terbaik dengan menggunakan metode AHP berbagai kriteria (multikriteria) dan dapat menghitung
dengan kriteria yang digunakan adalah kompetensi matriks dari data kuesioner dan menggunakan nilai eigen
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi dan veigen yang digunakan untuk menentukan rangking
kepribadian dan kompetensi sosial. Sistem ini akan atau prioritas dari masing-masing alternatif. Ada 4
menerikan urutan prioritas berupa ranking didalam kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja staf
melakukan proses evaluasi kinerja instruktur. pengajar yaitu kompetensi andragogik, profesionalisme,
kepribadian dan social[3].
Kata kunci : DSS, Evaluasi Kinerja Instruktur, LPP Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan suatu
Penerbangan, AHP. sistem yang dapat mengevaluasi kinerja instruktur dalam
meningkatkan profesionalisme pada lembaga pendidikan
1. Pendahuluan dan pelatihan penerbangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
Instruktur merupakan pelasana akademik utama didalam
prioritas instruktur yang mempunyai kinerja dengan
lembaga pendidikan dan pelatihan penerbangan. Salah
lebih efektif dan efisien.
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan LPP
Penerbangan adalah komitmen dan kinerja para istruktur.
2. Pembahasan
Bagi sang trainer, evaluasi tidak kalah pentingnya, yaitu
dapat memberikan feedback tentang apakah peserta puas Struktur hirarki dengan menggunakan metode
dengan isi program training, kedalaman meteri training, Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk
caranya mengajar, caranya mendelivery ilmunya dan evaluasi penilaian kinerja instruktur untuk meningkatkan
sebagainya. Bukan hal yang mudah bagi seorang trainer profesionalisme ditunjukkan pada Gambar 2.
untuk dapat memuaskan seluruh pesertanya, bisa
dibayangkan, jika dalam sebuah kelas pelatihan, jumlah
peserta 10, 20, 30 bahkan mungin 500 peserta, sang
trainer dituntut untuk dapat bertindak secara efektif dan
efisien agar seluruh materi dapat terserap dan seluruh
peserta puas dengan caranya mentransfer seluruh isi
materi. Seorang trainer dituntut mampu memainkan
peran sebagai seorang trainer, coach, guru, fasilitator, Gambar 2. Struktur Hirarki AHP
entertainer, pendongeng atau bahkan mungkin sebagai
pelawak[1]. Menurut (Mulyono, 1996) bahwa pada dasarnya
Peningkatan kualitas guru dalam proses pendidikan metode AHP merupakan suatu teori umum tentang
merupakan hal yang sangat penting didalam suatu konsep pengukuran. Metode ini digunakan
menghasilkan output siswa yang berkualitas dan untuk menemukan suatu skala rasio baik dari
mencapai visi dan misi sekolah. Untuk dapat perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun
kontinu. Perbandinganperbandingan ini dapat diambil

1.3-1
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia ISSN : 2302-3805
2016
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-7 Februari 2016 dari elemen-
ukuran elemen
aktual dibanding
atau dari kan secara
suatu berpasang
skala an
dasar terhadap
yang suatu
mencer kriteria
minkan yang
kekuata ditentuka
n n.
perasaan Perbandin
dan gan
prefensi berpasang
relatif an ini
[5]. dipresenta
sikan
Penentu dalam
an bentuk
Prioritas matriks.
Penilaia Skala
n yang
Kriteria digunakan
dan untuk
alternati mengisi
f dinilai matriks
melalui ini adalah
perbandi 1 sampai
ngan dengan 9
berpasa (skala
ngan. Saaty)
Menurut dengan
Saaty penjelasa
(2008), n pada
Langkah Tabel
pertama 1[4].
dalam Tabel 1.
menetap Skala
kan Penilaia
prioritas n
elemen- Perband
elemen ingan
dalam Berpasa
suatu ngan
persoala
n
keputus
an
adalah
dengan
membua
t
perbandi
ngan
berpasa
ngan
(pairwis
e Pengump
compari ulan Data
son), Pengump
yaitu ulan data
pada penelitian ini P k
menggunakan teknik e rit
kuesioner dan teknik n er
wawancara. Secara umum i ia
data-data yang D. Kompetensi Sosial l ya
dikumpulkan yang Tabel 5.Subkriteria a ng
menunjang penelitian. Kompetensi Sosial i di
Data yang dibutuhkan a da
dalam penelitian ini n pa
adalah berupa data primer t
dan data skunder. K da
1. Data Primer 2. Data sekunder i ri
Data Primer adalah data Data sekunder adalah n ha
yang diperoleh dari data yang didapatkan e sil
pengamatan dan penelitian dari catatan- catatan r re
secara langsung di yang sudah ada j sp
lapangan. Pengumpulan sebelumnya, a on
data primer ini dilakukan dokumentasi de
adalah data yang diperoleh perusahaan, Gambaran I n
secara langsung melalui umum perusahaan, s pa
wawancara atau Bidang usaha t da
penyebaran kuesioner. perusahaan serta r le
Sesuai dengan teori customer dan u m
penelitian yang Penilaian kinerja yang k ba
digunakan, maka kriteria selama ini dilakukan. t ga
penilaian kinerja u L
instruktur adalah : Cara Pengambilan Sampel r P
A. Kompetensi metode T P
Pedagogik judgment/purposive a Pe
Tabel 2.Subkriteria sampling yaitu dimana h ne
Kompetensi pemilihan elemen- a rb
Pedagodik elemen untuk menjadi p an
anggota sample ga
didasarkan atas i n
pertimbangan yang n Q
tidak acak, maksudnya i L
orang-orang yang d T
B. Kompetensi memahami keadaan i C
Profesional perusahaan secara l ya
Tabel 3.Subkriteria baik. Jumlah sample a ng
Kompetensi yang diambil untuk k di
Profesional kebutuhan penilaian u tu
kinerja instruktur ini k nj
berdasarkan ukuran a uk
sample Gay dan n ka
Diehl. Mereka n
C. Kompetensi menyatakan bahwa p pa
Kepribadian ukuran sample yang e da
Tabel 4.Subkriteria dapat diterima sangat r ga
Kompetensi bergantung pada jenis b m
Kepribadian penelitiannya, apabila a ba
penelitiannya bersifat n r
deskriptif, maka d 3
sampel minimalnya i da
adalah 10 % dari n n
populasi[6]. g ha
Jumlah sample 3 a sil
orang, sesuai dengan n pr
yang ada pada io
organisasi perusahaan a rit
yaitu 30 orang n as
instruktur. t pe
a rb
Perbandingan r an
Kriteria Evaluasi
dingan antar pedagogik yang
kriteria dalam ditunjukkan pada
penilaian kinerja gambar 5 dan hasil
instruktur prioritas perbandingan
ditunjukkan pada antar subkriteria
gambar 4.

Gambar 3.
Fa
kt
or
Pe
m
bo
bo
ta
n
Hi
rar
ki
un
tu
k
Kr
ite
ria
Pe
nil
aia
n
Ki
ne
rja
In
str
uk
tur

mbar 4. Hasil Prioritas


terhadap
Kriteria
Penilaian
Kinerja
Instruktur
Perbandingan
Subkriteria
Evaluasi
Penilaian Kinerja
Istruktur
1. Subkriteria
Kompetensi
Pedagogik
Tahap ini
dilakukan
perbandingan
antar subkriteria
kompetensi
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia ISSN : 2302-
2016 3805

kompetensi pedagogik dalam penilaian kinerja instruktur 4. Subkriteria Kompetensi Sosial


ditunjukkan pada gambar 6. Tahap ini dilakukan perbandingan antar subkriteria
kompetensi sosial yang ditunjukkan pada gambar 11 dan
hasil prioritas perbandingan antar subkriteria kompetensi
sosial dalam penilaian kinerja instruktur ditunjukkan
pada gambar 12.

Gambar 5. Faktor Pembobotan Hirarki untuk


Subkriteria Kompetensi Pedagogik

Gambar 11. Faktor Pembobotan Hirarki untuk


Subkriteria Kompetensi sosial
Gambar 6. Hasil Prioritas terhadap Subkriteria
Kompetensi Pedagogik

2. Subkriteria Kompetensi Profesional Gambar 12. Hasil Prioritas terhadap Subkriteria


Tahap ini dilakukan perbandingan antar subkriteria Kompetensi sosial
kompetensi profesional yang ditunjukkan pada gambar 7
dan hasil prioritas perbandingan antar subkriteria Perbandingan Alternatif dengan Kriteria
kompetensi profesional dalam penilaian kinerja Data Alternatif adalah Data Instruktur yang dijadikan
instruktur ditunjukkan pada gambar 8. sebagai penilaian dalam evaluasi penilaian kinerja
instruktur, contoh dalam kasus ini yang dinilai yaitu 3
(tiga0 instruktur. Dari ketiga instruktur tersebut akan
dilakukan proses penilaian.
1. Perbandingan Kriteria Kompetensi Pedagogik
Tahap ini dilakukan tahap pengisian terhadap data
Gambar 7. Faktor Pembobotan Hirarki untuk alternatif yaitu instruktur berdasarkan kriteria
Subkriteria Kompetensi profesional kompetensi pedagogik.

Gambar 8. Hasil Prioritas terhadap Subkriteria


Kompetensi profesional
Gambar 13. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
3. Subkriteria Kompetensi Kepribadian Kompetensi Pedagogik (1) dengan Alternatif (Instruktur)
Tahap ini dilakukan perbandingan antar subkriteria
kompetensi kepribadian yang ditunjukkan pada gambar
9 dan hasil prioritas perbandingan antar subkriteria
kompetensi kepribadian dalam penilaian kinerja
instruktur ditunjukkan pada gambar 10.
Gambar 14. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
Kompetensi Pedagogik (1)

Gambar 9. Faktor Pembobotan Hirarki untuk


Subkriteria Kompetensi kepribadian
Gambar 15. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Pedagogik (2) dengan Alternatif (Instruktur)

Gambar 10. Hasil Prioritas terhadap Subkriteria


Kompetensi kepribadian

1.3-27
Gambar 16. Hasil Prioritas terhadap Kriteria Gambar 23. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Pedagogik (2) Kompetensi Pedagogik (6) dengan Alternatif (Instruktur)

Gambar 24. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Pedagogik (6)
Gambar 17. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Pedagogik (3) dengan Alternatif
(Instruktur)

Gambar 25. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Kompetensi Pedagogik (7) dengan Alternatif (Instruktur)
Gambar 18. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
Kompetensi Pedagogik (3)

Gambar 26. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Pedagogik (7)

2. Perbandingan Kriteria Kompetensi Profesional


Gambar 19. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria Tahap ini dilakukan tahap pengisian terhadap data
Kompetensi Pedagogik (4) dengan Alternatif alternatif yaitu instruktur berdasarkan kriteria
(Instruktur) kompetensi profesional.

Gambar 27. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Gambar 20. Hasil Prioritas terhadap Kriteria Kompetensi Profesional (1) dengan Alternatif
Kompetensi Pedagogik (4) (Instruktur)

Gambar 28. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Profesional(1)
Gambar 21. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Pedagogik (5) dengan Alternatif
(Instruktur)

Gambar 29. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Kompetensi Profesional (2) dengan Alternatif
Gambar 22. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
(Instruktur)
Kompetensi Pedagogik (5)
Tahap ini dilakukan tahap pengisian terhadap data
alternatif yaitu instruktur berdasarkan kriteria
kompetensi kepribadian.

Gambar 30. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Profesional(2)

Gambar 37. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Kompetensi Kepribadian (1) dengan Alternatif
(Instruktur)

Gambar 31. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Kompetensi Profesional (3) dengan Alternatif
(Instruktur) Gambar 38. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
Kompetensi Kepribadian (1)

Gambar 32. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Profesional(3)
Gambar 39. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Kepribadian (2) dengan Alternatif
(Instruktur)

Gambar 33. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Kompetensi Profesional (4) dengan Alternatif Gambar 40. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
(Instruktur) Kompetensi Kepribadian (2)

Gambar 34. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Profesional(4)
Gambar 41. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Kepribadian (3) dengan Alternatif
(Instruktur)

Gambar 35. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Kompetensi Profesional (5) dengan Alternatif Gambar 42. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
(Instruktur) Kompetensi Kepribadian (3)

Gambar 36. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Profesional(5)
Gambar 43. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
3. Perbandingan Kriteria Kompetensi Kepribadian Kompetensi Kepribadian (4) dengan Alternatif
(Instruktur)
Gambar 44. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
Kompetensi Kepribadian (4) Gambar 51. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Sosial (3) dengan Alternatif (Instruktur)

Gambar 45. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Gambar 52. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
Kompetensi Kepribadian (5) dengan Alternatif
Kompetensi Sosial (3)
(Instruktur)

Gambar 46. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Kepribadian (5) Gambar 53. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Sosial (4) dengan Alternatif (Instruktur)
4. Perbandingan Kriteria Kompetensi Sosial
Tahap ini dilakukan tahap pengisian terhadap data
alternatif yaitu instruktur berdasarkan kriteria
kompetensi sosial.

Gambar 54. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Sosial (4)

Gambar 47. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria


Kompetensi Sosial (1) dengan Alternatif
(Instruktur) Gambar 55. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Sosial (5) dengan Alternatif (Instruktur)

Gambar 48. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Sosial (1) Gambar 56. Hasil Prioritas terhadap Kriteria
Kompetensi Sosial (5)

Berdasarkan hasil evaluasi perbandingan antara kriteria


dan hasil perbandingan antara kriteria dengan alternatif
(instruktur) maka didapat rekapitulasi bobot prioritas
alternatif.
Gambar 49. Quisioner Perbandingan untuk Kriteria
Kompetensi Sosial (2) dengan Alternatif
(Instruktur)

Gambar 50. Hasil Prioritas terhadap Kriteria


Kompetensi Sosial (2) Gambar 57. Hasil Bobot Prioritas Instruktur A
[6] Widayat, Drs. MM, Amirullah, SE. MM. “Riset Bisnis”. Edisi
Pertama. Cetak Pertama.Graha Ilmu: Yogyakarta. P, 2002.

Biodata Penulis
Safrizal , memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom),
Jurusan Sistem Komputer Universitas Panca Budi, lulus
tahun 2012. Memperoleh gelar Magister Komputer
(M.Kom) Program Pasca Sarjana Magister Komputer
Gambar 58. Hasil Bobot Prioritas Instruktur B Universitas Putra Indonesia (UPI) YPTK Padang, lulus
tahun 2014. Saat ini menjadi Dosen di Universitas
Potensi Utama.

Gambar 59. Hasil Bobot Prioritas Instruktur C

Dari hasil rekapitulasi bobot prioritas dalam evaluasi


penilaian kinerja instruktur yang ditunjukkan pada
gambar 57, 58 dan 59 maka didapat kesimpulan bahwa
prioritas pertama dimiliki oleh Instruktur B dengan
bobot prioritas 36,5, prioritas kedua dimiliki oleh
Instruktur C dengan nilai bobot prioritas 32,3, dan
Instruktur A memiliki bobot prioritas 31,2 adalah
merupakan perioritas terakhir yang ditunjukkan dalam
Grafik prioritas pada gambar 60.

Gambar 60. Grafik Prioritas

3. Kesimpulan
Dengan menggunakan sebuah sistem dan metode
AHP maka akan lebih mudah membuat keputusan
manajemen dalam menentukan prioritas instruktur
terbaik.

Daftar Pustaka
[1] Moekijat. Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Meningkatkan
Produktivitas Perusahaan.Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1990.
[2] Atikah, Nasir W. S., Ceria .F M. T., “Perancangan Penilaian
Kinerja Guru Berdasarkan Standar Kualifikasi Akademik
Kompetensi Guru dan Kompetensi Gomes sebagai acuan
pemberian Insentif”, diakses pada tanggal 1 Oktober 2015
[3] Dewi R. P., “Sistem Pendukung Keputusan Evaluasi Kinerja
Dosen Berbasis Analytical Hierarchy Process (AHP)”, Expert-
Jurnal Manajemen Sistem Informasi Dan Teknologi.
[4] Saaty, L.T., dan Peniwati, K., Group Decision Making: Drawing
Out and Reconcilling Differences, RWS Publications Pittsburgh,
2008.
[5] Mulyono, Sri. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 1996.

Anda mungkin juga menyukai