Anda di halaman 1dari 8

Unmas

548
Denpasar

STUDI OPTIMALISASI ADSORBEN KAOLIN YANG DIMODIFIKASI


DENGAN SURFAKTAN DALAM PENYISIHAN LOGAM BESI (II)
DALAM AIR
Alfian Putra1, Helmi2 dan Rudi Syahputra3
1) Prodi Teknologi Kimia Industri Politeknik Negeri Lhokseumawe
2) Prodi Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
3) Prodi Teknik Listrik Politeknik Negeri Lhokseumawe
Email : putraalf@yahoomail.com

ABSTRAK
Pada Studi ini akan dilakukan optimalisasi daya serap kaolin, dengan cara modifikasi
kaolin dengan surfaktan. Adsorben sebagai media penyerap dibuat dengan memanfaatkan
kaolin yang dimodifikasi dengan surfaktan. Sedangkan logam yang digunakan adalah Fe
yang terdapat dalam air dengan konsentrasi awal 10 mg/L. Tujuan dari penelitian ini adalah
mencari optimalisasi penyerapan logam yang lebih sepesifik dalam menyerap logam Fe
menggunakan kaolin yang telah di modifikasi dengan surfaktan. Kaolin dihaluskan sampai
dengan 100 mesh. Surfaktan yang digunakan sebanyak 45%, 60% dan 75% dari berat total
adsorben yaitu sebanyak 300 gram. Pengontakan dilakukan antara adsorben dengan logam
divariasikan waktu pengambilan sample yaitu 30, 60 dan 90 menit, dengan kecepatan
pengadukan 90 rpm. Studi menunjukkan kemampuan adsorben kaolin dalm menigkatkan
kinerjanya hampir mencapai 2 kali dari sebelum dilakukan modifikasi dengan surfaktan.
Hasil yang paling signifikan terjadi pada penambahan 75% surfaktan yaitu efesiensi
penurunan mencapai 94,4% , penambahan surfaktan 60% efesiensinya 86,% dan penambahan
surfaktan 45% efesiensi penurunan mencapai 80,1%.

Kata Kunci: Adsorben, Besi, Kaolin,Optimalisai, Surfaktan

ABSTRACT
In this study will be done to optimize the absorption of kaolin, kaolin modified by
surfactant. Adsorbent as iron adsorbs were used modification kaolin and surfactant. The
metal ion is iron in water with an initial concentration of 10 mg / L. The purpose of this riset
is to study of optimize the absorption of more specific metals that absorb metals Fe using
kaolin which has been modified with a surfactant. Kaolin size arange pulverized to 100 mesh.
Surfactants concentrations were used as much as 45%, 60% and 75% from total weight of
the adsorbent is 300 grams. Variation of contact time the adsorbent with a metal are 30, 60
and 90 minutes repectevely, and the stirring speed of 90 rpm. The study result show that
ability of adsorbent kaolin preformance increase nearly 2 times than before the modification
with surfactant. The most significant result occurred in 75% addition of surfactants ie a
decrease of efficiency was 94.4%, 60% surfactant resvetively. The concentration of
surfactant 60% to removal efficiency is 86 % and 45% surfactant concentration to removal
efficiency 80,1%.

Keywords: Adsorbent, Kaolinite,Iron, Optimalisation, Surfactant

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas
549
Denpasar

PENDAHULUAN
Air merupakan kebtuhan vial bagi kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainya,
namun keberadaan air sering terkontaminasi dengan senyawa lain seperti terdapatnya ion
logam seperti besi dala air. Besi sendiri terdapat pada lapisan litosfer dengan presentase 5%
dan juga terdapat pada buangan limbah industri dan limbah domestik. Pada konsentrasi
rendah sekitar 1,8 mg/L keberadaan besi dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia seperti anorexia, aligura, diarhoea, hypothermia, diphasic shock, asam lambung dan
bahkan kematian. Pada konsentrasi yang lebih besar dapat menyebakan kerusakan pada organ
tubuh seperti penyumbatan pada sistem peredaran darah, hati, ginjal, jantung, otak, limpa,
adrenals dan thymus (Karthikeyan, dkk, 2005).
Salah satu kendala adalah keberadaan logam terutama Fe dalam air atau tingkat
kesadahan air yang tinggi, sehingga berpengaruh terhadap penggunaan deterjen. Besi
termasuk kedalam golongan logam berat, dimana logam berat memiliki massa atom relative
antara 64,5-200,6, dimana logam ini biasanya tidak dapat diuraikan secara biologis dan
memiliki tingkat kadar toxic yang tinggi. Meskipun logam ini sebagian bermanfaat bagi
tubuh manusia dalam kadar tertentu, namun banyak juga menimbulkan permasalahan
kesehatan seperti tembaga dan seng meskipun dibutuhkan dalam proses metabolisme pada
tubuh manusia, jika kadarnya terlalu tinggi atau diluar batas yang di bolehkan akan
menyebabkan iritasi, muntah, mual kram perut dan anemia.
Ion besi yang bervalensi dua pada umumnya terdapat pada air tanah dan sering berda
bersamaan dengan ion logam Mngan (Mn). Keberdaan besi menyebabkan warna kekuningan
pada air, menyebabkan korosi dan penyeba kesadahan. Penyisihan logam dalam air pada
umumnya dilakukan dengan menggunakan teknologi memberan, adsorbsi, ion exchange dan
presipitasi. Teknologi lain yang digunakan adalah dengan ekstraksi fluida pada kondisi
superkriikal, bioremediasi dan oksidasi. Namun kesemua teknologi tersebut pada umumnya
sangat mahal, dan membutuhkan peralatn penunjang dengan teknologi tinggi, sehingga tidak
efektif dilakukan dalampengolahan air. Metode umum yang sering digunakan adalah dengan
mengguakan proses adsorpsi. Metode ini mudah dilakukan, efektivitasnya tinggi dan murah.
Banyak adsorben yang digunakan sepeti alumina, karbon aktif, silika gel dan zeolit (Sriyanti
dan Taslimah, 2003).
Salah satu adsorben yang digunakan dalam penyisihan logam besi adalah kaolin.
Kaolin merupakan bagian dari mineral alami dari kelompok silika yang berbentuk kristal
dengan struktur berlapis. Kaolin sendiri dikelompokkan dalam penukar ion anorganik yang
secara alami dapat melakukan proses pertukaran ion yang berasal dari luar dengan adanya
pengaruh air. Menurut Crini (2006), kaolin merupakan salah satu jenis silikat yang memiliki
kemampuan sebagai adsorben dan kapasitasnya mencapai 20 kali kemampuan alumina (jenis
silikat lain). Beberapa pengaktifan kaolin telah dilakukan seperti proses pertukaran ion yang
berasal dari luar dengan bantuan air pada proses penjernihan (Murdarina dan Linggarwati,
2003). Penyerapan logam Pb2+ dalam limbah cair dengan memodifikasinya dengan surfaktan
dan poliposfat. Adsorbsi timbal, seng dan kadmium dengan memodifikasi kaolin dan
polyphospate (Mohammad W Amer, dkk 2010), Pemodifikasian permukaan mineral dengan
surfaktan (Li and Bowman, 1997; Sullivan et al., 1997) dan zeolit-A (Kumaret al., 2007),
Kemampuan surfaktan kationik dalam melakukan adsorpsi yang tinggi terutama dalam

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas
550
Denpasar

kapasitas penukar ion kromat (Bajda dan Klapyta, 2006), sulfat dan fosfat (Vujakovic et
al.,2003), dan arsenik (Kumar et al.,2007). Kaolin masih sejenis dengan zeolit dan bentonit,
namun zeolit dan bentonit daya serapnya lebih bagus atau lebih tinggi dibandingkan dengan
kaolin apalagi jika dibandingkan dengan karbon aktif oleh sebab itu dibutuhkan upaya untuk
meningkatkan daya serap kaolin.
Salah satu upaya peningkatan daya serap kaolin sebagai adsorben dapat dilakukan dengan
memodifikasikanya menggunakan surfaktan. Surfaktan memiliki beberapa jenis yaitu
surfaktan anionik dan kationik.Surfaktan kation merupakan senyawa organik rantai panjang
yang terdiri dari dua bagian yaitu kepala dan ekor. Bagian kepala bermuatan positif dan
bersifat hidrofilik sedangkan bagian ekor tidak bermuatan dan bersifat hidrofobik. Surfaktan
dapat membentuk misel, monolayer atau bilayer pada permukaan kaolin modifikasi
tergantung dari konsentrasi surfaktan yang digunakan. Pada Studi ini mencoba mempelajari
dan mengkaji penggunaan surfaktan yang dimodifikasi dengan kaolin (organokaolin),
sehingga diharapkan peningkatan daya serap dalam hal ini ion Fe dalam air.
Diharapkan hasil dari penelitian ini diketahui komposisi perbandingan yang tepat dan paling
optimal antara kaolin dan surfaktan.

METODE PENELITIAN
Experimen dilakukan dengan menggunakan kaolin yang telah dihaluskan dengan
ukuran 100 mesh sebelum dilakukan proses aktivasi awal. Pengambilan ukuran 100 mesh
didasarkan pada penelitian sebelumnya dimana kondisi terbaik pada ukuran tersebut
(Nelly,2010). Aktivasi dilakukan dengan menggunakan ukuran kaolin 100 mesh. Kaolin
dilakukan aktivasi fisik selama 2 jam dengan temp. 105OC, aktivasi kimia menggunakan
H2SO4 dan KOH selama 2-3 jam, dinetralkan sampai pH 7, dikeringkan dan disimpan dalam
desikator. Kaolin aktivasi dimodifikasi dengan surfaktan konsentrasi 200 mg/L dengan rasio
penggunaan surfaktan 45%, 60%, 75% dari berat total 300 gr. Campuran kaolin-surfaktan
diaduk menggunakan Shaker Incubator selama 2 jam dengan kecepatan pengadukan 150
rpm. Endapan kaolin disaring dan dicuci sampai pH 7, lalu dikeringkan dan disimpan dalam
desikator.
Pada proses adsorpsi, 2 gr organokaolin dan 200 ml air Limbah artifisial dengan
konsetrasi 10 mg/L dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL, dikontakkan selama 90 menit
dengan kecepatan pengadukan 50,70 dan 90 rpm menggunakan Shaker Incubator. Sampel
dianalisa menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) dan Total Organic Carbon
(TOC) Shimadzu sebelum dan sesudah perlakuan. Sample ditutup dengan alumunium foil
menghindarai terjadinya kontak dengan udara luar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aktivasi adosorben
Sebelum dilakukan modifikasi dengan surfakatan, dilakukan uji peformance adsoben
kaolin yaitu pada kondisi sebelum dan setelah dilakukan proses aktifasi. Data dari
pengukuran efesiensi penurunan kadar logam Fe dalam air dapat dilihat pada gambar 1.

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas
551
Denpasar

Sebelum aktivasi
80 Setelah aktivasi

70

Efesiensi (%)
60

50

40

30
20 40 60 80 100

Lama Pengadukan (Menit)

Gambar 1: Perbandingan efesiesni penurunan kadar Fe pada adsorben sebelum dan setelah
aktivasi

Dari gambar 1 terlihat peningkatan laju efesiensi penurunan logam Fe sebelum


dilakukan proses aktifasi dan setelah dilakukan aktifasi. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan daya serap akibat terbukanya pori-pori kaolin setelah dilakukan aktifasi dengan
menggunakan H2SO4 dan KOH selama 2-3 jam. Kondidi adsorben yang masih baru dan
pori-porinya masih banyak terdapat rongga-rongga yang mampu menangkap ion logam
Fevdalam air, sehingga menigatkan kinerja dari adsorben kaolin dalam mereduksi ion logam
Fe dalam air. Proses aktivasi kaolin menggunakan asam akan menghasilkan kaolin yang
memiliki situs aktif lebih besar dan keasaman permukaan yang lebih besar, sehingga akan
dihasilkan adsorben dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum
diaktivasi sedangkan aktivasi dengan pemanasan (kalsinasi) yang dilakukan pada lempung
akan menyebabkan bertambah besarnya ukuran pori dengan bentuk kristal yang lebih baik.
Pemanasan dengan suhu tinggi dan waktu yang lama, lempung cenderung mengalami
rekristalisasi sehingga menghasilkan kristal-kristal yang lebih baik dengan pori-pori yang
lebih besar (Notodarmojo, 2005)
Perbedaan waktu kontak memberikan hasil yang berbeda, semakin lama waktu
pengadukan semakin tinggi efesiensi penyisihan logam Fe dalam air. Dari gambar juga
terlihat bahwa kecepatan pengadukan berpengaruh terhadap efesiensi penurunan konsentrasi
logam Fe, dimana semakin besar kecepatan pengadukan, semakin besar efisiensi penyisihan
logam Fe. Hal ini terjadi karena kecepatan pengadukan mempercepat terjadinya kontak antara
kaolin dengan air gambut mengandung logam Fe, sehingga efisiensi penyerapan logam Fe
dalam air gambut lebih maksimal. Berdasarkan sifatnya surfaktan amfolitik mempunyai dua
ikatan ion positif dan negatif ditambah dengan adanya pengadukan maka partikel-partikel
dalam bentuk ion akan terserap pada adsorben.

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas
552
Denpasar

Modifikasi Adsorben Kaolin-Surfaktan

45% Surfaktan
98 60% Surfaktan
75% Surfaktan
96
94
Efisiensi penyisihan Fe (%) 92
90
88
86
84
82
80
78
76
74
72
70
50 60 70 80 90

Kecepatan pengadukan (rpm)

Gambar 2: Efesiensi penyerapan logam Fe dengan variasi konsentrasi surfaktan

Dari gambar 2 terlihat terjadi peningkatan efisiensi yang signifikan pada kecepatan
pengadukan 90 rpm sebesar 97,3%. Hal ini disebabkan karena logam Fe yang terkandung
didalam limbah telah terserap secara keseluruhan di pori pori organokaolin akibat
peningkatan gerakan moleku yang terdapat pada air limbah, sehingga interaksi antara
organokaolin dan ion logam Fe lebih sering terjadi. Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa
pada konsentrasi 60% efesiensinya lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan surfaktan
pada konsentrasi yang lain. Hal ini disebakan oleh organokaolin pada konsentrasi 60%
memiliki kemampuan untuk mempercepat pergerakan antar molekul didalam air (gaya
dispersi), sehingga logam Fe didalam air diserap lebih maksimal oleh organokaolin. Selain
itu pada konsentrasi ini diperkirakan adanya keseimbangan antara jumlah surfaktan yang
terdapat pada adsorben dan pori-pori adsorben yang terbuka, diamana sebagian besar
organokaloin masih terdapat banyak pori-pori yang masih terdapat rongga- rongga yang
mampu menangkap ion logam Fe dalam air, sehingga penyerapan logam lebih maksimal
akibat kombinasi penyerapan pada pori dan terbentuknya bilayer-bilayer pada permukaan
adsorben yang efektif menyerap logam Fe. Selain itu, organokaolin yang mengandung
surfaktan juga memiliki gugus negatif yang berfungsi mengikat logam Fe dalam sampel
artifisial.
Keberadaan muatan positif, sifat hidrofobik dan keluewasan dan melakukan
pergerakan dalam air yang hasil modifikasi kaolin dan surfaktan (organokaolin) dapat
memberdayakan dan meningkatkan efesiensi daya serap kaolin yang semula hanya sebagai
adsorben kation menjadi adsorben anion dan adsorben non polar. Untuk itu salah satu aplikasi
yang digunakan adalah pada air yang mengandung ion logam seperti Fe dan penanganan air
limbah yang banyak mengandung anion dan molekul non polar. Oleh sebab itu modifikasi
kaolin dan surfaktan yang diikatkan pada permukaan kaolin yang bersifat hidrofobik dan
mengandung kation Na yang aktif pada strukturnya. Surfaktan berperan untuk membentuk
agregat bilayer yang akan menyerap ion yang lebih banyak (Kumar, et al.,2007).
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas
553
Denpasar

Uji FTIR
Analisa FTIR pada penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik adsorben, perubahan
tersebut dapat diamati pada gambar 3 dibawah ini.

(a) (b)
Gambar 4: Perubahan Strutur Adsorben pada saat aktivasi (a) dan setelah dilakukan
modifikasi dan penyerapan logam Fe (b)

Perubahan pada struktur Si-O-Al ulur kaolin non aktivasi dibuktikan pada hilang
puncak di daerah vibrasi O-H dan Si-O deformasi yaitu di bilangan gelombang 754,2 cm-1
dan 884,4 cm-1 dan meningkatnya luasan puncak spektrum pada bilangan gelombang 913,33
cm-1. Pada kaolin aktivasi puncak pada bilangan 912,37 cm-1 mengindikasikan munculnya
vibrasi O-H deformasi. Hal ini didukung dengan hilangnya puncak pada bilangan gelombang
1007,85 cm-1 dan 1042,57 cm-1 yang merupakan daerah vibrasi Si-O regangan dan
meningkatnya luasan puncak spektrum pada bilangan gelombang 1112,97 cm-1. Perbedaan
vibrasi pada kedua spektrum tersebut, dikarenakan kaolin dilakukan aktivasi dengan H 2SO4
dan NaOH sehingga vibrasi berubah. Namun puncak terakhir dari kedua spektrum
menunjukkan vibrasi yang sama, yaitu O-H oktahedral dengan panjang gelombang 3694,81
cm-1.
Berdasarkan hasil spektra IR (Gambar 4) terlihat bahwa kaolin aktivasi (sebelum
adsorpsi) puncak pada bilangan 797,6 cm-1 mengindikasikan munculnya vibrasi O-H
deformasi. Hal ini didukung dengan hilangnya puncak pada bilangan gelombang 942,27 cm-1
yang merupakan daerah vibrasi Si-O regangan dan meningkatnya luasan puncak spektrum
pada bilangan gelombang 1111,05 cm-1. Sedangkan pada kaolin aktivasi sesudah adsorpsi,
perubahan struktur vibrasi Si-O deformasi dengan panjang gelombang 706,94 cm-1 menjadi
vibrasi Si-O regangan pada panjang gelombang 1111,05 cm-1. Perubahan ini terjadi karena
ada proses adsorpsi logam Fe didalam kaolin, sehingga menyebabkan perubahan struktur
vibrasi pada kaolin. Namun puncak terakhir dari kedua spektrum menunjukkan vibrasi yang
sama, yaitu O-H oktahedral dengan panjang gelombang yang berbeda 3621,51 cm-1 dan
3694,81 cm-1. Perubahan vibrasi organokaolin juga terjadi pada organokaolin modifikasi 60%
surfaktan. Hal ini dilihat dari perubahan spektrum IR pada daerah vibrasi Si-O deformasi
yaitu panjang gelombang 797,6 cm-1 menjadi daerah vibrasi Si-O regangan dan
meningkatnya luasan puncak spektrum pada bilangan gelombang 1114,9 cm-1.

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas
554
Denpasar

SIMPULAN
Dari Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Modifikasi adsorben kaolin dan surfaktan mampu meningkatkan daya serap
penyisihan logam Fe dalam air dari 54,2% menjadi 97,3%.
2. Perubahan konsentrasi surfaktan memberikan kinerja penyisihan logam Fe yang
berbeda, dimana kondisi yang baik pada konsentrasi 60% surfaktan.
3. Waktu kontak berpengaruh terhadap penyisihan logam Fe, efisiensi penyisihan logam
Fe pada kondisi optimum terjadi pada waktu kontak 90 menit.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung dan terlibat pada penelitian ini, Terima kasih banyak khusus pada team riset
ahasiswa, Silvia, Eva, Siti Utami dan Rita.

DAFTAR PUSTAKA
Amer, W, Mohammad. 2010. Adsorption nof Lead, Zink and Cadmium ions on
Polyphosphate-Modified Kaolinite Clay. Journal of Environment Chemistry and
Acotoxicoligy, (2): 1-8.
Anonim, Cooper. 2008. www. Lentech.com, diakses tanggal 31 Januari 2015.
Besprina, Fani. 2004. Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Gratis dan Dregs dengan
Penambahan Kaolin Sebagai Bahan Pembuatan Keramik Konstruksi. Skripsi (USU) :
Prodi Fisika, Dep. Fisika, Fak. MIPA.
Crini, Gregorio. 2006. Potensi Kaolin Sebagai Adsorben dalam Proses Bleaching Minyak
Goreng. Jurnal UGM.
Dee Rosadalima. 2012. Modifikasi Bentonit terpilar Al dengan Kitosan untuk Adsorpsi Ion
Logam Berat. Jurnal FMIPA UI, (6): 1-10.
Jalaluddin, Toni. 2005. Pemanfaatan Kaolin sebagai Bahan Baku Pembuatan Aluminium
Sulfat dengan Metode Adsorpsi. Jurnal Sistem Teknik Industri, 6(5) : 71-74.
Kumar, Li and Brown, H., Faghigian. 2007. Modification of Clinoptilolite by Surfactants for
Molibate Adsorption from Aqous Sollution. Journal of Science, 3(14): 239-245.
Lawrance H. Van Vlanck. 1992. Element of Materials Science and Engineering. University
of Michigan : 4th Edition.
Lestari, Novia. 2014. Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan dan Polifosfat sebagai Adsorben
Logam Pb2+ dalam Limbah Cair. Tugas Akhir Teknik Kimia. Politeknik Negeri
Lhokseumawe
McCabe, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Terjemahan. Jilid 2 Edisi Keempat.

Montgomery. 2002. Water-Treatment Principles and Design. Wiley : The University of


Michigan.
Myer, R.H., dan Montgomery, D.C,2002. Response Surface Methodology,Process and
Production Optimazation Using Design Experiment. John Wiley andSons, Canada
Notodarmojo. 2005. Pencemaran Tanah dan Air. Bandung : ITB Bandung.
Oramahi, 2008. Teori dan Aplikasi Response Surface Methodology (RSM) dan Analisis Data
dengan SPSS dan SAS (Studi Kasus dalam Bidang Pertanian, Kehutanan dan
Peternakan. Sleman Yogyakarta : Ardana Media Yogyakarta.
Ö. Yavuz, A. H. Aydin (2006), Removal of Direct Dyes from Aqueous Solution Using
Various Adsorbents Polish Journal of Environmental Studies Vol. 15, No. 1 : 155-161

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas
555
Denpasar

Radiansono. 2008. Interkalasi Oligomer Hidroksi-Kromium pada Kaolin Alam Tatak. Jurnal
Kimia Indonesia, 1(8):31-36.
Roocyta, H., 2006. Pemanfaatan Zeolit Perlit untuk Bahan Katalis. Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI : Bandung.
Wahyuni, N,(2010), Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan Benzalkonium Klorida dan
Karakteristiknya menggunakan Spektrofotometer Infrared. Jurnal Sains dan Terapan
Kimia, 1(4): 1-14.

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016

Anda mungkin juga menyukai