Anda di halaman 1dari 9

Konsep Reaksi Redoks (Oksidasi-Reduksi)

Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi redoks banyak terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya reaksi pembakaran, pembuatan cuka dari alkohol, perkaratan besi, dan lainnya.
Pada awalnya, konsep reaksi redoks, oksidasi diartikan sebagai reaksi pengikat oksigen dan reduksi diartikan sebagai reaksi pelepasan
oksigen.
Contoh oksidasi:  C(s)
Cotoh reduksi:
Dalam perkembangannya, konsep reaksi redoks mengalami perubahan makna, yaitu reaksi perpindahan elektron.
Contoh oksidasi:
Contoh reduksi:
Konsep reaksi redoks ini disebut juga sebagai teori pelepasan dan pengikatan elektron. Sampai pada akhirnya, redoks diartikan
sebagai reaksi perubahan bilangan oksidasi.
Contoh oksidasi:
Contoh reduksi:
Bilangan Oksidasi (Biloks) Unsur dalam Senyawa atau Ion

Bilangan oksidasi (biloks) adalah bilangan yang menyatakan jumlah elektron suatu unsur yang terlibat dalam pembentukan ikatan.
Kamu tau gak? Ternyata penetuan bilangan oksidasi setiap unsur merupakan kesepakatan pada ahli untuk mempermudah mempelajari
konsep-konsep redoks. Lah terus, cara untuk menentukan bilangan oksidasi suatu unsur jika unsur tersebut dalam keadaan bebas atau
terikat dalam senyawa?
Begini caranya, mari kita perhatikan sistem periodik unsur.
Ingat baik-baik yah…!
Unsur-unsur logam dalam sistem periodik unsur mempunyai bilangan oksidasi positif, sedangkan unsur-unsur nonlogam mempunyai
bilangan oksidasi negatif. Untuk menentukan bilangan oksidasi kita dapat menggunakan rumus Lewis. Perhatikan contoh reaksi
redoks berikut ini.
Lihat dalam sistem periodik unsur, unsur Na memiliki nomor atom 11, dengan konfigurasi elektron 2, 8, 1. Dari konfigurasi elektron
tersebut sudah bisa dipastikan bahwa Na memiliki 1 elektron pada kulit terluarnya. Hal tersebut menyebabkan Na menjadi bermuatan
+1 atau Na+. Jadi, bilangan oksidasi Na adalah +1.
Sedangkan, unsur Cl memiliki nomor atom 17, dengan konfigurasi elektron 2, 8, 1. Dari konfigurasi elektron tersebut sudah bisa
dipastikan bahwa Cl memiliki 7 eletron pada kulit terluarnya. Hal tersebut menyababkan Cl menjadi bermuatan -1 atau Cl-. Jadi
bilangan oksidasi Cl adalah -1.
Kembali ke reaksi di atas. Sebelum reaksi Na memiliki bilangan oksidasi sebesar 0. Namun, setelah berlangsungnya reaksi Na
memiliki bilangan oksidasi sebesar +1. Jadi, unsur Na mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +1. Sehingga Na
berperan sebagai reduktor karena mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
Sedangkan unsur Cl sebelum reaksi memiliki bilangan oksidasi sebesar 0. Namun, setelah berlangsungnya reaksi Cl memiliki bilangan
oksidasi sebesar -1. Jadi, unsur Cl mengalamani penurunan bilangan oksidasi dari 0 menjadi -1.  Sehingga Cl berperan sebagai
oksidator karena mengalami penurunan bilangan oksidasi.

Aturan Bilangan Oksidasi


1. Bilangan oksidasi unsur bebas adalah 0. Contoh: Na, Fe, H2, N2, P4, dan S8.
2. Bilangan oksidasi H dalam senyawa umumnya +1, kecuali dalam senyawa hidrida logam (senyawa yang terdiri dari hidrogen dan
logam). Contoh: NaH, MgH2, AlH3.
3. Bilangan oksidasi O dalam senyawa umumnya -2, kecuali dalam:
F2O biloks O = +2
H2O2 biloks O = -1
KO2 biloks O = – ½
4. Bilangan ion tunggal sama dengan muatannya. Contoh:
Fe 2+ biloks Fe = +2
Al3+ biloks Al = +3
5. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam ion poliatom sama dengan muatannya.

11 Aturan Bilangan Oksidasi yang Wajib Dihafalkan


Bilangan oksidasi adalah jumlah muatan positif atau negatif yang dimiliki oleh suatu atom dalam bentuk ion maupun senyawa. Dalam
menentukan bilangan oksidasi (biloks) kita juga harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh ilmuan-ilmuan terdahulu.
Aturan-aturan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut:

1. Bilangan oksidasi atom dalam bentuk unsur bebasnya sama dengan 0. Contohnya, bilangan oksidasi atom Na, Mg, C, H2, O2,
P4, S8 = 0
2. Bilangan oksidasi senyawa netral sama dengan 0. Contohnya, bilangan oksidasi NaCl dan MgO = 0.
3. Bilangan oksidasi ion monoatomik sama dengan jumlah muatan ionnya. Contohnya, bilangan oksidasi   =+1, bilangan
oksidasi   =+2, bilangan oksidasi  =+3, bilangan oksidasi  =-1,  =-2.
4. Bilangan oksidasi atom-atom dalam ion poliatomik sama dengan muatan  ionnya. Contohnya, bilangan oksidasi   = +1,
bilangan oksidasi   = -1.
5. Bilangan oksidasi atom H = +1, jika berikatan dengan atom non logam. Contohnya, bilangan oksidasi H dalam senyawa HCl =
+1.
6. Bilangan oksidasi atom H = -1, jika berikatan dengan atom logam. Contohnya, bilangan oksidasi H dalam senyawa NaH = -1.
7. Bilangan oksidasi atom F dalam senyawa selalu = -1. Contohnya bilangan oksidasi F dalam senyawa NaF dan BrF = -1.
8. Bilangan oksidasi atom O = -2, kecuali dalam senyawa biner flourida, peroksida, dan superoksida. Contohnya, bilangan
oksidasi O dalam senyawa ,  , dan MgO = -2, bilangan oksidasi O dalam senyawa   =+2, bilangan oksidasi O
dalam senyawa   = -1, dan bilangan oksidasi O dalam senyawa  .
9. Bilangan oksidasi atom-atom logam golongan IA, IIA, dan IIIA dalam senyawanya sesuai dengan nomor golongannya.
Contohnya, bilangan oksidasi Na dalam senyawa NaCl = +1, bilangan oksidasi Mg dalam senyawa  = +2, dan bilangan
oksidasi Al dalam senyawa   = +3.
10. Bilangan oksidasi atom-atom non logam jika berikatan dengan atom logam dalam senyawa biner sama dengan muatan ionnya.
Contohnya, bilangan oksidasi S dalam senyawa   =-2, bilangan oksidasi Cl dalam senyawa KCl = -1.
11. Atom-atom non logam jika berikatan dengan atom non logam dalam senyawa biner, maka atom yang memiliki
keelektronegatifan lebih besar memiliki bilangan oksidasi sama dengan muatan ionnya. Contohnya, bilangan oksidasi Cl dalam
ICl = -1.

Cara Menentukan Bilangan Oksidasi Unsur dalam Senyawa


atau Ion
Bilangan oksidasi adalah bilangan yang menunjukkan jumlah elektron yang diterima atau dilepaskan oleh suatu unsur. Bilangan
oksidasi dilambangkan dengan tanda positif (+) jika melepaskan elektron dan negatif (-) jika menerima elektron. Cara menentukan
bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion adalah sebagai berikut:
1. unsur-unsur bebas (Na, Cu, dan Ag), molekul dwi atomik ( ,  , dan  ), molekul poli atomik (  dan  ), dan molekul netral
( ,  ,  ) memiliki bilangan oksidasi = 0.
2. Bilangan oksidasi logam golongan IA dalam senyawa selalu +1.
3. Bulangan oksidasi logam golongan IIA dalam senyawa selalu +2.
4. Bilangan oksidasi ion dari suatu atom sama dengan dengan muatan ionnya. Misalnya:
 Bilangan oksidasi    = +1
 Bilangan oksidasi   = +2
 Bilangan oksidasi   = +3
 Bilangan oksidasi      = -1
 Bilangan oksidasi   = -2
 Bilangan oksidasi   = -3
5. Bilangan oksidasi H dalam senyawa adalah +1, kecuali dalam senyawa hidrida (  dan  ), bilangan oksidasi H = -1.
6. Bilangan oksidasi atom O dalam senyawa adalah -2, kecuali pada senyawa peroksida ( ), bilangan oksidasi O = -1, sedangkan

pada senyawa superoksida ( ), bilangan oksidasi O =   . Sementara itu, bilangan oksidasi atom O dalam senyawa   adalah
+2.
7. Jumlah total bilangan oksidasi atom dalam senyawa adalah 0, sedangkan jumlah total bilangan oksidasi atom dalam ion adalah
sama dengan muatan ion tersebut.

Reaksi Redoks Berdasarkan Bilangan Oksidasi


Bilangan oksidasi (biloks) adalah bilangan yang menyatakan arah perpindahan dan jumlah elektron dari atom yang terlibat dalam
sebuah ikatan. Jika suatu unsur melepaskan elektron maka akan bertanda positif (+). Sebaliknya, jika suatu unsur menerima elektron
maka akan bertanda negatif (-). Untuk menentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa, kamu perlu mengikuti aturan yang
telah ditentukan oleh ilmuan-ilmuan terdahulu mengenai penentuan bilangan oksidasi.
Reaksi redoks berdasarkan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut:
Oksidasi adalah kenaikan bilangan oksidasi.
Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi.
Oksidator adalah zat yang mengalami penurunan bilangan oksidasi.
Reduktor adalah zat yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
Lebih mudahnya, perhatikan contoh reaksi redoks berdasarkan bilangan oksidasi berikut ini:
Tentukan apakah reaksi berikut termasuk ke dalam reaksi redoks atau bukan redoks! Jika iya, tentukan oksidator, reduktor, hasil
oksidasi, dan hasil reduksinya!
1. Na + Cl → Na+ + Cl–
2. 2CuSO4 + 4KI → 2CuI + I2 + 2K2SO4
Pembahasan:
1. Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks.

2. Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks.


Cara Menentukan Reaksi Redoks dan Bukan Redoks

Kita telah mempelajari konsep redoks berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi. Dari konsep tersebut dapat kita ambil
kesimpulan bahwa dalam suatu reaksi pasti akan mengalami kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi. Namun, bagaimana jika
dalam reaksi tersebut tidak mengalami perubahan biloks? Berdasarkan konsep kenaikan dan penurunan biloks, reaksi redoks dibagi
menjadi 2, yaitu reaksi redoks dan reaksi metatesis (bukan redoks). Lantas bagaimana cara menentukan reaksi redoks dan bukan
redoks? Perhatikan penjelasan berikut:
1. Reaksi Redoks
Seperti yang kita tahu, reaksi redoks adalah reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada setiap unsur-unsurnya.
Perhatikan contoh reaksi redoks berikut:
Kita bisa melihat dengan jelas bahwa unsur Mg sebelum reaksi mempunyai biloks 0. Namun, sesudah reaksi unsur Mg memiliki
biloks +2. Itu artinya, unsur Mg mengalami kenaikan biloks dari 0 menjadi +2. Sehingga unsur Mg disebut sebagai reduktor, karena
mengalami kenaikan biloks.
Sekarang kita lihat unsur H, sebelum reaksi unsur H memiliki biloks +1. Namun, setelah bereaksi biloksnya turun menjadi 0. Sehingga
senyawa HCl disebut sebagai oksidator, karena mengalami penurunan bilangan oksidasi.
1. Reaksi Bukan Redoks
Reaksi bukan redoks adalah reaksi yang tidak mengalami kenaikan maupun penurunan bilangan oksidasi. Perhatikan contoh reaksi
bukan redoks berikut ini:

Dapat kita lihat dengan sangat jelas, bahwa pada reaksi antara CaCO3 dengan 2HCl , tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi pada
semua unsur-unsurnya. Unsur Ca sebelum dan sesudah reaksi memiliki bilangan oksidasi +2. Unsur C sebelum dan sesudah reaksi
memiliki bilangan oksidasi +4. Unsur O sebelum dan sesudah reaksi memiliki bilangan oksidasi -2. Unsur H sebelum dan sesudan
reaksi memiliki bilangan oksidasi +1. Dan unsur Cl sebelum dan sesudah reaksi memiliki bilangan oksidasi -1. Jadi, tidak ada satupun
dari unsur-unsur tersebut yang mengalami perubahan biloks.
Pada dasarnya, reaksi redoks berdasarkan konsep bilangan oksidasi yaitu reaksi yang mengalami perubahan biloks. Sedangkan reaksi
bukan redoks yaitu reaksi yang tidak mengalami perubahan biloks.

Anda mungkin juga menyukai