OLEH:
PENDAHULUAN
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu “ergon”
berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah
suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Ergonomi merupakan ilmu terkait manusia
dengan lingkungannya yang ditinjau dari anatomi, fisiologi, psikologi, manajemen, hingga
Pekerja dan atlet sama-sama bekerja pada lingkungan yang mengharuskan mereka
mengeluarkan performa yang tinggi. Pada pekerja dan atlet seperti pemain bola basket ang
beraktivitas dengan gerakan yang berulang akan rentan mengalami cedera muskuloskeletal.
Cedera muskuloskeletal tidak hanya berdampak pada individu, namun juga dapat
berdampak negatif terhadap sosial ekonomi pekerja dan atlet (Medeleine P et al, 2014).
Ergonomi dalam Olahraga dan Aktivitas Fisik yaitu Meningkatkan Kinerja dan
diterapkan dalam konteks olahraga dan kegiatan fisik lainnya untuk mengurangi cedera
dan meningkatkan kinerja. Tidak ada seorang atlet yang bisa berkelas dunia jika berada
pada lingkungan yang tidak ergonomis. Desain ergonomi dapat diterapkan pada desain
peralatan hingga training latihan. Desain tersebut tidak hanya akan menambah performa
Tujuan spesifik dari ergonomi bagi seseorang yang terlibat dalam dunia olahraga
adalah bagaimana menilai kapabilitas dan karakteristik individu tersebut terhadap posisi
atau tugasnya, mencapai efisiensi optimal dan meningkatkan level performa, menurunkan
tingkat ketidaknyamanan dan memastikan individu aman. Salah satu metode penilaian
yang dapat dilakukan adalah dengan menilai kinetik dan kinematik dari individu
1
(Medeleine P, et al, 2014). Analisa tersebut menyatukan dari konsep-konsep biomekanika,
aktivitas fisik. Ergonomi pada olahraga untuk menilai risiko dan prosedur untuk
dalam lingkungan kerja atau olahraga tertentu. Ini membahas masalah-masalah seperti
desain peralatan yang efektif, pakaian, dan permukaan bermain; metode menilai risiko
dalam situasi; dan tetap dalam tingkat pelatihan yang sesuai untuk mengurangi kelelahan
dan menghindari berlatih berlebihan. Ergonomi dalam Olahraga dan Aktivitas Fisik
menjelaskan Faktor risiko cedera dalam kaitannya dengan mekanika tubuh dalam berbagai
aktivitas fisik Pencegahan cedera dan perlindungan individu dalam peninjauan peralatan
olahraga dan lingkungan olahraga adalah sebuah kenyamanan, efisiensi, keamanan, dan
2
BAB II
A. Data Pemain
1. Profil Pemain
Nama : Tn. A
Usia : 19 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Hasil : nyeri pegal dengan nilai VAS 6-7 pada leher bawah,
& pinggang
3
3. Pengukuran Antropometri
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 173 cm
Indeks Massa Tubuh :
Pengukuran Dextra Sinistra
Panjang Lengan 55 cm 55 cm
Lingkar lengan atas 26 cm 25,5 cm
Lingkar lengan bawah 25,5 cm 24 cm
Panjang lengan atas 33 cm 33 cm
Panjang lengan bawah 26 cm 26 cm
Panjang tungkai 87 cm 88 cm
Lingkar tungkai atas 49,5 cm 51 cm
Lingkar tungkai bawah 35,5 cm 35 cm
Panjang tungkai atas 36,5 cm 36,5 cm
Panjang tungkai bawah 37,5 cm 37 cm
Tabel 2.1 ADAS (Antropometric Data Analysis Set Tn. A)
B. Hasil Analisis
Berikut ini adalah hasil dari motion capture untuk pemain basket pada gerakan lay
up shoot:
4
Kondisi tersebut rentan mengalami cedera
perubahan segera
Tabel 2.2 Hasil Analisis REBA (Rapid Entire Body Assesment Tn. A)
Teknik menembak dibagi dua yaitu tembakan dengan dua tangan dan
tembakan dengan satu tangan. Sedangkan menurut gerak kakinya dibagi tiga yaitu :
menembak ditempat, meloncat dan melayang (lay up shoot). Banyak para pemain
basket yang menggunakan teknik menembak dengan satu tangan karena tingkat
keberhasilan untuk masuk sangat tinggi dan mudah dipelajari. Menembak dengan
satu tangan harus diutamakan, sebab kecepatan menembak lebih terjamin dan
koordinasi mudah dikuasai, bila dibandingkan dengan tembakan dengan dua tangan.
Jenis tembakan yang dapat menggunakan satu tangan adalah tembakan bebas (free
throw), tembakan dengan melompat (jump shoot), tembakan tiga angka (three point
kontraksi otot, yang dapat menimbulkan gerak mekanis. Kontraksi otot dapat juga
serabut-serabut otot. Sebenarnya, kontraksi otot itu tidak lain adalah suatu proses
pengubahan dari energi kimia menjadi mekanis dan panas. Proses ini disebut proses
vegetative dan merupakan proses yang sangat penting dalam kerja otot (Hafizon,
2012).
Pada lengan dan tungkai, memiliki struktur otot yang panjang sehingga
sangat berguna bagi otot (ventor) untuk meneruskan gaya konstruksinya ke jari-jari
tangan dan kaki. Kontraksi otot ini merupakan kontraksi isotonis. Tembakan bebas
5
dalam basket merupakan suatu kegiatan untuk memasukkan bola dalam keranjang
dengan kecepatan yang arahnya membuat sudut elevasi terhadap garis horizontal,
(Hafizon, 2012).
lanjutan ini diakibatkan karena adanya momentum. Gerak lanjutan sangatlah penting
untuk melanjutkan momentum gerak. Pada saat melakukan tembakan bebas bola
Memegang bola dengan jari-jari tangan terbuka yang dipusatkan pada salah satu
tangan. Kemudian tangan yang lainnya menopang ke bola dengan tujuan untuk
ekstensi yang merupakan konsekupensi dari gerakan otot-otot lengan. Bola berada
pada posisi di atas depan kepala atau pada depan kening (Hafizon, 2012).
dilanjutkan dengan lemparan yang dilakukan dengan melompat pada posisi lengan
persis menghadap ke bola yang lurus ke ring basket. Tolakan ke depan atas
merupakan hasil gerakan fleksi yang terjadi pada sendi kompleksitas bahu secara
keseluruhan. Gerakan ini merupakan kerja dari toto-otot deltoid secara utuh
khususnya bagian anterior sedikit didukung oleh otot travezeus (Hafizon, 2012).
Kemudian akan terjadi juga gerakan fleksi dengan sudut maksimal pada
sendi elbow yang merupakan konsekuensi dari kontarksi otot biceps brachii.
berlawanan dengan putaran jarum jam yang dilakukan luncuran dari lelapak tangan
6
hingga lepas dari jari-jari tangan yang digerakkan oleh otot-otot brachiioradialis dan
fleksor carpiradialis. Pada saat melakukan lemparan posisi kedua kaki sama-sama
naik lurus ke atas dan turun secara bersamaan ditempat yang sama, akan tetapi di
dalam satu pertandingan ada juga yang melakukan tembakan dengan jatuhnya kedua
kaki maju kedepan yang bertujuan untuk menambah tenaga atau jauh jangkauan
shooting tersebut. Pada saat yang bersamaan, tolakan dibantu dengan fleksinya sendi
lutut dan bersamaan dengan menolak, maka dengan sendirinya akan memaksa sendi
lutut untuk lurus kembali. Jadi, jump shoot dalam bola basket merupakan paduan
dari tolakan engkel/ pergelangan kaki, lutut, lengan pada bahu, pada siku dan
pergelangan tangan, sehingga kondisi ini merupakan satu kesatuan yang utuh
(Hafizon, 2012).
pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Sedangkan otot-otot yang bekerja adalah
melompat atau meluruskan kaki (ekstensi) didukung oleh otot-otot gluteus maximus
dan minimus, kelompok quadriceps ekstensor, tibia anterior dan otot-otot pada
dari pergelangan dengan posisi fleksi atau menutup. Ini merupakan konsekuensi dari
dari lower extremity dalam melompat dan mendarat, selain itu kerja dari otot-otot
lengan, tangan dan jari-jari yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan menembak
(shooting). Massa tubuh pemain adalah 63 kg dengan segmen tubuh yang bekerja
7
saat mendarat adalah tungkai bawah dan kaki sebelah kanan. Jika kita ingin
menghitung besarnya momen gaya (torsi) yang terjadi pada knee joint dextra, maka
tegak lurus terhadap axis). Berdasarkan perhitungan besarnya nilai W (berat) adalah
setengah dari panjang tungkai atas yaitu 36,5 cm/2 = 18,25 cm, maka dapat
diperoleh nilai momen gaya (torsi) yang bekerja pada knee joint saat fase pendaratan
lengan usaha adalah 6 cm dan panjang lengan beban adalah 18,25 cm, sehingga
otot kurang/tidak efisien. Oleh karena itu potensi cedera yang mungkin terjadi
Posisi selanjutnya yang terjadi pada saat mendarat adalah beban yang
tubuh, besar berat tungkai bawah dan kaki masing-masing adalah 4,75% dan 1,43%
sehingga total massa segmen tubuh tersebut (tungkai bawah dan kaki) adalah 6,18%.
Berdasarkan nilai tersebut, maka besar massa tungkai bawah dan kaki adalah 6,18%
x 63 kg = 3,89 kg. Maka besar momen gaya yang bekerja pada m. Gastrocnemius
Gastrocnemius dalam gerakan mendarat adalah lever 3. Panjang lengan usaha adalah
25 cm dan panjang lengan beban adalah 12,5 cm, sehingga didapatkan besar MA
adalah 2. Nilai MA > 1 menginterpretasikan bahwa kerja otot efisien dan memiliki
nilai MA positif.
8
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, menunjukkan bahwa fase
mendarat yang kurang tepat setelah melakukan gerakan lay up shoot dapat
surface) pada knee joint, sedangkan untuk cedera pada komponen extraartricular
9
BAB III
TARGET LATIHAN
Depdiknas, (2000:103) Latihan yang baik dan berhasil adalah yang dilakukan secara
Depdiknas, (2000:103) Latihan adalah proses yang sistematis yang harus menganut
atlet akan bertambah baik. Seperti telah disebutkan bahwa latihan adalah proses yang
sistematis dari berlatih secara berulang-ulang dengan menambah jumlah beban atau
pekerjaannya.
Dengan berlatih secara sistematis, maka mekanisme neuro physiologis akan bertambah
baik. Gerakan yang mula-mula sukar dilakukan, lambat laun akan bertambah baik.
Gerakan otomatis dan refleksi yang semakin kurang membutuhkan konstrasi pusat-pusat
saraf dari pada sebelum latihan-latihan tersebut, program latihan yang baik harus dapat
memberikan teknik-teknik latihan tersebut, program latihan yang baik harus dapat
memberikan teknik-teknik latihan yang secara fisiologi dapat meningkatkan kualitas fisik
1. Overload
Prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah
secara periodic dan progresif ditingkatkan. Jika beban latihan tidak pernah ditambah,
maka berapa lama pun dan berapa sering pun atlet berlatih, prestasi tidak akan
meningkat. Namun demikian, jika beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada
10
sistem tangga” (step type-approach), atau sering pula disebut sistem ombak (wave-like
system), artinya hari-hari latihan berat harus senantiasa diselingi dengan hari-hari
2012).
2. Konsistensi
Konsistensi adalah konsisten untuk melakukan latihan dalam dalam waktu yang
cukup lama. Untuk mencapai kondisi fisik yang baik diperlukan latihan setidaknya 3
kali per minggu. Latihan 1 kali per-minggu tidak akan meningkatkan kualitas fisik,
Sebaliknya latihan 5-6 kali per-minggu tidak disarankan, karena dapat mengakibatkan
3. Spesifikasi
Prinsip specificity of training ini mengatakan bahwa manfaat maksimal yang bisa
diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi jika rangsangan tersebut mirip
tersebut. Termasuk dalam hal ini metode dan bentuk latihan kondisi fisiknya, pemain
anggar yang ingin melatih power otot tungkai (otot paha depan) harus melakukannya
dengan bentuk latihan “ lunge” bukan dengan squat jump, meskipun squat jump adalah
latihan untuk power otot paha depan. Jadi untuk melatih kelompok pun berlaku prinsip
spesifik ini. Pedayung yang berlatih dengan alat rowing ergometer, kontraksi kecepatan
sebenarnya. Jadi jangan terlalu cepat atau terlalu lambat (Hafizon, 2012).
Dalam latihan pembebanan, tuntutan adalah beban latihan yang harus berkelanjutan
jika kebugaran umum dan khusus atlet terus ditingkatkan, beban latihan harus
11
ditingkatkan secara regular (progressive overload). Rasio latihan adalah kritis. Seorang
pelatih harus menentukan berapa lama pemulihan dibutuhkan dalam suatu sesi dan
5. Individualisme
Tidak ada dua orang atlet yang memiliki bentuk serta karaktristik fisiologis dan
psikologisnya persis sama. Menurut Harsono, menyatakan bahwa selalu akan ada
perbedaan dalam kemampuan, adaptasi, dan karaktristik belajarnya. Karena itu agar
latihan bisa menghasilkan hasil yang terbaik bagi setiap individu, prinsip
individualisme harus senantiasa diterapkan dalam latihan. Artinya, beban latihan harus
(Hafizon, 2012).
6. Istirahat
pemberian istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dapat maksimal
dan dampak latihan (training effect) bisa segera pulih. Lamanya masa pemulihan
Menurut Lim dan Kong (2013) adapun jenis latihan yang kami rekomendasikan untuk
12
1. Forward/backward arm swing
Pemberian latihan forward/bcakward arms swings berguna untuk meningkatkan
kekuatan otot lengan. Kekuatan ayunan lengan yaitu pengaruh kekuatan otot tangan
juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam melakukan teknik shooting.
3. Walking lunges
Latihan ini berguna untuk meningkatkan kekuatan otot m. Quadriceps, m.
Hamstring, m. Gluteus, dan m. Gastrocnemius, sehingga dapat meningkatkan
kecepatan lari pada atlet. Selain itu latihan ini juga berguna untuk
menyeimbangkan tubuh, meningkatkan fleksibilitas pinggul dan menguatkan sendi.
13
4. Hopping in place with locked knees
Latihan ini berfungsi untuk membangu meningkatkan power dan kekuatan pada
tungkai saat berlari dan melompat.
14
7. Jogging in place with butt kicks
Latihan ini bertujuan untuk melatih otot hamstring dan grup otot gluteus, serta dapat
meningkatkan langkah (panjang dan frekuensi langkah).
8. Walking forward
Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas cardiopulmonal, meningkatkan
kekuatan otot tungkai bawah, mencegah cedera saat latihan berlangsung.
Protokol
postactivation potentiation tersebut terdiri dari pemanasan berupa:
15
2. Dynamic stretches, bertujuan untuk meningkatkan lairan darah, meningkatkan kemampuan
tubuh untuk bergerak, membantu meningkatkan kemampuan otot dan meningkatkan
jangkauan gerak sendi.
4. Isometric squat (squat jump) bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai bawah,
melatih pada saat fase akselerasi awal, dan dapat meningkatkan kecepatan pada saat
berlari.
16
5. Dynamic squat, bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot ekstensor tungkai bawah, meningkatkan stabilisasi sendi lutut
dan ankle, menambah tinggi lompatan yang selanjutnya akan mempengaruhi teknik berlari
(panjang langkah bertambah), dan
meningkatkan fungsi
neuromuscular.
6. Recovery selama 4 menit, bertujuan untuk memberikan tubuh untuk beradaptasi terhadap
tekanan latihan dan efek latihan serta membantu tubuh untuk mengisi kembali
penyimpanan energy dan memperbaiki jaringan yang rusak.
7. Latihan sprint sejauh 30 m bertujuan untuk meningkatkan performa pada saat fase
akselerasi awal kemudian fase akselerasi dan fase kecepatan maksimal.
17
DAFTAR PUSTAKA
Baechle TR, Earle RW. 2008. Essentials of Strength Training and Conditioning. Human Kinetics:
Hongkong
Depdiknas, 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi Pelatih olahragawan
Pelajar. Jakarta
Hafizon, Sona. 2012. Perbandingan Pengaruh Latihan Kekuatan Otot Lengan Dan Latihan Daya
Tahan Otot Lengan Terhadap Keterampilan Shooting Pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Basket
Di Sma Muhammadiyah Gisting. Lampung: Universitas Lampung
Ilham Danil, Yusril Yusuf. 2012. Analisa Gaya Dalam Keadaan Statis Pada Sistem
Muskuloskeletal Tangan-Lengan Manusia. Yogyakarta: UGM.
Knudson D. 2007. Fundamental of Biomechanics Second Edition. Springer: New York
Lim, J. J.H., & Kong, P. W. (2013). Effects of isometric and dynamic postactivation potentiation
protocols on maximal performance. Journal of strength and conditioning research, 27(10),
2730-273.
Lees A, Vanrenterghem J, Clercq DD. Understanding How an Arm Swing Enhances Performance
in Vertical Jump. Journal of Biomechanic. 2004: 37: 1929-1940
Medeleine P, Vangsgaard S, Zee MD, Kristiansen M, Verma R, Kresting U et al. 2014. Ergonomic
in Sports and at Work. Nordic Ergonomic Society Annual Conference 46. p 57-62.
Neuman DA. 2010. Kinesiology of Musculoskeletal Second Edition. Mosby Elseiver: Missouri.
Reilly, Thomas. 2010. Ergonomics In Sport And Physical Activity Enhancing Performance And
Improving Safety. Human Kinetics.
Ronald, Hamidie. 2003. Biomekanika Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Siswoyo, joan. 2010. Pengaruh Latihan Beban Otot Lengan Terhadap Keterampilan Shooting
Bola Basket pada Siswa SMK Arjuna Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010. Bandar
Lampung: Universitas Lampung.
18