Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

BIOTEKNOLOGI TERNAK

OLEH

DEWI YERMAJUNI
( 1910621005 )
PARALEL 01

DOSEN PEMBIMBING
HENDRI. Dr. Ir. MS

PRODI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KAMPUS II PAYAKUMBUH
2021
TUGAS KULIAH PERTEMUAN 1
1. Dokumen sejarah reproduksi tertua ditemukan oleh orang di tanah Yunani memuat hal-hal
umum mengenai reproduksi tulisan Aristoteles dari stagira, Yunani, yang hidup pada tahun
Ke 384-322 sebelum Masehi.
 Aristoteles mencatat teori-teori dan khayalannya yang didasarkan dari pengamatannya
dalam buku yang berjudul the Generation animalium yang sederajat dan di tahun 2000
yaitu psikologi of reproduction. Oleh Marshall masyarakat pada tahun 1910.
 William Harvy 1651, dokume yangdibuat lebih banyak membicarakan sirkulasi darah.

Pada zaman Aristoteles disimpulkan :


 Belum mengenal ovarium hewan menyusui.
 Mereka sudah menemukan ovarium pada waktu mereka membedah perut mamalia
 Tetapi mereka belum tahu persamaan fungsi dari kedua benda yang ditemukan dalam
ruang perut mamalia.dan ruang perut burung tersebut
 Aristoteles berpendapat bahwa apa yang diamatinya adalah kastrasi pada sapi jantan.

Alat pembentuk telur pada mamalia disebut herophilus (testes betina). Orang yang
pertama menemukan fungsi dari alat pembentuk telur pada mamalia adalah Herophilus
 Pada pertengahan abad ke XVI failopius, Ahli anatomi bangsa Italia, mengamati
mengenai saluran telur pada mamalia / Tuba Fallopi.
 Seorang bekas mahasiswanya yaitu Coiter, mengamati mengenai corpus lureum tahun
1573.
 Pada tahun 1667 Steno Ahli anatomi bangsa Denmark mengamati testes betina. Ia
menyamakan testes betina ini dengan ovarium hewan yang bertelur. Pada tahun 1672 de
Graaf menyamakan folikel yang diamatinya dengan telur yang dikeluarkan oleh unggas
atau kodok
 de Graaf melakukan pengamatan pada testes betina, kelinci yang dibunuhnya dengan
jarak waktu berturut-turut setengah jam setalah kopulasi. Ia menemukan bahwa jumlah
jaringan parut pada testes betina biasanya sesuai dengan jumlah embrio. Disinilah
follicle yang masak selanjutnya diberi nama folikel de Graaf.
 Hamms seorang mahasiswa kedokteran di negeri Belanda melihat adanya jasad renik
yang bergerak dalam semen seseorang yang terserang penyakit kelamin.
 Pada thun 1672 Swammerdam mengamati mengenai penyerbuan telur-telur kondok oleh
animalcule di luar tubuh kedua jenis kodok itu. Orang ini masih belum mengetahui
adanya ovum pada mamalia. .
 Tahun 1980 dibuktikan oleh Spallanzani mengunakan kodok sebagai hewan
percobaan. Diamana semen kodok disaring dengan kertas saring pengering tinta. Pada
berapa kejadian telur-telur kodok tidak berubah menjadi kecebong, tetap masih ada
beberapa ekor yang menetas menjadi kodok. Hasil percobaan ini tidak memberikan
jawaban yang kuat terhadap pertanyaan yang sudah berumur 100 tahun itu.
 Spallanzania tidak melihat Adanya kemungkinan spermatozoa yang lolos dalam
penyaringan dengan kertas yang tampak rusak karena basah tetapi ia tetap berpendirian
bahwa trematoda koala yang menyebabkan telur dapat menetas menjadi embrio.

Penemuan ovarium dan fertilisasi


 Cruikshank tahun 1797 mengamati perkembangan isi saluran Tuba Fallopi kelinci, Iya
menggambarkan ovum yang telah 3 hari dibuahi, ia lah orang yang pertamakali melihat
ovum tapi tiga hari setelah koitus bukankah ovum yang sebenarnya.
 Prevost dan Dumas th 1825 membuka folikel kelinci dan mencoba melihat isi. Mereka
menemui suatu butiran yang dikelilingi sel-sel lain, tanaman ini serupa dengan apa yang
dilihat Cruikshank lain,
 Ovum secara pasti ditemukan th 1827 oleh von Bear. Di mana ia beranggapan bahwa
hubungan antara ovum dan sel-sel yang menyelubunginya atau sel-sel
granulosa duduknya sel ovum dalam folikel dan menanamkan sel telur itu ovulum.
 Pada tahun 1827 Dumas menyatakan adanya penyatuan telur dan spermatozoa dalam
tubuh Fallopi
 Pada pada tahu 1840 Barry pertama kalinya melihat spermatozoa dalam telur
mamalia, dan melihat perkembangan embrio kelinci setelah fertilisasi sampai stadium
blastomere. Proses fertilisasi itu didasarkan atas pengamatan nya pada kodok.

2. Sejarah IB di dunia
1. Pengetahuan inseminasi buatan tertua terdapat dalam buku-buku bangsa Arab Kuno
abad Abad XIV pangeran Arab mencari semen kuda musuh dg memakai tampon kapas.
di Negara Arab saat terjadi perang (Bearden dan Fuquay, 1980) menggunakan kuda
sebagai transportas, pihak yang mempunyai kuda kuda yang kuat berharap agar kudanya
lebih lincah mengejar lawannya. Pihak yang merasa lemak ingin untuk meningkatkan
mutu kudanya dengan mencuri sperma kuda lawannya yang beau saja kawin dengan kuda
yang kuat dan gaga perkasa tadi. kemudian seseorang Arab telah memasukkan secarik
kain dari kapas ke dalam vagina kuda betina milik musuh nya dikawinkan dengan
seekor pejantan kuda yang sangat baik. Kain yang telah basah oleh mani ini kemudian
dimasukkan ke dalam alat kelamin kuda betina miliknya karena kuda betina miliknya
sedang berahi, maka betina ini menjadi bunting dan melahirkan anak yang mirip dengan
kuda jantan milik musuhnya.

 Tahun 1677 Dalam dokumen tua di eropa dicatat Ham dan Leeuwenhoek, berhasil
melihat benda kecil-kecilsel sperma menggunakan mikroskop.
 Pada tahun 1780 Spallanzani (penelitian IB pertama pada amphibi dan anjing)
berhasil melakukan kawin buatan pada anjing dan ia mencoba menyaring mani kodok
dengan kertas pengering tinta. Tahun 1803 ia mencoba mengetahui pengaruh
pendinginan (salju) terhaap kehidupan sel sperma. Ternyata hasilnya positif sel
sperma bisa hidup lebih lama.
 1782 P. Rossi dimana ia mengulangi penelitian Spalanzani
 1883 = L. Spalanzani dimana ia menelitian lebih lanjut, daya membuahi yang ada
pada spermatozoa bukan pada cairannya dan pembekuan semen kuda di salju
 Tahun 1899 Elia. I. Ivannof (Rusia) menyimpulkan bahwa IB ini menghasilkan
angka konsepsi lebih baik daripada perkawinan alami.

Inseminasi Buatan (IB) untuk ternak pertama-tama dikerjakan oleh Pearson yaitu
pada kuda, sejak itu para ilmuwan mulai mencurahan perhatiannya pada produksi
ternak melalui inseminasi Buatan. Intensif dikerjakan disekitar tahun 1900 karen
melihat bahwa dengan IB penyebaran bibit unggul dapat di perluas dan dipercepat.

 1902, Sand dan Stribolt, ia menggunakan IB sbg alat ekonomis meningkatkan mutu
genetik
 1912, Elia I. Ivanofi ia mepelajari IB pada kuda, sapi dan domba
 1914, Giuseppe Amantea menelitian spermatozoa dan semen beku
 1926, Roemele ia menggunakan VB pertama untuk sapi dan IB pada sapi dan domba
di Rusia
 1936, Eduard Sorensen mendirikan koperasi IB di Denmark
 1938, Enos J. Perry ia mendirikan koperasi IB di USA
 1949, C.Polge, A.U. Smith & A.S. Parker dimana mereka menggunakan teknik
pembekuan semen dg gliserol
 Tahun 1980 Ivanoff di Rusia menginseminasi kuda, sapi dan domba.
 Sorensesn dan Gylling – Holm tahun 1936 mendirikan koperasi IB yang pertama
kali di Denmark hingga tahun 1952 jumlah sapi yg ikut program IB mencapai 55%
dari jumlah sapi yang terdapat di negeri itu.
 Tahun 1937 di Benua Amerika ( Minnesota ), penerapan IB pada ternak baru
menyebar.
 Sampai tahun 1952, jumlah sapi di New Jersey yang di IB mencapai 30%.

Sejarah IB di Indonesia
 Tahun 1953 Borge Seit dari Denmark introduksi IB di FKH – UI & LP IPB)
didatangkan ke Indonesia untuk memperkenalkan IB ke Indonesia di Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
 Tahun 1953 di Jawa Tengah berdiri Balai Pembenihan Ternak (BPT) di Mirit,
Kebumen disini dikembangkan sapi Ongole dan sapi Sumba Ongole. Dan di Jawa
Tengah dikembangkan sapi FH.
 1969, dept. Reproduksi FKG- IPB mengembangkan IB pada sapi perah di
Pengalengan ,Jabar
 Tahun 1970 di Ungaran berdirilah Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Disini
dikembangkan bibit-bibit ternak sapi perah, sapi potong, kerbau, itik, babi dll,
 Tahun 1972 mulailah introduksi semen beku
 Karena kebutuhan sperma beku mulai dirasakan perlu tahun 1973 Pemerintah
Indonesia memasukkan (impor) sperma beku sapi dari luar negri (New Zealand dan
Inggris)
 Tahun 1975 percobaan IB pada Kerbau (SULSEL &NTT)
 Tahun 1976 Setelah adanya mani beku
Pemerintah RI bekerja sama dengan Pemerintah New Zealand mendirikan Balai
Inseminasi Buatan Lembang (BIB Lembang) dan resimi digunakan pada tanggal 3
april 1976 oleh Mentri Pertanian Prof. Dr, Ir. Toyib Hadiwijaya dan didampingi oleh
Mr. Talboys sebagai wakil dari pemerintahan New Zealand
 Tahun 1978 (dept. reproduksi FKH –IPB) mengadakan Pembuatan semen beku
perbau & introduksi IB pada kerbau
 Tahun 1981 diperkenalkan IB dan persilangan kerbau lumpur dg kerbau perah dan
semen beku dalam kemasan ministraw
 Tahun 1982 dilakukan pengembangan BIB Singosari ,Jatim
 Tahun 83 memperkenalkan IB pada kerbau di Jatim dg semen beku
 Tahun 1984 dioerkenalkan TE pada sapi perah di cicurug , Jabar dg embrio beku
dari Texas , USA
 Tahun 1985 di kenalkan TE pada sapi Bali
 Tahun 1986 memperkenalkan TE pada sapi perah (embrio beku)
 Tahun 1987 dilaksanakan panen embrio I sapi perah di indonesia

3. Pengertian IB secara sempit

 IB adalah cara / metode untuk mengawinkan ternak menggunakan alat alat bautan
oleh manusia.

Pengertian IB secara luas

Serangkaian kegiatan yang dimulai dari :

1. Seleksi Pejantan (Performance test & Progeny test),


Saat melakukan seleksi pejantan yang diseleksi yaitu ternak yang sangat unggul.
Pada sapi perah menggunakan uji zuriat (Progrny test) yang dimulai umur 2
tahun, semen ditampung kemudian diberikan kebeberapa betina. Berdasarkan itu
lahirlah anak jantan maupun betina.
2. Pemeliharaan pejantan (kandang beralas karpet karet, nutrisi, kesehatan,
exercise/gerak badan, penampungan 2x seminggu)

3. Penampungan Semen (Vagina Buatan, Elektroejakulator, Massage),


Pejantan sapi muda pertama kali dapat ditampung pada umur 12 bulan Domba,
Kambing, dan Babi adalah 7 bulan sedangkan kuda 24 bulan.
Penampungan semen terdapat 3 metode
a. Massage ( Pemijatan / pengurutan )
Metode ini digunakan pada unggas, babi dan lainnya.
b. Vagina Buatan
Digunakan untuk penampung semen ternak secara rutin
c. Elektro ejaculator
Digunakan untuk hewan langka atau ternak yang tidak dapat ditampung
menggunakan vagina buatan karena kecelakaan misalnya.
Secara rutin pejantan sapi dapat ditampung setiap hari senin, rabu dan jumat, akan
tetapi lebih baik dilakukan seminggu dua kali, rata-rata totap spermatozoa yang
didapatkan adalah 8-16 bilion. Rata-rata per minggu dihasilkan 30 bilion
spermatozoa.

4. Evaluasi semen (makroskopis meliputi Volume, Warna, Bau, pH,


Kosistensi/kekentalan) & mikroskopis meliputi Konsentrasi, Motilitas,
Persentase Abnormalitas, Persentase Hidup : Mati, Gerakan Massa) dan
Pengenceran Semen

5. Pembekuan Semen (N2 cair bersuhu -196 derajat C, Kuning telur dan Glycerol)

6. Thawing/pelumeran semen beku

Disini dinaikkan suhunya dari beku mendekati suhu kamar 25 derjat selsius.
Towing itu berbanding lurus antara waktu dg temperature. Semakin tinggi
temperatur air untuk mentowingnya semakin cepat waktu yang dibutuhkan,
kondisi ideal semen beku itu dengan dicelupkan dalam air 30-36 derjat selsius
semlam 12 detik .

7. Teknik IB
Teknik atau metode Inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu Rektovaginal dan
transservikal. Pada sapi adalah dengan metode rektovaginal yaitu tangan
dimasukkan kedalam rektum kemudian memegang bagian servik yang paling
mudah diidentifikasi karena mempunyai anatomi keras, kemudian insemination
dimasukkan melalui vulva, ke vagina hingga ke bagian servik. Sedangkan pada
Babi, kambing dan domba adalah dengan metode transervikal.

8. Pemeriksaan Kebuntingan

9. Evaluasi keberhasilan program IB(Coception rate, S/C, Calving Rate)

10. Penyuluhan kepada peternak (Tanda-tanda estrus, HPT 2000 rumpun lk 1000
m2).

4. Keuntungan IB
1) Tampa memelihara pejantan unggul dapat memperoleh bibit sperma beku yang
unggul sehingga menghasilkan keturunan yang unggul.
2) Ekonomis ( 1 pejantan x 5000 – 10.000 betina/tahun atau bisa menghasilkan semen
beku sd 16.000 straw/thn
3) Perbaikan manajemen
4) Prasyarat transfer embrio (bisa dikombinasikan dengan TE untuk menghasilkan
kelahiran twins)
5) Perkawinan beda ukuran
6) Perkawinan beda tempat
7) Perpanjangan pemanfaatan pejantan
8) Dengan IB crossbreeding yang tidak disukai dapat dihindari
9) Menciptakan ternak pure-bred (ternak murni dari satu jenis)
10) Dalam pemilihan pejantan yang baik lebih mudah dan lebih cepat dilaksanakan
hingga pejantan yang baik dapat disebarkan bibitnya sewaktu ia berumur muda
11) Dapat melakukan pencegahan terhadap penjalaran penyakit veneris, penyakit yang
menular (vibriosis, trichomoniasis, dan brucellosis) karena perkawinan secara alami.
12) Karena system penyimpanan semen yang baik maka pejantan yang ternyata baik
dapat diusahakan untuk pemproduksi semen secara maksimal.
13) Dapat memperbaiki kesuburan (fertilitas) ternak, karena semen diolah denga baik dan
diinseminasika tepat pada waktunya.
14) Memberikan gambaran tentang situasi peternakan di suatu daerah, karena dalam IB
itu tercatat kejadian kejadian reproduksi didaerahnya.
15) Memungkinkan bertemunya suatu pasangan yang serasi.Misalnya pejantan yang
besar dengan hewan betina yang kecil atau sebaliknya Karena bila hewan itu bertemu
secara alam maka mungkin hewan betinyanya mendapatkan luka luka atau patah
tulang karena pejantannya bertubuh besar
16) IB memungkinkna dipergunakan pejantan yang invalid, lumpuh, patah kaki dll
menggunakan elektro ejakulator untuk mendapatkan semennya
17) IB memungkinkan percobaan dengan hewan-hewan yang bersifat monogamy,
misalnya Fox

Kerugian-Kerugian IB

1. Infeksi (bisa karena kecerobohan inseminator atau bisa karena kurangnya ceking
kesehatan pejantan)
2. Inbreeding yg merugikan (makanya semen seekor pejantan didistribusikan di suatu
wilayah hanya maksimal 2 tahun).
3. Abortus (karena PKB yang salah, tersuntik PGF2alpha, dll)
4. IB Masih terbatas (38 – 42 % scr nasional) menghasilkan lk 2 juta ekor anak sapi per
tahun dengan biaya lk Rp 1 T)
5. IB tdk bisa pada kasus – kasus abnormalitas saluran reproduksi.
6. Jika pemilihan pejantan tidak sempurna maka akan munculnya sifat jelek dan
kejadian-kejadian genetic yang abnormal pada keturunannya misalkan Syndroma
spastik, bentuk bentuk kaki yang jelek dll, lebih parahnya lagi pejantan pada pusat IB
mengandung genetic lethal defect dan keturunan jeleknya tersebar di mana mana dan
tidak dapat ditarik kembali.
7. Membutuhkan ketrampilan yang tinggi dari Balai Inseminasi Buatan, penyimpanan
selama transport dan Inseminator juga peternakanya
8. Bisa menghilangkan sifat bangsa lokal dalam waktu yang cepat
9. Jika pelaksana IB yang kurang berpengalaman, dapat menyebabkan semen subur
menjadi rusak atau semen yang mengandung penyakit tetap saja mengandung
penyakit.
10. Jika inseminasi tidak tepat waktu maka akan menyebabkan rendahnya angka
pembuahan sehingga mengurangi kepercayaan peternak untuk melanjutkan
rencananya dengan IB.
11. Jika kurang kebersihan akan menyebarnya penyakit dari kelompor ternak satu ke
yang lain.
Jadi prosedur yang tidak diikuti dengan sebaik-baiknya atau cara thawing yang tidak
tepat akan merusak semen.

TUGAS KULIAH PERTEMUAN KE 2


Evaluasi Mikroskopis
1. Konsentrasi
Adalah jumlah sperma dalam 1 ml semen
Dapat dinilai melalui:
 Bila jarak < dari satu kepala adalah densum (D) : 1000 juta/ml
 Bila jarak 1 ½ kepala sperma adalah semi densum (SD) : 500 – 1000 juta/ml
 Bila jarak 1 – 2 kepala sperma adalah rarum (R) : 200 – 500 jutaa/ml

Konsentrasi digabung dengan volume dan persentase spermatozoa motil memberikan


jumlah spermatozoa motil per ejakulat, yaitu kuantitas yang menentukan berapa betina
yang dapat diinseminasi dengan ejakulat (Feradis, 2010).

Menghitung Kosentrasi menggunakan hemasitometer


Dg mengunakan haemositometor memakai eosin 0,2 %, Sperma ditiup sampai 0,5 dan
eosin ditambahkan sampai tanda 101. Kemudian dihitung 5 kamar kecil

Penentuan konsentrasi sperma dengan hemasitometer adalah dasar utama untuk


menentukan apakah suatu sampel normal, dan untuk memprediksi apakah suatu
individu subur. Penghitungan dengan hemasitometer sudah menjadi metode standar
untuk pengukuran konsentrasi sperma (Freud & Carol, 1964). Dibandingkan dengan
metode lain, hemasitometer masih merupakan metode yang lebih baik untuk penentuan
jumlah sperma.

 Lekatkan gelas penutup pada bidang penghitungan hemositometer


Improved Neubauer dengan tepat.
 Pola interferen (> 10 newton’s rings/fringes atau iridescence lines) seharusnya
terlihat antara permukaan kaca kedua area dimana gelas penutup melekat pada
hemasitometer.
 Garis/newton’s rings yang nampak terlalu sedikit menunjukkan bahwa
jarak di antara gelas penutup hemasitometer melebar, oleh karena itu volume ruang
penghitungan menjadi lebih besar dan hasil pengujian menjadi tidak tepat.
Sebanyak 10 μL suspensi sperma dari penyediaan sampel sperma diambil dengan pipet,
kemudian disisipkan ke dalam ruang di antara gelas penutup dan slide hemositometer
pada satu ruang penghitungan hemositometer. Ruang penghitungan lainnya juga diisi
dengan cara yang sama. Masing-masing ruang penghitungan harus diisi secara
sempurna. Suspensi disisipkan secara perlahan-lahan untuk membiarkan cairan merata
oleh gaya kapiler. Jika pengisian ruang penghitungan tidak sempurna (tidak merata),
harus diulang lagi pengisian sampelnya. Pembuangan volume yang berlebihan dari
ruang penghitungan tidak boleh dilakukan karena akan mengubah kepekatan sperma
pada ruang penghitungan.
Setelah kedua ruang penghitungan terisi sampel, hemasitometer dibiarkan 10-15 menit
agar sperma terserak dan menetap pada bidang penghitungan. Penghitungan bilangan
sperma dilakukan dengan perbesaran 200x menggunakan mikroskop cahaya. Pada
bagian
pusat ruang penghitungan hemasitometer terdapat 25 petak besar. Satu “petak besar”
pada ruang penghitungan hemasitometer dibatasi semua sisinya oleh garis triple
(gambar 1). Penghitungan dilakukan pada kesemua 25 petak pada tiap ruang
penghitungan. Untuk sperma yang jatuh pada garis petak, hanya sperma yang
kepalanya terletak pada garis atas atau garis kiri petak yang dihitung sebagai milik dari
petak tersebut. Oleh karena itu jangan menghitung sperma yang terletak pada garis
bawah atau garis kanan petak.

Kira-kira 200 sperma pada tiap ruang penghitungan diperlukan untuk memperkecil
standard deviasi. Jika bilangan sperma yang diperoleh dari penghitungan pada satu
ruang penghitungan kurang dari 150, harus dibuat sampel suspensi sperma yang baru
dengan mengurangi volume medium BWW.
Penghitungan Bilangan Sperma per Kauda Epididimis

Pertama, bilangan sperma dari dua ruang penghitungan dijumlahkan kemudian dirata-
rata. Kedua, dihitung konsentrasi sperma pada ruang penghitungan. Volume satu petak
besar pada hemasitometer adalah 4 nL (200 µm x 200 µm x 100 µm). Jadi volume dari
25 petak besar adalah 25 x 4 nL = 100 nL. Oleh karena itu rata-rata bilangan sperma
dari dua ruang penghitungan tadi dibagi dengan volume tersebut (x1/100). Konsentrasi
sperma yang diperoleh adalah jumlah sperma per nL, yang sama dengan juta sperma
/mL (sperma/10-9 L
= sperma x 106/10-3 L). Akhirnya, untuk memperoleh bilangan sperma per kauda
epididimis, konsentrasi sperma yang diperoleh dikali dengan jumlah volume media
BWW yang digunakan untuk swim-up pada penyediaan sampel sperma

2. Motilitas
1) Gerakan massa
Motilitas telah sejak lama dikenal sebagai alat untuk memindahkan spermatozoa
melalui saluran reproduksi hewan betina. Transport kilat spermatozoa dari serviks
ke infundibulum terjadi secara otomatik (meski pada spermatozoa tidak motil)
karena rangsangan oxitocyn, terhadap konsentrasi saluran reproduksi.

Motilitas spermatozoa di dalam infundibulum bertugas sebagai alat penyebaran


spermatozoa secara acak ke seluruh daerah saluran kelamin betina, dimana terdapat
ovum yang mampu dibuahi, jadi menjamin kepastian secara statik pertemuan
spermatozoa dengan ovum.

Faktor- faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa adalah umur sperma,


maturasi (pematangan) sperma, penyimpanan energi ATP (Adenosin Triphosfat),
agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan
hambatan.

Berdasarkan penilaian gerakan massa, kualitas semen dapat ditentukan sebagai


berikut:
a. Sangat baik (+++), terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap, tebal
dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam saat akan turun hujan yang bergerak
cepat berpindah-pindah tempat.
b. Baik (++), bila terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas
dan bergerak lamban.
c. Cukup (+), jika terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan
individual aktif progresif.
d. Buruk (N, necrospermia atau 0), bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan
gerakan individual.

2) Gerakan individu
Dibawah pembesaran pandangan 45x10 pada selapis tipis semen di atas gelas objek
yang ditutupi gelas penutup akan terlihat gerakan-gerakan individual spermatozoa.
Pada umumnya dan yang terbaik adalah pergerakan progresif atau gerakan aktif
maju ke depan. Gerakan melingkar dan gerakan mundur sering merupakan tanda-
tanda cold shock atau media yang tidak isotonik dengan semen. Gerakan berayun
atau berputar di tempat sering terlihat pada semen yang tua,

Menurut Toelihere (1993), penilaian gerakan individual spermatozoa mempunyai


nilai 0 sampai 5, sebagai berikut:
0 :Spermatozoa immotil atau tidak bergerak;
1 :Pergerakan berputar di tempat;
2 :Gerakan berayun melingkar, kurang dari 50% bergerak
progresif dan tidak ada gelombang;
3 :Antara 50 sampai 80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan
gerakan massa;
4 :Pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dengan
90% sperma motil;
5 :Gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat, menunjukkan
100% motil aktif.

3. Abnormalitas
Klasifikasikan abnormalitas : primer dan sekunder.
Abnormalitas primer meliputi :
kepala yang terlampau besar (macrocephlalic), kepala terlampau kecil (microcephalic),
kepala pendek melebar, pipih memanjang dan piriformis; kepala rangkap, ekor ganda;
bagian tengah melipat, membengkok, membesar, piriformis; atau bertaut abaxial pada
pangkal kepala; dan ekor melingkar, putus atau terbelah.
Abnormalitas sekunder termasuk :
ekor yang putus, kepala tanpa ekor, bagian tengah yang melipat, adanya butiran-butiran
protoplasma proksimal atau distal dan akrosom yang terlepas.

Setiap spermatozoa yang abnormal tidak dapat membuahi sel telur, tanpa memandang
apakah abnormalitas tersebut terjadi di dalam tubuli seminiferi, dalam epididimis atau
oleh perlakuan yang tidak legeartis terhadap ejakulat. Selama abnormalitas
spermatozoa belum mencapai 20% dari contoh semen, maka semen tersebut masih
dapat dipakai untuk inseminasi
4. Persentase hidup
Sperma yang hidup dapat diketahui dengan pengecatan atau pewarnaan dengan
menggunakan eosin.
 Eosin dapat dibuat dari serbuk eosin yang dilarutkan dalam aquadest dengan
konsentrasi 1 : 9.
 Kemudian sperma ditetesi dengan larutan eosin dan diratakan, kemudian di angin-
anginkan atau di fiksasi dengan menggunakan spiritus,
 Setelah itu dilihat di bawah mikroskop.
 Sperma yang tercat atau berwarna merah berarti sperma itu mati, sedangkan yang
tidak terwarnai atau tidak tercat berarti sperma itu hidup.

Perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan yang hidup
digunakan untuk melindungi jumlah sperma hidup secara objektif pada waktu semen
segar dicampur dengan zat warna (eosin 2%). Sel-sel sperma yang hidup tidak atau
sedikit sekali menghisap warna sedangkan yang mati akan mengambil warna karena
permeabilitas dinding meningkat sewaktu mati.

Anda mungkin juga menyukai