Anda di halaman 1dari 4

Mekanisme Pengaturan Gula Darah

Pada orang normal, pengaturan besarnya konsentrasi glukosa darah sangat sempit,
biasanya antara 80 dan 90 mg/100 ml darah pada orang yang sedang berpuasa
yang diukur sebelum makan pagi. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120 sampai
140 mg/100 ml selama kira-kira satu jam pertama setelah makan, namun sistem
umpan balik yang mengatur kadar glukosa darah dengan cepat mengembalikan
konsentrasi glukosa ke nilai kontrolnya, biasanya terjadi dalam waktu 2 jam
sesudah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya, pada keadaan kelaparan,
fungsi glukoneogenesis dari hati menyediakan glukosa yang dibutuhkan untuk
mempertahankan glukosa darah puasa (Guyton and Hall,2012).

Mekanisme yang dipakai untuk mencapai pengaturan gula darah :

1. Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa yang sangat


penting. Artinya, saat glukosa darah meningkat hingga konsentrasi yang
tinggi, yaitu sesudah makan, dan kecepatan sekresi insulin juga meningkat,
sebanyak dua petiga dari seluruh glukosa yang diabsorbsi dari usus dalam
waktu singkat akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Lalu, selama
beberapa jam berikutnya, bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan
sekresi insulin berkurang, hati akan melepaskan glukosa kembali ke dalam
darah. Dengan cara ini, hati mengurangi fluktuasi konsentrasi glukosa
darah sampai kira-kira sepertiga dari fluktuasi yang dapat terjadi. Bahkan,
pada pasien penyakit hati yang parah, hampir tidak mungkin
mempertahankan konsentrasi glukosa darah dalam batas yang sempit.
2. Fungsi insulin dan glukagon sama pentingnya dengan sistem pengatur
umpan balik untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal.
Bila konsentrasi glukosa darah meningkat sangat tinggi, sekresi insulin
akan terjadi; insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi glukosa
darah kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa
darah akan merangsang sekresi glukagon; selanjutnya glukagon ini akan
berfungsi secara berlawanan, yakni akan meningkatkan kadar glukosa agar
kembali ke nilai normalnya. Pada sebagian besar kondisi yang normal,
mekanisme umpan balik insulin ini jauh lebih penting daripada mekanisme
glukagon, namun pada keadaan kelaparan atau pemakaian glukosa yang
berlebihan selama aktivitas disik dan keadaan stres yang lain, mekanisme
glukagon juga menjadi bernilai.
3. Selain itu, pada keadaan hipoglikemia berat, timbul suatu efek langsung
akibat kadar glukosa darah yang rendah terhadap hipotalamus, yang akan
merangsang sistem saraf simpatis. Selanjutnya, hormon epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan glukosa lebih
lanjut dari hati. Jadi, epinefrin juga membantu melindungi agar tidak
timbul hipoglikemia yang berat.
4. Dan akhirnya, sesudah beberapa jam dan beberapa hari, sebagai respons
terhadap keadaan hipoglikemia yang lama, akan timbul sekresi hormon
pertumbuhan dan kortisol, dan kedua hormon ini mengurangi kecepatan
pemakaian glukosa oleh sebagian besar sel tubuh, dan sebaliknya akan
menambah jumlah pemakaian lemak. Hal ini juga akan mengembalikan
kadar glukosa darah menjadi normal (Guyton and Hall,2012).

Pentingnya Pengaturan Glukosa Darah

Sebagian besar glukosa yang terbentuk melalui proses glukoneogenenesis selama


prose pencernaan digunakan untuk metabolisme di otak. Pankreas memang idak
seharusnya menyekresi insulin selama waktu ini; kalau tidak, persediaaan glukosa
yang tidak cukup ini, akan diangkut ke otot dan jaringan perifer yang lain,
sehingga otak tidak mempunyai sumber makanan lagi (Guyton and Hall,2012).

Konsentrasi glukosa darah juga perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu
tinggi karena empat alasan berikut: (1) glukosa dapat menimbulkan sejumlah
besar tekanan osmotik dalam cairan ekstrasel, dan bila konsentrasi glukosa
meningkat sangat berlebihan, akan dapat mengakibatkan timbulnya dehidrasi sel.
(2) Tingginya konsentrasi glukosa dalam darah menyebabkan keluarnya glukosa
dalam air seni. (3) Hilangnya glukosa melalui urin juga menimbulkan diuresis
osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan elektrolit.
(4) Peningkatan jangka panjang glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan
pada banyak jaringan, terutama pembuluh darah. Kerusakan vaskular, akibat
diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan berakibat pada peningkatan risiko
terkena serangan jantung, stroke, penyakit ginjal stadium akhir, dan kebutaan
(Guyton and Hall,2012).

Pengaturan Sekresi Insulin

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Merangsang Sekresi Insulin. Pada kadar


normal glukosa darah waktu puasa sebesar 80 sampai 90 mg/100 ml, kecepatan
sekresi insulin akan minimum – yakni 25 mg/menit/kgBB, suatu kadar glukosa
darah yang hanya mempunyai aktivitas fisiologis yang kecil. Bila konsentrasi
glukosa dalam darah tiba-tiba meningkat dua sampai tiga kali dari kadar normal
dan kemudian kadar glukosa ini dipertahankan pada nilai ini, sekresi insulin akan
meningkat dengan nyata dan berlangsung dalam dua tahap.

1. Dalam waktu 3 sampai 5 menit sesudah terjadi peningkatan segera kadar


glukosa darah, kadar insulin plasma meningkat hampir mencapai 10 kali
lipat; keadaan ini disebabkan oleh pengeluaran insulin yang sudah
terbentuk terlebih dulu oleh sel-sel beta pula Langerhans. Akan tetapi,
kecepatan sekresi awal yang tinggi ini tidak dapat dipertahankan;
sebaliknya, dalam waktu 5 sampai 10 menit kemudian sekresi insulin akan
berkurang sampai kira-kira setengah dari kadar normalnya (Guyton and
Hall,2012).
2. Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua
kalinya, sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai gambaran
seperti dataran yang baru, biasanya pada saat ini kecepatan sekresi bahkan
lebih besar daripada kecepatan pada tahap awal. Sekresi ini disebabkan
oleh adanya tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dulu terbentuk
dan oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang mensintesis dan
melepaskan insulin baru dari sel beta (Guyton and Hall,2012).

Faktor-faktor Lain yang Merangsang Sekresi Insulin

1. Asam amino

Selain perangsangan sekresi insulin oleh kelebihan glukosa darah, beberapa


asam amino mempunyai pengaruh yang serupa. Efek yang poten terutama
dihasilkan oleh arginin dan lisin. Efek ini berbeda dari rangsangan sekresi
insulin oleh glukosa dengan cara berikut ini: pemberian asam amino yang
diakukan sewaktu tidak ada peningkatan kadar glukosa darah, hanya
menyebabkan peningkatan sekresi insulin sedikit saja. Akan tetapi, bila
pemberian itu dilakukan saat terhadi peningkatan glukosa darah, sekresi
insulin yang diinduksi oleh glukosa dapat meningkat dua kali lipat dengan
adanya kelebihan asam amino. Jadi, asam amino tersebut sangat memperkuat
rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin (Guyton and Hall,2012).

Perangsangan sekresi insulin oleh asam amino sangat penting sebab


insulin selanjutnya meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-sel
jaringan dan meningkatkan pembenukan protein intrasel. Jadi, penggunaan
insulin tunruk pemakaian kelebihan asam amino sama pentingnya dengan
penggunaan insulin bagi penggunaan karbohidrat (Guyton and Hall,2012).

2. Hormon Gastrointestinal

Campuran beberapa macam hormon penernaan yang penting – gastrin,


sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide – akan meningkatkan
sekresi insulin dalam jumlah yang cukup banyak. Hormon-hormon ini
dilepaskan oleh saluran cerna sesudah seseorang makan. Selanjutnya hormon
ini menyebabkan peningkatan “antisipasi” insulin dalam darah yang
merupakan suatu persiapan agar glukosa dan asam amino dapat diabsorbsi dari
makanan tersebut. Hormon-hormon gastrointestinal biasanya bekerja dengan
cara yang sama seperi asam amino dalam meningkatkan sensitivitas respons
insulin untuk meningkatkan glukosa darah, yang hampir menggandakan
kecepatan sekresi insulin sewaktu kadar glukosa darah meningkat (Guyton
and Hall,2012).

3. Hormon-Hormon Lain dan Sistem Saraf Otonom

Hormon-hormon lain yang secara angsung daat meningkatkan sekresi insulin


atau yang dapat memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin
meliputi glukagon, hormon pertumbuhan, kortisol, dan, yang paling lemah,
progesteron dan estrogen. Manfaat efek perangsangan hormon-hormon ini
adalah bahwa pemanjangan sekresi dari salah satu jenis hormon ini dalam
-jumlah besar kadang-kadang dapat mengakibatkan sel-sel beta pulau
Langerhans menjadi kelelahan dan karenanya akan meningkatkan risiko untuk
terkena diabetes. Memang, diabetes sering terjadi pada orang yang
menggunakan dosis tinggi beberapa hormon ini. Diabetes secara khusus
umum terjadi pada orang akromegali dengan tumor yang menyekresi hormon
pertumbuhan atau pada orang yang kelenjar adrenalnya menyekresikan
kelebihan glukokortikoid (Guyton and Hall,2012).

Pada beberapa keadaan, perangsangan saraf parasimpatin terhadap


pankreas dapat meningkatkan sekresi insulin. Akan tetapi, makna fisiologis
efek ini terhadap pengaturan sekresi insulin masih disangsikan (Guyton and
Hall,2012).

Daftar Pustaka :

Guyton, A. C. Dan J.E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke
11. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai