Anda di halaman 1dari 4

Skenario Film Pendek

MEMILIH HATI KAU PELUK KASIH

Film pendek ................. ini berkisah tentang awal perjalanan seorang pelajar yang
akan menamatkan pendidikannya di bangku SMP sebagai seorang siswa di SMK Yohanes
XXIII Maumere. Cellyn, nama pelajar itu, pada mulanya telah menentukan pilihannya untuk
melanjutkan sekolahnya di jenjang SMA pada SMAN 1 Maumere. Ia memilih sekolah ini
karena merupakan salah satu sekolah favorit di kota tempat ia tinggal. Pilihanya ini pun telah
mendapat lampu hijau dari mamanya. Beberapa hari menjelang pendaftaran siswa baru
dibuka, sebuah brosur tentang SMK Yohanes XXIII Maumere mengubah pilihannya. Jurusan
“Multimedia” yang tertera di brosur itu membuat pilihan pertamanya ia tinggalkan. Ulasan
singkat tentang jurusan Multimedia di brosur itu menumbuhkan sebuah cita dalam dirinya
untuk dapat meneruskan kembali studio almarhum ayanhya dengan bekal ilmu yang akan ia
peroleh di SMK itu. Keinginan ini pun kemudian ia sampaikan kepada sang mama. Gayung
bersambut, mama pun setuju dengan pilihan keduanya ini. Cellyn kemudia mendaftarkan diri
di SMK Yohanes XXIII Maumere sebagai seorang siswa baru di jurusan Multimedia.

Tak seperti sang mama yang dengan ikhlas merestui, pilihan Cellyn untuk menjadi
siswa SMK Yohanes XXIII ini tak mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lain. Bagi
mereka, SMK Yohanes XXIII bukanlah pilihan yang tepat untuk seorang anak yang baru saja
menamatkan pendidikannya di SMPK Frater Maumere. Bukan sekolah favorit, tidak terkenal,
dan beragam alasan lain pun disampaikan sebagai alasan menolak SMK Yohanes XXIII.
Namun semangat untuk belajar demi meneruskan studio sang ayah, menjadi roh yang
menguatkan Cellyn, juga sang mama, untuk tetap pada pilihan kedua itu.

Hari demi hari berlalu dan waktu kemudian membuktikan kalau Cellyn tak salah
memilih. Tak peduli apa kata orang-orang lain di sekitarnya, Cellyn menunjukkan kalau
pilihannya sudah tepat. Tak hanya mahir di bidang multimedia berkat pelajaran yang ia
terima, di SMK Yohanes XXIII ini, bakat musik yang turun dari sang ayah juga perlahan
mulai terasah. Di tahun pertamanya di SMK Yohanes XXIII, ia dengan bangga mewakili
Porpinsi NTT dalam ajang FLS2N tingkat Nasional yang diselenggarakan di Lampung.
Setahun berselang, ia kembali menjadi wakil propinsi dan sekolahnya pada LKS tingkat
Nasional. Apa yang ia raih seakan menjadi cara ia menjawab keraguan mereka yang
menyangsikan pilihannya dulu untuk masuk di SMK Yohanes XXIII Maumere. Ia berharap
sekiranya orang-orang itu akhirnya belajar untuk tidak melihat dengan sebelah mata atau
memandang remeh hal-hal yang mungkin terlihat kecil sebelumnya, dan belajar untuk setia
pada jalan di mana hati telah memutuskan untuk pergi.
Scene 1. (Rumah)

Cellyn: (sedang menyapu dan membersihkan teras rumahnya ketika melihat sebuah
brosur tentang SMK Yohanes XXIII Maumere ada di atas meja)

Hemm..siapa yang taruh kalender di sini ni.. (mengambil brosur)

Ohh..padahalnya brosur sekolah.. (membaca sejenak brosur di tangannya)

Ini sudah, ada multimedia ni..saya kasitau mama dulu,. (memanggil Mama)

Ma...Mama..lihat dulu ini ni!

Mama: (dengan nada marah) Apalagi Cellyn ni...

Cellyn: Mama,.ini ada brosur SMK Yohanes XXIII..ada jurusan multimedia. Mama
daftarkan saya di situ saja supaya nanti saya bisa lanjutkan Bapa punya studio.

Mama: Ya, kalau itu niat dan keinginanmu, Mama dukung saja,. (sambil peluk
Cellyn)

Cellyn: Yes...jadi,..!

Scene 2. (Ruang PSSB SMK Yohanes XXIII Maumere, Cellyn sedang mendaftar
sebagai calon siswa baru jurusan multimedia)
Guru: Selamat pagi, Ade..nama siapa
Cellyn: selamat pagi juga, Pak..nama saya Cellyn,Pak..
Guru: Cellyn mau daftar di jurusan apa?
Cellyn: Saya mau daftar di jurusan multmedia, Pak..
Guru: kenapa Cellyn pilih multimedia?
Cellyn: saya mau belajar supaya nanti bisa kerja di Bapa punya studio,Pak..
Guru: O ya..mantap e,Cellyn..belajar yang rajin nanti e,,.
Cellyn: Iya, Pak.. terima kasih

Scene 3. (Rumah, acara arisan keluarga)


N: Ma In, Cellyn lanjut sekolah di mana?
Mama: Di SMK Yohanes XXIII.
E: Ihh..kenapa pi daftar di sekolah itu..
K: Betul..macam tidak ada sekolah lain e..tidak mau pi daftar di Smansa ka Smater
saja..
N: Benar..Mama In nih.. (dengan raut wajah marah karena tidak setuju)
Mama: (sambil tersenyum) yaa..itu Cellyn punya pilihan..kami orang tua ni ikut dan
dukung saja.

Scene 4. (Rumah)
Seorang guru dari sekolah sedang menyampaikan kepada Mama bahwa Celln akan
mengikuti LKS Tingkat Nasional secara daring, dan tempat lombanya nanti di rumah.
Guru: Mama Cellyn, ini kami mau kasitau ni..tahun lalu Cellyn sudah mewakili NTT
ikut Lomba Musik Tradisional Tingkat Nasinal di Lampung, ini tahun dia ikut lagi
LKS Desain Grafis tingkat Nasional juga. Nanti lombanya online dan harus di rumah
siswa karena lagi covid ini, jadi sekalian kami mau minta izin untuk lomba di sini
saja.
Mama: Aduh..syukur e.. terima kasih banyak e,Pak..sudah percaya Cellyn untuk ikut
lomba lagi ni. Lombanya kapan, Pak?
Guru: Dua minggu lagi, Mama..nanti minggu depan kami datang pasang alat-alat
sekalian setting memang untuk lombanya nanti.
Mama: O iya..baik,Pak,,

Scene 5. (bergantian ditampilkan video atau foto tentang kegiatan belajar dan
perlombaan, sambil Cellyn membacakan narasi berikut)
Cellyn.
Ini bukan cuma sekedar tentang nama besar, bukan hanya tentang popularitas sebuah
sekolah, bukan juga cuma sekedar ikut arus. Ini tentang pilihan, ini tentang hati, ini
tentang komitmen, ini tentang bagaimana seharusnya saling mendukung, ini tentang
semangat untuk maju, ini tentang cinta, yang membuat segala yang dipandang kecil
menjadi besar, dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. (ditampilkan video
atau foto Cellyn belajar atau ikut lomba, dll)
Hampir tiga tahun sudah, langkah ini menapak lorong-lorong penuh suka di SMK
Yohanes XXIII Maumere. Waktuku bersama semua yang tercinta di sini akan
berakhir. Cerita cintaku pada Yohanes XXIII akan segera menuju kata akhirnya. Di
sini telah terukir semua kisah tentang kebersamaan, perjuangan dan semangat untuk
menang. Di tempat ini telah tertulis sebuah riwayat tentang perjalanan seorang anak
yang mencoba menapak jejak-jejak yang tertinggal dari seorang ayah.
SMK Yohanes XXIII, di mata mereka, kau mungkin bukanlah apa-apa, seperti
seonggok tanah di atas hamparan marmer mahal. Tapi bagiku, kaulah segalanya, yang
mengajarkan bagaimana harus menjawab keraguan orang-orang dengan prestasi demi
prestasi yang terukir; yang mengajarkan betapa cinta ayah dan ibu bisa membuatku
berlari menembus batas, kendati di mata orang lain, kaki-kaki ini bahkan goyah untuk
berdiri.
Pada akhirnya, semua akan kembali pada hatimu, bukan pada apa kata orang, juga
bukan pada apa yang orang lain inginkan. Ini tentang pilihan. Dan sekali hati telah
memilih, ke sanalah kakiku akan melangkah. Terima kasih Yohanes XXIII..kelak
nanti, orang-orang akan tahu,. mereka yang memilihmu dengan hati, akan kau peluk
dengan kasih....

Anda mungkin juga menyukai