17) Teks Cerita Sejarah
17) Teks Cerita Sejarah
Kelas XII
BAHASA INDONESIA
Teks Cerita (Novel)
Sejarah
Tujuan Pembelajaran
Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai asal-usul (keturunan) silsilah atau kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kamu tentunya sudah
mengetahui yang dimaksud teks. Teks merupakan suatu naskah (tertulis). Dengan
demikian, kita dapat mengartikan teks cerita sejarah sebagai suatu naskah tertulis yang
menuturkan peristiwa yang terjadi masa lampau. Berkaitan dengan itu, terdapat juga
novel sejarah. Novel sejarah adalah novel yang menjadikan sejarah sebagai unsur-unsur
instrinsik, biasanya dalam hal latar.
Layaknya cerita pada umumnya, teks cerita sejarah pun memuat peristiwa-peristiwa
yang tentunya saling berkaitan. Peristiwa tersebut terjadi dalam kurun waktu dan tempat
tertentu. Peristiwa-peristiwa tersebut dirangkaikan hingga menjalin kausalitas (hubungan
sebab-akibat). Oleh karena itu, teks cerita sejarah memuat unsur alur dan latar layaknya
cerita fiksi (novel/cerpen). Sejarah yang terjadi di muka bumi ini pasti melibatkan manusia
sebagai pelakunya. Maka dari itu, dalam teks cerita sejarah, manusia pasti terlibat di
dalamnya. Keberadaan manusia pada teks cerita sejarah tersebut berperan sebagai
tokoh. Dengan demikian, bisa kamu simpulkan bahwa teks cerita sejarah memiliki
kesamaan unsur dengan cerita fiksi seperti novel ataupun cerpen.
Berbicara mengenai struktur teks cerita sejarah, aspek atau bagian yang membangun
teks tersebut terdiri atas tiga, yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi.
1. Orientasi
Orientasi merupakan bagian pada teks cerita sejarah yang berisi pengenalan tentang
suatu peristiwa (sejarah) yang akan diceritakan. Pada teks cerita sejarah, bagian ini
terdapat pada awal teks.
2. Komplikasi
Komplikasi merupakan bagian pada teks cerita sejarah yang menjelaskan atau
memaparkan peristiwa-peristiwa yang dijalin sedemikian rupa. Biasanya, peristiwa
tersebut dijalin secara runut berdasarkan hubungan waktu dan sebab-akibat
(kronologis dan kausalitas).
3. Resolusi
Resolusi merupakan bagian pada teks cerita sejarah yang berisi simpulan atau
peristiwa berupa akibat paling akhir dari peristiwa-peristiwa yang dipaparkan pada
bagian komplikasi. Selain itu, bagian ini pun dapat berupa penilaian dari penulis teks
mengenai peristiwa-peristiwa yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada teks cerita
sejarah, bagian ini terdapat pada paragraf akhir.
OKRe!
Orientasi - Komplikasi - Resolusi
Agar kamu lebih mudah memahami struktur teks cerita sejarah, bacalah contoh teks
berikut.
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak atau biasa juga disebut Kesultanan Demak adalah kerajaan
Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Menurut tradisi Jawa, Demak
sebelumya merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak
merupakan tonggak sejarah berdirinya dan tersebarnya agama Islam di tanah
Jawa. Kerajaan ini terbilang singkat. Namun, kerajaan ini meninggalkan bukti
sejarah yang hingga kini masih berdiri, yakni Masid Agung Demak. Kerajaan ini
pun menjadi akar berdirinya Kerajaan Pajang.
Pendiri Kerajaan Majapahit adalah Raden Patah yang diyakini sebagai putra
terakhir dari Kerajaan Majapahit. Raden Patah adalah anak Prabu Brawijaya.
Berdirinya Kerajaan Demak bermula ketika runtuhnya Kerajaan Majapahit pada
abad ke-15. Seiring kemunduran Majapahit, beberapa wilayah kekuasaannya
mulai memisahkan diri, termasuk Demak. Wilayah-wilayah tersebut saling
serang dan saling mengklaim sebagai pewaris takhta Majapahit. Pada masa itu,
Demak merupakan kawasan yang mandiri.
Selanjutnya, tampuk pemerintah Kerajaan Demak pun diambil alih oleh anaknya
yang bernama Pati Unus. Pati Unus merupakan seorang panglima perang yang
terkenal, ahli strategi yang ditakuti oleh Portugis. Oleh sebab itu, Pati Unus diberi
julukan Pangeran Sabrang Lor. Pati Unus memegang prinsip dan wawasan
nusantara. Ia menginginkan Kerajaan Demak sebagai kerajaan maritim terkuat.
Setelah kematian tak terduga Raja Demak II, Pati Unus, adiknya yang bernama
Sultan Trenggono yang meneruskan takhta kerajaan. Di bawah kekuasaan
Sultan Trenggono, kekuasaan Kerajaan Demak menjadi hebat. Sultan Trenggano
berhasil menguasai Sunda Kelapa setelah merebutnya dari Kerajaan Padjajaran.
Raja Demak ini juga berhasil menghalau pasukan Portugis pada tahun 1527. Pada
tahun yang sama, Kerajaan Demak berhasil menguasai Tuban, Surabaya, dan
Pasuruan. Pada tahun 1529, Sultan Trenggono meluaskan kekuasaannya dengan
menaklukkan Madiun yang disusul Malang dan Blambangan pada tahun 1545.
Pada tahun 1546, Sultan Trenggono meninggal saat penaklukan di Panarukan.
Arya Penangsang pun naik takhta menggantikan Raden Mukmin menjadi Raja
Demak. Namun, pada tahun 1554 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh
Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya
Penangsang. Pemberontakan tersebut dilatarbelakangi kejadian terbunuhnya
Adipati Jepara oleh pengikut Arya Penangsang. Dalam pemberontakan tersebut,
Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir.
Orientasi pada teks tersebut meliputi paragraf ke-1. Hal tersebut dapat kamu
simpulkan karena paragraf tersebut berada di awal teks dan berisi pengenalan atau
gambaran mengenai sejarah yang akan diceritakan, yakni sejarah tentang Kerajaan
Demak. Pada paragraf tersebut dikenalkan karakteristik dan peninggalan Kerajaan
Demak.
Komplikasi pada teks tersebut meliputi paragraf ke-2 hingga ke-7. Hal tersebut dapat
kamu simpulkan karena pada paragraf-paragraf tersebut berisi rangkaian peristiwa
yang terjadi dalam masa berdirinya, pemindahan kekuasan, dan lainnya. Di dalamnya
juga terdapat penceritaan tentang pertempuran, pertikaian, dan peperangan yang
terjadi antara Raja Demak, Portugis, dan lainnya.
Resolusi pada teks tersebut terdapat pada paragraf terakhir, yakni paragraf ke-8.
Hal tersebut dapat kamu simpulkan karena pada paragraf tersebut berisi akibat
dari peristiwa-peristiwa yang dipaparkan. Selain itu, pada paragraf tersebut diberi
simpulan yang menyatakan berakhirnya masa Kerajaan Demak.
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam,
sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka lalu meninggalkan
kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk
mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan
Kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan
Indonesia.
Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal
12 Oktober 1945. Sejak semula, hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah
tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk,
kecuali TKR, diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda tawanan yang
baru dibebaskan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu
keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat
dihindari. Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan
melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara,
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi
TNI pada saat itu) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan
operasi “bumi hangus”. Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila
Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk
membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean
Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia
pada tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan
Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan
evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung
mengalir panjang meninggalkan Kota Bandung.
Malam itu pembakaran kota berlangsung. Bandung sengaja dibakar oleh TRI
dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan
Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul
membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai
menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar
terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di tempat terdapatnya
gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini, Muhammad
Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia), terjun
dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad
Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar
itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf
pemerintahan Kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota.
Namun, demi keselamatan mereka, pada pukul 21.00 itu juga mereka ikut dalam
rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul
24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Pada saat itu, api
masih membubung membakar kota sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
Selain nilai kehidupan yang berupa nilai moral, teks cerita sejarah pun memiliki nilai atau
manfaat lainnya yang berguna untuk kehidupan kamu.
1. Sarana Edukasi
Sebagai sarana edukasi, ada banyak manfaat yang bisa kamu rasakan, antara lain
menumbuhkan rasa cinta tanah air, rasa senasib dan sepenanggungan dengan
masyarakat sebangsa, serta pembelajaran mengenai kegagalan dan kesuksesan yang
pernah terjadi di masa lalu agar kamu mampu meneladani dan menghindarinya.
Kamu dapat terinspirasi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau agar
kehidupan kamu ke depannya bisa lebih baik lagi.
2. Sarana Rekreasi
Novel sejarah yang disajikan dengan baik oleh penulisnya akan mampu memberikan
perasaan senang atau bahagia kepada pembacanya. Dengan begitu, teks cerita
sejarah bisa menjadi sarana hiburan.
Sekarang, kamu akan berlatih untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam
teks novel sejarah berikut ini.
Para pengawal gerbang pada bersimpuh dan mengangkat sembah. Tombak dan
perisai mereka bergeletakan damai di atas bumi. Sang Adipati tak memperhatikan,
langsung berkendara menuju ke pendopo. Seorang pengawal menerima kuda
dan seorang lain menyediakan punggung untuk jadi anak tangga. Ia turun tapi
tak langsung masuk ke dalam. Sang Patih mengerti masih diperlukan. Setelah
turun dari kuda ia datang menghadap dan langsung mendapat teguran: “Banyak
nian yang tak Kakang persembahkan selama ini.”
“Ya, Gusti, bagaimana patik harus persembahkan? Waktu patik masih kecil, nenek
patik pernah bercerita tentang kapal-kapal Majapahit, dan menurut katanya
pula Mahapatih Gajah Mada pernah bersembah pada Sri Baginda Kaisar Hayam
Wuruk: hanya kapal-kapal yang bisa melalui Ujung Selatan Wulungga tertitahkan
untuk menguasai buana, Peranggi dan Ispanya bukan hanya melalui, mereka
telah datang dari balik Ujung Selatan.”
“Tidak pernah, Gusti. Ujung Selatan selama ini selalu dianggap jadi batas dunia.
Tak ada daratan dan lautan lagi di sebaliknya, jatuh curam langsung ke neraka.”
“Dan kapal-kapal mereka telah melewatinya. Datang langsung dari neraka itu!
Kapal-kapal Unus barangkali masih dalam angan-angan, jauh dari ujian Ujung
Selatan Wulungga.”
Sang Adipati berbalik meninggalkan Sang Patih dan masuk ke dalam kadipaten.
Sang Patih, juga semua yang tertinggal, mengangkat sembah. Ia mengambil
kudanya dari tangan seorang prajurit pengawal dan keluar meninggalkan
kadipaten. Belum lagi sampai ke kepatihan, seorang penunggang kuda telah
menyusulnya. Sang Adipati sedang menunggunya di dalam kadipaten. Ia berbalik
menuju ke kadipaten. Ia dapati Sang Adipati sedang duduk berfikir dengan wajah
menekuri lantai. Dan duduklah ia di bawah mengangkat sembah.
“Mereka sudah lewati Ujung Selatan Wulungga, Kakang Patih. Tentu mereka telah
kalahkan kapal-kapal Parsi, Mesir, Turki, Arabia, Benggali dan Langka. Mereka
akan kalahkan juga kapal-kapal Aceh, dan Melayu, Jawa dan Tuban sendiri.”
“Gusti.”
“Nampaknya Peranggi dan Ispanya lain daripada yang lain, Gusti. Mereka bukan
sekedar mencari dagangan dan rempah-rempah. Mereka datang ke mana-mana
untuk mencari negeri asal rempah-rempah. Mereka hendak merampas semua
untuk dirinya sendiri.”
“Konon wartanya, Gusti, mereka tadinya bangsa miskin. Sekarang baru keluar
“Si lapar melihat sajian. Perbandingan yang indah. Ya barangkali benar begitu.
Dan mereka akan datang ke sini juga akhir-akhir kelaknya. Semoga mereka telah
kenyang dalam perjalanan.”
”Itulah suratan tangan bangsa-bangsa. Gusti, hanya para pendita bijaksana dapat
menerangkan.”
b. Konjungsi temporal tidak sederajat: apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika,
sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, waktu,
setelah, sesudah, tatkala, dsb.
Contoh:
Sejak 2008, tema Hari AIDS Sedunia dipilih oleh Komite Pengarah Global
Kampanye Hari AIDS Sedunia setelah melalui konsultasi yang luas
dengan banyak pihak, organisasi dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terlibat dalam pencegahan dan perawatan korban HIV/AIDS.
Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh
James W. Bunn dan Thomas Netter.
Hutan rimba (hutan dan rimba), ayah ibu (ayah dan ibu), sandang pangan
(sandang dan pangan), lahir batin (lahir dan batin), dan sebagainya.
b. Kelompok Verba
Kelompok verba adalah kelompok kata yang intinya berjenis kata verba. Dengan
perkataan lain, kelompok verba dibentuk dengan memperluas kata kerja.
Ada tiga jenis kelompok verba, yaitu:
Contoh:
Makan minum (makan dan minum), baca tulis (baca dan tulis), bangun tidur
(bangun dan tidur), jual beli (jual dan beli) dan sebagainya.
c. Nominalisasi adalah proses pembentukan nomina dari kelas kata lain karena
mendapat imbuhan (afiks).
Afiks pembentuk nomina:
Sufiks : -an, konfiks : ke-an, pe-an, dan per-an.
Contoh:
Sufiks serapan: -at, -si, -ika, -in, -ir, -ur, -ris, -us,-isme, -is, -isasi, -isida, -ita, -or,
–tas, -wan, -man.
Contoh: