Anda di halaman 1dari 17

Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
BAHASA INDONESIA
Teks Cerita (Novel)
Sejarah

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Mengetahui dan mengidentifikasi struktur teks cerita (novel) sejarah.
2. Mengetahui dan mengidentifikasi isi teks cerita (novel) sejarah.
3. Mengetahui dan mengidentifikasi nilai-nilai dalam teks cerita (novel) sejarah.
4. Mengetahui dan mengidentifikasi unsur kebahasaan teks cerita (novel) sejarah.

A. Struktur Teks Cerita Sejarah


Sebelum membahas strukturnya,
kamu pahami dulu apa yang dimaksud
dengan teks cerita sejarah. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita
adalah tuturan yang membentangkan
bagaimana terjadinya suatu hal
(peristiwa, kejadian, dan sebagainya).
Masih menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai asal-usul (keturunan) silsilah atau kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kamu tentunya sudah
mengetahui yang dimaksud teks. Teks merupakan suatu naskah (tertulis). Dengan
demikian, kita dapat mengartikan teks cerita sejarah sebagai suatu naskah tertulis yang
menuturkan peristiwa yang terjadi masa lampau. Berkaitan dengan itu, terdapat juga
novel sejarah. Novel sejarah adalah novel yang menjadikan sejarah sebagai unsur-
unsur instrinsik, biasanya dalam hal latar.
Layaknya cerita pada umumnya, teks cerita sejarah pun memuat peristiwa-peristiwa
yang tentunya saling berkaitan. Peristiwa tersebut terjadi dalam kurun waktu dan
tempat tertentu. Peristiwa-peristiwa tersebut dirangkaikan hingga menjalin kausalitas
(hubungan sebab-akibat). Oleh karena itu, teks cerita sejarah memuat unsur alur dan
latar layaknya cerita fiksi (novel/cerpen). Sejarah yang terjadi di muka bumi ini pasti
melibatkan manusia sebagai pelakunya. Maka dari itu, dalam teks cerita sejarah,
manusia pasti terlibat di dalamnya. Keberadaan manusia pada teks cerita sejarah
tersebut berperan sebagai tokoh. Dengan demikian, bisa kamu simpulkan bahwa
teks cerita sejarah memiliki kesamaan unsur dengan cerita fiksi seperti novel ataupun
cerpen.

Berbicara mengenai struktur teks cerita sejarah, aspek atau bagian yang membangun
teks tersebut terdiri atas tiga, yaitu orientasi, komplikasi, dan
resolusi.

1. Orientasi
Orientasi merupakan bagian pada teks cerita sejarah yang berisi pengenalan
tentang suatu peristiwa (sejarah) yang akan diceritakan. Pada teks cerita sejarah,
bagian ini terdapat pada awal teks.

2. Komplikasi
Komplikasi merupakan bagian pada teks cerita sejarah yang menjelaskan atau
memaparkan peristiwa-peristiwa yang dijalin sedemikian rupa. Biasanya, peristiwa
tersebut dijalin secara runut berdasarkan hubungan waktu dan sebab-akibat
(kronologis dan kausalitas).

3. Resolusi
Resolusi merupakan bagian pada teks cerita sejarah yang berisi simpulan atau
peristiwa berupa akibat paling akhir dari peristiwa-peristiwa yang dipaparkan pada
bagian komplikasi. Selain itu, bagian ini pun dapat berupa penilaian dari penulis
teks mengenai peristiwa-peristiwa yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada teks
cerita
sejarah, bagian ini terdapat pada paragraf akhir.
Teks Cerita (Novel) Sejarah 2
SUPER "S
Orientasi - Komplikasi - Resolusi

Agar kamu lebih mudah memahami struktur teks cerita sejarah, bacalah contoh teks
berikut.

Kerajaan Demak

Kerajaan Demak atau biasa juga disebut Kesultanan Demak adalah kerajaan
Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Menurut tradisi Jawa, Demak
sebelumya merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak
merupakan tonggak sejarah berdirinya dan tersebarnya agama Islam di tanah
Jawa. Kerajaan ini terbilang singkat. Namun, kerajaan ini meninggalkan bukti
sejarah yang hingga kini masih berdiri, yakni Masid Agung Demak. Kerajaan ini
pun menjadi akar berdirinya Kerajaan Pajang.

Pendiri Kerajaan Majapahit adalah Raden Patah yang diyakini sebagai putra
terakhir dari Kerajaan Majapahit. Raden Patah adalah anak Prabu Brawijaya.
Berdirinya Kerajaan Demak bermula ketika runtuhnya Kerajaan Majapahit pada
abad ke-15. Seiring kemunduran Majapahit, beberapa wilayah kekuasaannya
mulai memisahkan diri, termasuk Demak. Wilayah-wilayah tersebut saling
serang dan saling mengklaim sebagai pewaris takhta Majapahit. Pada masa
itu, Demak merupakan kawasan yang mandiri.

Pada awal berdirinya Kerajaan Majapahit, Raden Patah membawa Kerajaan


Demak berhasil dalam berbagai bidang seperti pertahanan dan perluasan
kerajaan. Salah satu keberhasilan Raden Patah di Kerajaan Demak adalah
perluasan wilayah ketika mengalahkan Girindra Wardhana pada tahun 1478
yang saat itu memerintah Kerajaan Majapahit dan mebuat Kerajaan Demak
mengambil alih wilayah Kerajaan Majapahit. Raden Patah juga dianggap berhasil
bertempur dengan Portugis yang hendak mengambil alih Kerajaan Demak.
Namun, masa pemerintahan Raden Patah harus berakhir pada tahun 1518
karena wafatnya beliau.

Selanjutnya, tampuk pemerintah Kerajaan Demak pun diambil alih oleh


anaknya yang bernama Pati Unus. Pati Unus merupakan seorang panglima
perang yang terkenal, ahli strategi yang ditakuti oleh Portugis. Oleh sebab itu,
Pati Unus diberi julukan Pangeran Sabrang Lor. Pati Unus memegang prinsip
dan wawasan nusantara. Ia menginginkan Kerajaan Demak sebagai kerajaan
maritim terkuat.

Teks Cerita (Novel) Sejarah 3


Hal itu ditandai dengan besarnya armada laut Kerajaan Demak. Namun,
Portugis yang ingin memonopoli perdagangan rempah terusik dan bertempur
dengan Kerajaan Demak. Berulang kali armada Kerajaan Demak bertempur
dengan Portugis di Melaka. Akan tetapi, pada suatu pertempuran kapal yang
ditumpangi oleh Pati Unus diserang dengan meriam oleh Portugis ketika hendak
menurunkan perahu kecil untuk merapat ke pantai.

Setelah kematian tak terduga Raja Demak II, Pati Unus, adiknya yang bernama
Sultan Trenggono yang meneruskan takhta kerajaan. Di bawah kekuasaan
Sultan Trenggono, kekuasaan Kerajaan Demak menjadi hebat. Sultan
Trenggano berhasil menguasai Sunda Kelapa setelah merebutnya dari Kerajaan
Padjajaran. Raja Demak ini juga berhasil menghalau pasukan Portugis pada
tahun 1527. Pada tahun yang sama, Kerajaan Demak berhasil menguasai
Tuban, Surabaya, dan Pasuruan. Pada tahun 1529, Sultan Trenggono
meluaskan kekuasaannya dengan menaklukkan Madiun yang disusul Malang
dan Blambangan pada tahun 1545. Pada tahun 1546, Sultan Trenggono
meninggal saat penaklukan di Panarukan.

Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak diperintah oleh Raden


Mukmin. Rade Mukmin tidak terlalu ahli dalam memerintah juga dalam
politik. Oleh karena itu, Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik lepas dari
Kerajaan Demak dan membangun kerajaan sendiri. Raden Mukmin memiliki
ambisi meluaskan kekuasaan, tetapi sangat sulit karena pengetahuan
politiknya yang kurang. Penolakan datang dari orang dalam kerajaan
sendiri, yaitu Pangeran Sekar. Pemberontakan pun tidak dapat dihindari.
Dalam pertikaian antara keduanya, Pangeran Sekar dibunuh oleh Raden
Mukmin. Namun, pada tahun 1549 Raden Mukmin beserta istri tewas
terbunuh oleh anak Pangeran Sekar, yaitu Arya Penangsang.

Arya Penangsang pun naik takhta menggantikan Raden Mukmin menjadi Raja
Demak. Namun, pada tahun 1554 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh
Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya
Penangsang. Pemberontakan tersebut dilatarbelakangi kejadian terbunuhnya
Adipati Jepara oleh pengikut Arya Penangsang. Dalam pemberontakan tersebut,
Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir.

Dengan terbunuhnya Arya Penangsang sebagai Raja Demak ke-5, berakhirlah


era Kerajaan Demak. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke
Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.
Diadaptasi dari berbagai sumber
Dari contoh teks cerita sejarah tersebut, kamu bisa menyimpulkan bagian-bagian
strukturnya berdasarkan cirinya.

Orientasi pada teks tersebut meliputi paragraf ke-1. Hal tersebut dapat kamu
simpulkan karena paragraf tersebut berada di awal teks dan berisi pengenalan atau
gambaran mengenai sejarah yang akan diceritakan, yakni sejarah tentang Kerajaan
Demak. Pada paragraf tersebut dikenalkan karakteristik dan peninggalan Kerajaan
Demak.

Komplikasi pada teks tersebut meliputi paragraf ke-2 hingga ke-7. Hal tersebut dapat
kamu simpulkan karena pada paragraf-paragraf tersebut berisi rangkaian peristiwa
yang terjadi dalam masa berdirinya, pemindahan kekuasan, dan lainnya. Di
dalamnya juga terdapat penceritaan tentang pertempuran, pertikaian, dan
peperangan yang terjadi antara Raja Demak, Portugis, dan lainnya.

Resolusi pada teks tersebut terdapat pada paragraf terakhir, yakni paragraf ke-8.
Hal tersebut dapat kamu simpulkan karena pada paragraf tersebut berisi akibat
dari peristiwa-peristiwa yang dipaparkan. Selain itu, pada paragraf tersebut diberi
simpulan yang menyatakan berakhirnya masa Kerajaan Demak.

B. Isi Teks Cerita Sejarah


Setelah memahami struktur teks cerita sejarah, kamu harus mampu memahami dan
mengidentifikasi isi informasi yang terdapat di dalamnya. Setiap paragraf dan bagian
struktur teks cerita sejarah memuat inti informasi.

Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh
jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka lalu
meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini
dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk
dapat menggunakan Kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam
Perang Kemerdekaan Indonesia.

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal
12 Oktober 1945. Sejak semula, hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah
tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk,
kecuali TKR, diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda tawanan yang
baru dibebaskan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu
keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat
dihindari. Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan
melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara,
termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai
markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada
Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk
Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi
TNI pada saat itu) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk
melakukan operasi “bumi hangus”. Para pejuang pihak Republik Indonesia
tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA.
Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah
Madjelis Persatoean Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan
pihak Republik Indonesia pada tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris
Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah
tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga,
rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan Kota
Bandung.

Malam itu pembakaran kota berlangsung. Bandung sengaja dibakar oleh TRI
dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan
Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul
membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai
menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling
besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di tempat
terdapatnya gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran
ini, Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat
Indonesia), terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi
tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan
dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi
tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan Kota Bandung pada mulanya akan
tetap tinggal di dalam kota. Namun, demi keselamatan mereka, pada pukul
21.00 itu juga mereka ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung.
Sejak saat itu, kurang lebih pukul
24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Pada saat itu, api
masih membubung membakar kota sehingga Bandung pun menjadi lautan api.

Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan strategi yang tepat dalam


Perang Kemerdekaan Indonesia mengingat kekuatan TRI dan milisi rakyat saat
itu tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah
besar. Peristiwa tersebut mengilhami lagu ”Halo, Halo Bandung” yang secara
resmi ditulis beberapa tahun kemudian agar menjadi kenangan akan emosi
para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang mengalaminya.
Diadaptasi dari id.wikipedia.org/wiki/Bandung_Lautan_Api
Bagian Teks Bagian Struktur Isi

Paragraf ke-1: Orientasi Pengenalan tentang


Peristiwa Bandung Lautan Api adalah tujuan penduduk
peristiwa kebakaran besar yang terjadi Bandung membakar
di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, rumah mereka, yaitu
pada 23 Maret 1946. Dalam waktu agar tidak dijadikan
tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk markas Sekutu dan
Bandung membakar rumah mereka lalu NICA dalam perang.
meninggalkan kota menuju pegunungan
di daerah selatan Bandung. Hal ini
dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu
dan tentara NICA Belanda untuk dapat
menggunakan Kota Bandung sebagai
markas strategis militer dalam Perang
Kemerdekaan Indonesia.

Paragraf ke-2: Komplikasi Peristiwa yang


Pasukan Inggris bagian dari Brigade melatarbelakangi
MacDonald tiba di Bandung pada terjadinya Bandung
tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula, Lautan Api, yaitu
hubungan mereka dengan pemerintah ultimatum dari
RI sudah tegang. Mereka menuntut MacDonald untuk
agar semua senjata api yang ada di mengosongkan
tangan penduduk, kecuali TKR, Bandung Utara.
diserahkan kepada mereka. Orang-
orang Belanda tawanan yang baru
dibebaskan mulai
melakukan tindakan-tindakan yang mulai
mengganggu keamanan. Akibatnya,
bentrokan bersenjata antara Inggris
dan TKR tidak dapat dihindari. Malam
tanggal 21 November 1945, TKR dan
badan-badan perjuangan melancarkan
serangan terhadap kedudukan-kedudukan
Inggris di bagian utara, termasuk Hotel
Homann dan Hotel Preanger yang mereka
gunakan sebagai markas. Tiga hari
kemudian, MacDonald menyampaikan
ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat
agar Bandung Utara dikosongkan oleh
penduduk Indonesia, termasuk pasukan
bersenjata.

Teks Cerita (Novel) Sejarah 7


Bagian Teks Bagian Struktur Isi

Paragraf ke-3: Komplikasi Peristiwa yang


Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara berupa respon
Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi pertama setelah
TNI pada saat itu) meninggalkan kota diberi ultimatum,
Bandung mendorong TRI untuk melakukan yaitu mengadakan
operasi “bumi hangus”. Para pejuang musyawarah yang
pihak Republik Indonesia tidak rela bila mengahsilkan
Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak keputusan untuk
Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membungihanguskan
membumihanguskan Bandung diambil Bandung.
melalui musyawarah Madjelis Persatoean
Priangan (MP3) di hadapan semua
kekuatan perjuangan pihak Republik
Indonesia pada tanggal 23 Maret 1946.
Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku
Komandan Divisi III TRI mengumumkan
hasil musyawarah tersebut dan
memerintahkan evakuasi Kota Bandung.
Hari itu juga, rombongan besar penduduk
Bandung mengalir panjang meninggalkan
Kota Bandung.

Paragraf ke-4: Komplikasi Peristiwa berupa aksi


Malam itu pembakaran kota berlangsung. nyata yang
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan merupakan tindak
rakyat setempat dengan maksud agar lanjut dari hasil
Sekutu tidak dapat menggunakan musyawarah, yaitu
Bandung sebagai markas strategis militer. membakar rumah-
Di mana- mana asap hitam mengepul rumah penduduk dan
membubung tinggi di udara dan semua gudang amunisi milik
listrik mati. Tentara Inggris mulai Sekutu.
menyerang
sehingga pertempuran sengit terjadi.
Pertempuran yang paling besar terjadi
di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan
Bandung, di tempat terdapatnya gudang
amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Dalam pertempuran ini, Muhammad Toha
dan Ramdan, dua anggota milisi BRI
(Barisan Rakjat Indonesia), terjun dalam
misi untuk menghancurkan gudang

Teks Cerita (Novel) Sejarah 8


Bagian Teks Bagian Struktur Isi

Muhammad Toha berhasil meledakkan


gudang tersebut dengan dinamit.
Gudang besar itu meledak dan terbakar
bersama kedua milisi tersebut di
dalamnya. Staf pemerintahan Kota
Bandung pada mulanya akan tetap
tinggal di dalam
kota. Namun, demi keselamatan mereka,
pada pukul 21.00 itu juga mereka ikut
dalam rombongan yang mengevakuasi
dari Bandung. Sejak saat itu, kurang
lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah
kosong dari penduduk dan TRI. Pada saat
itu, api masih membubung membakar
kota sehingga Bandung pun menjadi
lautan api.

Paragraf ke-5: Resolusi Penilaian tentang


Pembumihangusan Bandung tersebut strategi yang
merupakan strategi yang tepat dalam dilakukan oleh
Perang Kemer dekaan Indonesia TRI dan rakyat.
mengingat kekuatan TRI dan milisi rakyat Akibat dari peristiwa
saat itu tidak sebanding dengan kekuatan tersebut, yaitu
pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah lahirnya lagu “Halo,
besar. Peristiwa tersebut mengilhami Halo Bandung”.
lagu ”Halo, Halo Bandung” yang secara
resmi ditulis beberapa tahun kemudian
agar menjadi kenangan akan emosi para
pejuang kemerdekaan Republik Indonesia
yang mengalaminya.

C. Nilai-Nilai Cerita (Novel) Sejarah


Kamu telah belajar tentang struktur dan isi teks cerita sejarah. Pada setiap bagian
struktur teks cerita sejarah, termuat isi yang berupa informasi inti dan dari isi teks
tersebut kamu pun bisa mendapatkan nilai-nilai kehidupan berupa nilai moral.

Teks Cerita (Novel) Sejarah 9


Teks cerita sejarah sama halnya dengan novel sejarah memiliki kaitan yang erat dengan
suatu peristiwa yang terjadi untuk memperjuangkan suatu hal, baik itu kemerdekaan,
keadilan, kekuasaan, ataupun sejenisnya. Nilai-nilai dalam perjuangan tersebut
merupakan nilai positif yang bisa memberikan pembelajaran kepada kamu. Tentunya,
nilai yang kamu ambil adalah nilai yang baiknya. Banyak sekali nilai moral yang positif
yang bisa kamu ambil dari teks cerita/novel sejarah, seperti rela berkorban demi tanah
air dan cinta tanah air (patriotisme), keberanian dan pengorbanan dalam membela
kebenaran (kepahlawanan), kepedulian, kesabaran, kejujuran, semangat, tidak mudah
menyerah (pantang menyerah), kerja sama, kesetiaan, dan lainnya.

Selain nilai kehidupan yang berupa nilai moral, teks cerita sejarah pun memiliki nilai
atau
manfaat lainnya yang berguna untuk kehidupan kamu.

1. Sarana Edukasi
Sebagai sarana edukasi, ada banyak manfaat yang bisa kamu rasakan, antara lain
menumbuhkan rasa cinta tanah air, rasa senasib dan sepenanggungan dengan
masyarakat sebangsa, serta pembelajaran mengenai kegagalan dan kesuksesan yang
pernah terjadi di masa lalu agar kamu mampu meneladani dan menghindarinya.
Kamu dapat terinspirasi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau agar
kehidupan kamu ke depannya bisa lebih baik lagi.

2. Sarana Rekreasi
Novel sejarah yang disajikan dengan baik oleh penulisnya akan mampu memberikan
perasaan senang atau bahagia kepada pembacanya. Dengan begitu, teks cerita
sejarah bisa menjadi sarana hiburan.

Sekarang, kamu akan berlatih untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam
teks novel sejarah berikut ini.

Para pengawal gerbang pada bersimpuh dan mengangkat sembah. Tombak dan
perisai mereka bergeletakan damai di atas bumi. Sang Adipati tak
memperhatikan, langsung berkendara menuju ke pendopo. Seorang pengawal
menerima kuda dan seorang lain menyediakan punggung untuk jadi anak
tangga. Ia turun tapi tak langsung masuk ke dalam. Sang Patih mengerti
masih diperlukan. Setelah turun dari kuda ia datang menghadap dan langsung
mendapat teguran: “Banyak nian yang tak Kakang persembahkan selama ini.”

“Ampun, Gusti. Patik telah persembahkan semua, ya Gusti. Nampaknya Gusti


kurang mengkaruniakan perhatian. Ampun, Gusti, tentulah karena banyak hal
lain sedang jadi pikiran Gusti.”
“Tentu Kakang Patih benar. Apakah menurut dugaan Kakang, Unus dapat
mengalahkan mereka? Tanpa meriam dan hanya dengan cetbang bikinan pandai
cor Blambangan?”

“Ya, Gusti, bagaimana patik harus persembahkan? Waktu patik masih kecil,
nenek patik pernah bercerita tentang kapal-kapal Majapahit, dan menurut
katanya pula Mahapatih Gajah Mada pernah bersembah pada Sri Baginda
Kaisar Hayam Wuruk: hanya kapal-kapal yang bisa melalui Ujung Selatan
Wulungga tertitahkan untuk menguasai buana, Peranggi dan Ispanya bukan
hanya melalui, mereka telah datang dari balik Ujung Selatan.”

“Nyata Majapahit tak pernah berhasil melaluinya.”

“Tidak pernah, Gusti. Ujung Selatan selama ini selalu dianggap jadi batas dunia.
Tak ada daratan dan lautan lagi di sebaliknya, jatuh curam langsung ke neraka.”

“Dan kapal-kapal mereka telah melewatinya. Datang langsung dari neraka itu!
Kapal-kapal Unus barangkali masih dalam angan-angan, jauh dari ujian Ujung
Selatan Wulungga.”

Sang Adipati berbalik meninggalkan Sang Patih dan masuk ke dalam kadipaten.
Sang Patih, juga semua yang tertinggal, mengangkat sembah. Ia mengambil
kudanya dari tangan seorang prajurit pengawal dan keluar meninggalkan
kadipaten. Belum lagi sampai ke kepatihan, seorang penunggang kuda telah
menyusulnya. Sang Adipati sedang menunggunya di dalam kadipaten. Ia berbalik
menuju ke kadipaten. Ia dapati Sang Adipati sedang duduk berfikir dengan
wajah menekuri lantai. Dan duduklah ia di bawah mengangkat sembah.

“Mereka sudah lewati Ujung Selatan Wulungga, Kakang Patih. Tentu mereka
telah kalahkan kapal-kapal Parsi, Mesir, Turki, Arabia, Benggali dan Langka.
Mereka akan kalahkan juga kapal-kapal Aceh, dan Melayu, Jawa dan Tuban
sendiri.”

“Gusti.”

“Mengapa musti mengalahkan, Kakang Patih? Bukankah kapal-kapal asing datang


kemari bukan untuk mengalahkan kita? Tak pernah yang demikian terjadi sejak
nenek-moyang, kecuali orang-orang Tartar yang dibinasakan itu.”

“Nampaknya Peranggi dan Ispanya lain daripada yang lain, Gusti. Mereka bukan
sekedar mencari dagangan dan rempah-rempah. Mereka datang ke mana-mana
untuk mencari negeri asal rempah-rempah. Mereka hendak merampas semua
untuk dirinya sendiri.”

“Kerakusan tiada tara. Mengapa tidak mau berbagi?”

“Konon wartanya, Gusti, mereka tadinya bangsa miskin. Sekarang baru keluar

Teks Cerita (Novel) Sejarah 11


dari kemiskinan, baru melihat dunia, mulai merabai dan merampasi semua
barang apa yang baru dilihatnya, apa saja yang indah, yang mahal, seperti si
lapar melihat sajian, ya Gusti.”

Sang Adipati tersenyum.

“Si lapar melihat sajian. Perbandingan yang indah. Ya barangkali benar begitu.
Dan mereka akan datang ke sini juga akhir-akhir kelaknya. Semoga mereka
telah kenyang dalam perjalanan.”

“Kerakusan tidak mengenal kenyang, Gusti.”

“Kakang Patih benar. Kadang-kadang memang memusingkan untuk


memahami hal-hal baru. Kapal unggul, kelaparan unggul. Sebaliknya, Kakang
Patih, mereka yang justru memiliki negeri yang menghasilkan rempah-
rempah, sepanjang sejarahnya selalu hidup dalam kemiskinan dan perbudakan.
Mereka yang datang mencari rempah-rempah yang jaya dan kaya. Bagaimana
harus memahami ini, Kakang?”

”Itulah suratan tangan bangsa-bangsa. Gusti, hanya para pendita bijaksana dapat
menerangkan.”

“Sekarang rempah-rempah juga yang memanggil kerakusan yang tak mau


berbagi. Kerakusan yang mau berkuasa dan memiliki untuk diri sendiri
semata, membunuh dan menenggelamkan. Mereka makin mendekati Tuban.
Rasa-rasanya telah dapat kami dengar bunyi meriamnya, memekakkan dan
melumpuhkan burung-burung di cakrawala.” Suaranya menjadi pelahan
mendekati bisikan: “Tapi Adipati Tuban tidak gentar, Kakang. Hanya awas-awas
pada yang di barat sana: Semarang, Demak, Jepara, Lao Sam.”
Dikutip dari novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer

Nilai-nilai dalam informasi cuplikan:


1. Kedatangan suatu bangsa untuk merampas kekayaan bangsa/daerah lain.
2. Niat untuk mencari dan menguasai negara penghasil rempah-rempah.
3. Kemiskinan dan kerakusan yang menyebabkan suatu bangsa menjajah bangsa lain.
4. Perbudakan, kemiskinan, dan kehancuran suatu bangsa yang mengalami penjajahan.

D. Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah


Ciri kebahasaan yang digunakan dalam penceritaan peristiwa sejarah menggunakan
unsur-unsur kebahasaan sebagai berikut: konjungsi temporal, kelompok nomina,
kelompok verba, nomina (hasil nominalisasi).
1. Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah konjungsi yang mengacu pada waktu dan berfungsi
sebagai alat kekohesifan yang membuat rentetan peristiwa menjadi padu.
Konjungsi temporal sebagai penanda adverbial waktu.

Konjungsi temporal terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Konjungsi temporal sederajat: sebelumnya dan sesudahnya.

b. Konjungsi temporal tidak sederajat: apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika,
sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, waktu,
setelah, sesudah, tatkala, dsb.
Contoh:

Bunn, yang sebelumnya bekerja sebagai reporter yang meliput epidemi


ini untuk PIX-TV di San Francisco, bersama-sama dengan produsennya,
Nansy Saslow, juga memikirkan dan memulai "AIDS Lifeline" ("Tali Nyawa
AIDS") - sebuah kampanye penyadaran masyarakat dan pendidikan
kesehatan yang diindikasikan ke berbagai stasiun TV di AS.

Sejak 2008, tema Hari AIDS Sedunia dipilih oleh Komite Pengarah Global
Kampanye Hari AIDS Sedunia setelah melalui konsultasi yang luas
dengan banyak pihak, organisasi dan lembaga-lembaga pemerintah
yang terlibat dalam pencegahan dan perawatan korban HIV/AIDS.

Kata depan pada merupakan penanda adverbial waktu lampau (peristiwanya


sudah terjadi) selain konjungsi temporal.
Contoh:

Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh
James W. Bunn dan Thomas Netter.

Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan


rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan
diselenggarakan pada 1 Desember 1988.

2. Kelompok Kata (kelompok nomina dan kelompok verba)


Kelompok kata adalah dua kata atau lebih yang tidak predikatif. Kelompok kata
tersebut menduduki satu fungsi kalimat saja (subjek saja, predikat saja, objek saja,
pelengkap saja atau keterangan saja).

Teks Cerita (Novel) Sejarah 13


a. Kelompok Nomina
Kelompok nomina adalah kelompok kata yang intinya berjenis kata nomina.
Dengan perkataan lain, kelompok nomina dibentuk dengan memperluas kata
benda.
Ada tiga jenis kelompok nomina, antara lain:
Kelompok nomina koordinatif (tidak saling menerangkan). Cirinya dapat
disisipi konjungsi dan dan atau.
Contoh:

Hutan rimba (hutan dan rimba), ayah ibu (ayah dan ibu), sandang pangan
(sandang dan pangan), lahir batin (lahir dan batin), dan sebagainya.

Kelompok nomina modifikatif (mewatasi). Cirinya terdapat kata pewatas yang


menerangkan inti kelompok kata yang berjenis kata benda.
Contoh:

Meja kayu (kayu> pewatas), rumah besar (besar> pewatas), sepasang


sepatu tua (sepasang dan sepatu >pewatas), dan sebagainya.

Kelompok nomina apositif (keterangan tambahan). Cirinya kelompok kata


diapit oleh dua tanda koma (,).
Contoh:

Argha Zamzami Ardian, siswa SMAN 35 Jakarta, melanjutkan studi di


Jerman.

b. Kelompok Verba
Kelompok verba adalah kelompok kata yang intinya berjenis kata verba. Dengan
perkataan lain, kelompok verba dibentuk dengan memperluas kata kerja.
Ada tiga jenis kelompok verba, yaitu:

Kelompok verba koordinatif (tidak saling menerangkan). Cirinya dapat disisipi


konjungsi dan dan atau.
Contoh:

Makan minum (makan dan minum), baca tulis (baca dan tulis), bangun tidur
(bangun dan tidur), jual beli (jual dan beli) dan sebagainya.
Kelompok verba modifikatif (mewatasi). Cirinya terdapat kata pewatas yang
menerangkan inti kelompok kata yang berjenis kata kerja.
Contoh:

sedang membaca, akan berdiskusi, sedang makan, belum belajar, dan


sebagainya.

Kelompok verba apositif (keterangan tambahan). Cirinya kelompok kata diapit


oleh dua tanda koma (,).
Contoh:

Pasangan muda, baru menikah itu, berbisnis mobil mewah.

c. Nominalisasi adalah proses pembentukan nomina dari kelas kata lain karena
mendapat imbuhan (afiks).
Afiks pembentuk nomina:
Sufiks : -an, konfiks : ke-an, pe-an, dan per-an.
Contoh:

Sebelum Sebelum Keterangan

makan makanan Verba [V] > Nomina [N]

pakai pakaian Verba [V] > Nomina [N]

manis manisan Adjektiva [A] > Nomina [N]

adil keadilan Adjektiva [A] > Nomina [N]

rumah perumahan Nomina [N] > Nomina [N]

mukim permukiman Verba [V] > Nomina [N]

berhasil keberhasilan Verba [V] > Nomina [N]

serasi penyerasian Adjektiva [A] > Nomina [N]

seragam keseragaman Nomina [N] > Nomina [N]

terkait keterkaitan Verba [V] > Nomina [N]

kecil kekecilan Adjektiva [A] > Nomina [N]


Prefiks : pe-, se-, ke-
Contoh:

Sebelum Sebelum Keterangan

tua ketua Adjektiva [A] > Nomina [N]

dagang pedagang Verba [V] > Nomina [N]

kamar sekamar Nomina [N] > Nomina [N]

Sufiks serapan: -at, -si, -ika, -in, -ir, -ur, -ris, -us,-isme, -is, -isasi, -isida, -ita, -or,
–tas, -wan, -man.
Contoh:

Sebelum Sebelum Keterangan

sekretaris sekretariat Nomina [N] > Nomina [N]

komunis komunisme Nomina [N]> Nomina [N]

nasional nasionalis Nomina [N]> Nomina [N]

redaksi redaktur Nomina [N] > Nomina [N]

konsep konseptor Nomina [N] > Nomina [N]

kritik kritikus Nomina [N} > Nomina [N]

karya karyawan Nomina [N] > Nomina [N]

seni seniman Nomina [N] > Nomina [N]

nota notaris Nomina [N] > Nomina [N]

aktif aktivitas Nomina [N] > Nomina [N]

peraga peragawati Nomina [N] > Nomina [N]

Infiks: –el-, -er-


Contoh:

Sebelum Sebelum Keterangan

patuk pelatuk Nomina [N] > Nomina [N]

gembung gelembung Verba [V] > Nomina [N]

tunjuk telunjuk Verba [V] > Nomina [N]

kudung kerudung Nomina [N] > Nomina [N]

suling seruling Nomina [N] > Nomina [N]

Anda mungkin juga menyukai