Anda di halaman 1dari 121

PENGETAHUAN TEKSTIL

TUGAS PAPER

DOSEN

Dra. Suryawati, M. Si

DISUSUN OLEH
Alsya Puteri Zalris
1509520041

TATA BUSANA 2020

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunianya
penulisan paper Mata Kuliah Pengetahuan Tekstil ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktunya.

Paper ini dibuat untuk memenuhi syarat Ujian Akhir Semester kami pada Mata Kuliah
Pengetahuan tekstil. Dalam Pembuatan paper ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1 Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengetahuan Tekstil yang telah meengajarkan dengan tulus
dan sabar

2. Orang Tua yang selalu mendukung dalam membuat paper ini

3. Teman – teman Program Studi Perdagangan Mode 2020 Sesi 2 yang telah membantu dalam
pembuatan paper ini

Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami dapatkan selama proses
pembelajaran luring selama 1 semester ini, dan juga dari beberapa sumber. Dengan harapan
yang membaca paper ini dapat memahami tentang Serat tekstil, penggolongan Serat, Benang,
bahan, Pewarnaan, Perawatan bahan tekstil

Pada akhirnya, kami menyadari bahwa penyusuan paper ini masih jauh dari kata
sempurna.. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan penyusunan paper ini di masa yang akan mendatang

Klaten, 14 Januari 2020

( Alsya Puteri Zalris )

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
PENDAHULUAN 4
SERAT TEKSTIL ............................................................................................................................................ 5
A. Pengertian Serat Tekstil 5
B. Penggolongan/ Klasifikasi Serat Tekstil 6
BENANG TEKSTIL ...................................................................................................................................... 33
A. Pengertian Benang Tekstil 33
B. Macam Macam Benang Tekstil 33
Tabel 8. Pengelompokan Jenis Benang Tekstil 33
Tabel 9. Macam-Macam Jenis Benang Jahit 37
C. Penomoran Benang 37
D. Proses Pembuatan Benang 41
BAHAN TEKSTIL ......................................................................................................................................... 46
A. Pengertian Bahan Tekstil 46
B. Klasifikasi Bahan Tekstil 46
C. karakteristik Bahan Tekstil 48
C. Pemilihan Bahan Tekstil 52
D. Pemilihan Bahan Pelapis 53
PEWARNAAN BENANG.............................................................................................................................. 59
A. Pengertian Pewarnaan 59
B. Macam – Macam Pewarnaan Tekstil 59
C. Karakteristik Pewarnaan Tekstil 63
D. Pewarnaan Pada Benang 64
FINISHING TEKSTIL .................................................................................................................................. 72
A. Pengeetian Finishing 72
B. Proses Finishing Tekstil 72
C. Kelebihan Tekstil 75
D. Macam – Macam Finishing dan Contoh Bahan 76
PERAWATAN TEKSTIL ............................................................................................................................. 80
A. Pengertian Perawatan Bahan Tekstil 80
B. Tujuan Perawatan Tekstil 80
C. Pemeliharaan Berdasarkan Asal Serat 80
D. Label dan Spesifikasi Bahan Tekstil 86
E. Prosedur Perawatan Bahan Tekstil 87
F. Perawatan Bahan Tekstil Seacara Umum 89
KUMPULAN TUGAS .................................................................................................................................. 108
A. Analisis Serat dengan Uji Pembakaran 108
B. Mengidentifikasi Serat Pakaian 110
C. Bentuk Anyaman Silang Polos, Silang Kepar dan Silang Satin 112
D. Contoh Label 115
E. Ujian Tengah Semester 116
BAB III 120
PENUTUP 120
DAFTAR PUSTAKA 121

3
PENDAHULUAN

Kata tekstil dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris textile,
meskipun kata textile itu sendiri diketahui berasal dari kata bahasa Latin, texere yang berarti
lembaran. Istilah bahasa Indonesia lama untuk kain adalah sesuatu yang dipakai atau pakaian
dan menjadi kata kain, sedangkan untuk tekstil dalam pengertian umum disebut cita, tetapi kata
tersebut sudah jarang dipakai, sehingga dalam bahasa Indonesia dewasa ini istilah kain atau
cita disebut tekstil, Sejarah pakaian dimulai sejak kehadiran manusia di muka bumi yang
merasa berbeda dengan binatang yang umumnya berbulu, maka manusia menutupi tubuhnya
dengan pakaian. Di beberapa wilayah manusia memakai pakaian bahkan dari kulit khewan
berbulu yang ternyata dapat menjadi penghangat badan di udara dingin, di wilayah panas
pakaian manusia purba dari kulit kayu dan dari tumbuhan merambat atau rumput-rumputan
dibuat berbagai barang untuk keperluan seharihari seperti tikar, gendongan barang, penutup
kepala dan sebagainya, sampai akhirnya dikenal beberapa jenis serat yang dapat dijadikan
benang untuk akhirnya ditenun menjadi semacam tekatil yang kita kenal. Awal manusia mulai
membuat tekstil, tidak diketahui secara pasti, tapi diduga dimulai oleh manusia di daratan Asia,
pada saat yang sama manusia di daratan Eropa masih berpakaian dari kulit khewan berbulu.
Dalam pengertian sekarang tekstil adalah material lembaran yang fleksibel terbuat dari benang
dari hasil pemintalan serat pendek (stapel) atau serat berkesinambungan (filamen) yang
kemudian ditenun, dirajut atau dengan cara penyatuan serat berbentuk lembaran menggunakan
atau tanpa bahan perekat yang dipres (disebut non-woven fabrics). Motif dan penggunaan
tekstil sebagai busana dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan lain
sebagainya. Pengetahuan tekstil merupakan salah satu pengetahuan yang diperlukan
konsumen, pedagang maupun produsen tekstil untuk memilah dan memilih bahan tekstil,
mengetahui proses pembuatan dan sifat bahan tekstil tersebut sesuai penggunaannya, misal
kain untuk bahan busana berbeda dengan kain untuk keperluan rumah tangga (upholstry)
seperti untuk sprei, sarung bantal, gorden dan sebagainya.

4
SERAT TEKSTIL

A. Pengertian Serat Tekstil

Serat adalah benda yang panjangnya ratusan hingga ribuan kali diameternya. Serat
merupakan bahan baku yang paling utama untuk tekstil.

Sifat-sifat yang dimiliki oleh serat :

1) Memiliki perbandingan panjang dan lebar yang besar

Serat harus memiliki perbandingan panajang dan lebar yang cukup besar. Pada umumnya
bentuk panjang serat dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

a) Staple: serat pendek

b) Filament : serat yang panjang

c) Tow: serat yang terssusun lebih dari satu filament

d) Monofil : serat yang tersusun hanya dengan satu filament

2.) Memiliki kekuatan yang cukup


3.) Memiliki fleksibilitas tinggi
4.) Memiliki kemampuan mulur dan elastis
5.) Memiliki cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6) Memiliki daya serap terhadap air

Serat - serat yang dapat menyerap uap air lebih banyak digunakan. Serat yang higroskopis
lebih enak dipakai.

7) Memiliki tahan terhadap sinar dan panas


8) Tidak rusak dalam pencucian

9) Tersedia dalam jumlah besar


10) Tahan terhadap zat kimia tertentu

5
B. Penggolongan/ Klasifikasi Serat Tekstil

Gambar 1. Klasiifikasi Serat Tekstil

BATANG: Flax, linen, henep, jute, kenaf, rami


BUAH : sabut kelapa
SELULOSA
DAUN : Abaca, heneguen, sisal
BIJI: kapas, kapok

RAMBUT: Alpaca, unta,


STAPLE
chasmere, Ilama, Mohair
WOL: Biri-biri
SERAT PROTEIN
ALAM

FILAMENT SUTERA: Ulat sutera

MINERAL SERAT ASBES

TEKSTIL Rayon Viskosa


SELULOSA Rayon Asetat
Rayon Kuparamonium
SEMI Serat Kasein
PROTEIN Serat Zein
SINTETIS
Vicara
Serat logam
MINERAL Serat gelas
Silikat, karbon

POLIAMIDA: Nylon
SERAT POLIMER POLIESTER: Tetoron,
KONDENS
SINTETIS Dacron
ASI
POLIURETAN: Spandex
SINTETIS

POLIHIDROKARBON:
Defin, Polietilena,
Polipropilena
POLIHIDROKARBON
POLIMER
yg disubstitusi halogen:
ADISI
Polivinil Alkohol (PVA)
POLIHIDROKARBON
yg disubstitusi nitril:
Akrilat

6
Tabel 1. Serat Tekstil dan Sumbernya
Jenis Serat Nama Serat Sumber Asal Serat
Selulosa Kapas Biji buah kapas
Kapuk Biji kapuk
Serat nanas Daun tanaman nanas
Jute Batang tanaman jute
Flax/linen Batang tanaman flax
Rami Batang tanaman rami
Sisal Daun tanaman Agave
Sabut Sabut kelapa
Protein Sutera/silk Cocoon/Kokon ulat sutera
Wol/wool Bulu biri-biri
Mineral Serat asbes Magnesium, kalsium, silikat
Semi sintetis Rayon viskosa, rayon Kayu tanaman, kapas linters
selulosa Asetat
Semi sintetis Vicara, Kazein, Jagung, kedelei
protein Azlon
Semi sintetis Serat keramik Mineral
mineral Serat gelas Pasir silica
Serat grafit Karbon
Semi sintetis Serat karet Getah pohon karet
karet/Isopren
Polimer Sintetik Acrylic Akrilonitril (85%)
Moda acrylic Akrilonitril (30-84%)
Nylon Poliamida
Olefin Polietilena
Polyester Ester
Spandex Poliuretan
Vinal Polivinil khlorida
Vinyon Polivinil alcohol
Logam Serat logam Tembaga, alumunium, baja
tahan karat

1. Serat Alam
a. Serat Tumbuh-tumbuhan (Selulosa)
Serat tumbuh-tumbuhan yaitu serat tekstil yang bahan pokoknya berasal
dari tumbuh – tumbuhan. Serat selulosa terbagi menjadi serat biji, serat batang,
serat daun dan serat buah.

7
1. Serat kapas

Gambar 2. Tanaman Kapas


Kapas merupakan serat sellulosa yang berasal dari serat biji-bijian. Menurut
sejarahnya kapas sudah dikenal kira- kira 5000 tahun SM. Menurut para ahli, India
adalah negara tertua yang menggunakan kapas.

Karakteristik Kapas
1. Serat kapas pendek-pendek antara 20-55 mm.
2. Serat kapas sangat kuat. Kekuatan kapas dapat dipertinggi dengan jalan
merendam dalam coustic soda.
3. Kapas sangat higroskopis atau menghisap air.
4. Kapas kurang kenyal yang menyebabkan kapas mudah kusut.
5. Kapas tahan uji, tahan panas setrika yang tinggi.
6. Tahan sabun yang kuat atau mengandung banyak lindi untuk melarutkan kotoran
dan tahan obat-obat kelantang. Jadi bahan kapas dapat dikelantang.
7. Kapas tidak tahan terhadap asam mineral dan asam organik.
8. Kain kapas tahan ngengat tetapi tidak tahan cendawan. Harus disimpan dalam
keadaan kering.
Tabel 2. Karakteristik Serat Kapas

Keunggulan Sifat Kapas


8
- Nyaman dan sangat lembut Comfortable Soft hand
- Memiliki daya serap terhadap air bagus
- Memiliki warna yang awet
- Sangat baik untuk di printing
- Dapat dicuci dengan mesin
- Dapat di dry cleaning
- Kekuatan yang baik
- Kelangsaiannya bagus
- Mudah untuk diolah dirawat dan dijahit

Teknik pemeliharaan kain dari serat kapas yaitu :

1. Kain dari serat kapas dapat dicuci dengan sabun cuci biasa, sabun cream dan
sabun yang banyak lindi.
2. Bahan putih dapat dikelantang dengan sabun biasa dan obat-obat kelantang.
3. Dapat di jemur dengan bagian buruk bahan keluar, dan dijemur pada tempat yang
teduh dan kena angin.
4. Disetrika dengan setrika yang panas supaya kusutnya hilang
5. Disimpan di lemari pakaian dan bila bahan tersebut tidak sering di pakai,
hendaklah sekali dalam sebulan dijemur di panas matahari untuk
menghilangkan bau apeknya.

Bahan dari serat kapas digunakan antara lain untuk :

 Untuk lenan rumah tangga seperti alas kasur, sarung bantal, alas meja, lover, serbet
dan lain-lain.
 Untuk bahan pakaian seperti pakaian anak, pakaian sekolah, pakaian kerja dan
lain-lain.
 Sebagai bahan dasar kosmetik seperti kapas pembersih, spon bedak dan lain-lain.
 Untuk keperluan kedokteran seperti perban.
Bahan dari serat kapas yang diperdagangkan di pasar antara lain popline, blacu,
berkoline, kain putih, drill, voal dan rubia

9
2. Serat Rami

Gambar 3. Tanaman Rami

Tanaman rami adalah tanaman tahunan yang berbentuk rumpun mudah


tumbuh dan dikembangkan di daerah tropis. Tanaman Rami yang dikenal dengan
nama latinnya Boehmeria nivea (L) Goud merupakan tanaman tahunan berbentuk
rumpun yang dapat menghasilkan serat alam nabati dari pita (ribbons) pada kulit
kayunya yang sangat keras dan mengkilap.

Sifat – Sifat Serat Rami

- Berwarna putih, mudah diberi warna

- Kuat, memiliki kekuatan 4X lebih besar daripada linen, 6X dari sutera dan 7X
dari kapas.

- Kilapnya lebih tinggi dari beberapa linen, daya serap terhadap kelembaban 12%,
(daya serap kapas 8%)

- Elastisitas rendah, licin dan kaku

Gambar 4. Serat Rami

Serat rami banyak diolah untuk campuran pada kapas dengan dibuat
menjadi staple disesuaikan dengan serat kapas. Serat rami juga diolah menjadi
berbagai produk kerajinan seperti tas dan kain lurik, maupun untuk kain pada

10
mebeulair dan banyak dikembangkan untuk bahan komposit guna keperluan
militer seperti pakaian seragam dan rompi anti peluru.

Gambar 5. Kain dari Serat Rami

3. Serat Nanas

Gambar 5. Tanaman dan Serat Nanas

Tanaman nanas (Ananas cosmosus) termasuk famili Bromeliaceae


merupakan tumbuhan tropis dan subtropis yang banyak terdapat di Filipina, Brasil,
Hawai, India dan Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut terdapat antara lain di
Subang, Majalengka, Purwakarta, Purbalingga, Bengkulu, Lampung dan
Palembang, yang merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup berpotensi.
Serat yang bermutu baik dihasilkan dari daun yang sudah matang. Daun yang sudah
matang ini ditandai dengan kemasakan pada buahnya, yaitu pada waktu tanaman
berumur 12 sampai 18 bulan.

Sifat Sifat Serat Nanas

- berwarna putih
- lembut dan ringan

11
- kuat
- elegan
- mudah dalam perawatan
- dapat menyerap pewarna kain, dan sangat kuat.
- memiliki kehalusan 2,5 5,5 tex
- panjang 10 90 mm, daya mulur 3,42%
- keuletan 42,6 CN/tex
- modulus 10,2 CN/tex,
- masa jenis 1,543 g/cm3
- Daya mulur serat nanas lebih rendah dibandingkan serat kapas (8,5%)
- Serat nanas lebih higroskopies jika dibandingkan serat dari kapas, abaka,dan yute

4. Serat Linen

Gambar 7. Tanaman dan Serat Linen


Serat lenen diambil dari serat batang pohon flax atau vlas yang disambung-
sambung sehingga menjadi benang. Karena itu tenunan lenan tidak rata. Bahan ini
baik digunakan untuk kebutuhan lenan rumah tangga seperti taplak meja.

Sifat Sifat Serat Flax


a) Serat flax tidak kurang elastik dan kurang lemas dibandingkan dengan serat lain
(serat linen kurang elastis dan kurang lemas).

b) Kekuatan serat flax memiliki kekuatan tiga kali lipat dibandingkan serat kapas.

12
c) Moisture regain serat flax sama dengan serat kapas 7-8%, namun lebih cepat
menyerap atau melepaskan uap air.

d) Flax terasa dingin karena memiliki daya penghantar listrik dan panas yang baik

e) Flax lebih tahan lama dibandingkan serat alam lainnya.

f) Kain linen dari serat flax memiliki permukaan yang halus sehingga mudah dicuci
dan disetrika

g) Daya pintal serat flax tergantung pada kadar lilinnya.

h) Serat linen tidak tahan terhadap asam dan basa.

i) Serat linen dapat dikelantang dengan baik.

j) Sukar dicelup dibandingkan dengan serat kapas.

Kegunaan Serat Linen

- Bahan pakaian dan tekstil kebutuhan rumah tangga.

- Benang jahit, jala, dan pipa pemadam kebakaran.

Gambar 7. Kain Terbuat Dari Serat Linen

Teknik pemeliharaan serat lenen yaitu:

13
- Serat lenen dapat dicuci dengan semua jenis sabun.

- Menghindari pengelantangan dengan chlor.

- Dijemur di tempat yang teduh atau dianginkan.

- Diseterika dengan panas tinggi, agar kekusutan serat ini hilang.

5. Serat Henep

Gambar 8. Serat Henep

Serat henep merupakan serat yang di ambil dari kulit pohon henep yang
dilepaskan dari batangnya seperti lenen atau batang tanaman Cannabis sativa. Henep
tumbuh ditanah lumpur berpasir yang cukup subur, gembur dan dapat mengalirkan
air dengan baik. Penanaman dalam bentuk biji, dalam bentuk barisan. Penuaian
dilakukan apabila daun bagian bawah mulai menguning yaitu 80-90 hari.

Sifat – Sifat Serat Henep


- Komposisinya : 75% selulosa, 17% hemi-selulosa, 0,9% pectin, 3,6% lignin, zat-
zat yang larut dalam air 2,7%, lilin 0,8%.

- Warnanya sangat muda dan berkilau, tetapi pada umumnya serat berwarna abu-
abu pucat kekuning-kuningan, kehijau-hijauan atau coklat, bergantung pada cara
pemisahannya.

- Kekuatan serat henep sama dengan serat flax atau bahkan lebih kuat dari flex
(25%) juga lebih kasar dan lebih tua warnanya, sehingga bisa digunakan untuk tali-
temali, karung dan kanvas.

- Serat henep tidak dapat dipintal atau dijadikan benang yang halus.

- Serat henep tahan terhadap pengaruh udara dan suhu yang lembab.

14
Kegunaan serat henep yaitu :

 Henep umumnya digunakan untuk tali temali, kanvas dan karung.


 Tenunan campuran antara serat henep dan lenan
 Tenunan campuran antara serat henep dan kapas, tenunan ini seperti sutera
asli.
6. Serat Goni

Serat goni berasal dari serat kulit pohon goni. Serat goni tidak
digunakan untuk bahan pakaian karena seratnya yang kasar. Umumnya serat ini
banyak dipakai untuk kebutuhan rumah tangga, seperti tenunan untuk permadani.

Sifat – Sifat Serat Goni


- Serat goni tidak kuat, tidak tahan terhadap udara yang lembab dan cahaya matahari.

- Serat goni tidak rata, berdebu dan kaku.

- Serat goni memiliki panjang 3 – 4 meter

- Serat goni bersifat higroskopis, akan tetapi dalam keadaan basah serat goni dapat
menjadi busuk.

- Serat goni tahan terhadap chlor

- erat goni sukar menghisap ketika dicelup.

- Kain kasur, kain kursi, dan tirai.

- Tenunan dasar pada permadani.

- Karung goni untuk kualitas serat goni yang buruk.

Kegunaan serat goni yaitu :

 Untuk kain kasur, kain kursi dan tirai.


 Tenunan dasar pada permadani atau linoleum
 Karung goni untuk kwalitas goni yang buruk.

7) Serat Rosella

15
Serat rosella adalah serat yang berasal dari tanaman Hibiscus Sabdariffa.
Kegunaan dari serat rosella yaitu digunakan untuk karung pembungkus gula dan
beras.

Sifat-sifat serat Rosella yaitu :

 Batang dan daun tanaman rosella berwarna hijau tua sampai kemerah-merahan.
 Bunganya berwarna putih, cream sampai kuning.
 Warna serat yang baik adalah cream sampai putih perah, berkilau dan kekuatan
cukup.
 Dalam keadan basah kekuatan serat rosella tetap
 Kekuatan serat rosella sedikit lebih rendah dari pada serat yute.
 Kegunaan serat rosella yaitu terutama untuk karung pembungkus gula dan
beras.

8) Serat Abaka (Henep Manila)

Gambar 9. Serat Abaka

Serat abaka sering juga disebut henep manila. Henep manila adalah serat
daun dari batang semu sebuah pohon yang menyerupai pohon pisang. Seratnya
terdapat pada pelapak daun tanaman abaka. Banyak di tanam di Philiphina, India,
Indonesia dan Amerika Tengah.

Sifat-sifat serat abaka

 Warna serat yang baik bervariasi dari putih sampai kuning gading, cream,
coklat muda, coklat tua sampai hampir hitam tergantung pada letak pelepah
daun pada batang.
 Tahan terhadap air laut.

16
 Mempunyai sifat mengambang yang baik.
 Kuat dan tahan tekukan.

Serat abaka digunakan antara lain untuk untuk bahan pakaian, untuk tali temali
dan kadang-kadang serat abaka dicampur dengan serat nilon dan ditenun menjadi
tenunan tembus terang.

9) Serat Sisal

Serat sisal adalah serat yang berasal dari daun tumbuh-tumbuhan agave
sisalana. Sisal adalah serat yang didapat dari daun tanaman Agavensi salana. Negara
penghasil sisal adalah Brazilia, Haiti, Mozambique dan Angola.

Sifat-sifat serat sisal yaitu:

- Serat sisal berwarna putih dan berkilau.

- Serat kaku.

- Kekuatan serat sisal sangat baik dan tahan terhadap air laut.

- Serat sisal digunakan sebagai bahan tali-temali.

b. Serat Hewan (Protein)

Serat hewan adalah serat yang berasal dari binatang seperti bulu biri-biri, unta,
kambing, dan kepompong sutera. Wol dan sutera adalah bahan yang berasal dari
serat protein. Pada umumnya serat dari protein lebih mudah dipengaruhi bahan-
bahan kimia dari pada serat sellulosa.

1) Wol

17
Gambar 10 .

Wol berasal dari bulu biri-biri, kelinci angora, rambut kuda atau
domba. Wol selain mengandung protein juga mengandung belerang. Wol telah
mulai dipakai lebih kurang 4000 tahun sebelum Masehi di Mesir.

Serat wol dapat dibagi atas wol halus, wol sedang dan wol kasar atau wol
permadani.
 Wol halus. Wol ini seratnya halus, lembut, kuat, elastis dan keriting
 Wol sedang.Sebagian besar wol sedang dihasilkan oleh biri-biri dari Inggris.
Serat wol ini lebih kasar, lebih panjang dan lebih berkilau dari wol halus.
 Wol Kasar.Wol kasar dihasilkan dari biri-biri yang berekor gemuk dan
berekor lebar. Warna serat ini bervariasi dari putih sampai hitam panjang dan
serat bagian dalam halus.

Sifat – Sifat Serat Wol

- Menyerap uap air yang tinggi dari udara. Besar kecilnya kadar uap air yang diserap
bergantung pada kelembaban udara.

- Berkilau, dengan perbedaan bergantung dari susunan permukaan serat, ukuran


serat, serat gelombang atau keriting.

- Keadaan basah, serat wol memiliki kekuatan berkisar antara 1,2 – 1,7 gram per
deniwe dengan mulur 30 – 40 %.

- Mempunyai elastis sempurna (di dalam air dingin).

- Daya pegas yang kuat, sehingga kain wol tidak mudah/dapat kusut.

- Panjang serat wol antara 4 – 35.

- Tidak tahan terhadap ngengat.

- Bahan pakaian pria dan wanita serat pakaian anak-anak.

- Keperluan alat-alat rumah tangga, seperti karpet kursi, tirai, selimut, dan lain
sebagainya.
18
- Keperluan industri, seperti piano, isolasi, sumbu lampu, dan sebagainya.

Teknik pemeliharaan bahan dari serat wol yaitu :


 Pakaian dari wol hendaklah disikat setelah dipakai untuk membuang debu dan
kotoran-kotoran yang menempel. Gunakan sikat yang lemas tetapi kuat supaya
bulu-bulu wol berdiri dan sifat pegasnya kembali.
 Gantung pakaian beberapa lama supaya kusutnya hilang dan bentuk kembali seperti
semula. Dengan menggantungkan pakaian di atas uap air panas dapat mempercepat
hilangnya kusut-kusut.
 Simpan kain wol dalam keadaan bersih dan kering.
 Mencuci wol harus dilakukan dengan hati-hati meskipun kain wol itu telah dibuat
tahan kusut. Pakaian cukup diremas-remas untuk mengeluarkan kotoran.
Membilasnya harus bersih.
Serat wol digunakan antara lain untuk :
 Wol dipergunakan untuk bahan pakaian pria dan wanita serta pakaian anak-anak.
 Untuk keperluan alat-alat rumah tangga seperti karpet, kursi, tirai, selimut dan lain-
lain.
 Untuk keperluan-keperluan industri seperti untuk piano, isolasi, sumbu lampu dan
lain-lain.

2) Serat Mohair (serat bulu kambing angora)

Sifat-sifat serat mohair hampir sama dengan serat wol. Sementara itu, serat mohair
mempunyai kegunaan yaitu untuk kain berbulu (selimut), pakaian musim panas, kain
rajut dan untuk kain penutup kursi dan permadani.

3) Serat Kasmer

Serat kasmer berasal dari bulu kambing kasmer yang berukuran lebih besar dari
angora dan mempunyai rambut atau bulu yang lurus.

4) Serat Unta

Serat unta berasal dari bulu unta yang memiliki sifat berupa kehalusan dan
kekuatan yang hampir sama dengan serat wol dan serat mohair.
19
5) Serat Ilama (Glama-Glama)

Serat ilama berasal dari binatang sejenis unta di daerah pegunungan Andes
(antara Peru dan Bolivia). Serat ini memiliki sifat-sifat berupa serat yang halus dan
warna yang bervariasi dari putih sampai hitam, dan cokelat.

6) Serat Alpaka
Serat alpaka hampir sama dengan serat ilama, hanya berukuran lebih kecil dan
mempunyai bulu yang lebih seragam serta mempunyai warna yang bervariasi dari
putih cokelat kekuning-kuningan dan berkilau.

7) Serat Vikuna
Serat vikuna berasal dari jenis ilama yang paling kecil dan mempunyai kekuatan
yang hampir sama dengan serat kasmer.

8) Serat Kelinci Angora

Serat bulu kelinci angora sudah lama dipergunakan di industri tekstil terutama
digunakan untuk pembuatan topi, kain rajut dan sebagai campuran serat wol atau
nylon.

9) Serat Sutera

Gambar 11. Kepompong Serat Sutera

Sutera adalah serat berbentuk filamen yang diperoleh dari sejenis serangga
yang disebut Lepidoptera. Serat tersebut dihasilkan oleh larva ulat sutera sewaktu
membentuk kepompong yaitu bentuk ulat sebelum menjadi kupu-kupu.

20
Sifat – Sifat Serat Sutera

- Benang sutera merupakan benang terhalus dari bahan-bahan tekstil asli dan terkuat
jika dibandingkan dengan bahan lain yang sama halusnya.

- Mempunyai kekuatan kusut sebesar 15% dalam keadaan basah.

- Mempunyai panjang filamen 300 – 1600 meter.

- Penampang berbentuk segitiga dengan sudut-sudut membulat, hal ini menyebabkan


sutera menjadi berkilau.

- Licin, lembut, kenyal, kuat dan dapat menyesuaikan diri dengan temperatur udara.

- Serat sutera bukan penghantar panas yang baik, tetapi serat sutera menyebabkan
rasa dingin apabila dipakai.

- Higroskopis atau menghisap keringat, baik untuk pakaian musim panas dan musim
dingin.

- Serat sutera tahan terhadap ngengat.

- Serat sutera dapat rusak terhadap sinar matahari, sehingga dapat menyebabkan
warna serat berubah menjadi kuning. Disarankan pada saat menjemur sutera (kain
sutera) tidak terkena cahaya/sinar matahari langsung.

- Serat sutera dapat rusak apabila terkena obat kelantang yang mengandung chlor,
dan dapat rusak dengan pemakaian seterika dengan panas 1100C. Disarankan pada
saat pemakaian seterika menggunakan panas kurang dari 1100C.

- Serat sutera tahan terhadap lindi, sehingga pada saat mencuci harus menggunakan
sabun lunak supaya tidak mengurangi kekilauan serat.

- Serat sutera tidak tahan terhadap asam. Pemakaian asam dapat menyebabkan warna
dan kilau serat menjadi luntur atau hilang.

Kegunaan serat sutera yaitu digunakan sebagai:

A. Bahan pakaian wanita, kaus kaki wanita, dasi, sapu tangan.

B. Keperluan alat-alat rumah tangga, seperti kain gorden, seprei, benang jahit,
benang sulam, isolasi listrik, kain parasut, senar alat-alat musik, dan sebagainya.
21
Untuk mengenal serat dari protein dapat dilakukan dengan membakar serat.
Serat protein jika dibakar akan berbau rambut atau tanduk terbakar dan meninggalkan
noda hitam.

c. Serat Mineral
Serat asbes adalah serat yang diperoleh dari batu karang (peridotite) yang
terletak jauh di bawah permukaan tanah yang tersusun dari besi, magnesium, dan
siliket. Akibat pengaruh tekanan yang tinggi dan air panas di dalam tanah yang
mengandung garam-garam dan karbondioksida menjadikan kristal-kristal dengan
berbagai bentuk, yang kemudian disebut dengan asbes. Asbes memiliki sifat-sifat
yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, hal ini disebabkan pembentukan
oleh alam dengan kondisi yang berlainan.

Sifat – Sifat Serat Asbes

- Serat asbes memiliki kemuluran yang sangat rendah, yaitu 1 – 3 %.

- Sedikit menyerap air.

- Serat asbes tahan terhadap panas dan api.

- - Serat asbes tahan terhadap asam.

- Kekuatan dan mulur asbes bervariasi, tergantung dari jenis, cara penambangan dan
pengambilan serat batunya.

- Serat asbes merupakan penghantar listrik dan panas yang buruk.

- Serat asbes tahan terhadap gesekan dan cuaca.

- Serat asbes menyerap suara, terutama frekuensi tinggi.

Serat asbes digunakan antara lain untuk benang, bahan pencampur atap, bahan
pembungkus, bahan penahan panas dan api, dan bahan pelapis rem dan kopling.

d. Serat Semi Sintetis


22
1) Rayon viskosa
digunakan untuk pakaian dan tekstil keperluan rumah tangga seperti kain tirai, kain
penutup kursi, taplak meja, seprai, kain renda. Kain-kain yang halus digunakan untuk
pakaian dan pakaian dalam. Rayon viskosa baik untuk kain lapis karena tahan gesekan,
berkilau dan licin. Campuran rayon viskosa dan polyester banyak digunakan sebagai
bahan pakaian

Sifat – Sifat Serat Semi Sintetis


- Kekuatan serat kira-kira 26 gram per denier dalam keadaan kering dan kekuatan
basahnya kira-kira 15%, dan kekuatan serat sebesar 25% dalam keadaan basah.

- Rayon viskosa tidak elastis, apabila benangnya mendapat suatu tarikan


mendadak, kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi, jadi
jika dicelup akan menghasilkan celupan yang tidak rata dan kelihatan seperti garis-
garis yang berkilau.

- Rayon viskosa mempunyai berat jenis 152.

- Rayon viskosa merupakan isolator listrik yang baik, tetapi uap air yang diserap
oleh rayon ini akan mengurangi daya isolasinya.

- Penyinaran terhadap rayon viskosa dapat menyebabkan kekuatannya berkurang.

- Rayon viskosa tahan terhadap seterika panas, tetapi akan berubah menjadi
kuning jika terlalu lama diseterika.

- Rayon viskosa lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas,
apabila dalam keadaan panas.

- Rayon viskosa tahan terhadap pelarut-pelarut untuk pencucian kering

Rayon viskosa pada umumnya digunakan sebagai bahan untuk pakaian dan
tekstil keperluan rumah tangga, seperti kain tirai, kain penutup kursi, taplak meja,
seprei, kain renda, dan baik digunakan untuk kain lapis karena tahan terhadap
gesekan, berkilau dan licin. Campuran rayon viskosa dan polyester banyak
digunakan sebagai bahan pakaian.

2) Rayon Kupramonium
23
Larutan kupramonium merupakan selulosa yang diregenerasi, sehingga sifat-
sifat yang dimiliki oleh rayon kupramonium sama dalam banyak hal dengan rayon
viskosa.

Sifat – Sifat Rayon Kupramonium


- Rayon kupramonium lebih halus yaitu 1,2 lenier per filamen.
- Kekuatan rayon kupramonium akan berkurang jika dalam keadaan basah.

- Rayon kupramonium lebih mulur pada keadaan basah.

- Mudah atau terbakar.

- Pada suhu 1800C dapat mengakibatkan serat ini rusak

- Kekuatannya berkurang oleh sinar matahari.

- Rayon kupramonium dapat rusak oleh alkali, tetapi dengan kadar alkali rendah
dan zat-zat oksidator.

- Memiliki sifat lemas dan drape (sifat gelombang) yang baik.

Rayon kupramonium digunakan untuk pakaian, kaus kaki wanita, pakaian dalam,
dan sebagainya. Pengujian terhadap rayon kupramonium dapat dilakukan dengan uji
pembakaran yang akan meninggalkan abu yang mengandung sedikit tembaga.

3) Rayon Asetat

Sifat - Sifat Rayon Asetat


- Daya mulur lebih besar dari daya mulur rayon.

- Rayon asetat memiliki kekuatan yang rendah dalam keadaan basah, kekuatan
susutnya mencapai 65%.

- Memiliki daya menghisap air yang rendah.

- Daya menghisap cat kurang, oleh karena itu dipergunakan cat istimewa untuk
asetat.

24
- Rayon asetat bukan penghantar panas yang baik.

- Rayon asetat tidak tahan terhadap panas. Pada temperatur tinggi, rayon asetat
mencair, dan setelah dingin menjadi beku dan kaku.

- Rayon asetat tidak tahan terhadap alkali, zat pemutih yang mengandung Chlor.

- Asetat larut dalam aseton.

- Mencuci harus dilakukan dengan cepat, karena kekuatannya dapat berkurang


apabila dalam keadaan basah.

- Menggunakan sabun yang tidak mengandung lindi.

- Dibilas dalam air suam-suam kuku.

- Diseterika setelah kering dan tidak perlu dibasahi. Apabila diseterika sewaktu
basah, bahan akan mengkilau.

- Diseterika dengan temperatur paling tinggi 1200C. Panas yang tinggi akan
menyebabkan bahan mencair dan melekat pada seterika, sehingga akan
menyebabkan kain berlubang.

Rayon asetat pada umumnya digunakan untuk pakaian wanita, tekstil keperluan
rumah tangga, lapisan pengeras kain (leher kemeja), isolasi listrik, penyaring pada
rokok, mengakukan kerah pada pakaian laki-laki atau wanita (trubenais/tenunan
kapas yang dilapisi asetat). Pengujian terhadap rayon asetat dapat dilakukan dengan
cara uji pembakaran, yaitu cepat terbakar dan mencair, meninggalkan bundaran
keras dan berbau asam.

Teknik pemeliharaan rayon asetat :

 Mencuci harus dilakukan dengan cepat karena kekuatannya berkurang dalam


keadaan basah
 Gunakan sabun yang tidak mengandug lindi.
 Dibilas dalam air suam-suam kuku.
 Disetrika setelah kering dan tidak perlu dibasahi. Jika disetrika sewaktu basah akan
terjadi kilau. Disetrika dengan temperatur paling tinggi 1200C. Panas yang lebih
tinggi menyebabkan bahan mencair, melekat pada setrika dan akan menyebabkan
kain berlubang.

25
4) Serat Gelas

Serat gelas terdiri atas 2 jenis serat, yaitu filamen dan staple dengan panjang rata-
rata 9 inci. Filamen gelas terbentuk dari pencampuran secara teliti bahan-bahan pasir
silikat, batu kapur, dan paduan mineral untuk pembuatan gelasnya. Staple glass
(benang) terbuat dari gelas yang tahan zat kimia.

Sifat –Sifat Serat Gelas


- Dalam keadaan panas, gelas tidak terbakar dan lembek dan meleleh, serta tidak
mengeluarkan asap atau gas yang mengganggu. Serat gelas tahan terhadap panas
sampai 5380C.

- Kekuatan serat akan bertambah apabila diameter makin kecil.

- Daya serap air sangat rendah.

- Bersifat sangat elastis.

- Memiliki ketahanan listrik yang sangat tinggi.

- Mempunyai sifat yang rapuh.

- Pada umumnya serat gelas tahan terhadap semua asam kecuali asam fluoride dan
cukup tahan terhadap alkali.

Sebagai bahan campuran dengan serat-serat alam yang lain, kain dari serat gelas
digunakan untuk kap lampu, saringan, kain kursi, taplak meja, kain gorden,
pembungkus kawat tembaga, sementara itu pita kain gelas digunakan untuk
pembungkus kabel listrik tegangan tinggi.

5) Serat Logam

Serat logam merupakan serat buatan yang terbuat dari logam. Serat logam
menghasilkan benang logam yang digunakan sebagai bahan penghias tekstil, baik
untuk keperluan rumah tangga maupun pakaian.

6) Serat Modal

26
Modal adalah nama generik untuk serat selulosa regenerasi yang dibuat dari pulp
pohon beech. Proses pembuatannya secara prinsip sama dengan rayon viskosa,
sehingga pada dasarnya merupakan serat rayon yang dimodifikasi. Serat ini
dikembangkan mula-mula sekali pada sekitar tahun 1930-an untuk kebutuhan
industri seperti kain pelapis ban, ban

e) Serat Sintetis
Bahan Polyester adalah salah satu jenis kain yang di buat melalui tahapan kimia
yang cukup panjang sehingga termasuk salah satu jenis kain sintetis. Singkatnya, bahan
polyester tidak di perolehkan secara alami dan juga tidak tersedia bebas di alam ini
seperti halnya bahan
wol,cutton dan berbagai jenis bahan dari hasil alam lainnya.

1) Serat Polinosik

Polinosik digunakan untuk bahan pakaian, kain tirai, vince atau moynel.

Sifat-Sifat Polinosik

- Derajat kepolimeran tinggi

- Kekuatan serat tinggi baik kekuatan basah maupun kering

- Daya mulur yang lebih rendah.

- Penggelembungan dalam air lebih kecil.

2) Serat Poliamida (Nylon)

Sifat – Sifat Nylon

- Kuat dan tahan terhadap gesekan.

- Isolator yang baik dan dapat menimbulkan sifat listrik static.

- Sifat kekuatan dan elastisitasnya serta ketahanannya sangat baik

27
- Daya mulur yang besar, kalau direngang sampai 8% benang akan kembali pada
panjang semula, akan tetapi jika terlalu regang maka bentuknya akan berubah.

- Kenyal, tidak mengisap lengas atau air, sehingga mudah kering.

- Pada umumnya tidak tahan terhadap panas atau suhu tinggi, pada suhu di atas
1800ºC mulai lengket, rusak di suhu 2300ºC dan meleleh di suhu 2500ºC

- Tahan terhadap lindi, alkali, tetapi tidak tahan terhadap chlor.

- Tahan terhadap air garam


- Tahan terhadap ngengat (serangga), cendawan (jamur) dan bakteri

- Memiliki daya serap kelembaban (moisture regain ) yang rendah

- Dapat dicelup dengan zat warna asam, namun dengan zat warna basa, direk,
belerang, dan bejana, ketahanan luntur cuci dan sinarnya jelek

Teknik pemeliharaan pada Nylon

- Apabila diseterika, disarankan untuk mencoba dengan temperature yang rendah

- Nylon berwarna putih hendaknya setelah dipakai segera dicuci karena nylon bisa
menjadi berwarna kuning

- Bahan nylon tidak perlu direndam terlalu lama, karena kotoran hanya bersifat
menempel.

- Mencuci dengan cara diremas-remas dalam air sabun suam-suam kuku dan bilas
dalam air suam-suam kuku tersebut.

- Gantung basah-basah sampai kering dan tidak perlu diperas.

3) Serat Poliester

Macam-Macam Polyester

1. Bahan woven
Bahan ini terlihat memiliki permukaan yang kasar, namun jika Anda merabanya
akan terasa halus. Bahan ini dibuat dari rajutan polyester yang digunakan untuk label
28
baju.
2. Bahan PE
Bahan ini menggunakan 100% polyester, tanpa dicampur dengan bahan apapun.
Umumnya digunakan untuk pakaian yang diproduksi secara massal, karena biaya
produksinya
relatif lebih terjangkau dibandingkan katun.
3. Bahan Lacoste CVC Pique
Bahan ini adalah campuran polyester dan katun. Karakteristiknya merupakan
kombinasi antara keduanya, yaitu memiliki daya serap keringat yang baik layaknya
katun dan juga tahan lama karena merupakan campuran polyester.
4. Bahan Lacoste PE Pique
Bahan ini merupakan bahan yang dibuat dari 100% polyester dan sering digunakan
untuk membuat baju berkerah atau yang dikenal dengan model polo. Pada permukaan
bahan ini, biasanya terlihat lubang pori-pori yang berukuran sama.

Sifat-Sifat Polyester
1. Tahan kusut, baik untuk pakaian wanita maupun pria.
2. Tahan cuci dan tidak kusut kalau dicuci.
3.Tahan obat Kelantang.
4. Lebih tahan sinar matahari daripada nylon.
5. Dapat ditekan dengan setrika panas (150° C), hingga terjadi lipatan tetapi dapat
dihilangkan
dengan panas yang sama. untuk membuat lipatan yang permanen diperlukan panas
210°C.
6. mempunyai sifat elastis yang baik.
7. Polyester berbentuk silinder dengan penampang lintang bulat.
8. Polyester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih.
9. Polyester meleleh di udara pada suhu 205° C dan tidak menguning pada suhu tinggi.
10. Polyester bertahan serangga, jamur dan bakteri
11. Dimensi poliester dapat distabilkan dengan cara pemantapan panas yang diatur pada
suhu
tertentu.

29
Karakteristik Bahan Polyester
1. Serat yang Lentur
2. Bahan polyester termasuk bahan yang sangat lentur. Meskipun lentur, bahan
polyester tidak mudah melar.
3. Awet dan Tidak Mudah Berkerut
4. Bahan polyester juga diklaim lebih awet jika dibandingkan jenis bahan lainnya.
Bahan ini juga tidak mudah kusut sehingga masa pakainya jauh lebih lama.
5. Buruk dalam Menyerap Keringat
6. Cukup buruk dalam hal menyerap keringat.
7. Menimbulkan Iritasi
8. Tahan terhadap Bahan Kimia
9. Cukup Mudah Terbakar
10. Anti Jamur dan Bakteri
sangat cocok jika Anda menggunakan bahan polyester untuk jenis barang yang
ditempatkan di kamar tidur, seperti halnya seprai, sarung, isian bantal,isian guling
maupun selimut
11.Mudah Kering

Perawatan Bahan Polyester

Perawatan terhadap bahan poliester yaitu dengan cara mencuci dengan air sabun dan
dibilas, tetapi tidak perlu diperas dan gantungkan hingga kering. Bahan ini tidak perlu
diseterika apabila sudah digantungkan dengan baik. Poliester banyak dipakai untuk
bahan pakaian, dasi, kain tirai, pipa pemadam kebakaran, tali temali, jala, kain layar,
terpal, tali-temali kapal, pakaian pelindung dalam pabrik yang banyak memakai asam-
asam, dan digunakan sebagai benang pada ban.

Contoh Bahan Dari Serat Polyester

1. Kain Spandek

30
ditemukan pada tahun 1958 oleh ahli kimia Joseph Shivers di Laboratorium Benger
DuPont di Waynesboro, Virginia. Karena serat ini bersifat (stretch) maka dari itu harus

dikombinasikan dengan serat lain seperti rayon, katun, atau serat lain

2. Kain Satin

Kain satin terbuat dari sutra halus dan benang katun serta serat buatan pabrik seperti
rayon, asetat, dan polyester. Tenun satin ditemukan di China lebih dari dua ribu tahun
yang lalu.

3. Kain Chiffon

Kain ini ditemukan pertama kali di Perancis pada tahun 1938, “chiffon” berasal dari
kata perancis yang artinya adalah ‘kain’. Kain ini memiliki permukaan yang cenderung
halus dan semi-transparan.

4. Kain Fleece

Kain ini berasal dari Massachusetts pada 1979 ketika Malden Mills dan Patagonia
mengembangkan Synchilla. Kain ini sering digunakan untuk dijadikan jaket karena
sifatnyayang menghangatkan.

5. Kain Scuba

31
Kain Scuba atau nama lainnya Neoprene ditemukan oleh para ilmuwan DuPont pada
17 April 1930 di Universitas Notre Dame.Kain ini berserat halus biasa digunakan
sebagai pakaian selam.

6. Kain Ripstop

Kain Ripstop merupakan kain tenun yang dalam penenunan menggunakan teknik
memperkuat khusus yang membuat mereka tahan terhadap robek dan merobek. ide di
balik kain ripstop pertama kali diusulkan selama Perang Dunia II.

7. TC(Teteron Cotton)

TC adalah Teteron Cotton sebagai percampuran polyester / cotton. Tetoron adalah


nama

poliester Jepang sekitar 40 tahun yang lalu. Kain ini biasa digunakan sebagai seragam

sekolah.

4) Serat Spandex

Spandex atau elastane adalah jenis serat buatan/sintetis jenis poliuretan dengan sifat-
sifat elastisitas yang sangat tinggi dan lebih baik dari robber, kuat, dan memiliki
ketahanan gosokan yang tinggi, mulur dan kemampuan kembali dari peregangan
yang sangat baik. Brandname yang paling dikenal dalam spandex adalah Lycra yang
merupakan trade mark dari Du Pont.

Umumnya spandex diproduksi dalam bentuk monofilament dengan penampang yang


bulat. Range nomor benang bervariasi dari 20D – 4300D. Misalnya jenis benang

32
spandex 20D dipakai dalam jenis kain yang sangat halus, semakin besar nomor
benang semakin berat kain yang dihasilkan. Sifat-sifat kain dengan menggunakan
spandex bahkan dapat mencapai tingkat elastisitas dengan tarikan sampai 500

BENANG TEKSTIL

A. Pengertian Benang Tekstil


Benang (Yarn) adalah jajaran serat yang disatukan melalui proses pemintalan
(spinning), memiliki pilinan (twist) yang menyebabkan seratserat tersebut satu dengan lainnya
saling berkaitan secara kontinue membentuk benang. Benang juga dapat diartikan sebagai
kumpulan seratserat yang telah mendapat gintiran ataupun rangkapan dan memiliki bentuk
memanjang.

B. Macam Macam Benang Tekstil

Macam-macam jenis benang dapat dikelompokkan menjadi tujuh (7) berdasarkan jenis serat,
panjang serat, cara pembuatan, kegunaan, struktur, twist, dan kehalusan benang.

Tabel 8. Pengelompokan Jenis Benang Tekstil


Pengelompokan Benang Berdasarkan:
Jeni Panjan Cara Kegunaan Struktur Twist Kehalusan
s g Pembuata
sera serat n
t
Benang: Benang: Benang: Benang: Benang: Benang: Benang:
- Katun - Pintal/st - Carded - Rajut - Tunggal - S - Halus
- Tetoron a ple - Combed - Jahit - Rangkap - Z - Kasar
/ - Filament - Open End - Obras - Gintir - Norma
Polieste - Jet Spining - Lusi - Monofil l twist
r - High Twist - Pakan a ment - Hig
- Sutera - Textured - Kasur - Multifila h
- Wool - Hias m ent twis
- Linen - Campuran t
- Rayon - Hias
- Nylon - Kepang
- Acrilic
-PC
-RL
-RC
-TR

33
Berdasarkan jenis seratnya yaitu dilihat dari asal bahannya maka benang tekstil dapat
dibedakan menjadi

1. Benang Cotton, terbuat dari serat kapas


2. Benang Rayon, terbuat dari serat rayon
3. Benang Tetoron atau Polyester, terbuat dari serat poliester
4. Benang Acrylic, terbuat dari serat akrilik
5. Benang Wool, terbuat dari serat wool
6. Benang Sutera, terbuat dari serat sutera
7. Benang Linen, terbuat dari serat linen
8. Benang PC, terbuat dari campuran serat Polyester/Cotton
9. Benang RL, terbuat dari campura serat Rayon/Linen
10. Benang RC, terbuat dari campuran serat Rayon/Cotton
11. Benang TR, terbuat dari campuran serat Tetoron/Rayon
Berdasarkan panjang seratnya, maka benang tekstil dapat dibedakan menjadi:

1. Benang Pintal (spun yarn), yaitu berasal dari serat staple;

2. Benang Filamen (filament yarn), yaitu berasal dari serat berbentuk filament.

Berdasarkan cara pembuatannya, maka benang tekstil dapat dibedakan menjadi:

(1) Benang Carded, yaitu benang garu (kasar) dari hasil proses carding

(2) Benang Combed, yaitu benang sisir (halus) dari hasil proses combing

(3) Benang Open End, yaitu benang dari hasil akhir proses pembuatan benang

(4) Benang Jet Spining, yaitu benang dari hasil pemintalan

(5) Benang bertwist tinggi (high twist), yaitu untuk membuat kain crepe

(6) Benang tekstur (textured yarn) , misalnya untuk pembuatan kain georgette

Berdasarkan kegunaannya, maka benang tekstil dapat dibedakan menjadi:

(1) Benang Rajut/knitting, yaitu digunakan untuk membuat kain rajut

34
(2) Benang Jahit (sewing thread), yaitu digunakan untuk menjahit

(3) Benang Obras, yaitu digunakan untuk menyelesaikan tepi kain dengan cara diobras

(4) Benang Lusi/warp, yaitu benang yang berfungsi sebagai benang lusi saat proses penenunan

(5) Benang Pakan/weft, yaitu benang yang berfungsi sebagai benang pakan saat proses
penenunan

(6) Benang Kasur, yaitu benang yang digunakan untuk membuat/menjahit kasur kapok

(7) Benang Hias, yaitu benang yang digunakan untuk menghias kain.

Berdasarkan strukturnya, maka benang tekstil dapat dibedakan menjadi:

(1) Benang Tunggal (single yarn), yaitu produk yang dihasilkan oleh mesin pintal dengan jalan
memintal serat tekstil yang pendek atau benang satu filament atau memilin dua atau lebih
filament

(2) Benang Rangkap (double yarn), yaitu benang yang dibuat dari dua atau lebih benang
tunggal yang disejajarkan dan tidak dipintal benang yang dibuat dari dua atau lebih benang
tunggal yang disejajarkan dan tidak dipintal.

(3) Benang Gintir (ply yarn), yaitu benang yang dibuat dari dua atau lebih benang tunggal
yang dipintal bersama.

(4) Benang Mono Filament

(5) Benang Multi Filament

(6) Benang Campuran/Blended yarn

(7) Benang Hias/fancy yarn (slub yarn)

(8) Benang kepang (cable yarn) adalah benang yang diperoleh dengan memintal paling sedikit
dua benang gintir atau memintal satu atau lebih benang gintir dengan satu atau lebih benang
tunggal.

Berdasarkan twist (Gintiran/antihan/puntiran/pilinan) yaitu menjadi:

35
(1) Benang twist arah S, yaitu twist yang arah membukanya ke kiri (berlawanan arah jarum
jam).

(2) Benang twist arah Z, yaitu twist yang arah membukanya ke kanan (searah jarum jam).

(3) Benang dengan twist normal;

(4) Benang dengan twist tinggi (High twist).

Banyaknya twist pada benang ditentukan dengan satuan:

- TPM (Twist Per Meter): yaitu banyaknya twist pada benang setiap panjang satu meter. Satuan
ini biasanya digunakan untuk benang-benang filament.

- TPI (Twist Per Inch), yaitu banyaknya twist pada benang setiap panjang satu inch. Satuan ini
biasanya digunakan untuk benang-benang spun.

Sedangkan jenis benang tekstil berdasarkan kehalusannya meliputi:

(1) Benang halus (fine count)

(2) Benang kasar (coarse count)

Berikut adalah beberapa jenis benang yang sering dipakai dalam pembuatan busana baik
busana industri mauun busana custome-made, yaitu antara lain meliputi benang jahit, benang
obras, dan benang hias. Benang jahit berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian pola
sebuah baju.

36
Gambar 17. Benang Jahit

Tabel 9. Macam-Macam Jenis Benang Jahit

Jenis benang Jahit Keterangan


Benang jahit katun dibuat dari proses spinning serat cotton 100%
(cotton thread)
Benang jahit spun dibuat dari spinning chemical fibers (seratnya berasal
(Spun thread) dari serat pendek (spun) serat polyester atau
benang spun cotton)
Benang jahit dibuat dari twisting serat filament polyester
polyester (polyester
thread)
Benang jahit nylon dibuat dari serat nylon filament, memiliki sifat
(bulk nylon thread): stretchy dan elastic.

C. Penomoran Benang

Untuk menyatakan kehalusan suatu benang tidak dapat dengan mengukur garis tengahnya,
sebab pengukurannya diameter sangat sulit. Biasanya untuk menyatakan kehalusan suatu
benang dinyatakan dengan perbandingan antara panjang dengan beratnya. Perbandingan
tersebut dinamakan nomor benang.

Satuan-satuan yang dipergunakan

Untuk mempermudah dalam perhitungan, terlebih dahulu harus dipelajari satuan- satuan yang
biasa dipergunakan dalam penomoran benang. Adapun satuan-satuan tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Satuan panjang

1 inch (1”) = 2,54 cm 12 inches = 1 foot (1’) = 30,48 cm 36 inches = 3 feet = 1 yard = 91.44
cm 120 yards = 1 lea = 109,73 m 7 lea’s = 1 hank = 840 yards = 768 m.

37
b. Satuan berat

1 grain = 64,799 miligram 1 pound (1 lb) = 16 ounces = 7000 grains = 453,6 gram 1 ounce (1
oz) = 437,5 grains Ada beberapa cara yang dipakai untuk memberikan nomor pada benang.
Beberapa negara dan beberapa cabang industri tekstil yang besar, biasanya mempunyai cara-
cara tersendiri untuk menetapkan penomoran pada benang. Tetapi banyak negara yang
menggunakan cara-cara penomoran yang sama. Pada waktu ini, ada bermacam-macam cara
penomoran benang yang dikenal, tetapi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua cara yaitu : -
Penomoran benang secara

tidak langsung dan - Penomoran benang secara langsung.

2. Penomoran Benang Secara Tidak Langsung

Pada cara ini ditentukan bahwa makin besar (kasar) benangnya makin kecil nomornya, atau
makin kecil (halus) benangnya makin tinggi nomornya. Penomeran cara Tidak Langsung
dinyatakan sebagai berikut :

nomor = Panjang ( P ) Berat ( B )

a. Penomoran Cara Kapas (Ne 1 )

Penomoran ini merupakan penomoran benang menurut cara Inggris. Cara ini biasanya
digunakan untuk penomoran benang kapas, macam-macam benang stapel rayon dan benang
stapel sutera. Satuan panjang yang diguanakan ialah hank, sedang satuan beratnya ialah pound.
Ne 1 menunjukkan berapa hanks panjang benang untuk setiap berat 1 pound. Penomeran cara
Kapas dinyatakan sebagai : Ne 1 = Panjang (P)dalam hank

Berat (B) dalam pound

a. Penomoran Cara Worsted (Ne 3)

Penomoran dengan cara ini dipakai untuk benang-benang wol sisir, mohair, alpaca, unta dan
cashmere. Satuan panjang yang digunakan ialah 360 yards, sedang satuan beratnya ialah pound.
Ne 3 menunjukkan berapa kali 560 yards panjang benang setiap berat 1 pound. Penomeran cara
Worsted dinyatakan sebagai berikut : Ne 3 = Panjang (P)dalam 560 yards Berat (B) dalam

38
pound

b. Penomoran Cara Wol (Ne 2 atau Nc)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran jute dan rami. Nc untuk : wol. Satuan
panjang yang digunakan ialah 300 yards, sedangkan satuan beratnya ialah pound. Ne 2 atau Nc
menunjukkan berapa kali 300 yards panjang benang untuk setiap berat 1 pound. Penomeran
cara Wol dinyatakan sebagai berikut : Ne 2 = Panjang (P)dalam 300 yards Berat (B) dalam
pound

c. Penomoran Cara Metrik (Nm)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan panjang
yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nm menunjukkan berapa
meter panjang benang untuk setiap berat 1 gram. Penomeran cara Metrik dinyatakan sebagai
berikut : Nm = Panjang (P)dalam meter Berat (B) dalam gram

d. Penomoran Benang Cara Perancis (Nf)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang kapas. Satuan panjang 23 yang
digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nf menunjukkan berapa meter
panjang benang untuk setiap berat 1⁄2 gram.

Penomeran cara Perancis dinyatakan sebagai berikut : Nf = Panjang (P)dalam meter Berat (B)
dalam 12⁄ gram

e. Penomoran Benang Cara Wol Garu (Ne 4)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang wol garu dan semacamnya.
Satuan panjang yang digunakan ialah 256 yards, sedang satuan beratnya ialah pound
Penomeran cara Wol Garu dinyatakan sebagai berikut:

Ne = P (dalam 256 yard) B (dalam pound)

3. Penomoran Benang Secara Langsung

Cara penomoran ini kebalikan dari cara penomoran benang secara tidak langsung. Pada cara
39
ini makin kecil (halus) benangnya makin rendah nomornya, sedangkan makin kasar benangnya
makin tinggi nomornya. Penomeran cara Langsung dinyatakan sebagai berikut

Nomor = Berat (B)

Panjang (P)

a. Penomoran Cara Denier (D atau Td)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang- benang sutera, benang
filamen rayon dan benang filamen buatan lainnya. Satuan berat yang digunakan ialah gram,
sedang satuan

panjangnya ialah 9000 meter. D atau Td menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap
panjang 9000 meter.

Penomeran cara Denier dinyatakan sebagai berikut:

D = B (brt) dalam gram

P (pjg) dalam 9000 meter

b. Penomoran Cara Tex (Tex)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan berat
yang digunakan ialah gram, sedangkan satuan panjangnya ialah 1000 meter. Tex menunjukkan
berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter. Penomeran cara Tex dinyatakan
sebagai berikut:

Tex= B (brt) dalam gram

P (pjg) dalam 1000 meter

c. Penomoran Cara Jute (Ts)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang jute. Satuan berat yang
digunakan ialah pound, sedang satuan panjangnya ialah 14.400 yard. Ts menunjukkan berapa
pound berat benang untuk setiap panjang 14.400 yards. Penomeran cara Jute dinyatakan

sebagai berikut:

Ts = B (dalam pound)

40
P dalam 14.400 yard
D. Proses Pembuatan Benang

1. Sistem Pintal Flyer

Alat ini terdiri dari suatu spindel yang dapat diputar melalui roda pemutar spindel

(1). Pada ujung spindel tersebut diterapkan flyer (2), sehingga bila spindel berputar, maka flyer
juga turut ber putar. Bobin (3) dimana poros spindel dimasukkan, dapat ber putar bebas dan
dapat diputar tersendiri melalui roda pemutar bobin (4). Waktu proses berlang sung, kelompok
serat melalui puncak flyer, keluar melalui lu bang saluran benang (6) secara radial, lalu
dibelitkan

melalui kait pengantar benang (5) dari sa yap flyer ke bobin (3) untuk digulung. Bobin dan
flyer ber pu tar sama arah nya tetapi bobin lebih cepat, sehingga terjadi penggulungan.
Sedangkan pu taran flyer dipakai untuk mem berikan antihan pada benang.

Keterangan:

1) Roda Pemutar Spindel

2) Flyer

3) Bobin

4) Roda Pemutar Bobin

5) Kait Pengantar Benang

6) Lubang Saluran Benang

Sistem ini digunakan untuk memintal serat-serat panjang seperti flax, henep, wol yang panjang
dan sebagainya. Dalam pembuatan benang kapas, biasanya mesin roving sebelum mesin pintal
benang yang sesungguhnya.

2. Sistem Pintal Mule

Sistem pintal mule ini menggunakan prinsip seperti pembuatan benang dengan kincir. Kalau
pada pembuatan benang dengan kincir peregangan serat-serat dan penggulungan benang
dilakukan dengan menjauhkan tangan yang memegang gumpalan serat dan mendekatkan pada
spindel pada waktu penggulungan benang, tetapi pada proses dengan sistem mule, spindelnya
yang digerakkandan mendekatkan pada waktu penggulungan. Sistem ini banyak digunakan
41
untuk membuat benang dari wol yang kasar sampai yang halus.

3. Sistem Pintal Cap

Cap atau topi yang berbentuk seperti bel (1) yang dapat diletakkan pada ujung

spindel (2). Karena poros bobin menyelubungi spindel, maka bobin dapat diputar

walaupun spindelnya diam. Pada spindel diterapkan leher 3 yang dilekatkan pada

roda 4 dimana terdapat bobin 5, sehingga roda 4, leher 3 dan bobin dapat berputar

bersamasama. Benang yang berasal dari rol depan melalui pengantar digulungkan

pada bobin 5 dengan bergeser pada bobin Cap 1. Karena terjadi gesekan antara

benang dan bibir Cap, maka dengan berputarnya bobin, benang dapat tergulung.

Bibir Cap berfungsi sebagai pengantar benang. Putaran benang mengelilingi bibir

Cap, menghasilkan putaran atau antihan pada benang. Sistem in banyak

digunakan pada pembuatan benang dari wol.

Keterangan :

1) Cap atau topi

2) Spindel

3) Leher Spindel

4) Roda Pemutar Benang

5) Bobin

4. Sistem Pintal Ring

Dipakai terutama untuk seratserat yang relatif pendek, terutama serat kapas. Prinsipnya dapat
diikuti pada gambar 5.3. Spindel (1) diputar melalui pita. Bobin (4) yang berlubang dapat
dimasukkan ke spindel sedemikian, sehingga kalau spindel berputar bobin turut pula berputar.
Melingkari bobin tersebut terdapat ring (3) yang terletak pada landasan ring (2) yang dapat
naik turun. Pada bibir ring dimasukkan semacam cincin kecil berbentuk “C” yang disebut
traveller (5) dan berfungsi sebagai pengantar benang selama penggulungan. Agar benang tidak
mengenai ujung spindel selama dipintal, maka diatas spindel dipasang pengantar benang (6)
yang berbentuk seperti ekor babi. Benang dari rol depan melalui pengantar benang (6)
42
selanjutnya digulung ke bobin yang lebih dahulu melalui traveller (5). Karena bobin berputar
maka traveller turut berputar mengelilingi bibir ring. Oleh sebab traveller mengalami gesekan,
maka putaran bobin lebih cepat dari pada traveller, sehingga terjadilah penggulungan benang
pada bobin dan bersamaan dengan itu putaran traveller memberikan antihan pada benang.

Keterangan :

1) Spindel

2) Landasan Ring

3) Ring

4) Bobin

5) Traveller

6) Pengantar benang

7) Pemisah

Dasar-dasar perhitungan mengenai jumlah antihan, arah antihan dan hal-hal yang berhubungan
dengan pemintalan ini akan diuraikan pada bab tersendiri.

5. Sistem Pintal Open-end

Sistem pintal Open-end adalah cara pembuatan benang dimana bahan baku setelah mengalami
peregangan seolah-olah terputus (terurai kembali) sebelum menjadi benang. Berbeda dengan
sistem yang diuraikan terdahulu, maka pada sistem ini pemberian antihan tidak menggunakan
putaran spindel tetapi dengan cara lain yaitu dengan menggunakan gaya aerodinamik yang
dihasilkan oleh putaran rotor.

Keterangan :

1) Corong

2) Rol penyuap

3) Rol pengurai

4) Pipa

5) Rotor

6) Saluran

7) Rol pelepas
43
8) Rol penggulung

Ditinjau dari panjang serat yang digunakan maka cara pembuatan benang digolongkan
menjadi tiga sistem, yaitu:

• Pembuatan Benang Sistem Serat Pendek

• Pembuatan Benang Sistem Serat Sedang

• Pembuatan Benang Sistem Serat Panjang

6. Pembuatan Benang Kapas

Ditinjau dari segi besarnya regangan atau urutan proses maka cara pembuatan benang kapas
ada beberapa macam, yaitu:

• Cara memintal dengan regangan biasa.

• Cara memintal dengan regangan tinggi.

• Cara memintal dengan regangan sangat tinggi.

jenis kain yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

 Kain Tenun:
Ddiperoleh dengan cara menenun/menyilangkan (weaving) benang lusi (warp) yaitu benang
yang sejajar dengan pinggir kain dan benang pakan (weft, filling) yaitu benang yang tegak
lurus terhadap pinggir kain.

 Kain Rajut (Knitted fabric):

Kain yang dibuat dengan cara membentuk jeratan dengan alat yang terdiri dari jarum-jarum
rajut (mesin rajut), atau jenis kain yang diperoleh dengan cara merajut (knitting) sehelai
benang atau lebih sehingga terbentuk jeratan (loops).
 Kain Tule:

Kain tule dibuat dari sutera asli, sutera tiruan, wol atau nilon, dan pada umumnya bukan dari
bahan kapas. Produk tule seperti ini disebut sebagai klambutule.
 Kain Jala:

Kain jala yaitu kain yang dibuat dengan cara mengikatkan benang satu sama lainnya.
 Kain berlapis:

44
Kain berlapis adalah kain yang diperoleh dengan menyatukan dua lembar atau lebih dengan
perekat atau pelapisan foam plastik atau sheet.
 Kain tidak ditenun (non woven fabric):

Kain tidak ditenun adalah kain yang dibuat dengan cara pengepresan serat- serat ke dalam
bentuk lembaran dengan bantuan perekat atau plastik, atau dapat juga dibuat dengan mengempa
langsung seratnya, contohnya kain kempa. Kain kempa adalah kain yang dibuat dari serat yang
dikempa dengan bahan tambahan perekat. Kain kempa pada umumnya sedikit tebal. Terdapat
juga yang dibuat dengan penambahan kain lapis atau penyatuan seratnya menggunakan
perekat, salah satu produknya disebut sebagai kain khusus dengan penggunaan terbatas, seperti:
(1) tas dan karpet; (2) upholstry atau lenan rumah tangga; (3) tapestry atau bahan pelengkap
rumah tangga seperti keset dan lap pel.
Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa proses pembuatan kain bukan tenun (non woven fabric)
yang berupa lembaran, bukan melalui proses pertenunan atau perajutan tetapi melalui proses
pembentukan web dan pengikatan strukturnya. Web adalah lembaran lapisan serat yaitu suatu
bahan berupa lembaran yang terdiri dari sekelompok serat yang diperoleh melalui proses
carding, melt spinning, dan proses yang mirip dengan teknologi pembuatan kertas. Pembuatan
kain non woven ini juga bisa dengan cara fusing (pelelehan sifat thermoplastic serat) dan
bonding (pengikatan serat).

45
BAHAN TEKSTIL

A. Pengertian Bahan Tekstil

Tekstil berasal dari bahasa latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau tenunan. Namun
secara umum tekstil diartikan sebagai sebuah barang/benda yang bahan bakunya berasal dari
serat (umumnya adalah kapas, poliester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi benang dan
kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi kain yang setelah
dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan baku produk tekstil. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa bahan tekstil atau sering disebut kain merupakan bahan baku
(raw material) pembuatan busana/fashion.

B. Klasifikasi Bahan Tekstil

1) Jenis kain berdasarkan jenis serat, yaitu meliputi:


a) Kain Cotton, yaitu kain yang terbuat dari serat kapas
b) Kain Rayon, yaitu kain yang terbuat dari serat rayon
c) Kain TR, yaitu kain yang komposisinya terdiri dari tetoron dan rayon
d) Kain TC, yaitu kain yang komposisinya terdiri dari tetoron dan katun
e) Kain Wool, yaitu kain yang terbuat dari serat wool
f) Kain Sutera, yaitu kain yang terbuat dari serat sutera

2) Jenis kain berdasarkan pemakaian, yaitu terdiri dari:


a) Kain untuk pakaian/clothing
b) Kain untuk industri/industry
c) Kain untuk rumah tangga/house hold
d) Kain untuk keperluan militer/military
e) Kain untuk pekerjaan sipil (geotextile)

3) Jenis kain berdasarkan anyaman, yaitu meliputi:


a) Anyaman dasar: Kain polos, Kain twill/keper, Kain sateen
b) Anyaman turunan
c) Anyaman motif/hias/fancy: Kain dobby, Kain leno, Kain jacquard, Kain pile

46
4) Jenis kain berdasarkan berat, yaitu terdiri dari:
a) Kain berat (heavy)
b) Kain sedang (medium)
c) Kain ringan (light)

5) Jenis kain berdasarkan pembuatan, yaitu terdiri dari:


a) Kain tenun (woven fabric)
b) Kain rajut (knitted fabric)
c) Kain bukan tenun (non woven )
d) Kain kempa (felted Fabric)

6) Jenis kain berdasarkan pewarnaan, meliputi:


a) Kain celup (dyeing)
b) Kain cap (printing)

7) Jenis kain berdasarkan finishing penggunaan, meliputi:


a) Kain tahan air (water proof)
b) Kain tahan api (Fire Proof)
c) Kain anti jamur
d) Kain anti kusut (anti crease)
e) Kain anti bau, dll

Selanjutnya, berikut akan diuraikan tentang berbagai jenis kain yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan.
1. Kain Tenun:
Kain tenun ini diperoleh dengan cara menenun/menyilangkan (weaving) benang lusi (warp)
yaitu benang yang sejajar dengan pinggir kain dan benang pakan (weft, filling) yaitu benang
yang tegak lurus terhadap pinggir kain.

2.Kain Rajut (Knitted fabric):


Kain rajut adalah kain yang dibuat dengan cara membentuk jeratan dengan alat yang terdiri
dari jarum-jarum rajut (mesin rajut), atau jenis kain yang diperoleh dengan cara merajut
(knitting) sehelai benang atau lebih sehingga terbentuk jeratan (loops).

47
3. Kain Tule: Kain tule dibuat dari sutera asli, sutera tiruan, wol atau nilon, dan pada
umumnya bukan dari bahan kapas. Produk tule seperti ini disebut sebagai klambutule. Dalam
pemeriksaan kain tule perlu diperhatikan pertama jenis serat, kemudian jenis jeratan, dan
motif tambahan kain.

4.Kain Jala: Kain jala yaitu kain yang dibuat dengan cara mengikatkan benang satu sama
lainnya.
5. Kain berlapis: Kain berlapis adalah kain yang diperoleh dengan menyatukan dua lembar
atau lebih dengan perekat atau pelapisan foam plastik atau sheet.
6.Kain tidak ditenun (non woven fabric): Kain tidak ditenun adalah kain yang dibuat dengan
cara pengepresan seratserat ke dalam bentuk lembaran dengan bantuan perekat atau plastik,
atau dapat juga dibuat dengan mengempa langsung seratnya, contohnya kain kempa. Kain
kempa adalah kain yang dibuat dari serat yang dikempa dengan bahan tambahan perekat.
C. karakteristik Bahan Tekstil
a. Konstruksi Kain Tenun:

Kain tenun ini diperoleh dengan cara menenun/menyilangkan (weaving) benang lusi (warp)
yaitu benang yang sejajar dengan pinggir kain dan benang pakan (weft, filling) yaitu benang
yang tegak lurus terhadap pinggir kain. Berdasarkan konstruksi silang dasar tenun/anyaman
yang menyusun kain tenun tersebut, maka ada 3 macam jenis silang dasar tenunan, yaitu: (1)
anyaman/silang polos (plain weave); (2) Anyaman/silang kepar /keper (twill weave); dan (3)
Anyaman/silang satin (sateen weave).
i. Anyaman/silang polos (plain weave):

Merupakan silang yang paling sederhana dan paling banyak dipakai orang. Penyilangan antara
benang lusi dan pakan bergantian. Anyaman ini paling banyak silangannya dibandingkan
dengan anyaman-anyaman lainnya. Oleh karena itu relatif paling kokoh diantara silang lainnya.
Hanya saja, pada kain kemungkinan jumlah benang setiap incinya relatif lebih sedikit daripada
anyaman lain. Terlalu banyak benang akan menghasilkan kain yang kakuGambar 23.

48
Konstruksi Kain Tenun dengan Silang Polos

(Pola Anyaman Polos/plain weave) (Kain tenun dengan anyaman polos)

b.) Anyaman/silang kepar /keper (twill weave):

Anyaman/silang kepar adalah anyaman yang diperoleh dengan melakukan silangan tiap lusi
terhadap pakan, bisa dua atas satu bawah , , , dan sebagainya, dan silangan-silangan pada lusi
berikutnya meloncat 1, 2, atau 3 helai pakan, sehingga dengan cara begitu dihasilkan kain yang
berefek lusi atau pakan berupa garis diagonal. Anyaman ini relatif lebih rapat dari pada
anyaman polos, sehingga banyak dipakai untuk konstruksi kain yang lebih tebal dan dengan
jumlah benang yang lebih banyak sehingga kain yang dihasilkan akan lebih kuat. Contoh kain
dari jenis silang kepar (Twill) ini adalah: jean, denim, gabardine, dan lain-lain.

Gambar 24. Konstruksi Kain Tenun dengan Silang Kepar

c.) Anyaman/silang satin (sateen weave):

Anyaman ini mempunyai silangan-silangan yang paling sedikit dan cucukan merata, sehingga
anyaman ini menghasilkan kain yang permukaannya rata dan berkilau. Ditinjau dari sudut
jumlah silangannya, maka anyaman satin tidak begitu kokoh. Contoh produk tekstil dari jenis
silang satin antara lain: satin, damast, dan lain-lain.
huj

49
Gambar 25. Konstruksi Kain Tenun dengan Silang Satin

Jenis jenis kain tenun diantaranya adalah:

- Kain untuk bF baahan pakaian, yaitu kain yang pada pembuatannya


dipentingkan kenampakan dan kenyamanannya.
- Pita, yaitu kain tenun yang lebarnya kecil dibuat pada mesin tenun khusus.

- Kain mekanis, yaitu kain dengan anyaman sederhana dimana yang diperlukan adalah
kekuatan dan sifat-sifat mekaniknya, sedangkan kenampakan (appearance) adalah nomor
dua.
- Kain permadani, yaitu kain yang dibuat pada mesin tenun permadani.

- Kain rangkap, yaitu kain yang ditenun dengan menggunakan dua seri lusi (atas bawah) dan
satu seri pakan atau satu seri lusi dan dua seri pakan (atas dan bawah) atau dua seri lusi dan
dua seri pakan yang hasil kainnya tebal dan berat. Kain rangkap ini dapat membentuk kain
yang berupa pipa, kantong, dan sebagainya. Diantaranya ada yang menggunakan benang-
benang pengisi supaya tebal, berat, dan kuat, misalnya untuk tali ransel, ikat pinggang, dan
sebagainya.

b. Konstruksi Kain Rajut (Knitted fabric):

Kain rajut adalah kain yang dibuat dengan cara membentuk jeratan dengan alat yang terdiri
dari jarum-jarum rajut (mesin rajut), atau jenis kain yang diperoleh dengan cara merajut
(knitting) sehelai benang atau lebih sehingga terbentuk jeratan (loops). Dengan demikian,
prinsip pembuatan

kain rajut adalah pembentukan jeratan benang secara berulang-ulang dengan bantuan jarum
rajut. Perajutan pada awalnya dikerjakan dengan batang pengait benang dari kayu yang

50
dikenal dengan cara pembuatan brein, kemudian menggunakan batang besi berkait disebut
hakpen yang dikenal dengan cara merenda. Ada tiga macam kain rajut, yaitu: (1) Kain rajut
pakan; (2) Kain rajut lusi; dan (3) Kain rajut pakan atau lusi
(1) Kain rajut pakan, yaitu kain yang dibentuk dengan jeratan-jeratan dari helai benang yang
horizontal arahnya, dengan menggunakan mesin rajut pakan (weft knit).

Gambar 26. Konstruksi Weft Knit

(2) Kain rajut lusi, yaitu kain yang dibentuk dengan jeratan-jeratan dari helai benang yang
vertikal, dengan menggunakan mesin rajut lusi (warp knit)

Gambar 27. Konstruksi Warp-knitga

(3) Kain rajut lusi atau pakan, yaitu kain yang dibentuk dengan jeratan- jeratan dari benang
yang vertikal, tetapi dimasukkan juga benang- benang arah horizontal

karakteristik kain tenun dibandingkan dengan jenis kain yang lain adalah:
(1) densitinya dari yang light (ringan, tidak padat) sampai kepada yang heavy (berat, padat);
(2) kestabilan dimensinya lebih baik dan kurang elastis;
(3) mulurnya kurang; dan
(4) digunakan pada garmen untuk outware (casual maupu formal).
Karakteristik kain rajut (knitted fabric) dibandingkan dengan jenis kain yang lain :

51
(1) densitinya dari yang light (single knit) sampai yang heavy (double knit);

(2) elastisitasnya tinggi;

(3) mulur tinggi; dan

(4) digunakan pada garmen untuk sportware, underware juga outware.

Karakteristik dari beberapa kain yang biasa digunakan sebagai bahan baku busana :
c. Trimfit, tidak mudah kusut, memiliki stabilitas bentuk yang baik, tidak perlu disetrika,
lebih cepat kering dibanding bahan yang terbuat dari 100% cotton
d. Quick Dry, menyerap keringat dengan cepat dari permukaan kulit dan kemudian difusikan
keluar melalui serat kapas dan keluar melalui serat kain
e. Spandex, daya elastisitas kain bisa mencapai 4-7 kali dari panjang normalnya dan kembali
ke ukuran normal jika tarikan dihilangkan
f. Thermotron, fungsi kain yang mampu mengubah sinar UV dari matahari menjadi panas,
mengumpulkan dan mengatur panas dari tubuh sehingga akan tetap terasa hangat dan bahan
ini cocok untuk jaket.

C. Pemilihan Bahan Tekstil

Pemilihan Bahan Baku/Utama Tekstil

Seorang desainer perlu memiliki kemampuan dalam memilih bahan baku untuk busana. Hal ini
bertujuan agar mereka tidak mengalami kesulitan saat harus menentukan bahan baku tekstil
untuk produk busana mereka.

Tabel 12 Jenis Kain dan Penggunaannya

Jenis Kain/Nama Penggunaan

Asetat Untuk pakaian seharihari, seragam, lingerie, bahan pelapis


Akrilik Untuk pakaian formal
Brocade Untuk kebaya, busana pengantin
Chiffon Untuk gaun malam, blouse dan scarf
Crepe Untuk semua jenis pakaian
52
Denim Umumnya untuk celana dan jacket namun dewasa ini
banyak juga untuk kemeja
Drill Cocok untuk celana, seragam dan pakaian kerja
Flannel Untuk blazer, gaun, rok, jas dan mantel, jaket, dan kemeja.

Gabardine Untuk jas laki laki dan perempuan, mantel, seragam, dan
kemeja pria.
Georgette Untuk pakaian pengantin, gaun ,sebagai bahan pelapis
Nylon Untuk pakaian dalam, kaos kaki , sweater
Organdy Untuk blus, pakaian resmi.
Organza Untuk gaun malam, underlining
Oxford Untuk kemeja pria. jaket, kemeja, rok, gaun, dan olahraga
Polyester Untuk semua jenis busana tergantung serat campurannya
Pongee Untuk gaun, blouse dan ajket
Rayon Untuk semua jenis pakaian
Satin Untuk gaun malam, jaket , bahan pelapis
Spandex Untuk pakaian olahraga, pakaian dalam
Taffeta Untuk gaun malam
Tulle Untuk gaun, kebaya, pakaian pengantin
Velvet Untuk gaun malam, pakaian dirumah, pakian pengantin
Voile Untuk gaun, blouse
Wool Untuk semua jenis pakaian
(Sumber: Noor Fitrihana & Widihastuti, 2011)

Faktor Fakt dala memilih bahan yang tepat :


(1) unsur-unsur desain pada bahan tekstil;

(2) pemilihan bahan tekstil (kegunaan, kesempatan, karakteristik penanganan, model dan lebar
kain);
(3) kriteria pemilihan bahan tekstil dengan memperhatikan faktor – faktor mendesain busana.
Oleh karena itu, saat memilih bahan baku untuk produk busana kita harus memperhatikan jenis
kain dan penggunaannya

D. Pemilihan Bahan Pelapis


Bahan pelapis (underlying) adalah bahan yang ditambahkan pada pembuatan busana berupa
53
kain yang terletak dibawah atau dibelakang bahan utama. Bahan pelapis berfungsi untuk
membentuk, menopang kain, menjaga tetap kuat dari gesekan, lipatan, tekanan dan tahan
rendaman. Bahan pelapis juga dapat digunakan untuk mempercantik penampilan bahan utama
dan menutupi bagian bagian tubuh tertentu yang tidak ingin nampak dari laur jika bahan utama
terlalu tipis dan trasparan. Juga untuk memberi rasa nyaman saat pemakaian seperti memberi
rasa sejuk, hangat dan menghindari rasa gatal. Bahan pelapis dapat berupa kain tenun maupun
kain non woven, Bahan pelapis ini juga ada yang menggunakan perekat maupun tanpa perekat
sesuai fungsi dan penggunaannya. Perekatan umumnya menggunakan proses panas dengan
setrika atau alat press/fusing.
Dalam pembuatan busana bahan pelapis digolongkan menjadi 4 jenis yaitu lapisan bawah
(Underlining), lapisan dalam (Interfacing), lapisan antara (Interlining) dan bahan pelapis
(lining) yang biasa disebut furing (Lining). Masing-masing mempunyai fungsi yang khusus
mempengaruhi penampilan sebuah pakaian/busana.

Jenis-jenis Bahan Pelapis:

a) Lapisan Bawah (Underlining), yaitu bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian
buruk) bahan utama pakaian (Garment fabric) biasa disebut lapisan bawah atau lapisan
pertama. Pada umumnya lapisan bawah ini dimaksudkan untuk:
- Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan

- Memperkuat kelim & bagian-bagian busana

- Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang

- Menjadikan sambungan bagian bagian busana atau kampuh tidak kelihatan dari luar
b) Lapisan Dalam (Interfacing), yaitu bahan pelapis yang lebih kokoh dari lapisan bawah yang
dipergunakan untuk menguatkan dan memelihara bentuk pakaian. Bahan lapisan ini dapat
dipergunakan pada seluruh bagian dari pakaian, tetapi pada umumnya hanya dipergunakan
pada bagian- bagian tertentu saja seperti pada kerah, manset, saku dan lainnya. Fungsi
bahan interfacing:
- Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis leher

- Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana

- Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu seperti ujung dan detail
pada busana
54
- Memperkuat dan mencegah bahan renggang

c) Lapisan Antara (Interlining), yaitu bahan pelapis lembut dan ringan yang diletakkan
diantara interfacing dan lining pada suatu pakaian untuk memberikan rasa hangat selama
dikenakan. Biasanya untuk lengan baju dan bagian badan dari jaket atau mantel.
d) Bahan Pelapis (Lining) atau biasa disebut furing, yaitu bahan pelapis yang memberikan
penyelesaian yang rapi, rasa nyaman, kehangatan, kehalusan terhadap kulit, biasanya
disebut bahan pelapis terakhir (furing) karena merupakan penyelesaian terakhir pada
pembuatan busana untuk menutupi bagian dalamnya. Fungsi lining adalah:
- Menutup bagian dalam konstruksi bagian dalam busana agar tampak rapi
- Menahan bentuk dan jatuhnya busana

- Pengganti petty coat (rok dalam)

- Melapisi agar bahan tipis tidak tembus pandang

- Sebagai pelapis berbulu atau kasar seperti wol

- Memberikan rasa nyaman (sejuk, hangat) pada saat dikenakan

- Memudahkan pakaian untuk dipakai atau dilepas

- Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu seperti ujung dan detail
pada busana
- Memperkuat dan mencegah bahan renggang

e) Lapisan Antara (Interlining), yaitu bahan pelapis lembut dan ringan yang diletakkan
diantara interfacing dan lining pada suatu pakaian untuk memberikan rasa hangat selama
dikenakan. Biasanya untuk lengan baju dan bagian badan dari jaket atau mantel.
f) Bahan Pelapis (Lining) atau biasa disebut furing, yaitu bahan pelapis yang memberikan
penyelesaian yang rapi, rasa nyaman, kehangatan, kehalusan terhadap kulit, biasanya
disebut bahan pelapis terakhir (furing) karena merupakan penyelesaian terakhir pada
pembuatan busana untuk menutupi bagian dalamnya. Fungsi lining adalah:
- Menutup bagian dalam konstruksi bagian dalam busana agar tampak rapi
- Menahan bentuk dan jatuhnya busana

- Pengganti petty coat (rok dalam)

- Melapisi agar bahan tipis tidak tembus pandang

- Sebagai pelapis berbulu atau kasar seperti wol


55
- Memberikan rasa nyaman (sejuk, hangat) pada saat dikenakan

- Memudahkan pakaian untuk dipakai atau dilepas

Sebagai bahan ilustrasi berikut pada Gambar 16 dan 17 disajikan contoh gambar pemakaian
bahan pelapis pada sebuah busana agar lebih memudahkan dalam memahami fungsi dan
kegunaan berbagai jenis bahan pelapis dalam pembuatan sebuah busana.

Gambar 28. Bahan Interlining Untuk Kerah

Gambar 29. Peletakan Bahan Pelapis dalam Kontruksi Busana

56
B. Pemilihan Bahan Pelapis

Penentuan Jenis Kain FINISH GARMENT


(Material, kkkkiii
( Proses garment ) BAHAN PELAPIS
construction dan
finishing dari kain) Apa yang menjadi Jenis kain ( Woven
permintaan dari fabric, knitted fabric,
penampilan Non woven fabric )
Penentuan Jenis garment secara
Garment Jadi ( Formal Daya Rekat
standard
Casual, Sport, dress berdasarkan Jenis
shirt, blouse. Dll ) Performance dari dan bentuk perekat
konsumen :Nyaman
Performance :
digunakan dan
Tentukan kekuatan daya rekat,
mudah penanganan
komponen yang Daya tahan, daya
akan di fuse ( front, Fungsi dan bentuk, jahit dan bentuk akhir
collar, cuff ) setelah di fuse

PEMILIHAN JENIS

BAHAN PELAPIS

FUSING TEST

Penentuan mesin fuse yang akan


digunakan, kondisi fusing, Bond
Strength, Perubahan : warna,

FINISHING TEST/PRESS
ANALISA
Mengetahui perbedaan
penampilan, dan hand feel Menganalisa dan
mengukur penyebab
kemungkinan masalah
DURABILITY

Setelah Pencucian atau dry


clean . cek perubahan
warna, dimensi, dan daya

57
Gambar 18. Alur pemilihan
Mendapatkan kondisi mesin yang pasti untuk
Bahan Pelapis (Aas, 2008)
jenis kain yang telah dipilih

58
PEWARNAAN BENANG

A. Pengertian Pewarnaan

Pewarnaan adalah proses mempertajam suatu elemen sehingga unsur menjadi kontras dan nampak
lebih jelas. Pewarna tekstil adalah salah satu unsur yang memiliki peran sangat penting dalam
visualisasi suatu produk tekstil, baik itu dalam bentuk benang,bahan kain, pakaian dan berbagai
macam produk lain keberadaan pewarna mutlak di perlukan.

B. Macam – Macam Pewarnaan Tekstil

Berdasarkan sumber zat pewarna tekstil sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi dua varian
yakni berupa zat pewarna alami (natural dye) dan szat pewarna sintetis (synthetic dye).

1. Zat Pewarna Alami


Zat pewarna alami (natural dye) merupakan zat warna yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Bahan pewarnaan alam yang bisa digunakan untuk
tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian daun, buah, kulit kayu, kayu, dan bunga.

Beberapa jenis tanaman penghail warna yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pewarna
alami diantaranya berupa tarum, jambu biji, kunyit, indigofera, jalawe, teh, secang, bawang
merah, kelapa, kesumba, manggis, serta tanaman tingi, jambal dan tegeran.
a. Tarum

Tarum merupakan bahan alami pewarna kain yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daunnya.
b. Jambu Biji

Jambu Biji merupakan bahan alami pewarna kain yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
warna hijau. Sama halnya dengan tarum, bagian tanaman jambu biji yang diambil adalah daunnya.
59
c. Kunyit

Kunyit (Cucucrma Domestica Val) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan warna kuning. Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang atau umbi akar.
d. Indigofera

Indigo (Indigofera Tinctoria) merupakan tanaman perdu yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daun atau ranting.
e. Jawale

Jawale (Terminalia Bellirica) merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan warna hijau kecoklatan. Bagian tanaman yang diambil adalah bagian kulit
buahnya.
f. Teh

Teh (Camelia Sinensis) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna
coklat. Bagian yang diolah menjadi pewarna adalah daun yang telah tua.
g. Secang

Secang (Caesaslpinia Sapapan Lin) merupakan tanaman keras yang diambil bagian kayu. Untuk
menghasilkan warna merah. Warna merah ini didapat dari hasil oksidasi, setelah sebelumnya
dilakukan pencelupan bewarna kuning.
h. Bawang Merah
Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan warna jingga kecoklatan. Bagian yang diolah menjadi pewarna adalah bagian
kilitnya.
i. Kelapa

Kelapa (Cocos Nucifera) merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
warna krem kecoklatan. Bagian yang dijadikan bahan pewarna adalah sabut kelapa atau biasa
disebut sepet.
j. Kesumba

Kesumba termasuk dalam kelompok buah rambutan yang dapat dimanfaatkan untuk pewarna
alami kain namun buah ini tumbuh liar dihutan. Bagian penting dari buah ini yang akan dijadikan
pewarna yaitu bijinya.
k. Manggis
60
Memiliki kulit buah yang cukup unik, buah manggis juga mempunyai banyak manfaat termasuk
untuk mewarnai kain putih polos. Bagian kulit buah manggis ini dapat dimanfaatkan sebagai
sumber warna merah, merah keunguan, dan ungu.
l. Tanaman Tingi, Jambal dan Tegeran

Tanaman Tingi (Ceriops Condolleana), Jambal (Pelthopherum Pterocarpum) dan Tegeran


(Cudrania Javanensis) dapat diambil kulit dan kayunya kemudian dicampur menjadi satu
untuk menghasilkan warna soga pada kain batik.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal setidaknya terdapat tiga tahap proses pewarnaan
alam yang harus dikerjakan, yakni berupa :
1) Proses mordanting (proses awal/pre-treatment).

2) Proses pewarnaan (pencelupan).

3) Proses fiksasi (penguatan warna).

Khusus untuk proses fiksasi terdapat tiga jenis bahan yang sering digunakan karena pengaruhnya
cukup aman terhadap lingkungan. Bahan fiksasi ini selain menguatkan ikatan zat warna alam
dengan kain juga sangat menentukan arah warna yang berbeda.

1) Tawas menghasilkan warna muda sesuai warna aslinya.

2) Kapur menghasilkan warna menengah atau warna kecoklatan.

3) Tunjung menghasilkan warna yang lebih tua atau mengarah ke warna hitam.

Pewarna Alami bisa juga dijadikan untuk pewarna kain ecoprint

2, Zat Pewarna Sintetis

Zat pewarna sitetis merupakan zat pewarna buatan yang diciptakan menurut reaksi- reaksi kimia

61
tertentu sehingga sifatnya lebih stabil. Zat warna ini umumnya sangat mudah dijumpai karena
ketersediannya sangat melimpah dan memiliki keragaman warna yang sangat banyak bila
.
a. Zat Warna Direk

Zat warna direk termasuk ke dalam jenis zat warna yang dapat mencelup serat selulosa
secara langsung dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan. Beberapa jenis zat
warna direk dapat mencelup serat-serap protein

b. Zat Warna Asam

Zat warna asam merupakan zat warna yang dalam pemakaiannya memerlukan bantuan
asam mineral atau asam organik untuk membantu penyerapan warna. Zat warna asam banyak
digunakan untuk mencelup serat protein dan poliamida.

B. Zat Warna Basa


Zat warna basa termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Sifat utama dari zat
warna basa adalah warnanya sangat cerah, intensitas warnanya sangat tinggi namun
ketahanan sinar dan ketahanan cucinya kurang baik.

Perbedaan Pewarna Alam dan Sintetis

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis secara
umum jelas memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. beberapa hal yang
membedakan kedua jenis bahan pewarna tekstil tersebut yaitu:

Pewarna Alami Pewarna Sintetis


Warna mudah berubah oleh pengaruh tingkat Kestabilan warna lebih tinggi dan tahan lebih
keasaman tertentu. lama.
Untuk mendapatkan warna yang bagus Jumlah pewarna yang digunakan hanya
diperlikan bahan pewarna dalam jumlah sedikit jadi lebih hemat, praktis dan
banyak. ekonomis.
Keanekaragaman warnanya terbatas. Warna yang dihasilkan lebih beranekaragam.
Tingkat keseragaman warna kurang baik. Keseragaman kurang baik.

62
Pewarna alami mudah mengalami degradasi Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan
atau pemudaran pada saat diolah dan akan tetap cerah walaupun sudah mengalami
disimpan. proses dan pemanasan.
Pengolahannya jauh lebih rumit padahal Pengolahannya jauh lebih mudah dan
disisi permintaan akan terus bertambah. ketersediannya melimpah.
Harganya relatif mahal. Harganya relatif murah.

C. Karakteristik Pewarnaan Tekstil


Pewarna alami
Karakteristik pewarna alami :

1. Dibuat dari bagian tumbuhan, seperti daun, bunga dan batang


2. Hanya bisa menciptakan beberapa jenis warna saja
3. Mudah mengalami pemudaran
4. Harganya relatif mahal
5. Pengolahannya rumit Kelebihan

pewarna alami :

1. tidak memberikan efek samping bagi kulit dan kesehatan

2. pewarna alami juga dapat berperan sebagai bahan pemberi flavor, zat antimikrobia,
dan antioksidan

kekurangan pewarna alami :

1. warna yang dihasilkan kurang stabil


2. keanekaragaman warna terbatas
3. warna mudah berubah oleh pengaruh tingkat keasaman tertentu

Pewarna sintetis

Karakteristik pewarna sintetis :

1. Memiliki efek tertentu

2. Harga relative murah

63
3. Zat warna mudah diperoleh

4. Pengolahannya mudah
Macam-macam pewarna sintetis :
a. Zat Warna Direk

Zat warna direk termasuk ke dalam jenis zat warna yang dapat mencelup serat
selulosa secara langsung dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan.
Beberapa jenis zat warna direk dapat mencelup serat-serap protein.

Karakteristik zat pewarna direk :

 Zat pewarna direk disebut juga sbagai zat warna subtantif karena dapat
terserap baik oleh serat kapas
 Untuk memperbesar penyerapan, zat pewarna direk harus diberi garam
pada saat pencelupan
Kelebihan zat pewarna direk :

 Memiliki warna yang cukup banyak

 Harga relative murah

 Pemakaiannya mudah
Kekurangan zat pewarna direk :
 Ketahanan terhadap cucian kurang baik

 Tidak tahan terhadap sinar matahari

 Tidak tahan terhadap alkali

D. Pewarnaan Pada Benang

Bahan pewarna pada kain biasanya digunakan untuk memberikan kesan cantik pada kain yang
akan kita gunakan. Warna-warna pada kain didapat dari bahan pewarna mulai dari yang alami
sampai dengan yang sintesis. Dalam industri tekstil, ada 2 teknik pewarnaan yang biasa
digunakan . Diantaranya adalah sebagai berikut!

64
1. Teknik Yarn Dying

Teknik ini merupakan salah satu proses mewarnai atau memberi warna pada benang secara
merata atu kata lain nya adalah pencelupan benang. Proses ini digunakan untuk benang- benang
yang membutuhkan warna, jika benang yang berwarna putih dan natural tidak perlu dicelupkan
warna.

Sebelum proses pencelupan benang, pastikan bahan pewarna sesuai dengan jenis benangnya.
Adapun jenis bahannya harus disesuaikan dengan benangnya sebagai berikut!

 Benang yang berasal dari serat alam harus menggunakan zat pewarna alam dan
sintesis yang juga khusus untuk seart alam

 Benang yang berasal dari sintesis harus menggunakan zat berwarna yang juga
sesuai dari sintesis

Teknik ini biasanya dilakukan dalam bentuk cone (cheese) atau bentuk hank melalui package
dying machine. Setelah proses ini baru bisa di yarn dyed lalu diproses lebih lanjut
menggunakan cara weaving atau knitting untuk menghasilkan bahan kain.

2. Fabric Dying

Teknik ini hampir mirip dengan teknik yarn dying, hanya saja jika pada yarn dying vbenang
yang dicelupkan namun pada tekning ini yang dicelupkan adalah lembaran kainnya. Pada
proses ini, jenis zat pewarna pun harus disesuaikan dengan jenis lembaran kainnya agar
hasilnya maksimal.

Secara teknologi yang ada, teknik fabic dying dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan
system batch maupun continuous dying. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut!

 Sistem batch biasanya digunakan untuk mencelup knitted fabric sampai dengan
medium woven fabric yang berbentuk rope dengan jumlah yang tidak terlalu
65
banyak. Dalam proses ini akan terjadi deviasi warna antara batch lebih besar
dibandingkan dengan system continuous.

 Sedangkan system contonous digunakan untuk mencelupkan wven fabric (tidak


untuk kintted fabric) dalam bentuk open width dengan jumlah yang cukup besar
(minimal 100.000 meter). Bedanya dengan system batcah adalah bahwa system
ini akan membuat pemerataan warna karena dapat meminimalkan deviasi warna
sehingga warna yang dihasilkan akan lebih tajam.

Selain kedua teknik diatas, teknik pemberian warna pada tekstil dapat dilakukan dengan cara
printing untuk menghasilkan kain dengan desain tertentu. Mesin printing yang biasa digunakan
untuk printed fabric bisa berupa flat screen printing machine atau rotary printing machine.
Adapayn penjelasan singkat kedua teknik ini adalah sebagai berikut :

 Flat screen printing biasanya digunakan untuk mencetak desain block (penuh)
yang tidak terlalu memerlukan ketajaman desain yang tinggi. Teknik ini bekerja
dengan kecepatan kurang lebih 20 – 30 meter per menit.

66
 Rotary screen printing digunakan untuk mencetak desain geometris atau garis
yang memerlukan ketajaman desain yang tinggi. Teknik ini bekerja dengan
kecepatan kurang lebih 80 meter per menit.

Pewarnaan Pada Benang Sutra

Sebelum dilakukan pewarnaan terlebih dahulu dilakukan perminyakan.Adapun proses


perminyakan adalah Untuk 1 ball benang sutra dibutuhkan 1 kg kemiri, 2 ruas kunyit, 1
genggam atalik, dan 1 lembar daun pepaya tua. Cara membuat : tumbuk semua bahan jadi satu
sampai halus, selanjutnya tuang air secukupnya lalu lakukan penyaringan untuk memisahkan
ampasnya. Masukan semua benang ke dalam air perminyakan lalu diremas- remas sampai
merata. Rendam benang selama 1 malam. Selanjutnya dilakukan perebusan benang sampai air
mendidih. Angkat benang dan lakukan penjemuran.

Adapun bahan-bahan yang disiapkan untuk pewarnaan, yaitu :

1. Daun tarum untuk menghasilkan warna biru.

2. Akar mengkudu dan daun loba untuk menghasilkan warna merah mengkudu.

3. Pucuk jati muda untuk menghasilkan warna ungu.

4. Kayu kuning dan kunyit untuk menghasilkan warna kuning.

5. Daun suji, daun gala gala, daun manga untuk menghasilkan warna hijau.

67
6. Kulit kusambi untuk menghasilkan warna merah muda.

7. Kulit kamfaek untuk menghasilkan warna coklat muda dan coklat tua.

Proses pewarnaan sangat penting dalam membuat kain tenun, karena warna inilah yang
nantinya akan membedakan kain tenun suatu daerah dengan daerah lainnya. pewarnaan kain
tenun akan memberikan motif dan corak yang membuat kain tenun menjadi unik dan indah.
Pada benang lungsi, proses pewarnaan cenderung lebih mudah karena benang lungsi
merupakan warna dasar kain. Umumnya benang lungsi hanya diberi satu macam warna saja
sedangkan benang pakan, pewarnaan agak sedikit lebih kompleks. Benang pakan adalah
penentu motif atau corak suatu kain. Biasanya pewarnaan dilakukan dalam beberapa tahapan
sampai benar-benar didapat warna yang diinginkan.

68
Proses Pewarnaan Pada Benang Polyester

Berikut 4 tahapan pencelupan benang polyester dan penjelasannya:

1. Proses scouring

Scouring untuk menghilangkan pectin, lilin, lemak dan kotoran atau debu – debu yang
ada pada serat benang. Zat – zat ini akan menolak pembasah air sehingga benang yang
belum dimasak susah dibasahi yang menyebabkan proses penyerapan larutan obat –
obat kimia dalam proses – proses berikutnya tidak terjadi dengan sempurna.

2. Proses pencelupan/dyeing

a. Ikuti program yang telah ditentukan

b. Perhatikan urutan proses pemasukan zat warna dan obat bantu

c. Pemasukan zat warna dan zat bantu sesuai dengan waktu yang ditentukan.

d. suhu maxsimal 130'c dengan waktu yang telah di tentukan


Pengaruh Suhu
Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan

setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila
dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktek keadaan
setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dalam pencelupan
memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi

Diagram Proses Pencelupan

69
Diagram proses pencelupan yang rasional adalah diagram yang mengatur kecepatan
penaikan temperatur sehingga hasil yang baik dapat dicapai dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memperlambat penaikan
temperatur pada daerah pencelupan kritis dan mempercepat penaikan temperatur diluar
daerah kritis tersebut.

3. Proses pelepasan warna yg tidak masuk pada serat benang/RC

Proses ini untuk membuang sisa warna yang tidak menyerap ke dalam pori-pori benang
dan mengetahui tingkat kelunturan pada peroses pencelupan ,dengan temperatur suhu
di bawah 100'c.

4. Proses pemanasan air / proses bilas

Proses ini tidak kalah pentingnya supaya hasil pencelupan lebih terlihat bersih untuk
pemakaian suhu maksimal di bawah 80'c.

Proses Netralisir

Proses ini untuk mengurangi atau menghilangkan sisa zat bantu setelah ke empat
tahapan di atas.

70
E. CONTOH HASIL PEWARNAAN TEKSTIL

71
FINISHING TEKSTIL

A. Pengeetian Finishing

Tekstil sebagai bahan sandang dan bahan industri harus memenuhi persyaratan tertentu.
Misalnya pegangan kain terasa halus seperti sutera , mempunyai daya tahan luntur yang baik
terhadap keringat atau sinar matahari , terasa dingin atau basah bila dipakai , kain handuk harus
mempunyai daya serap yang baik dan banyak macam lagi persyaratan lainnya.Untuk dapat
memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh konsumen maka bahan tekstil harus mengalami
pengolahan terlebih dahulu.

Pengolahan bahan tekstil dalam istilah lain disebut penyempurnaan tekstil.Teknik


Penyempurnaan Tekstil (Finishing) merupakan teknologi proses penyempurnaan dari bahan baku
berupa kain grey (kain turun dari mesin tenun) menjadi kain yang yang siap digunakan berbagai
keperluan berkaitan dengan Tekstil mempelajari tentang pencelupan, pencapan dan mesin-mesin
penyempurnaan tekstil baik pelayanan/produksi, pemeliharaan dan perawatan (maintenance) dan
pengendalian mutunya.

B. Proses Finishing Tekstil

1. SINGEING / PEMBAKARAN BULU.

Singeing dirancang untuk membakar serat- serat/ bulu pada permukaan kain untuk
menghasilkan permukaan kain yang halus. Prosesnya: kain dilewatkan pada sikat agar bulunya tegak,
kemudian kain dilewatkan pada plate besi panas yang dipanaskan dengan api gas agar bulu yang tegak
tersebut terbakar hilang, sehingga permukaan kain menjadi mulus..

72
2. DESIZING/ PENGHILANGAN KANJI.

Tergantung pada bahan kanji yang telah digunakan, kain mungkin direndam dalam asam atau
basa encer dan kemudian dibilas, atau enzim dapat digunakan untuk memecah bahan kanji/ sizing
material berbahan alami yang digunakan.

3. SCOURING / KELANTANG (PENCUCIAN KIMIAWI).

SCOURING, adalah sebuah proses pencucian kimia dilakukan pada kain katun untuk
menghilangkan lilin alami dan kotoran non-serat (misalnya sisa-sisa fragmen biji) dari serat dan setiap
benda asing yang bersifat mengotori atau kotoran. Proses Scouring bisa dilakukan dalam bejana besi
yang disebut Kiers. Kain ini direbus dalam larutan alkali, yang membentuk sabun dengan asam lemak
bebas (Saponifikasi). Kier A biasanya tertutup, sehingga larutan sodium hidroksida dapat direbus di
bawah tekanan, termasuk oksigen yang akan meresap kedalam selulosa dalam serat. Jika reagen yang
digunakan tepat , Scouring juga akan menghilangkan sisa obat kanji pada kain lebih lanjut meskipun
desizing sudah dilakukan sebelum proses Scouring, dan dianggap sebagai proses yang terpisah yang
dikenal sebagai Proses Persiapan Pencelupan Kain. Persiapan dengan Scouring ini merupakan
prasyarat untuk sebagian besar proses finishing berikutnya. Pada tahap ini (bahkan serat kapas paling
alami pun) berwarna putih kekuningan, oleh karena itu proses selanjutnya untuk pemutihan lanjut,
diperlukan.

4. BLEACHING/ Pemutihan .

Pemutihan dimaksudkan untuk meningkatkan derajat putih dengan menghapus warna alami
dan sisa kotoran dari kapas, tingkat pemutihan yang diperlukan ditentukan oleh tingkat keputihan
yang diharapkan. Kapas dari serat nabati dikelantang menggunakan senyawa pengoksidasi (oksidator
73
agent), seperti sodium hipoklorit atau larutan hidrogen peroksida. Jika kain yang akan dicelup dengan
warna tua, maka rendahnya tingkat pemutihan dapat diterima. Namun, untuk kain SPREI putih dan
aplikasi medis, tingkat tertinggi keputihan dan tingkat daya serap sangat penting.

5. MERCERISING

Proses selanjutnya adalah Mercerizing, dalam proses ini kain di treatment dengan larutan soda
kaustik (Na OH), yang akan menyebabkan penggelembungan serat. Hal ini menyebabkan munculnya
kilau serat, bertambahnya kekuatan serat dan afinitas terhadap zat pewarna, meningkat. Kain Katun
di mercerized dibawah control tegangan, dan semua alkali harus dicuci sebelum control tegangan
dilepaskan atau jika tidak penyusutan akan berlangsung. Mercerizing dapat dilakukan langsung pada
kain Grey, atau setelah proses BLEACHING /pemutihan.
Banyak proses kimiawi lain dapat digunakan untuk kain katun. misalnya untuk menghasilkan efek
kain tak mudah terbakar, tahan kerut dan tahan bekas lipatan dan efek khusus lainnya.

6. PROSES PEMANTAPAN PANAS (HEAT SETTING)

74
Proses pemantapan panas bertujuan untuk menstabilkan dimensi bahan tekstil yang terbuat
dari serat sintetik sehingga dimensi bahan tidak berubah pada proses selanjutnya. Ada dua metode
yang digunakan yaitu pemantapan panas basah dan kering. Bahan tekstil yang mengalami pemantapan
panas akan memiliki molekul polimer sejajar sumbu seratnya dan dimensi yang stabil.

Proses pemantapan panas dapat dilakukan pada benang, kain tenun, maupun kain rajut.
Pemantapan panas pada benang dilakukan pada rol-rol panas, kain tenun dan kain rajut menggunakan
mesin Stenter. Proses pemantapan panas dapat dilakukan dengan tiga cara :

1. Pemantapan panas awal (Pre-Setting) → pemantapan pada bahan yang masih grey
/ mentah.
2. Pemantapan panas antara (Intermediate-Setting) → bahan dimantapkan setelah
pemasakan.
3. Pemantapan panas akhir (Post-Setting) → bahan dimantapkan setelah proses
pewarnaan.

Adapun dua metode pemantapan panas yaitu :


1. Pemantapan panas basah (Wet / Steam Setting) → pemantapan bahan dengan
bentuan uap panas dari mesin steamer.
2. Pemantapan panas kering (Dry Setting) → penamtapan panas dengan menggunakan
udara kering pada suhu tinggi yang berasal dari mesin stenter.

C. Kelebihan Tekstil
Kelebihan :

- Tahan Air

- Tahan Cuci

- Tahan Kusut

- Kelembutan

- Mudah dicuci

- Kain tak mudah terbakar

- Tahan bekas lipatan

- Menghasilkan permukaan kain yang halus


75
- Pada kain berbulu akan menimbulkan efek lembut dan hangat

- Kain tidak akan menyusut setelah dicuci

D. Macam – Macam Finishing dan Contoh Bahan

Contoh bahan penyempurnaan tekstil :

• Bleaching. (proses pemutihan bahan)

Contoh bahan yang melalui proses finishing Bleaching adalah kain mori batik

Berikut adalah gambar kain mori

• Glazing

Glazing, yaitu efek permukaan kain yang sangat halus, licin dan berkilat yang diperoleh bila kain
dikerjakan dengan resin terlebih dahulu. Chintz adalah salah satu contoh kain hasil glazing. Untuk
keperluan ini sexing digunakan kalender friksi.

Penyempurnaan kalender dimaksudkan untuk memperoleh kain dengan permukaan rata, halus dan
berkilau. Kain dilewatkan dan ditekan di antara rol – rol kalender yang dipanaskan. Hasil yang baik
akan diperoleh bila serat berada dalam keadaan plastis, yaitu dalam keadaan lembab dan panas.

Contoh bahan yang memiliki efek glazing

76
• Water proof

Waterproofing adalah proses membuat suatu benda atau struktur menjadi kedap air atau kedap air
sehingga relatif tidak terpengaruh oleh air atau menahan masuknya air pada kondisi tertentu. Kain
waterproof merupakan jenis kain yang memiliki sifat tahan air. Hampir semua jenis kain bisa diproses
menjadi kain waterproof baik itu kain katun, kain rayon maupun kain polyester. Efek waterproof ini
dihasilkan dari proses finishing kain dengan Teknik kimia.

Kain waterproof ini memiliki lapisan/dilaminasi dengan bahan kedap air seperti bahan karet , polivinil
klorida (PVC), poliuretan (PU), silikon elastomer , fluoropolimer , dan lilin. Lapisan inilah yang
membuat kain benar-benar anti air dan permeabilitas udara juga kurang karena pori-pori kain benar-
benar terisi, efeknya kain terasa panas.

Contoh kain yang melalui proses water proof

• Wateripelen

finishing water repellent (proses penyempurnaan tolak air) Teknik pembuatan kain yang bersifat tolak
air tergantung pada jenis serat dari kain yang dipakai, oleh karena itu pemilihan zat kimia yang akan
dipergunakan dilakukan dengan melihat jenis kain yang akan dikerjakan. Secara garis besar kain
tekstil ini besifat hidropobik dan memiliki kemampuan untuk menolak air yang cikup baik. Untuk

77
menciptakan water repellent dibutuhkan zat-zat yang mampu menolak air seperti emulasi malam,
sabun sabun logam, dan zat aktif permukaan

Kain Water Repellent merupakan kain yang memiliki sifat menolak air namun masih memiliki sifat
permeabilitas udara cukup dan jika digunakan untuk produk garmen tidak terasa panas.

Jika proses finishing untuk kain waterproof dengan metode laminasi pada permukaan kain, Proses
Finishing kain water repellent berbeda. Proses finishing untuk menghasilkan sifat water repellent
dengan cara penyemprotan dengan bahan kimia pada permukaan kain yang bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan terhadap air atau memiliki sifat menolak air (seperti efek daun talas).

Untuk membuat kain water repellent kini bisa dilakukan sendiri karena sekarang sudah banyak yang
menjual cairan khusus water repellent, tetapi efek tersebut tidak permanen, efek anti air tersebut akan
memudar seiring waktu pemakaian.

Contoh bahan water repellent

• Burn out.

Devoré (juga disebut burnout ) adalah teknik kain yang terutama digunakan pada beludru , di
mana bahan serat campuran mengalami proses kimiawi untuk melarutkan serat selulosa untuk
78
menciptakan pola semi transparan dengan kain tenun yang lebih kokoh. Teknik yang sama juga dapat
diterapkan pada tekstil selain beludru, seperti renda atau kain pada kaos oblong .

Teknik Devoré menggunakan kain campuran yang menggabungkan serat berbasis protein seperti sutra
dengan serat berbasis selulosa seperti viscose , katun , atau rayon . Untuk menciptakan pola 'burnout',
gel kimia yang mengandung natrium hidrogen sulfat dioleskan pada kain dalam pola, melarutkan serat
berbasis selulosa dan meninggalkan serat berbasis protein, yang tidak terpengaruh oleh bahan kimia
tersebut. Gel kimiawi dapat diaplikasikan baik dengan mencetak atau dengan lukisan tangan pada
kain.

79
PERAWATAN TEKSTIL

A. Pengertian Perawatan Bahan Tekstil

Perawatan bahan tekstil adalah proses merawat bahan tekstil agar tetap terpelihara seperti
baru mulai dari kontruksi bahan tekstilnya, kebersihan, keawetan warna/motif, kenampakan,
kerapian dan kenyamanannya agar tetap terjaga kondisinya meskipun telah sering digunakan..
B. Tujuan Perawatan Tekstil

Tujuan utama perawatan bahan tekstil pada busana adalah untuk mempertahankan
bentuk, keindahan, kebersihan, kecemerlangan warna/motif dan kenyamanan saat dikenakan.
Perawatan bahan tekstil pada busana yang dilakukan dengan benar akan banyak memberi
manfaat bagi penggunanya seperti memberikan penampilan yang baik, bersih, rapi sehingga
meningkatkan citra si pemakai, pakaian akan lebih awet dan tahan lama sehingga akan lebih
menghemat biaya untuk pembelian pakaian baru, dan pakaian yang bersih juga akan
meningkatkan kesehatan pemakai. Oleh karena itu sangat penting memahami cara cara
melakukan pencegahan dan perawatan bahan tekstil pada busana agar tidak cepat rusak
sehingga masa pakainya lebih lama. Tujuan perawatan bahan tekstil pada busana antara lain
sebagai berikut:

1. Menghilangkan noda/kotoran dan bau.


2. Mempertahankan kualitas warna/motif.
3. Mempertahankan konstruksi busana.
4. Menampilkan kerapihan.

C. Pemeliharaan Berdasarkan Asal Serat

A. Selulosa Alam

No. Bahan (Serat) Sifat Perawatan

80
I. Biji  Sangat higroskopis  Jika terkena noda harus segera
 Katun twill (mudah menyerap air). dibersihkan sebelum meresap.
 Belacu  Terasa dingin bila  Bisa dicuci menggunakan air
 Poplin dipakai. hangat, apabila sangat kotor
 Tobralko  Mudah kusut. maka boleh dengan direbus.
 Tetra  Tahan panas, dan  Jemurlah dengan bagian buruk
 Reform Tahan ngengat. berada di luar.
 Paris  Tidak tahan jamur.  Jangan menyimpan kain dalam
 Voile  Mudah terbakar. keadaan lembab.
 Batist
 Organdi
 Drill
 Denim
 Osford
 Pique
 Corduroy
 Yoryu
 Krep
dll.
II. Serat Batang  Terasa adem jika  Jika terkena noda harus segera
 Linen dipakai. dibersihkan sebelum meresap.
 Lebih kuat dari serat  Bisa dicuci menggunakan air
kapas. hangat, apabila sangat kotor
 Kurang elastis dan maka boleh dengan direbus.
agak kaku.  Jemurlah dengan bagian buruk
 Cepat menyerap air berada di luar.
dan cepat kering.  Jangan menyimpan kain dalam
 Tidak tahan dengan keadaan lembab.
pemutih.
III. Serat daun  Agak keras, kuat, tidak  Menyimpan serat nanas
 Serat nanas tahan tekukan. hendaknya dengan cara
 Tahan terhadap garam. digulung.
IV. Serat buah  Lembut, licin, tidak  Jika terkena noda harus segera
 Kapuk elastis. dibersihkan sebelum meresap.
 Tidak higroskopis tapi  Bisa dicuci menggunakan air
bersifat higienis. hangat, apabila sangat kotor
 Mudah terbakar. maka boleh dengan direbus.
 Jemurlah dengan bagian buruk
berada di luar.
 Jangan menyimpan kain dalam
keadaan lembab.

81
B. Selulosa Buatan

No. Bahan (Serat) Sifat Perawatan


I. Rayon  Higroskopis.  Tidak mudah terkena kotoran.
 Rayon Georgette  Licin dan berkilau.  Kalau sudah kotor harus
 Rayon Ripple  Terasa dingin bila segera dicuci.
 Rayon Krep dipakai.  Sebaiknya dicuci dalam air
 Tidak tahan panas, hangat.
cepat kusut.  Jangan dipiuh.
 Tidak tahan asam,  Jangan disetrika terlalu panas.
jamur dan ngengat.

C. Protein Alam

No. Bahan (Serat) Sifat Perawatan


I. Sutera  Jika dipakai terasa  Harus dicuci dengan cepat dan
 Taffeta dingin dan dapat hati-hati, memakai sabun lunak
 Fuji silk menyesuaikan dengan di air dingin. Untuk
 Figured satin temperatur sehingga sutera yang berwarna warni, cuci
 Habutae baik untuk daerah dengan air dingin yang
 Moire tropis dan dingin. dibubuhi garam dan jemur
 Satin  Sangat higroskopis, dengan cara dibentangkan di
kurang kuat dalam atas kain putih supaya cepat
keadaan basah. kering.
 Halus dan lembut.  Bilas dan digantung di tempat
 Tidak tahan asam yang teduh.
pekat, panas tinggi dan  Disetrika dengan temperatur
obat kelantang chlor. hangat.
 Tahan ngengat
sehingga mudah dalam
penyimpanan.
II. Wol  Tidak mudah kusut.  Wol dicuci lama dengan sabun
 Jersey  Sangat higroskopis, dalam air hangat (± 39oC)
 Cashmere lambat basah tapi diremas lalu digantung di tempat
 Twill Prancis lambat kering. teduh.
 Loop Tweed  Tidak tahan ngengat.  Diseterika dengan temperatur
 Fancy Tweed hangat di bawah kain lembab.

 Lanital  Lentur
 Kuat tetapi lembut

82
II. Vikara  Lebih tahan alkali
daripada wol.
 Tahan jamur dan
ngengat.
III. Thermoplastik  Kuat dan tahan  Mudah dalam pemeliharaan.
 Nilon gesekan.  Jangan diseterika dengan
 Dakron  Kenyal, pegas dan panas tinggi.
 Terilene tahan regangan.  Mudah dalam menyimpan.
 Trevira  Tidak hidroskopis.
 Tetoron  Peka terhadap panas.
 Tetrex  Tahan alkali,
 Shantung ngengat, jamur,
 Organdi serangga.
 Orlon
 Cashmilon

D. Mineral

No. Bahan (Serat) Sifat Perawatan


I. Mineral  Tidak dapat terbakar.
 Asbes  Sangat kuat dan
 Benang logam awet.
 Tahan asam.
 Tahan cendawan.
 Tidak menyerap air
dan bau.
 Tidak menyusut dan
mengkerut.
 Tidak tahan alkali.

 Membersihkan Noda

Cara membersihkan macam-macam noda pada bahan tekstil menggunakan bahan pembersih
noda dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

83
borax + ¼ l air) mendidih diperas,
selama 30 digosok
menit. kan pada
Dicuci dan dibilas noda
beberapa
kali,
kemudia
n
dikeringkan
2. Buah- Noda direndam Seperti Sepert i Seperti rayon Noda
bua dalam larutan kap kap dilumuri
han borax dan air as as gliserin
suam (1/2 sdt dibiarkan.
borax + 2 L air) Sisa
selama ½ – 1 gliserin
jam, kemudian dibersihka
dicuci n dengan
tetra,
dibiarkan
kering.
3. Cat Noda dikikis Seperti Sepert i Seperti kapas, Seperti
dengan kertas kap kap jangan kapas,
tebal atau bilah as as memperguna tanpa
bambu. Sisa kan bensin dibilas
noda tetapi minyak
dibersihkan tanah/terpenti
dengan n
perca/kapas
yang dibasahi
dengan bensin,
terpentin
atau minyak tanah.
Diulangi
beberapa kali
sampai bersih,
kemudian
dicuci
4. Cat bibir Noda digosok Seperti Sepert i Seperti kapas Seperti
dengan gliserin, kap kap kapas tidak
kemudian as as dicuci
dicuci

84
5. Kelunturan Noda direndam Seperti Sepert i Seperti kapas Diseka
warna dalam kap kap dengan
campuran as as kain
air panas + spiritus perca/kap
dan beberapa as yang
tetes amonia (1 dibasahi
L air panas 1 L dengan
spiritus cairan
+ beberapa tetes penghila
amonia) selama 30 ng noda
menit. luntur.
Kemudian noda Diseka
dicuci dengan
Noda digosok lap basah
dengan kapas dan
yang dibasahi dikeringk
cairan an
penghilang noda
luntur,
kemudian dicuci
6. Tinta Rendam noda Seperti Sepert Seperti kapas Seperti

Tabel membersihkan noda pada bahan tekstil.

No Jenis Katun/Kapas, Rayon Suter a Sintetis Wol


. Noda
1. Balpoint Noda ditaburi Seperti Sepert Seperti rayon Kain perca
garam, dituangi air kapas, i rayon dicelupkan
mendidih. Setelah tetapi dalam
noda hilang dituangi larutan
direndam dalam air borax (1
larutan borax dan hangat, sdm dalam
air panas (1 sdm bukan air ¼ l air),

85
dengan air cuka kapas i kapas kapas, tidak
sampai bersih baru dicuci
dicuci. Dapat juga biarkan
noda digosok spiritus
dengan kapas yang menguap.
dibasahi
dengan Tar
Go atau Ink
Go (penghilang
noda tinta) sampai
bersih. Kain
dicuci. Bila terjadi
noda karat
menggunakan Rust
Go (cairan
pembersih karat).

D. Label dan Spesifikasi Bahan Tekstil


-Ukuran Busana

Untuk produk garmen, ukuran busana sangat penting dicantumkan agar konsumen mudah
memilih busana sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran busana yang
digunakan, misalnya dengan huruf S, M, L, XL atau dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, dan
seterusnya.
-Komposisi Serat dalam Kain

Komposisi kain adalah struktur kain yang tersusun atas jenis serat yang digunakan.
Contohnya, untuk kain mori terbuat atas 100% cotton (kapas). Kain tetoron tersusun atas 65%
poliester dan 35% cotton (kapas). Sutra organdi (sutra sintetis) terbuat dari 100% poliester.
Komposisi serat penyusun kain penting untuk dicantumkan pada label produk tekstil karena
dari komposisi serat tersebut konsumen dapat memperoleh informasi umum tentang sifat-
sifat kain, seperti daya serap, kenampakan, kenyamanan pakai, kesesuaian penggunaan,
serta cara-cara pemeliharaannya.

-Proses Penyempurnaan

Proses penyempurnaan (finishing) pada bahan tekstil dapat me-nambah atau mengubah sifat-
sifat bahan tekstil yang dibawa oleh seratnya, baik bersifat permanen maupun
sementara. Proses penyempurnaan tersebut, antara lain antikusut (anti-crease), merserizing,
antisusut (anti-srink atau sanforizing), antikotor, dan antibakteri. Kain yang telah mengalami
86
proses anti-crease tidak mudah kusut. Kain yang telah mengalami proses antisrink atau
sanforizing tidak akan susut setelah pencucian. Sedangkan, kain yang telah dimerser akan
memiliki daya serap dan kilau yang baik.
-Tanda Perawatan

Tanda pemeliharaan pada busana dapat ditemukan pada label yang terpasang maupun label
yang tergantung pada busana. Busana yang bermerek yang dijual di pusat-pusat perbelanjaan
umumnya menyertakan berbagai label identitas, ukuran, komposisi serat, dan label
pemeliharaan. Tanda pemeliharaan busana dapat berupa tulisan, seperti drip and dry (busana
yang dicuci akan cepat menjadi kering), wash and wear (busana langsung dapat dikenakan
atau tidak perlu disetrika setelah dicuci), dan no iron (tidak perlu disetrika). Ada pula cara-
cara perawatan busana yang ditunjukkan melalui tanda
gambar atau simbol. Simbol perawatan yang sering tercantum pada label busana seperti yang
akan dibahas selanjutnya.

D.Pengertian Label

Petunjuk perawatan adalah solusi sederhana untuk memecahkan masalah yang lebih besar.
Label petunjuk perawatan memberi panduan kepada para pelanggan mengenai cara perawatan
sebuah produk pakaian, serta cara mencuci yang paling tepat untuk bahan kain, dekorasi benang
dan teknik jahit jenis tertentu. Mengikuti panduan pada label petunjuk perawatan akan memberi
jaminan bahwa tampak luar dan bentuk produk garmen tetap terjaga meski dicuci berulang kali.

E. Prosedur Perawatan Bahan Tekstil


e. Dasar Perawatan Bahan Teksti

1) Dasar untuk melakukan perawatan bahan tekstil sebagai bahan baku busana adalah label
yang tertera pada busana tersebut.
2) Identifikasi jenis serat Perkirakan jenis serat yang digunakan sebagai bahan busana.
Setiap jenis serat tersebut memiliki karakteristik pemeliharaan secara umum yaitu sebagai
berikut:

87
Tabel 13. Idetifikasi Jenis Serat

Jenis Serat Karakteristik dan Perawatannya


Katun - Sangat mudah untuk dicuci dan tahan terhadap suhu
pencucian yang tinggi.
- Dapat dicuci dengan semua jenis pencucian manual, mesin
maupun dry cleaning.
- Semua jenis detergent/sabun cuci dapat digunakan untuk
mencuci kain kapas.
- Tahan terhadap bahan pemutih yang mengandung khlor.

- Tidak tahan kusut kecuali untuk bahan katun yang sudah


diproses penyempurnaan anti kusut.
- Tahan terhadap panas penyetrikaan yang tinggi.
- Pada produk busana yang terbuat dari bahan katun jika
memerlukan perawatan secara khusus umumnya di
cantumkan dalam label.
Rayon - Perawatan bahan dari rayon hampir mirip dengan 34 katun
namun suhu pencucian panas 60° C dengan sabun netral atau
deterejen.

88
- Jangan diperas atau dipuntir setelah pencucian
Sutera - Suhu pencucian untuk bahan sutera maksimal pada
temperatur 40° C.
- Sebaiknya memakai sabun netral atau deterjen yang lunak.

- Sutera tidak boleh dicuci dengan pemutih yang mengandung


khlor.
- Penjemuran tidak boleh terkena sinar matari langsung. -
Karena bahan sutera sangat tipis setelah dicuci tidak perlu
dipuntir untuk pemerasannya cukup dengan di tekan tekan
pada kainnya.
- Suhu penyetrikaan pada level sangat rendah.
- Hindari pencucian dengan mesin cuci sebaiknya gunakan
pencucian manual dengan tangan atau dry cleaning.
Wool - Perawatan wool prinsipnya sama dengan sutera lebih
disarankan dicuci secara manual atau dengan dry clean.
- Berikan lapisan kain saat menyeterika untuk menghindari
efek kilau karena panas penyetrikaan atau setrika dari sisi
belakang kain.
- Suhu penyetrikaan pada level sangat rendah disarankan
gunakan setrika uap panas untuk menghaluskan dan
melembutkan wool.
Poyester/Nilon - Bahan dari serat sintetis bisa dicuci dengan berbagai metode
baik manual, mesin maupun dry clean.
- Penyeterikaan pada suhu sedang.

- Pergunakan setelan putaran ringan, digiling kering atau


dibiarkan kering sendiri (drip-dry).
- Pergunakan pelembut untuk mengurangi muatan listrik

statik

F. Perawatan Bahan Tekstil Seacara Umum


Ada empat proses perawatan dasar yang umumnya dikenakan pada bahan tekstil, yaitu
pencucian, penjemuran, penyeterikaan, dan penyimpanan yaitu sebagai berikut:

89
3) Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan noda, kotoran, dan bau

yang menempel pada busana setelah dikenakan. Pencucian busana dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.
 Pencucian dengan Air

Tabel 14. Jenis Alat yang Digunakan untuk Pencucian dengan Air:

Jenis Alat Fungsi/Kegunaan


Ember umumnya digunakan untuk mencuci sera manual dengan tangan
Sikat sikat yang berserabut lembut diperlukan untuk membersihakn

pakaian yang terkena noda yang membandel


Cuci Mesin Mesin cuci atau washing machines yang digunakan digunakan
pada rumah tangga umumnya. Saat ini ada ‘dua model mesin
cuci’ yang beredar dipasaran yaitu Mesin cuci ‘top loading’ dan

Mesin cuci ‘front loading’.


Mesin cuci top Mesin cuci ‘top loading’ yaitu mesin cuci dengan pintu memasukkan
loading pakaian berada di atas tabung mesin cuci. Mesin
cuci jenis ini tersedia dalam dua model yaitu dua tabung dan satu
tabung. Mesin cuci dua tabung terdiri dari tabung pencucian dan
tabung pemeras/pengering. Sedangkan mesin cuci satu tabung
antara tabung pencucian dan pengeringan menjadi satu. Model
satu tabung termasuk perkembangan terbaru mesin cuci untuk
memenuhi kepraktisan dan 36 efisiensi tempat. Pada model
satu tabung ini umumnya sudah dilengkapi dengan pengaturan
sirkulasi air secara otomatis dan dengan kontrol digital. Sementara
model dua tabung merupakan model lama yang semua umunya
masih manual. Kelebihan mesin top loading: Daya listrik yg
digunakan lebih kecil, harga lebih murah dari front loading.
Dapat digunakan untuk merendam. esin terbaru saat ini sudah

90
memiliki banyak fitur ada quick wash, spin, timer, dll.
Kekurangan mesin top loading: Tidak bisa disusun
vertical/ditumpuk karena kita membukanya keatas. Putaran
rpm mesin lebih rendah sehingga waktu mencuci lebih lama.
Tidak bisa mengatur temperatur. Dan Memasukan detergen
undry biasanya secara manual.
Mesin cuci ‘front Mesin cuci ‘front loading’ yaitu model mesin cuci dengan pintu
loading’ untuk memasukkan pakaian dari arah depan tabung mesin cuci.
Kelebihan mesin front loading adalah hasil cucian bagus,
dengan putaran mesin yg tinggi yang bisa diatur. Bisa mengatur
temperatur cucian untuk proses pencucian tertentu. Susunan
pakaian bisa disusun secara vertical/ditumpuk untuk
menghemat ruang. Kekurangan mesin front loading: Harganya
lebih mahal,
dan listrik yang digunakan besar.

Tabel 15. Bahan kimia untuk pencucian

Jenis Bahan Kimia Fungsi/Kegunaan


Deterjen khusus Berguna untuk mencuci pakaian dan biasanya berbentuk serbuk
ataupun pasta. Bentuk serbuk biasanya digunakan untuk
mencuci di mesin cuci. Detergent ini memiliki karakteristik
khusus dan mengandung Alkali dan Surfaktan berkadar
tinggi. Alkali dan Surfaktan merupakan bahan pembersih
utama, semakin tinggi kadarnya semakin cepat pula proses
pembersihan dan
pengangkatan nodanya.
Softener/ Fabric Softener atau pelembut pakaian umumnya ditambahkan
Softener untuk melembutkan pakaian sehingga 37 mudah
disetrika. Beberapa produk sudah mengkombinasikan
antara softener dan pewangi
dalam satu kemasan
91
Parfum/pewangi Ada beberapa pewangi yang dipakai, pada saat proses
penyeterikaan dan ada juga yang disemprotkan sebelum
pakaian
dilipat
Bahan Kimia Berbagai jenis noda dengan berbagai tingkat kekotoran
Tambahan noda dibersihkan secara manual dengan cara dioleskan
penghilang

(additive noda lalu disikat (atau memakai Spotting Gun). Noda kotor
chemicals)
sebelumnya di olesi General Pre-Wash Spotter (Kimia Penghilang
Laundry
noda umum yang merupakan kimia spotting bersifat Multi
Purpose). Spotter chemicals ini dapat membersihkan noda
tingkat rendah-sedang dan sebagai surface untuk booster pada
kimia
spotter khusus. Additive Deterjen/Kimia pendukung fungsi deterjen
seperti Alkali, Emulsifier dan Oxybooster digunakan jika
diperlukan, tergantung jenis noda dan bahan kain cucian.
Pemutih Pemutih Pakaian / Bleaching Laundry Pemutih dengan kadar

tinggi, untuk memutihkan pakaian yang berwarna putih.

 Pencucian tanpa Air Pencucian tanpa air

Dry cleaning adalah pencucian busana tanpa perendaman dalam air secara berlebihan.

Tabel 16. Pecucian Tanpa Air

Jenis Cairan Pembersih Karakteristik Perchloroethylene

92
Perchloroethylene - Digunakan 80% pada mesin.

- Tidak mudah terbakar - Digunakan untuk memeriksa


kemampuan pembersih sebelum label dicantumkan
pada pakaian
- Menguap dengan cepat sehingga menghilangkan bau

dan mengeringkan pakaian anda


Petroleum solvent - Digunakan 15% pada mesin

- Mudah terbakar
Fluorocarbon - Digunakan 5% pada mesin
Pembersih + deterjen + sedikit air dapat menghilangkan:

- Kotoran tanah - Noda keringat

- Noda kopi, teh dan minuman lain


- Noda oli dan pelumas

 Prosedur Dry Cleaning Paket Hemat Memakai Steame

Gambar 54.

Steamer Teknik laundry dry cleaning berikut ini adalah alternative cara untuk dry cleaning
tanpa menggunakan mesin dry cleaning yang biasanya cukup mahal harganya. Pada
dasarnya, tehnik ini menggunakan standing/vertical steamer (mesin uap) yang sering kita
93
lihat penggunaannya di toko-toko baju.
1) Peralatan yang dibutuhkan dalam Dry Cleaning Menggunakan Steamer ini adalah:

- Mesin Steamer (lihat gambar dibawah)

- Bahan Kimia Laundry khusus buat dry cleaning (Dry Clean Spotter dan
Perchloroethene (PCE) )
- Peralatan Spotting (sikat halus, coin)

2) Langkah-langkah dry cleaning pakai steamer:

- Siapkan mesin steamer (panaskan dulu mesin steamernya sampai uap keluar
dengan baik).

- Lakukan spotting. Proses spotting adalah untuk menghilangkan nodanoda berat.

Cari titik-titik noda pada pakaian yang akan anda dry clean secara individual (satu-satu)
dan anda spotting kotorannya dengan menggunakan kimia laundry spotter dan sikat
halus atau coin.
- Lakukan spraying. Proses ini adalah menyemprotkan kimia laundry dry cleaning
Perchloroethene atau disingkat atau PCE keseluruh bagian pakaian khususnya bagian
yang sering mengeluarkan keringat seperti bagian lengan atau ketiak.
Untuk Jas atau pakaian yang memakai lapisan dalam (puring) semprotkan juga PCE ke bagian
dalamnya dan setelah smua merata tunggu beberapa saat (1 menit) agar PCE bekerja
dengan baik.
- Lakukan Steaming. Ambil alat steamer dan steam seluruh bagian pakaian dalam dan luar
hingga pakaian menjadi licin dan rapi.
Safety / Keselamatan:

1) Gunakanlah Steamer dengan hati-hati karena hawa panas (uap) yang dikeluarkan cukup panas
(diatas 90 derajat celcius).
2) Kimia laundry dry clean Perchloroethene (PCE) adalah bahan yang keras.

3) Hati-hati menggunakannya agar tidak terkena mata atau kulit 40 dan bagian sensitif lainnya, baca
artikel tentang Perchloroethene/ PCE/ Trichloroethylene.
4) Pakailah sarung tangan tebal setiap kali anda menggunakan/ menyemprot cairan kimia laundry ke
pakaian.Gunakan Masker agar bahan kimia laundry tidak terhirup ke dalam sistem pernapasan
anda.
94
 Dry Cleaning Menggunakan Tumble Dry
Dry Cleaning tanpa menggunakan mesin dry cleaning khusus. Tehnik ini pada dasarnya
adalah untuk men-dry clean pakaian sekaligus dengan menggunakan produk khusus
yg dijual dipasaran yg dikenal dengan nama dry cleaning sheet.

Gambar 55.

Mesin Cuci Contoh produk dry cleaning sheet yg bisa anda temukan di pasaran adalah seperti
ini:

41 Gambar 56.

Deterjen Cara kerja dry cleaning sheet: Dalam penggunaanya, dry cleaning sheet ini dimasukan
ke dalam mesin dryer (tumble dryer) beserta pakaian yang akan di dry cleaning. Saat mesin
dryer bekerja, maka dry cleaning sheet akan bercampur aduk dengan pakaian dan kimia
(chemical) yang terkandung didalamnya akan tersebar dan bekerja untuk mengangkat
kotoran yg ada didalam pakaian. Dry Clean Sheet Namun, proses ini biasa dilakukan pada

95
rumah tangga alias biasanya dilakukan sendiri untuk dirumah.

 Cara Men-Dry Clean Menggunakan Mesin Dryer untuk Laundry

Produk kimia laundry untuk dry cleaning yg ada dipasaran umumnya adalah PCE
(Perchloroethene). Nah produk ini bisa digunakan dalam dry cleaning menggunakan mesin
dryer. Cara applikasinya sangat mirip dengan penggunaan dry cleaning sheet yang sudah
dibahas sebelumnya 42.

 Cara dry cleaning menggunakan tumble dryer yaitu:


1) Potong-potong kain tebal ukuran 10 x 10 cm dan basahi kain tebal tersebut dengan
kimia laundry PCE. (ini seperti membuat dry cleaning sheet sendiri). - Masukan
pakaian yang akan di dry cleaning ke mesin dryer.
2) Masukan 2-3 lembar kain tebal yang sudah di basahi dengan PCE ke mesin dryer.

3) Atur temperatur pada suhu rendah (low heat – medium heat) dan putaran mesin sesuai
bahan pakaian yang akan di dry cleaning. Lakukan dry clean ini selama (5-15 menit).
4) Keluarkan pakaian setelah proses dry cleaning ini selesai dan gantung di hanger.

5) Gunakan steamer untuk melicinkan dan merapikan pakaian yg telah di dry clean.

Tambahan: Untuk pakaian yang bernoda berat sebaiknya tidak diikut sertakan dalam proses
dry cleaning tumble dry ini agar tidak terjadinya penyebaran noda di pakaian lain. Untuk
noda yang membandel anda bisa melakukan spotting terlebih dahulu menggunakan kimia
khusus spotter dry clean sebelum anda men-dry cleaning.

Safety / Keamanan:

1) Kimia laundry dry clean Perchloroethene (PCE) adalah bahan yang keras. Hati-hati
menggunakannya agar tidak terkena mata atau kulit dan bagian sensitif lainnya, baca
artikel tentang Perchloroethene/PCE/ Trichloroethylene.
2) Pakailah sarung tangan tebal dan masker setiap kali anda menggunakan/menyemprot
cairan PCE ke kain tebal yg akan digunakan sebagai dry cleaning sheet.
3) Tidak semua pakaian bisa di dry clean seperti ini. Bacalah label pada pakaian apakah
boleh di tumble dry atau tidak.
4) Hati-hati dengan pakaian yg mudah rusak, karena proses tumble drying (pengeringan

96
dengan mesin pengering) bisa menyebabkan fisik pakaian seperti berbulu, mengkerut dan
rusak.
 Prosedur umum Pencucian

Mencuci merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang. Namun, tidak setiap
orang dapat mencuci dengan benar sesuai dengan jenis serat tekstil pada busana. Berikut
langkah-langkah yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pencucian.
1) Perhatikan label cara-cara pencucian yang terdapat pada busana. Ikuti aturan yang
disarankan pada label tersebut. Biasanya label busana terdapat di bagian leher atau
bagian pinggang yang berisi pesan-pesan dari pabrik mengenai hal-hal yang
seharusnya dilakukan pada saat mencuci busana tersebut.

2) Pisahkan busana yang tebal dengan busana yang tipis. Busana yang tipis disatukan dan
dicuci bersama. Demikian pula dengan busana yang berbahan tebal dijadikan satu
untuk dicuci bersama-sama. Apabila pencucian menggunakan mesin cuci, perhatikan
kapasitas mesin cuci atau tempat pencucian.
3) Pisahkan busana yang berwarna cerah atau muda dengan busana yang berwarna tua.

Pisahkan pula busana yang berwarna mudah luntur. Busana yang berwarna cerah

sebaiknya dicuci bersama dengan busana yang berwarna cerah pula. Demikian pula busana
yang berwarna tua sebaiknya dicuci bersama dengan busana warna tua. Busana yang
warnanya luntur, harus dicuci tersendiri atau tidak dicampur dengan busana lainnya.
4) Sebelum mencuci, pilahlah busana berdasarkan tingkat kekotorannya. Pisahkan busana
yang terkena noda berlebihan, seperti lumpur, minyak, dan kuah, dari busana yang tidak
terkena noda. Jangan menggabung busana yang terkena lumpur dengan busana yang
dikenakan sehari-hari. Busana kotor dicuci secara terpisah supaya busana lainnya tidak
terkontaminasi kotoran.
5) Sebelum mencuci, baliklah busana sehingga bagian luar menghadap ke dalam. Hal ini
bertujuan untuk mencegah bagian luar busana saling bergesekan yang mengakibatkan
warna busana memudar. Luruskan gulungan kaus kaki dan manset pada lengan baju untuk
melepaskan kotoran dalam lipatannya. Kosongkan kantong kemeja maupun
celana, tutup ritsleting, dan kaitkan kancing untuk mencegah busana tersangkut satu sama lain
sehingga busana menjadi robek.

97
Berikut langkah-langkah pada saat pencucian:

1) Apabila busana yang akan dicuci berasal dari busana bekas atau busana yang pernah
dipakai orang lain, cucilah baju tersebut dengan detergen. Hal ini untuk membunuh
kuman agar penyakit-penyakit yang menempel di busana tersebut hilang.
2) Busana yang baru dibeli dari toko, sebaiknya dicuci terpisah dari baju yang lain dan
hendaknya tidak dicuci di mesin pencuci. Hal tersebut dilakukan agar busana lain terhindar
dari kelunturan. Apabila pencucian pertama dan kedua terhadap busana tidak ada masalah,
kita dapat menggabungkan busana tersebut dengan busana lain untuk pencucian
selanjutnya.
3) Busana yang bersablon sebaiknya tidak direndam terlalu lama atau lebih dari satu jam di
dalam larutan detergen. Hal ini agar sablon busana tersebut tidak rusak.
4) Apabila busana tersebut dicuci secara manual atau dengan tangan, pada saat mencuci,
kuceklah busana pelan-pelan supaya tidak rusak. Demikian pula, apabila menggunakan
sikat, sikatlah pelan-pelan dengan arah tertentu agar serat kain tidak rusak. Apabila kita
memeras, mengucek, dan membanting busana selama pencucian, sebaiknya tidak dilakukan
terlalu keras agar busana tidak cepat rusak dan melar.
5) Apabila pencucian dilakukan dengan mesin cuci, kita perlu memerhatikan kekuatan bahan
dan tingkat kekotoran bahan. Mesin cuci 45 sebaiknya hanya digunakan untuk mencuci
bahan-bahan yang mempunyai ketebalan sedang dan noda sedikit. Lama pemutaran mesin
dan lama pemerasan juga perlu diperhatikan. Bahan-bahan yang tidak boleh diperas atau
dipuntir, sebaiknya tidak dicuci dengan mesin cuci. Mesin cuci biasanya memiliki
pengaturan kapasitas dalam sekali pencucian. Dengan menyisakan
cukup ruang untuk busana di dalam mesin cuci, alat pemutar (spinner) dapat berputar lebih
leluasa. Apabila kapasitas mesin cuci terisi terlalu penuh, spinner tidak dapat berputar dengan
leluasa sehingga busana tidak dapat tercuci dengan bersih. Tidak adanya cukup ruang di
dalam mesin cuci dapat pula menyebabkan busana saling bergesekan dan mudah rusak.
Kecelakaan seperti kancing busana terlepas biasanya terjadi akibat mesin terlalu penuh.
6) Lakukan pengaturan pencucian sesuai dengan bahan busana. Pengaturan regular dapat
digunakan untuk busana yang terbuat dari katun. Sedangkan, busana dari bahan yang
ringan dan longgar, seperti sutra, sebaiknya spinner diatur pada posisi soft. Apabila busana
tidak begitu kotor, kita dapat melakukan pengaturan soft dengan waktu yang tidak terlalu
98
lama.
7) Apabila kita memakai zat pemutih busana, sebaiknya digunakan untuk bahan yang
berwarna putih. Selain itu, zat pemutih tersebut tidak bersifat kuat. Zat pemutih busana
yang terlalu kuat dapat melunturkan cat sablon atau warna sehingga dapat merusak busana.
Zat pemutih juga dapat mengakibatkan bahan busana menjadi lebih tipis dan kasar. Selain
itu, hati-hatilah dengan pem-bersih noda (bleaching). Bleaching dapat mengubah warna
busana menjadi belang. Sebelum melakukan pembersihan dengan bleaching, lakukan
pengetesan pada bagian bahan yang tersembunyi.
8) Busana jenis tertentu dengan bahan khusus yang mahal atau mudah rusak, sebaiknya
dicuci di tempat pencucian khusus yang profesional agar busana lebih awet.
9) Pada bilasan terakhir dapat menggunakan cairan pelembut dan pewangi busana untuk
memperoleh cucian yang terbaik.
10) Apabila terdapat busana yang terkena noda makanan atau noda kimia lainnya, sebaiknya
noda segera dibersihkan agar noda tersebut lebih mudah dihilangkan. Noda yang terlalu lama
menempel pada bahan, akan lebih sukar dibersihkan.
11) Apabila kita tidak mencuci busana sendiri, kita dapat memanfaatkan jasa pencucian busana
secara kiloan untuk mencuci busana yang dikenakan sehari-hari. Busana tersebut tidak perlu
dicuci di tempat pencucian khusus.
 Penjemuran

Setelah proses pencucian selesai, busana selanjutnya dijemur atau dikeringkan. Langkah-
langkah penjemuran busana adalah sebagai berikut:
1) Dalam penjemuran busana, sebaiknya memerhatikan simbol-simbol yang terdapat dalam
label busana agar busana tetap terpelihara dengan baik.
2) Setelah busana selesai dicuci, hendaknya busana diperas agar cepat kering ketika dijemur.
Pemerasan busana jangan berlebihan agar bahan busana tidak rusak. Bahan- bahan yang
tipis dan mudah kusut sebaiknya tidak diperas, cukup dikibaskan secara perlahan
kemudian dijemur. Apabila busana yang akan dijemur telah melalui proses pengeringan
mesin cuci, segera jemur busana yang sudah dikeringkan. Jangan meninggalkan busana
yang sudah dicuci di dalam mesin cuci atau ember dalam waktu lama. Busana basah lebih
rentan terhadap bakteri. Dalam pengeringan busana dengan mesin cuci, hendaknya
memperhatikan pula simbol dan informasi tentang perawatan bahan tekstil.
3) Sebaiknya busana tidak dijemur di bawah sinar matahari langsung, terutama untuk bahan-
99
bahan dari batik tulis dan sutera. Busana yang bersablon, seperti kaus (t-shirt), sebaiknya
dijemur dengan bagian dalam di luar atau dibalik. Jadi, yang terkena sinar matahari secara
langsung adalah bagian dalam busana sehingga warna busana bagian luar tidak cepat
pudar atau kusam.
4) Untuk bahan yang mudah melar, misalnya kaus, sebaiknya tidak dijemur dalam posisi
digantung dengan hanger karena dapat mengakibatkan kerah atau bagian leher melar.
5) Selain busana dijemur dengan cara dibalik sisinya, busana dapat juga dijemur dalam posisi
miring terhadap sinar matahari agar panasnya tidak tegak lurus mengenai busana.
6) Biasakan menjemur busana menggunakan penjepit agar busana yang dijemur tidak terbang
tertiup angin. Busana yang jatuh tertiup angin dapat mengakibatkan busana yang dijemur
kembali kotor.
Teknologi modern saat ini telah berkembang juga pada proses penjemuran yang tidak lagi
hanya mengandalkan sinar matahari tetapi telah menggunakan mesin-mesin pengering
pakaian sehingga penjemuran cukup diangin-anginkan saja selama satu hingga dua jam.
Mesin pengering atau dryer biasanya digunakan agar proses pengeringan pakaian lebih cepat
(hanya butuh waktu sekitar 1-2 jam) daripada kita menjemurnya di jemuran pakaian biasa.
Selain itu, dengan menggunakan dryer, biasanya pakaian lebih hiegienis dan cara kerja anda di
laundry jauh lebih praktis karena anda tidak perlu takut hujan, kekurangan tempat dan
kehilangan pakaian akibat terbawa angin/dicuri. Saat ini ada dua jenis model mesin dryer
yang ada dipasaran dan bisa digunakan dalam laundry kiloan.

Mesin Pengering Listrik dan Mesin Pengering Gas

Gambar 58. Mesin cuci

 Penyeterikaan

100
Apabila busana yang dijemur telah kering, sebaiknya segera disetrika. Berikut tips
menyetrika busana.
1) Gunakan cairan pelicin busana agar setrikaan lebih halus dan harum.

2) Kaos dan busana lain yang bersablon dibalik dahulu baru disetrika. Tujuannya agar
sablonan awet dan tidak mengelupas terkena panas setrika.
3) Setrikalah busana sesuai dengan aturan yang tertera pada label busana. Pelajarilah suhu
setrika yang perlu diset untuk setiap jenis bahan agar tidak salah dalam penyetrikaan.
Aturan penyetrikaan busana dapat dilihat melalui simbol berikut.
4) Menyetrika busana sebaiknya dilakukan ketika busana benar-benar kering setelah
dijemur di bawah sinar matahari agar busana lebih awet dan tidak rapuh.

Cara paling tepat mulai menyiapkan diri untuk urusan menyetrika adalah dengan menemukan
jenis setrika yang tepat dan sesuai kebutuhan kita. Hal ini penting, karena dengan setrika yang
tepat pekerjaan ini akan menjadi lebih cepat diselesaikan secara mudah.
 Jenis-jenis setrika

Hingga saat ini dikenal ada 4 jenis setrika, yang dibuat dengan tujuan berbeda, yaitu:

 Setrika Biasa: Ini adalah jenis setrika umum yang dapat merapikan baju,
menghilangkan lipatan dan kerutan tanpa uap.
 Setrika uap: Jenis ini menyemburkan uap melalui lobang-lobang yang berada di bagian
bawah setrika. Setrika uap dapat merapikan lipatan dan kerutan yang membandel,
sehingga Anda bisa menyelesaikan pekerjaan menyetrika ini lebih cepat dibandingkan jika
menggunakan setrika biasa.
 Setrika untuk traveling: Jenis setrika yang compact, kecil dan ringan, yang dapat
dibawa bepergian, untuk keperluan merapikan baju saat Anda membutuhkannya.
 Setrika dengan generator uap: Ini adalah jenis setrika dengan tangki air terpisah.
Dapat menampung air lebih banyak dibandingkan setrika uap biasa dan umumnya
digunakan untuk menyetrika pakaian dalam jumlah yang banyak.
Umumnya, setiap kategori setrika tersedia dalam berbagai harga. Anda dapat menyesuaikan
anggaran berdasarkan merk dan jenis. Perbedaan harga ini biasanya tidak memengaruhi
fungsi, melainkan lebih berpengaruh pada fasilitas yang dimiliki setrika. Pastikan lebih dulu
kebutuhan Anda saat menyetrika, barulah pilih salah satu dari keempat jenis setrika itu.

101
 Hal penting saat membeli setrika

Setelah mantap membuat keputusan jenis setrika yang Anda butuhkan, saat membelinya,
perhatikanlah hal-hal berikut ini:
 Kapasitas: Jika Anda memutuskan untuk membeli setrika uap atau setrika dengan generator
uap, pastikan volume air yang bisa ditampung. Semakin kecil daya tampung, berarti semakin
sering Anda harus mengisi air.
 Panjang kabel: Pastikan panjang kabel setrikaan, khususnya jika Anda membutuhkan setrika
dengan kabel yang panjang karena lobang kontak yang relatif jauh dari meja setrika Anda.

 Dasar setrika: Dasar setrika yang bersentuhan dengan baju/pakaian terbuat dari berbagai
materi. Kualitas yang baik adalah yang terbuat dari keramik atau stainless steel. Kedua jenis
material itu dapat menghantarkan panas secara merata ke permukaan pakaian yang disetrika.
 Daya listrik: Semakin besar daya listrik yang dibutuhkan setrika, maka semakin mudah panas
sehingga Anda dapat menyetrika secara cepat, pakaian menjadi lebih mudah rapi.
 Lampu indikator: Pastikan setrika yang Anda pilih memiliki lampu indikator saat terhubung
dengan arus listrik, saat mencapai suhu maksimal, saat kehabisan air, dll. Lampu indikator ini
akan menjadi tanda bagi Anda tentang kondisi setrika yang Anda gunakan sehingga
meminimalkan terjadinya kecelakaan.
 Bobot: Hal lain yang penting diperhatikan adalah bobot. Setrika yang ringan akan lebih
mudah digerakkan dan tidak menguras tenaga ketika digunakan dalam waktu yang relatif
lama.

 Alat Bantu Setrika Alat-alat bantu setrika dirancang untuk dua hal sebagai berikut:

1) Untuk menyediakan suatu bentuk permukaan yang seolah-olah merupakan kurva badan.

2) Untuk memudahkan penyetrikaan area detil-detil tanpa menyebabkan kerutan pada sisa
bagian pakaiannya.
Berdasarkan macamnya, ada beberapa alat bantu dalam penyetrikaan:

1) Rol Kampuh (Seam roll), berguna untuk menyetrika kampuh terbuka diatas bagian- bagian
pakaian yang panjang dan berbentuk silinder, misalnya kampuh-kampuh pada lengan baju
102
dan kampuh kaki celana. Pergunakan ujung setrika bilamana menyetrika kampuh terbukanya
menghindari permukaan kurva membekas pada bagian luar dari pakaian.
2) Lap setrika (Press cloth), melindungi bekas-bekas hangus dan kilap setrikaan. Lap bisa dibuat
dari kain blacu/ muslin, secarik bahan dasar pakaiannya ataupun sehelai sapu tangan.
3) Bantalan tailor (Tailor’s ham), berguna untuk menyetrika bagian-bagian kurva, seperti lipat
pantas/ kup, jahitan/ kampuh garis Princess, dan kepala lengan baju Caps (kep).
4) Papan meruncing (Point presser), sebuah permukaan sempit berujung lancip, yang
memungkinkan untuk menyetrika bukaan kampuh pada bagian sempit, kecil meruncing dan
detil-detil pada area seperti kerah, manset dan lapisan singkap.
5) Papan lengan baju (Sleeve boards), bagus untuk menyetrika bagian-bagian sempit pada
pakaian yang tidak bisa dilakukan di atas papan setrika yang biasa, terutama bentuk- bentuk
selongsong (tubular) seperti lengan baju, manset dan pipa celana.
6) Balok penepuk (Wooden clapper), balok kayu yang membulat dipergunakan untuk
meratakan/ menekan jahitan, lipatan, kerutan, serta pinggiran yang melipat masuk, seperti
kerah, kelepak kerah, dan lapisanlapisan. Balok kayu mempercepat hilangnya uap setrika dan
mendinginkan, serta memampat hasil setrikaan.

Gambar 59. Alat Pressing 52

 Penyimpanan

Setelah selesai disetrika, busana segera disimpan di tempat penyimpanan busana, misalnya
lemari. Berikut tips menyimpan busana.
1) Simpanlah busana di tempat yang bersih, kering, tidak berdebu, dan tertutup rapat. Apabila
lemari dalam keadaan kotor, bersihkan dahulu dengan lap kering atau lap basah.
2) Sebelum menyimpan busana di lemari, sebaiknya busana terlebih dahulu diperiksa tingkat
103
kekeringannya. Pastikan busana telah benar-benar kering agar tidak menimbulkan bau apek.
3) Jangan menyimpan busana di tempat penyimpanan yang telah penuh terisi busana. Hal ini
agar busana mudah diambil dari lemari dan busana tetap tampak rapi atau tidak kusut karena
berdesak-desakan.
4) Busana juga dapat disimpan dengan cara digantung di hanger. Celana panjang dapat disimpan
dengan cara digantung dan dapat juga dilipat untuk menghemat ruangan penyimpanan
busana.
5) Gunakan kamper dan alat penghilang kelembapan air untuk menjaga busana tetap dalam
kondisi prima dan untuk menghalau serangga perusak busana.
Keempat perawatan dasar tersebut di atas (pencucian, penjemuran, penyeterikaan, dan
penyimpanan) digunakan untuk merawat busana yang dikenakan sehari-hari dengan noda
kotor yang wajar. Sedangkan untuk busana yang terkena noda khusus, seperti tinta, darah,
minyak, lemak, minuman, kelunturan warna, dan lumpur, akan membutuhkan penanganan
yang lebih intensif dalam pencucian. Cara menghilangkan berbagai noda tersebut yaitu
menggunakan beberapa zat tambahan dalam proses pencucian, seperti misalnya untuk
menghilangkan berbagai noda tersebut, dapat dilakukan dengan cara merendam busana
pada air hangat, menggunakan pemutih atau zat kimia tertentu, mengoleskan jeruk nipis,
mengoleskan dengan kapur tohor, atau menaburkan bedak. Namun, terdapat langkah
terbaik dalam mengatasi hal tersebut, yaitu menghindarkan busana dari berbagai noda
khusus dan jika terkena noda khusus segera lakukan pencucian seketika sehingga noda
dapat mudah dihilangkan.

2. Perawatan Bahan Tekstil Secara Khusus

Busana pesta merupakan salah satu busana yang jarang dikenakan karena hanya digunakan pada waktu
tertentu. Busana pesta perlu perawatan yang ekstra karena harganya cukup mahal. Cara
penyimpanan hendaknya dilakukan secara benar untuk menghindari busana terkena jamur. Berikut
ini beberapa cara penyimpanan busana pesta.
 Busana pesta sebaiknya disimpan dengan cara digantung sehingga tetap rapi saat akan dikenakan
dan dapat dikontrol dengan mudah. Apabila busana pesta terbuat dari rajutan, sebaiknya tidak
digantung karena dapat menyebabkan busana menjadi melar atau mulur.

 Gunakan gantungan busana yang terbuat dari bahan yang lembut, misalnya gantungan busana yang
104
dilapisi busa, terutama pada bagian pundak dan leher busana pesta. Tujuannya adalah agar
gantungan busana tersebut tidak meninggalkan bekas pada busana.

 Masukkan busana pesta yang telah digantung dalam plastik laundry atau kantong penyimpanan
yang diperoleh saat membeli busana tersebut. Hal ini dilakukan agar busana tidak terkontaminasi
secara langsung dengan debu. Plastik penyimpanan sebaiknya berlubang kecil agar udara di dalam
plastik laundry tetap segar. Plastik yang tertutup rapat justru dapat mengakibatkan lembap dan
membuat busana berjamur sehingga menimbulkan bau tidak enak.

 Untuk mengusir serangga perusak busana, kita dapat menggunakan pengharum alami, misalnya
akar wangi atau dengan pengharum busana buatan dan kamper atau kapur barus.

 Sesekali keluarkan busana dari tempat penyimpanan untuk menghindari jamur dan bau yang tidak
sedap. Angin-anginkan busana pesta di tempat yang kering lalu simpan kembali di lemari.

 Busana pesta sebaiknya tidak dicuci secara dry clean berulang-ulang. Apabila busana pesta hanya
dipakai sekali dalam jamuan pesta yang tidak lebih dari 2 jam, angin-
anginkan busana tersebut sebelum disetrika. Kemudian, setrikalah busana dengan menggunakan setrika
uap baru disimpan.

Apabila busana pesta jarang dikenakan dan lama dalam penyimpanan, busana tersebut harus disimpan
dalam keadaan terawat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut.
 Pastikan busana dalam keadaan kering dan bersih sebelum digantung di tempat penyimpanan.
Apalagi busana tersebut tidak akan dipakai dalam waktu yang cukup lama, sebaiknya dibersihkan
dahulu dari kotoran sebelum digantung dengan hanger.

 Ketika menggantungkan busana pesta, pastikan tidak ada benda yang menempel pada busana
tersebut, misalnya benda dalam kantong atau bros yang menempel pada busana karena benda-benda
tersebut dapat mengakibatkan busana rusak dan kusut.

 Gantung busana pesta di tempat yang kering untuk menghindari ke-lembapan.

 Gunakan tas atau pembungkus busana dengan benar dan tutuplah pembungkus tersebut untuk
menghindari masuknya debu dan partikel ringan lainnya.

105
 Gunakan gantungan yang empuk dan tebal.

 Ketika menggantung busana, pastikan tidak ada bagian busana berada dalam keadaan terlipat.

 Apabila kita ingin membersihkan busana pesta sendiri, gunakan lap bersih yang dibasahi dengan
sedikit air lalu lap busana bagian dalamnya kemudian diangin-anginkan di tempat yang kering
setelah itu baru disimpan.

 Sementara itu untuk busana dari batik, ada perawatan khusus yang perlu dilakukan. Hal ini karena
busana dari bahan batik mudah rusak atau pudar warnanya dibanding dengan bahan lainnya. Agar
hal tersebut tidak terjadi, perlu dilakukan beberapa tips merawat busana dari bahan batik, antara
lain sebagai berikut:
 Saat mencuci busana dari batik, gunakan sabun pencuci khusus untuk busana batik yang banyak
dijual di pasaran.

 Kita juga dapat menggunakan sampo untuk mencuci busana dari batik. Caranya, terlebih dahulu
larutkan sampo dengan air sampai semua sampo larut lalu celupkan busana batik dalam larutan
sampo tersebut kemudian keringkan.

 Mencuci busana batik juga dapat menggunakan buah lerak atau daun tanaman dilem yang sudah
direndam dalam air hangat. Caranya, remas-remas buah lerak atau daun dilem sampai
mengeluarkan busa kemudian tambahkan air secukupnya dan gunakan campuran tersebut untuk
mencuci busana batik. Aroma buah lerak mampu mencegah munculnya serangga yang dapat
merusak busana.

 Saat mencuci busana batik, hindari pemakaian detergen dan jangan digosok. Apabila busana batik
tidak terlalu kotor, cukup rendam dalam air hangat. Namun apabila busana batik benar-benar kotor,
misalnya terkena noda makanan, dapat dihilangkan dengan
sabun mandi atau kulit jeruk. Caranya, cukup dengan mengusapkan sabun mandi atau kulit jeruk di
bagian yang kotor.

 Sebaiknya jangan mencuci busana batik dengan mesin cuci.

 Busana batik yang basah tidak perlu diperas.

 Busana batik jangan dijemur langsung di bawah sinar matahari. Jemurlah busana batik di tempat
teduh atau diangin-anginkan hingga kering. Saat menjemur busana batik, tarik bagian tepi busana

106
batik secara perlahan agar serat yang terlipat kembali ke posisi
semula.

 Hindari penyetrikaan busana batik secara langsung. Apabila busana batik tampak sangat kusut,
semprotkan sedikit air di atas busana batik lalu letakkan sehelai alas kain di
atasnya, baru disetrika.

 pabila ingin menggunakan pewangi atau pelembut busana sebelum menyetrika batik tulis, jangan
semprotkan langsung pada busana tersebut. Sebaiknya, busana batik tulis ditutup dengan koran lalu
semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain di atas koran tersebut, baru disetrika.

 Jangan menyemprotkan parfum atau minyak wangi secara langsung ke busana batik, terutama
busana batik dari sutra dengan pewarna alami.

 Simpan busana batik dalam plastik agar tidak dimakan serangga. Saat disimpan dalam lemari,
jangan diberi kapur barus. Hal ini karena sifat kapur barus sangat keras dan dapat merusak busana
batik. Untuk menghindari busana batik termakan serangga, dapat menggunakan merica. Caranya,
bungkus merica dengan tisu kemudian letakkan bungkusan tersebut di lemari tempat menyimpan
busana batik. Atau, letakkan akar
wangi yang sudah dua kali melalui proses pencelupan dalam air panas dan dijemur hingga kering.

107
KUMPULAN TUGAS

A. Analisis Serat dengan Uji Pembakaran

N KAIN PEMBAHASAN
O
1.  Bau : Seperti plastik terbakar
 Asap : Berwarna hitam
 Hasil Pembakaran : abu nya berwarna hitam,
menggumpal namun sedikit rapuh dan kasar.

BAHAN LACOSTE

2.  Bau : Seperti plastilk terbakar


 Asap : Berwarna Putih
 Hasil Pembakaran : Menggumpal dan berwarna
hitam, meleleh ketika dibakar, keras. Mudah
terbakar dan meneruskan pembakarannya

BAHAN DIADORA
3.  Bau : Seperti plastik terbakar
 Asap : Berwarna hitam
 Hasil Pembakaran : Lelehan hitam,
menggumpal, cepat terbakar dan meneruskan
pembakarannya

BAHAN TRILABEL
4.  Bau : Seperti kertas terbakar

108
 Asap : Berwarna Putih
 Hasil Pembakaran : Abunya berwarna
hitam keabuan, sangat rapuh dan halus.
Dibakar habis

BAHAN KATUN
5.  Bau : Seperti plastik terbakar
 Asap : Berwarna Hitam
 Hasil Pembakaran : sedikit menggumpal
dan berwarna hitam, kasar dan juga keras
serta meneruskan pembakarannya.

BAHAN ERO
6.  Bau : Seperti kertas terbakar
 Asap : Berwarna Putih
 Hasil Pembakaran : Abunya berwarna
hitam, rapuh dan halus

BAHAN KATUN CVF

109
B. Mengidentifikasi Serat Pakaian

NO BUSANA KARAKTERISTIK
1.
SERAT ALAM (selulosa)

- Halus
- Adem, menyerap keringat
- Tidak kaku / lembut
- Ringan
- Higroskopi, tidak panas ketika
dipakai
KATUN - Mudah kusut
2.
SERAT ALAM (seulosa)

- Tidak Licin
- Mudah kusut
- Ringan
- Higroskopi, menyerap keringat.
Tidak panas saat dipakai
LENAN
3.
SERAT ALAM (hewan/protein)

- Tidak mudah kusut


- Kenyal
Erkilau
Menyerap uap air yang tinggi dari
udara

WOL

110
4.
SERAT ALAM (hewan/ protein)
SUTERA

- Berkilau
- Tebal
- Kenyal
- Lembut
- Kuat
- Higroskopis, tidak terasa panas
saat dipakai
SUTERA
5.
SERAT BUATAN CAMPURAN

- Licin
- Mudah Kusut
- Tidak elastis
- Lembut, halus
- Akan berubah warna bila disetrika
terlalu lama

RAYON
6.
SERAT BUATAN
(PE)

- Tidak mudah menyerap keringat


- Lentur tapi tidak mudah melar
- Kuat
- Terasa panas saat dipakai
- Ringan
POLYESTER

111
C. Bentuk Anyaman Silang Polos, Silang Kepar dan Silang Satin

ANYAMAN POLOS

112
SILANGAN KRPAR

113
SILANGAN SATIN

114
D. Contoh Label

1. Pencucian mesin suhu 30 derajat


C
2. Jangan dikelantang / pakai
pemutih
3. Tidak boleh disetrika dengan
uap
4. Tidak boleh dikeringkan dengan
mesin

1. Pencucian meshin suhu 40


derajat C
2. Jangan menggunakan zat
pemutih
3. Menggunakan setrik dengan
suhu sedang/ medium
4. Dapat dicucui kering dengan zat
tertentu
5. Menggunakan mesin pengering
dengan putaran perlahan

1. Mencuci dengan mesin suhu


nirmal
2. Jangan gunakan pemutih
3. Setrika dengan suhu maksimal
4. Jangan cuci kering dibinatu
5. Jangan gunakan mesin
pengering

115
E. Ujian Tengah Semester

116
117
118
119
BAB III

PENUTUP

Tekstil merupakan bahan yag berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain yang
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pakaian dan juga berbagai produk kerajinan lainnya.
Pengertahuan tentang jenis. Dalam paper ini membahasa tentang Serat Tekstil dan juga
penggolongan Tekstil membahaa tentang bagaiman karakteristik setiap serat dan sifatnya. Dimana
hal ini akan menjadi modal dasar untuk terjun ke dunia industry tekstil dan fashion. Pengetahuan
mengenai jenis dan sifat serat sangat dibutuhkan untuk memilih, membut, memproduksi,
menggunakan dan merawat berbagai produk tekstil seperti serat benang, kain, pakaian, dan tekstil
lenan rumah tangga lainnya. Dalam paper ini semua telah dibahas, namun belum terlalu lengkap.
Mungkin pembaca dapat mencari referensi dari sumber lain untuk menambah wawasan.

120
DAFTAR PUSTAKA

M2 KB 1 Serat Tekstil
M2 KB 2 Benang Tekstil
M2 KB 3 Bahan Tekstil
M2 KB 4 Perawatan Tekstil
Makalah Kelompok Pewarnaan Tekstil
Makalah Kelompok Finishing Tekstil
Makalah Kelompok Perawattan Tekstil

121

Anda mungkin juga menyukai