Anda di halaman 1dari 2

Nama : Salsabil Aulia Sanjana

Nim : 1804312
Prodi : Arsitektur 2018
Judul Tugas : Tugas Kecil 2 Review Seminar ‘Nature in The City’

Isi Rangkuman:
Menurut Prospek Urbanisasi Dunia UN, pada tahun 2050 urbanisasi kota di dunia naik sekitar
75%, dan itu merupakan perubahan yang sangat besar. Namun, urbanisasi yang terjadi di India
keadaanya jauh berbeda dengan urbanisasi yang terjadi di negara-negara barat. Keadaan urbanisasi kota
di negara-negara barat berhubungan dengan perkembangan industri dan juga infrastruktur namun
kenaikan tersebut berbanding terbalik dengan perkembangan ekologis yang terjadi. Penelitian
pertumbuhan urbanisasi yang di kerjakan oleh Prof. Harini Nagendra pada 2018, menunjukan bahwa
perkembangan urbanisasi di negara-negara seperti India, Afrika, dan Amerika Latin bukanlah hal yang
baru, namun merupakan hal yang sudah berlangsung lama bahkan sejak tahun 1970-an sudah terjadi
perkembangan urbanisasi di sana. Prof. Harini Nagendra juga melakukan penelitian perbandingan
negara-negara dengan konteks sosial dan lingkungan yang berbeda. Dan kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian tersebut adalah bahwa definisi kota pintar yang sebenarnya adalah tentang adanya,
perkembangan infrastruktur kota yang baik, internet akses yang baik dan cepat, tingkat kejahatan yang
rendah, kualitas pendidikan yang baik, dan persentase rumah kumuh yang rendah.
Konteks urbanisasi yang dibawa oleh pemikiran negara-negara barat kemudian juga
mempengaruhi bentuk metode urbanisasi dan juga mempengaruhi praktik serta perencanaan urbanisasi
di kota-kota di India. Imaginasi tentang alam perkotaan (Urban) di India digambarkan seperti, anak-
anak kecil yang bermain ayunan di bawah pohon besar seakan-akan itu adalah taman bermain mereka,
mereka juga memanjat pohon-pohon tersebut, dan memakan buah-buahan yang berasal dari pohon
tersebut. Dan bagaimana kemudian hal tersebut memengaruhi gambaran tentang hubungan manusia di
kota-kota di India dengan alam. Hubungan yang terbentuk dari hal tersebut menciptakan sebuah
keintiman, dan menjadi suatu kegiatan sehari hari, dan terasa spiritual. Hal ini sangatlah berbeda dengan
konteks urban di negara barat, yang mana lebih fokus terhadap perkembangan urban ekosistem yang
kemudian digunakan masyarakatnya sebagai tempat rekreasi, atau hanya sebagai kepentingan regulasi.
Hubungan spiritual antara masyarakat kota di India dengan alam, seperti yang tertulis di
Prasasti Bengaluru (Kempapura: 1306 C.E), “Kami mempersembahkan air, sebagaimana deva dana
lakukan untuk Dewa Villisvaram-udaiyar dari Villagamundanpalli, desa Sattaidevanapalli di Erumarai-
nadu, tangki desa Avanjikattu dan semua lahan basah dan kering, termasuk sumur bawah tanah dan
pepohonan di atas tanah dan di dalamnya terdapat empat batas yang berurutan dengan mereka yang
berbatasan dengan desa untuk melakukan ibadah, layanan sakral dan persembahan beras.”. Yang
kemudian dimaksudkan bahwa ada hubungan spiritual yang erat antara masyarakat kota di India dengan
alam yang memberi mereka kehidupan, makanan, dan air. Hubungan erat dengan alam juga kemudian
memunculkan beberapa alasan untuk membuat danau di kota, alasan seperti, bahwa danau memberi
kehidupan bagi binatang dan segala mahluk hidup serta sebagai persembahan untuk dewa-dewa, dan
bahwa danau memberikan pahala bagi seseorang berikut 21 generasi kehidupan selanjutnya.
Sehingga kemudian ide tentang alam menjadi komunitas alam membuat kita sebagai
masyarakat kota lebih peduli dan tidak hanya memandang alam sebagai sekedar fasilitas infrastruktur
yang disediakan oleh pemerintah. Dari cerita yang disampaikan oleh Prof. Harini Nagendra, ada suatu
danau yang di sekelilingnya dipasangi pagar, hal ini dapat merusak tujuan alam sebagai komunitas amal
yang mana danau tersebut dapat memberi rumput sebagai makanan bagi hewan-hewan dan air untuk
diminum yang mana mungkin juga dapat memberikan suatu energi dan keuntungan tersediri bagi danau
tsb. Menata ulang alam dan membuat Kota Sehat memang penting namun tetap harus diiringi oleh
perkembangan infrastruktur seperti gedung pencakar langit yang tetap dapat bersinggungan dengan
alam.
Intinya, perkembangan urbanisasi kota bukan hanya tentang bagaimana majunya segala
infrastruktur dan sebagainya, namun tentang bagaimana kita tetap memikirkan dan peduli terhadap alam
serta dapat menganggap kota yang hebat adalah soal kita sebagai masyarakat kota tetap dapat hidup
saling bersinggungan, bergantung dan berdampingan hidup dengan alam. Namun, hal ini juga menjadi
sebuah tantangan bagi kota-kota di negara yang tinglat ekonomi nya masih rendah, karena apabila ada
masalah ekonomi maka akan sulit bagi masyarakatnya untuk dapat memikirkan kepedulian tentang
alam.

Kesan:
Kesan yang didapat setalah mengikuti webinar ini saya menjadi sadar bahwa alam lebih dari
sekadar suatu hal yang sudah ada di kehidupan saya sehari hari dan membuat pandangan saya tentang
alam di perkotaan juga berubah. Alam bukan hanya sekedar fasilitas taman atau suatu tempat rekreasi
yang disediakan oleh pemerintah, arti alam lebih dari itu. Alam adalah dunia kita, alam sudah ada sejak
bumi ini terbentuk dan kita sebagai manusia dan mahluk hidup yang tinggal di dalamnya mengemban
tugas untuk menjaga alam dan ekologi di dalamnya agar tetap terjaga dan seimbang. Dengan hidup
beriringan ,saling bergantung dan saling menjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Tayangan Ulang Seminar Web via Zoom Meeting oleh, Nagendra, Harini. “Nature of City”.

https://www2.helsinki.fi/fi/unitube/video/9dd0b706-36a1-4a3d-9aa9-5a912ff8d504 , Diakses pada 25 Feb 2021.

Anda mungkin juga menyukai